Anda di halaman 1dari 10

BAB 3

MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN

3.1. Lingkungan dan Organisasi Bisnis


Organisasi bisnis sebagai bagian dari lingkungan, organisasi sebagai kumpulan orang-
orang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena pada dasarnya organisasi juga
merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat. Sebagai contoh, sebuah keluargau atau
rumah merupakan bagian dari lingkungan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW),
hingga lingkungan yang lebih besar lagi. Sebuah perusahaan atau organisasi bisnis yang
beroperasi di sebuah lingkungan tidak dapat menolak bahwa selain kegiatan bisnis yang
dikelolanya, organisasi tersebut juga terlibat dengan lingkungan di seputar organisasi.
Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu memahami lingkungan apa saja yang terkait
secara langsung maupun tak langsung dengan kegiatan organisasi. Misalnya, ketika sebuah
perusahaan beroperasi di daerah di mana masyarakatnya mengalami tingkat pengangguran
yang tinggi, maka organisasi tersebut perlu memikirkan kenyataan tersebut dan kaitannya
dengan pencapaian tujuan organisasi. Apabila tingkat pengangguran tinggi di daerah tersebut,
maka bisa dipastikan bahwa tingkat pendapatan juga akan rendah. Akibatnya, penjualan
barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi akan mengalami hambatan.

3.2. Analisis Lingkungan Organisasi


Pada bagian ini, lingkungan eksternal atau lingkungan yang terkait dengan kegiatan
operasional organisasi dan bagaimana kegiatan operasional ini dapat bertahan?. Dalam
kegiatan operasional, perusahaan berhadapan dan senantiasa berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan-lingkungan yang terkait langsung atau lingkungan mikro perusahaan
dan lingkungan yang tidak terkait langsung.
Lingkungan eksternal adalah seluruh kekuatan luar yang mempengaruhi organisasi.
Sedangkan lingkungan internal adalah suatu kejadian atau kecenderungan di dalam suatu
organisasi yang mempengaruhi aktivitas organisasi tersebut. Dalam lingkungan eksternal,
terdiri dari dua bagian, yaitu elemen aksi langsung dan elemen aksi tidak langsung. Elemen
aksi langsung disebut stakeholder atau pihak-pihak berkepentingan seperti konsumen,
pamasok, pemerintah, serikat pekerja, pesaing, dengan penjelasan pada Gambar 3.1 di bawah
ini.
Gambar 3.1 Manajemen Dan Lingkungan
Berikut ini adalah penjelasan Gambar 3.1 diatas mengenai manajemen dan lingkungan
secara langsung.
1. Konsumen, adalah elemen lingkungan eksternal elemen aksi langsung yang memiliki
kendudukan sangat penting dalam organisasi. Hal ini karena konsumen adalah pengguna
utama dari produk atas jasa yang dihasilkan suatu organisasi.
2. Pemasok, adalah pihak yang menyediakan bahan baku atau input/masukan bagi suatu
organisasi yang akan menghasilkan jasa atau produk sebagai suatu output atau keluaran.
3. Pemerintah, Berperan sebagai pengawas, regulator, dan pendorong dunia usaha. Dalam
doktrin laissez-faire, peran campur tangan pemerintah diminta dibatasi yaitu hanya dalam
hal regulator atau perumus perundang-undangan, agar iklim pasar bebas dapat terbentuk
secara alami.
4. Serikat pekerja, adalah elemen yang berfungsi menampung aspirasi para karyawan.
Adanya serikat pekerja membuat posisi tawar karyawan terhadap perusahaan semakin
kuat.
5. Pesaing, atau kompetitor adalah organisasi lain yang juga menawarkan produk atau jasa
yang sama atau berlainan kepada para pelanggan. Produk atau jasa tersebut dapat saja
berlainan dengan produk organisasi kita. Namun apabila memiliki pengaruh menarik
minat membeli dari pada para pelanggan kita, maka organisasi tersebut dapat digolongkan
sebagai pesaing.
Sedangkan elemen tidak langsung di antaranya adalah teknologi, ekonomi, politik,
sosial budaya, demografi. Penjelasan dari masing-masing adalah sebagai beikut :
1. Teknologi, adalah pendorong utama perubahan. Kemajuan teknologi akan menghemat dari
sisi waktu, biaya, tenaga.
2. Ekonomi, kondisi ekonomi secara nasional dapat berpengaruh ke organisasi. Inflasi,
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, pengangguran, upah, dapat mempengaruhi kinerja
organisasi.
3. Politik, lingkungan politik juga berpengaruh ke dalam dunia usaha. Pembahasan
pencemaran lingkungan, undang-undang anti monopoli, pengaturan tentang merger, dan
lain-lain dibahas lewat parlemen melalui proses politik. Di dalamnya sedikit banyak
terdapat kepentingan antara suatu kelompok terhadap kelompok lainnya.
4. Demografi, adalah hal-hal yang meliputi beberapa variabel seperti usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pendapatan, agama, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam lingkungan internal adalah budaya, karyawan,
pemegang saham, dan dewan direksi. Penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Budaya, dapat diartikan sebagai sekumpulan nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma
pokok yang dibagi bersamaan oleh anggota suatu organisasi.
2. Karyawan, SDM adalah salah satu faktor penting dalam penunjang keberhasilan
organisasi. Oleh karena itu proses rekrutmen yang ketat, disertai pendidikan dan pelatihan,
serta pengembangan karyawan yang penting agar tercapai peningkatan kualitas SDM
untuk kemajuan perusahaan.
3. Pemegang Saham, adalah orang yang memiliki saham di perusahaan dan oleh karena itu
berhak mempengaruhi sebuah keputusan lewat rapat umum pemegang saham.
4. Dewan Direksi, adalah pihak yang bertanggungjawab menentukan tujuan organisasi,
menentukan strategi mencapai tujuan, dan lain-lain.

3.3. Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal


Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan manajemen (termasuk
perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan.Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam
kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah
lainnya serta secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya.
praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis procedural dan dapat
diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan.
Manajemen lingkungan saat ini telah banyak mengalami perubahan yang cukup berarti
terutama dimulai Sejak awal tahun 1990. Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan
manajemen lingkungan telah banyak dilakukan terutama sejak munculnya ISO 1001 di tahun
1996. Penerapan manajemen lingkungan yang baik di tingkat organisasi pada umumnya
dibagi menjadi 3 elemen, yaitu:
1. Perlindungan lingkungan secara baik.
2. Membentuk budaya berkelanjutan dalam organisasi
3. Menanamkan nilai-nilai moral dan saling kepercayaan antar elemen organisasi.

3.3.1. Definisi Lingkungan


Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia
yang terkait dengan aktivitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan
tanah, udara, air, sumber daya alam, flora dan fauna, manusia dan hubungan antar faktor-
faktor tersebut.
Titiksentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa
diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, menggerakkan sumber daya manusia dan
sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.

3.3.2. Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Mikro dan Makro


Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi
oleh seorang manager. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep
dan teknik serta keputusan yang akan diambil. Ada dua macam faktor lingkungan, yaitu:
1. Faktor lingkungan internal yaitu lingkungan yang ada didalam usahanya saja.
2. Faktor lingkungan eksternal yaitu unsur-unsur yang berada diluar organisasi, dimana
unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh manager,
disamping itu juga akan mempengaruhi manager didalam pengambilan keputusan yang
akan dibuat.
Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi, contohnya yaitu perubahan ekonomi,
peraturan pemerintah, perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politiknya
danlainnya.
2.1. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua, adalah :
Lingkungan eksternal mikro adalah lingkungan yang mempunyai pengaruh
langsung terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para
pesaing, lembaga perbankan danlainnya.
2.2. Lingkungan eksternal makro adalah lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak
langsung seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, sosial dan lain
sebagainya.
3.3.3 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan peluang.
Ancaman adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-
usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi
dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategis.
Proses yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan analisis lingkungan eksternal
adalah dengan melakukan pemindaian (scanning), pengawasan (monitoring), peramalan
(forecasting), dan penilaian (assessing).
1. Pemindaian, melalui pemindaian perusahaan mengidentifikasi tanda-tanda awal dari
perubahan potensial dalam lingkungan umum dan mendeteksi perubahan-perubahan yang
sedang terjadi. Pemindaian lingkungan merupakan hal penting dan menentukan bagi
perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam lingkungan yang sangat tidak stabil.
2 Pengawasan, melalui pengawasan perusahaan mendeteksi perubahan dan trend-trend
lingkungan melalui pengawasan yang berkelanjutan. Kritikal bagi pengawasan yang
berhasil adalah kemampuan untuk mendeteksi makna dalam peristiwa-peristiwa
lingkungan yang berbeda.
3. Peramalan, pada peramalan, analis mengembangkan proyek-proyek yang layak tentang
apa yangmungkin terjadi dan seberapa cepat perubahan-perubahan dan trend-trend itu
dideteksi melalui pemindaian dan pengawasan.
4. Penilaian, tujuan penilaian adalah untuk menentukan waktu dan signigfiikansi efek-efek
dari perubahan-perubahan dan trend-trend lingkungan terhadap manajemen strategis
suatu perusahaan. Selangkah lebih maju tujuan penilaian adalah untuk menspesifikasi
implikasi pemahaman tersebut pada organisasi. Tanpa penilaian perusahaan dibiarkan
dengan data-data yang menarik, tapi tidak diketahui relevansi kompetitifnya.

3.4. Tanggung Jawab Sosial Manajer


Tanggungjawab sosial perusahaan atauCorporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala
aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada argumentasi
bahwasuatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitasnya harus berdasarkan keputusannya,
tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga
harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka
panjang.

3.4.1. Analisis dan Pengembangan


Hari ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat
telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan
dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap
karyawan dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi
konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar.
Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan
permasalahan sosial semakin tegas juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga
melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat
oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaan manajemen investasi telah mulai
memperhatikan kebijakan CSR dari suatu perusahaan dalam membuat keputusan investasi
mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai investasi bertanggung jawab social (Socially
Responsable Investing).
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan perbuatan
baik. Misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald Mc Donald House,
namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di
masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian
beasiswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong
para pekerjanya untuk sukarelawan (Volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek
komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas tersebut yang secara
langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan.
Dengan diterimanya konsep CSR terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan
kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial diatas.
Keperdulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas,
namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi
didalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan
komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, dimana CSR mengharuskan
suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan
termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan
antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang
saham yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
Dunia bisnis selama setengah abad terakhir telah menjelma menjadi institusi paling
berkuasa diatas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun harus mengambil
tanggung jawab untuk kepentingan bersama setiap keputusan yang dibuatsetiap tindakan
yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut. Sebuah definisi yang
luas oleh World Business Council for Sustainable Development(WBCSD) yaitu suatu asosiasi
global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menyatakan bahwa CSR adalah
merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etisdan
memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun
masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh
keluarganya.

3.4.1.1. Contoh Kasus Bisnis dari CSR


Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda
tergantung dari sifat perusahaan tersebut dan amat sulit untuk mengukurnya walaupun
banyak sekali literatur yang memuat tentang cara mengukur seperti misalnya metode 14 Poin
Balanced Scorecardoleh Deming, Orlizty, Schmidt, dan Rynes menemukan suatu korelasi
antara sosial/performa lingkungan hidup dan performa keuangan. Namun bisnis nampaknya
tidak menguntungkan apabila diharuskan melaksanakan strategi CSR.
Hasil Survey The Millenium Poll on CSR (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business
Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam
membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap
karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) akan paling
berperansedangkan bagi 40% citra perusahaan &brand image yang akan paling
mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis
fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau
manajemen..
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan
CSR adalah ingin menghukum(40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan
yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan
tersebut.
Kasus bisnis pada CSR diantara perusahaan-perusahaan biasanya berkisar satu ataupun lebih
dari argumentasi dibawah ini:
1. Sumber daya manusia, program CSR dapat dilihat sebagai suatu pertolongan dalam
bentuk rekrutmen tenaga kerja dan memperkerjakan masyarakat sekitar, terutama sekali
dengan adanya persaingan kerja diantara para lulusan sekolah. Akan terjadi peningkatan
kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan pada rekrutmen tenaga
kerja yang berpotensi maka dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif akan menjadi
suatu nilai tambah perusahaan. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu
atmosfir kerja yang nyaman diantara para staf, terutama apabila merekadapat dilibatkan
dalam penyisihan gajidan aktivitas penggalangan dan ataupun sukarelawan.
2. Manajemen risiko, manajemen risiko merupakan inti dari strategi perusahaan.
Reputasiyang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam
sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau skandal lingkungan hidup. Kejadian
ini dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah
dan media massa. Membentuk suatu budaya dari mengerjakan sesuatu dengan benar pada
perusahaan dapat mengurangi risiko ini.
3. Membedakan merek, di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras
untuk membuat suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya
dari para pesaingnya di benakkonsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan
loyalitas konsumen atas dasar nilai khususdari etika perusahaan.
4. Ijin usaha, perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya
melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu kebenaran secara sukarela
maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka
sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi
atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi.
Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka
diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan
kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidupsehingga dengan
demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dipersoalkan.
5. Motif perselisihan bisnis, kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana
akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan. Contohnya ada kepercayaan bahwa program
CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat
atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.
LATIHAN

1) Jelaskan alasan, mengapa manajer perlu melakukan analisa lingkungan bisnis !


2) Jelaskan model hubungan lingkungan terhadap organisasi?
3) Terdapat suatu kejadian atau kecenderungan di dalam suatu organisasi/perusahaan yang
mempengaruhi aktivitas organisasi/perusahaan tersebut, Jika Anda sebagai pemilik suatu
perusahaan, apa yang harus dilakukan !
4) Jelaskan dengan sebuah contoh perubahan lingkungan eksternal terhadap daya saing bisnis
?
5) Jelaskan dengan sebuah contoh perusahaan di Indonesia yang telah melakukan CSR!

RANGKUMAN

 Organisasi yang bias bertahan hidup adalah organisasi yang bias menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan. Sebaliknya, organisasi akan mengalami masa
kehancuran apabila organisasi tersebut tidak memperhatikan perkembangan dan
perubahan lingkungan disekitarnya.
 Proses yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan analisis lingkungan eksternal
adalah dengan melakukan pemindaian (scanning), pengawasan (monitoring), peramalan
(forecasting), dan penilaian (assessing).
 CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktifitasnya harus berdasarkan keputusannya, tidak semata
berdasarkan faktor keuangan saja.
 CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, dimana CSR mengharuskan suatu
perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder)
perusahaan termasuk lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, 2015. Pengantar Manajemen. Jakarta; Mitra Wacana Media.


Robbins, S.P., Decenzo, D.A., & Coulter, M. 2011. Fundamentals of Management. New
Jersey; Pearson.
Tisnawati Ernie, Kurniawan, 2017. Pengantar Manajemen Edisi Pertma. Jakarta; PT. Fajar
Interpratama Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai