Anda di halaman 1dari 5

Tari Tuitan

Redaksi - Budaya & Wisata, Pendidikan, Sulut

SMA NEGERI 1 KOTAMOBAGU

SENI BUDAYA

XII IPA G

Disusun oleh
Alfin Daud

Aprileo B Mokodongan

Anjar Mokoginta

Sandri Mokodompit

Teguh Putra Sengkey

Tegar Van Gobel

Valentino Suangi

Wahyudi Mokodompit

Wahyudistira Moki
Pendahuluan

Bolaang mongondow merupakan daerah yang kaya akan budaya, mulai dari tari-tarian seperti tari tari
toya, tari joke, tari mosau tari ronko/ragai, tari kalibombang, tari pomamaan, tari monugal, tari
mokoyut, tari kikoyung, tari mokosambe, sampai pada tari tuitan dan tari kabela. Bukan hanya tarian
yang di warisakan adapun makanan yang paling khas di daerah bolaang mongondow, dinagoi makanan
yang hampir mirip dengan kerak telor yang ada di betawi ini sudah sangat jarang ditemukan bukan
karena sulit mendapatkan bahan bakunya tapi selera masyarakat mongondow sendiri yang sudah
mengembara sampai ke negeri pizza

Pembahasan

 SEJARAH TARI TUITAN

Bolaang Mongondow Suara BMR – Tarian tradisional ini pada masa pemerintahan kerajaan, merupakan
tarian khusus di lingkungan istana sebagai tari pengawal raja, dalam mengantar dan menjemput raja
waktu keluar daerah. Tarian ini di sebut kabasarang in Datoe, yang kemudian dalam perkembangannya
menjadi tari yang digelar untuk menjemput atau menjamu tamu kehormatan. Dimana masa sekarang ini
dipergunakan juga untuk menjemput dan mengawal pengantin pria saat masuk ke rumah pengantin
wanita pada acara akad nikah perkawinan adat Mongondow.

Menurut sumber tarian ini diciptakan dan dipakai sebagai tarian kerajaan sejak zaman Raja Tadohe,’
karena dalam tulisan W. Dunnebier Over de Vorsten Van Bolaang Mongondow yang yang diterjemahkan
R.Mokoginta. Dalam buku itu diterangkan bahwa penetapan ketentuan-ketentuan adat yang terstruktur
ditetapkan pada zaman Pemerintahan Raja Tadohe’ sekitar Tahun 1600. Keterangan yang sama dapat
ditemui pada tulisan-tulisan Bernard Ginupit.

Tarian ini diperankan oleh 9 (sembilan) orang personil yang memakai pakaian adat yang sudah
ditentukan, dengan tugas masing-masing 6 (enam) orang sebagai penari; 1 (satu) orang sebagai pemain
alat music; dan 2 (dua) orang sebagai pelaku pesilat yang akan melakukan duel. Dalam prosesnya, tarian
ini menggunakan alat tombak dan kaleau atau perisai, khusus untuk 6 (enam) orang penari.

Pada prosesnya sebelum pelaksanaan tarian, guhanga (orang tua adat) melakukan dodandonan, yaitu
ucapan-ucapan permohonan kepada leluhur yang disampaikan lewat nyanyian yang bertujuan untuk
meminta agar pada prosesnya leluhur tidak terlibat, sehingga penari-penari ini tidak kerasukan,
mengingat pada pelaksanaannya penari-penari ini menggunakan benda tajam. Setelah dodandonan
selesai disampaikan, tarian dimulai ketika iring-iringan tamu atau pengantin pria sudah memasuki
halaman dari tempat pengantin wanita. Gerakan tarian ini dominan persis seperti pertempuran, yaitu
memainkan langkah maju-mundur dan menghunuskan tombak serta mengangkat kaleau.

Khusus pada acara akad nikah, pada tahapan selanjutnya penari-penari membuat barisan tiga-tiga dan
berjalan bersama mengawal iring-iringan pengantin pria sampai di depan gerbang pintu masuk tempat
pengantin wanita. Di depan gerbang, iring-iringan akan dicegat oleh satu orang pengawal pengantin
wanita, yang kemudian meminta berduel dengan perwakilan iring-iringan pengantin pria, sebagai satu
persyaratan mutlak untuk masuk ke dalam, Pengawal pengantin pria harus mengalahkan pengawal
pengantin wanita tersebut. Hal ini menggambarkan pada zaman dahulu pria yang akan mempersunting
wanita adalah pria yang terbukti mempunyai kekuatan, karena kalau lemah maka tidak bisa diijinkan
masuk kedalam rumah sang wanita, artinya tidak akan pernah mempersuntingnya.

Selanjutnya, setelah pengawal pengantin wanita ditaklukkan, iring-iringan pengantin pria dipersilahkan
masuk untuk menyerahkan seserahan yang dibawa serta melangsungkan pernikahan dan tetap dikawal
oleh kelompok tuitan tadi. (Arman/Deddy)

 Tata Cara Tari Tuitan


Tari Tuitan adalah tari tradisional daerah Bolaang Mongondow yang dipertunjukkan pada saat
menjemput tamu. Jumlah penari sembilan orang yang kesemuanya adalah laki-laki, salah seorang di
antaranya sebagai pemimpin. Pemimpin tari menggunakan peralatan berupa tombak yang dalam bahasa
daerah disebut tungkudon dan perisai dalam bahasa daerah
disebut kelau. Kostum yang digunakan oleh penari adalah
pakaian perang dilengkapi dengan topi. Alat-alat music
yang digunakan adalah suling, gendang, dan gong. Irama
dan gerak para penari mengikuti irama gendang dan
seruling. Tarian ini dimainkan selama 3 sampai 4 menit.
Dan berikut adalah cara melakukan tari tuitan

1. Gerakan dimulai dengan mengambil tongkat dan perisai yang berada di tanah

2. Lalu kemudian angkatlah tongkat dan perisai tersebut di angkat lalu di ayunkan perlahan

3. Kemudian para penari akan melakukan gerakan maju mundur seperti sedang beradu perisai
4. Gerakan dilanjutkan dengan lebih cepat dan para penari akan mulai berteriak seperti sedang berduel
sambil menari

5. Tarian Selesai dan para penari pun mulai mengiringi tamu kehormatan masuk sembari mengangkat
tombak dan perisainya ke atas

Anda mungkin juga menyukai