Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH i

IMODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN


BAHASA ARAB
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab

Dosen Pengampu:
Nurhapsari Pradnya Paramita, M.Pd.I

Disusun Oleh i:

Burdah Mahfudhah (19104020088)


Muhammad ‘Afif Muslim (19104020044)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTASiILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNANiKALIJAGA YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji isyukur ikami iucapkan ikehadirat iAllah iSWT iatas isegala irahmat-Nya isehingga
imakalah iyang iberjudul i“Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab” iini idapat itersusun isampai idengan iselesai. iSholawat iserta isalam isemoga iselalu
itercurahkan ikepada ijunjungan ikita iNabi iAgung iMuhammad isaw., isang iuswatun
ihasanah ibagi ikita isemua idan isemoga ikita isenantiasa imenjalankan iprinsip-prinsip
ikehidupan iahlusunnah iwaljama’ah.
Penyusunan imakalah iini itentu itidak ilepas idari ibantuan ibanyak ipihak. iMaka idari
iitu, ipenulis imenyampaikan ibanyak iterima ikasih ikepada isemua ipihak iyang itelah
iberkontribusi idalam ipembuatan imakalah iini. iTak ilupa ipenulis iucapkan iterima ikasih
iyang isebesar-besarnya ikepada iBu Hapsari selaku idosen ipengampu imata ikuliah Model
dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab yang itelah imemberikan ibimbingan ikepada ipenulis
isehingga imakalah iini idapat iterselesaikan itepat ipada iwaktunya.
Terlepas idari isemua iitu, ipenulis imenyadari isepenuhnya ibahwa imasih iada
ikekurangan ibaik idari isegi ikonten imaupun itata ibahasanya. iOleh ikarena iitu, idengan
itangan iterbuka ipenulis imenerima isegala isaran idan ikritik iagar ipenulis idapat
imemperbaiki imakalah iini imenjadi ilebih ibaik ilagi. iAkhir ikata ipenulis iberharap
isemoga imakalah iini idapat imemberikan imanfaat iataupun iinspirasi ikepada ipara icivitas
iacademica.

Yogyakarta, 04 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTARiISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual.......................................................................................................
B. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual...................................................................................................
C. Konsep Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab...................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar iBelakang
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis
untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun
tetap mengerucut pada tujuan khusus. Macam-macam model pembelajaran yaitu model
pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran aktif,
inofatis, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), model pembelajaran saintifik,
dan masih banytak lagi. Dalam hal ini model pembelajaran kontekstual yang akan
dibahas.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-
pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks
lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Sagala (2009: 92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan
langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, pada makalah
ini penjelasan tentang pembelajaran kontekstual akan dibahas secara mendalam.

B. Rumusan iMasalah

1. Apa Pengertian Pembelajaran Konteksual?


2. Apa Karakteristik Pembelajaran Konteksual?
3. BagaimanaiKonsep Pembelajaran Konteksual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab?

C. Tujuan

1. Untuk imengetahui iPengertian Pembelajaran Konteksual.


4
2. Untuk imemahami iKarakteristik Pembelajaran Konteksual. i
3. Untuk imemahami Konsep Pembelajaran Konteksual dalam Pembelajaran Bahasa
Arab.

5
BAB II i
PEMBAHASAN

1. Pengertian pembelajaran Konteksual


Pembelajaran dan pengajaran Contextual (CTL, Contextual Teaching and
Learning) adalah salah satu topik hangat dalam dunia pendidikan saat ini.
Anehnya sejauh ini tidak ada panduan menyeluruh mengenai CTL yang
menjelaskan secara tepat apa CTL dan mengapa metode itu berhasil.
CTL adalah sebuah sistem yang bersifat menyeluruh yang menyerupai cara
alam bekerja. Menurut pandangan ala Newton tersebut, tugas kita adalah
memandang keseluruhan sebagai tidak lebih dari jumlah bagian-bagiannya yang
terpisah dan berdiri sendiri. Penemuan ilmiah terbaru saat ini memberitahu kita
bahwa justru hubungan antara bagian- bagian tersebutlah yaitu konteksnya yang
memberikan makna1.
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching And Learning (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dengan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ahli biologi Lym Marguis, bersama Darion Sogan (1995), memperkuat
pandangan tersebut. Dia menjelaskan bahwa segala sesuatu di bumi adalah bagian
dari sebuah jejaring hubungan. Hewan-hewan “ terkait satu dengan yang lain dan
dengan lingkungan hidupnya”.2
Dipengaruhi oleh pandangan ilmiah baru abad ke-20 yang beranggapan
bahwa kenyataan dalam hubungan yang melihat bahwa suatu kesatuan melebihi
jumlah dari bagian-bagiannya, pada pendidik sekarang merasa perlu berpikir
ulang tentang cara kita mengajajar.
Pernyataan ringkas dari beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa
pembelajaran model pendekatan CTL, sebagai sebuah sistem mengajar,
didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan
konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan
yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas. Semakin bermaknalah
1
Mukhlis Hanafi, Implikasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap
Pendidikan Agama Islam, tahun 2006.
2
Ibid, hal .34

6
isinya bagi mereka .Jadi, sebagian besar tugas seorang guru adalah menyediakan
konteks.

Pembelajaran model pendekatan CTL melibatkan para siswa dalam aktivitas


penting yang membantu mereka mengkaitkan pelajaran yang akademis dengan
konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


Menurut Depdiknas karakteristik pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh
asas. Asas pembelajaran kontekstual adalah yang melandasi proses pembelajaran
yaitu “konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi,
dan penilaian sebenarnya”.3
a) Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam strukur kogntif peserta didik berdasarkan pengalaman.4
Pembelajaran kontekstual berlandaskan pada konstruktivis. Pendekatan
konstruktivis dikemukakan oleh pakar psikologi yaitu Piaget. Pendekatan
konstruktivis menekankan pada peserta didik untuk belajar aktif bukan pasif.
Peserta didik belajar aktif dengan cara anak merekonstruksi pengetahuan ke
dalam skema mereka. Konstruktivisme menekankan pada kogntif peserta didik
artinya kogntif peserta didik lebih berperan dalam merekonstruksi pengetahuan.
“Pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut”.
Maka dua faktor tersebut sangat penting untuk merekonstruksi pengetahuan
peserta didik. Menurut Piaget hakikat pengetahuan adalah5 :

“Pertama, Pengetahuan bukanlah merupakan gambara dunia


kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan
melalui kegiatan subjek. Kedua, Subjek membentuk skema kogntif, kategori,
konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. Ketiga, Pengetahuan
dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk
pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan

3
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Grafika Offset, 2007),
hlm. 43; Trianto, Mendesain Model Pembelajaran …, hlm. 111.
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2007),
hlm. 264.
5
Ibid., hlm. 264.
7
pengalaman-pengalaman seseorang.”13

Berdasarkan pendapat Piaget di atas dapat disimpulkan bahwa


pengetahuan direkonstruksi oleh peserta didik yang berlandasakan pada
pengamatan dan pengalaman. Peserta didik melalui pengamatan dapat
merekonstruksi pengetahuan ke dalam skema mereka. Peserta didik setelah
melakukan pengamatan maka akan memperoleh pengalaman.
b) Inkuiri
Inkuiri adalah asas kedua dalam pembelajaran kontekstual. Inkuiri adalah
“proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis” 6 Pengetahuan yang didapatkan oleh peserta
didik bukan hasil dari materi yang diberikan guru secara langsung. Peserta didik
tidak menghafal fakta-fakta pengetahuan yang disampaikan oleh guru di kelas.
Peserta didik mencari dan menemukan materi sendiri sehingga peserta didik
dapat berfikir secara sistematis. Berikut beberapa langkah proses inkuiri7 :

a. Merumuskan masalah

b. Mengajukan hipotesis

c. Mengumpulkan data

d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan

e. Membuat kesimpulan

c) Bertanya

Pengetahuan peserta didik berasal dari sebuah pertanyaann. Maka


bertanya adalah aspek yang penting dalam pembelajaran. Peserta didik bertanya
memiliki dua arti yaitu jika peserta didik bertanya menunjukan bahwa peserta
didik sedang menggali pengetahuan yang diperoleh. Jika peserta didik
menjawab pertanyaan maka mencerminkan kemampuan berpikir peserta didik.
Pada proses pembelajaran kontekstual guru mengarahkan dan mendorong
peserta didik untuk bertanya agar peserta didik dapat menemukan pengetahuan
sendiri melalui keingintahuan peserta didik setiap materi pelajaran.8

d) Masyarakat Belajar

6
bid., hlm. 265.
7
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi ..., hlm. 45
8
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi ..., hlm. 44
8
Asas model pembelajaran kontekstual yang keempat adalah masyarakat
berlajar. “Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain”.9 Artinya peserta didik dibentuk sebuah
kelompok. Kelompok yang dibentuk tidak homogen melainkan heterogen.
Kelompok yang dibentuk secara heterogen artinya kelompok tersebut peserta
didik memiliki kemampuan berbeda-beda. Pembagian peserta didik yang
heterogen diharapkan peserta didik yang pintar dapat membantu peserta didik
yang kurang pintar. Pembentukan kelompok diharapkan peserta didik dapat
saling bekerjasama.

“Masyarakat belajar berhasil apabila terjadi komunikasi dua arah.”10 Guru


tidak hanya menyampaikan informasi saja yang artinya berpusat pada guru.
Akan tetapi, peserta didik terlibat aktif pembelajaran. Peserta didik dapat
bertanya kepada guru atau peserta didik dapat bertanya ke kelompok lain.
Masyarakat belajar yaitu dua kelompok atau lebih saling belajar satu sama lain
untuk melengkapi jika terdapat kekurangan di dalam masing-masing kelompok.
Selain itu, semua peserta didik harus berpartisipasi aktif. Jadi tidak ada peserta
didik yang dominan dalam pembelajaran.

e) Pemodelan

Asas pemodelan adalah “proses belajar dengan memperagakan sesuatu


sebagai contoh yang dapat ditiru oleh peserta didik”.11 Misalkan guru memberi
contoh sebagai penjual di pasar. Guru mencontohkan sebagai bu lurah dan
sebagainya. Pemodelan tidak harus dilakukan oleh seorang guru. Akan tetapi,
peserta didik dapat menajadi model sebagai contoh dari peserta didik lain.
Peserta didik yang menjadi model memiliki kemampuan yang lebih
dibandingkan peserta didik lain. Sebagai contoh peserta didik memperagakan
puisi atau pantun karena peserta didik tersebut telah menjuarai lomba puisi dan
pantun. Seorang guru juga dapat mendatangkan seorang ahli. “Tujuan
pemodelan agar peserta didik terhindar dari pembelajaran teoritis abstrak yang

9
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi ..., hlm. 46; Trianto, Mendesain Model
Pembelajaran …, hlm. 116; Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, hlm. 267
10
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi..., hlm. 46; Trianto, Mendesain Model
Pembelajaran …, hlm; 116-117.
11
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi..., hlm. 46; Trianto, Mendesain Model
Pembelajaran …, hlm. 117; Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, hlm. 266; Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran…, hlm. 267.
9
dapat memungkinkan terjadinya verbalisme12”

f) Refleksi

“Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita dilakukan di masa yang
lalu.13 Peserta didik setelah pembelajaran selesai dilakukan, peserta didik
merenung terhadap materi yang dipelajari. Refleksi bertujuan agar pengalaman
yang didapatkan peserta didik dapat menambah pengetahuan. Cara yang
dilakukan guru adalah dengan bertanya ke peserta didik materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Guru kemudian membiarkan peserta didik menjawab
pertanyaan sehingga peserta didik dapat menyimpulkan pengetahuan yang
diperoleh.

g) Penilaian Autentik

Menurut Wina Sanjaya penilaian autentik adalah ‘proses yang dilakukan


guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan oleh Peserta didik”.14 Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak
dilakukan pada setiap akhir periode atau semester, tetapi dilakukan secara
bersama-sama pada saat pembelajaran. Penekakan pada penilaian autentik
adalah bukan pada hasil belajar, tetapi proses belajar peserta didik.

3. Konsep Pembelajaran Konteksual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Di Indonesia, bahasa arab dimasukkan ke dalam rumpun bahasa asing. Karena itu
sebagaimana layaknya bahasa asing, pembelajaran bahasa arab kepada peserta didik
Indonesia dapat berlangsung secara efektif apabila dilakukan dengan menerapkan
strategi dan metode tertentu. Karena pada dasarnya, teori-teori mengenai metode
pembelajaran bahasa arab sama dengan teori-teori pembelajaran bahasa pada umumnya.

Salah satu model pendekatan dalam pembelajaran bahasa arab yang diharapkan
mampu menjadi alternatif dalam pembelajaran bahasa arab kepada siswa Indonesia
adalah metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pada dasarnya, sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa metode Contextual


Teaching and Learning (pembelajaran kontekstual) adalah suatu pendekatan
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, hlm. 268.
13
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran …, hlm. 117.
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, hlm. 269.
10
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh sehingga
siswa dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan sehari-hari atau bidang-bidang tertentu, sehingga peserta didik dapat
merasakan makna dari setiap materi pelajaran yang diterimanya dan
mengimplementasikannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam pembelajaran bahasa asing, terutama bahasa arab, pelibatan siswa secara
penuh dalam proses pembelajaran adalah hal yang sangat penting karena dalam
mempelajari bahasa, interaksi timbal balik antara pengarah dan peserta didik harus
dilakukan. Jika seorang pengajar bahasa arab hanya berfokus pada penyampaian materi
atau melibatkan siswa tidak secara penuh, misalnya dengan menyuruh mereka
menghafalkan sejumlah mufradat dan kaidah tatabahasa (nahwu) maka bisa ditebak hasil
yang dicapai dalam pembelajarannya juga tidak maksimal.

Seperti diketahui, para ahli metodologi pengajaran bahasa arab kepada non-arab
membagi kemahiran berbahasa arab kepada empat macam kemahiran, yaitu: 1) Maharat
al-Istima’ (kemahiran mendengar) 2. Maharat al-Qira’ah (kemahiran membaca), 3.
Maharat al-Hiwar (kemahiran bercakap) dan 4. Maharat al-Kitabah (kemahiran menulis).
Semua indikator kemahiran berbahasa arab di atas dapat dicapai dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (pembelajaran kontekstual).

Sebagai contoh, Maharat al-Istima’ atau kemahiran mendengar, biasanya


diterapkan pada tahap awal pembelajaran bahasa arab. Mempelajari kemahiran ini sangat
penting karena akan memudahkan seseorang untuk mempelajari jenis kemahiran
berikutnya dan memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara pembicara dan
pendengar15

Untuk dapat terlibat langsung dalam suatu komunikasi maka konsekuensinya


pengajar bahasa arab harus melatih dan membiasakan para siswanya Maharat al-Istima’
ini. Karena itu, seyogyanya pengajar terlebih dahulu aktif berbahasa arab di dalam kelas
agar siswanya membiasakan diri mendengar kalimat-kalimat dalam bahasa arab.

Adapun Maharah al-Hiwar atau kemahiran bercakap adalah kemampuan peserta


didik untuk menyatakan dan mengutarakan konsep pikirannya kepada orang lain secara
lisan (verbal). Kemahiran ini penting diajarkan karena merupakan langkah awal menuju

15
Abdullah Abd. al-Tawwab. I’dad Mu’allim al-Lughah al-‘Arabiyyah Li Ghayri al-Natiqina Biha, Jakarta:
Ma’had al- ‘Ulum al-Islamiyah wa al- ‘Arabiyyah. Tahun 1986.
11
kemahiran berikutnya, yakni kemahiran membaca dan kemahiran menulis. Selain itu,
kemahiran ini memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah atau timbal-balik antara
pihak pembicara dan pendengar.

Berkaitan dengan kemahiran berbicara, pengajar bahasa arab harus mampu


menguasai teknik dan metode penyajian kemahiran berbicara ini dengan baik, misalnya
dengan metode al-hiwar atau menggunakan alat bantu berupa gambar-gambar sehingga
peserta didik dapat berkomunikasi dengan yang lainnya melalui bantuan gambar
tersebut.

Sedang pada Maharat al-Qira’ah atau kemahiran membaca, yaitu kemampuan


menghubungkan antara bahasa ucapan dengan simbol yang berbentuk tulisan, dan
melalui simbol tersebut ia dapat mengutarakan pikiran dan ide-idenya.

Pembaca yang mahir bersifat otonom dan bisa melakukan kegiatannya di luar
kelas. Peserta didik juga tetap dapat berhubungan dengan bahasa sasaran/arab melalui
majalah, buku atau surat kabar yang berbahasa arab. Fakta ini jelas menunjukkan bahwa
pengajaran membaca adalah dalam rangka mengembangkan kemahiran membaca.
Dengan demikian adalah merupakan tugas pengajar bahasa arab untuk meyakinkan
bahwa pembelajaran membaca menjadi pengalaman menyenangkan bagi peserta
didiknya.

Untuk menjadikan peserta didik senang terhadap teks bacaan, maka pengajar
bahasa arab hendaknya menyiapkan buku-buku bacaan berbahasa arab dengan beragam
topik dan tingkat kesulitan yang berbeda, sehingga peserta didik dapat melatih dirinya
untuk membaca teks-teks tersebut di luar waktu belajar.

Terakhir Maharat al-Kitabah atau kemahiran menulis yaitu kemampuan


seseorang untuk mengungkapkan konsepsi pikirannya melalui susunan kata-kata berupa
simbol-simbol tulisan yang teratur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang tepat.
Menurut seorang pakar bahasa arab, kemahiran ini merupakan sarana komunikasi tertulis
antara individu dengan individu lainnya. dengan kemahiran ini, manusia akan mengenal
gagasan dan ide orang lain, baik yang masih hidup di masa lalu ataupun yang masih
hidup sampai sekarang.16

16
Mahmud Kamil al-Naqah. Asasiyat Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah fi Ghayri al-‘Arab, Sudan: Ma’had
Khartoum. Tahun 1978.
12
Menulis merupakan jenis kemahiran yang paling jarang digunakan diantara
empat jenis kemahiran lainnya di atas. Hanya sedikit lulusan lembaga atau fakultas
pendidikan yang menulis karyanya dalam bahasa arab, termasuk peserta didik yang
belajar di program studi pendidikan bahasa arab.

Berbicara mengenai kebutuhan dan upaya mempersiapkan peserta didik ke dalam


dunia nyata, menulis merupakan kemahiran tersulit untuk diadaptasikan di antara empat
jenis kemahiran lainnya di atas, sebab peserta didik diharuskan untuk mengemukakan
gagasannya dalam bentuk tulisan dan bahasa yang benar.

Berdasarkan penjelasan sebagaimana dikemukakan di atas, model pendekatan


Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah alternatif penting dalam pembelajaran
bahasa arab, khususnya kepada siswa Indonesia.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan i

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching And Learning (CTL)


adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dengan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam model pembelajaran ini, menekankan pada makna sebuah ilmu yang
dipelajari. Makna berkaitan dengan suatu konteks. Sehingga tugas guru ialah
menyediakan konteks. Konteks yang dimaksud ialah mengkaitkan pelajaran
dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Karakteristik suatu hal dapat dilihat pula dari asas hal tersebut. Asas
pembelajaran kontekstual adalah yang melandasi proses pembelajaran yaitu
konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan
penilaian sebenarnya. Ketujuh karakteristik tersebut berkaitan erat dengan
perolehan makna suatu ilmu.
Penerapan model pembelajaran kontekstual melahirkan proses belajar-
mengajar yang aktif-interaktif. Sehingga peserta didik lah yang condong aktif
dalam kelas.
Berdasarkan materi-materi yang telah dipaparkan di atas, sangat disayangkan
negara tercinta ini, yakni Indonesia baru sepenuhnya menerapkan model pembelajaran
kontekstual pada jenjang pendidikan perkuliahan. Sehingga menurut para kontekstuil,
Indonesia pada jenjang TK hingga SMA sama sekali tidak mendapatkan ilmu
pengetahuan

14
DAFTARiPUSTAKA

al-Naqah, Mahmud Kamil. 1978. Asasiyat Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah fi Ghayri


al-‘Arab, Sudan: Ma’had Khartoum

al-Tawwab, Abdullah. 1986. I’dad Mu’allim al-Lughah al-‘Arabiyyah Li Ghayri al-


Natiqina Biha, Jakarta: Ma’had al- ‘Ulum al-Islamiyah wa al- ‘Arabiyyah.

Hanafi, Muklis. 2006. Implikasi Pembelajaran Kontekstula Terhadap Pendidikan


Agama Islam.
Muslich, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
(Jakarta: Grafika Offset, 2007).

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


(Jakarta: Prenada Media, 2007).

15

Anda mungkin juga menyukai