Anda di halaman 1dari 16

FUNGSI

Pemahaman akan konsep fungsi sangat penting dalam mempelajari disiplin


ilmu ekonomi, karena telaah-telaah ekonomi banyak bekerja dengan fungsi. Baik
fungsi yang berbentuk persamaan maupun fungsi yang berbentuk pertidaksamaan.
Fungsi yang berbentuk persamaan adalah fungsi yang ruas kiri dan ruas
kanannya dihubungkan dengan tanda kesamaan (=). Sedangkan fungsi yang
berbentuk pertidaksamaan adalah fungsi yang ruas kiri dan ruas kanannya
dihubungkan dengan tanda ketidaksamaan (< atau >).

PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR FUNGSI


Fungsi adalah suatu bentuk hubungan matematis yang menyatakan
hubungan fungsional (hubungan ketergantungan) antara satu variabel dengan
variabel yang lain. Fungsi dibentuk oleh beberapa unsur. Unsur-unsur
pembentuk fungsi yaitu :
1. Variabel, yaitu unsur pembentuk fungsi yang mencerminkan atau mewakili
faktor tertentu, dilambangkan dengan huruf latin, melambangkan sumbu-
sumbu dalam sistem koordinat (absis dan ordinat). Berdasarkan kedudukan
atau sifatnya, variabel dalam sebuah fungsi ada dua macam, yaitu :
a. Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang nilainya tidak
tergantung dari variabel lain
b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang nilainya
tergantung dari variabel lain.
2. Koefisien, yaitu bilangan atau angka yang terkait pada variabel dan terletak di
depan variabel dalam sebuah fungsi.
3. Konstanta, yaitu bilangan atau angka yang berdiri sendiri dan tidak terkait
pada suatu variabel, yang (kadang-kadang) turut membentuk sebuah fungsi.

-1-
Secara umum notasi sebuah fungsi :
Contoh :
y = f (x)

Jika f(x) = 2 + 0,5 x == y = 2 + 0,5 x


y = Dependent variable, nilainya tergantung pada nilai x
x = Independent variable, nilainya tidak tergantung pada nilai y
0,5 = koefisien variabel x 2 = konstanta

JENIS-JENIS FUNGSI
Fungsi dapat dikelompokkan dalam kelompok fungsi aljabar dan
kelompok fungsi non aljabar. Pengelompokan jenis fungsi dapat digambarkan
sebagai berikut :
Fungsi

Fungsi Aljabar Fungsi non-aljabar

F. irrasional F. rasional

F. polinom F. pangkat F. eksponensial


F. linier F. logaritma
F. kuadrat F. trigonometrik
F. kubik F. hiperbolik
F. bikuadrat

Fungsi polinom, yaitu fungsi yang mengandung banyak suku (polinom) dalam
variabel bebasnya. Pangkat tertinggi pada variabel suatu polinom
mencerminkan derajat polinomnya, sekaligus mencerminkan derajat

-2-
persamaan atau fungsi tersebut. Bentuk umum persamaan atau fungsi
polinom adalah y = a + a x + a x + ……. + a x
Fungsi linier, yaitu fungsi polinom khusus yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat satu, sehingga sering disebut fungsi berderajat
satu. Bentuk umumnya : y = a + a x

Dimana : a = konstanta dan a ≠0


Fungsi kuadrat, yaitu fungsi polinom yang pangkat tertinggi dari variabelnya
adalah pangkat dua, dan sering disebut fungsi berderajat dua. Bentuk
umumnya : y = a + a x + a x

Dimana : a = konstanta; a dan a adalah koefisien; a ≠ 0


Fungsi berderajat n, yaitu fungsi yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah
pangkat n (n = bilangan nyata). Bentuk umumnya : y = a + a x + a x

+ ……. + a x +a x

Dimana : a = konstanta; a hingga a adalah koefisien; a ≠ 0


Fungsi pangkat, yaitu fungsi yang variabel bebasnya berpangkat sebuah bilangan
nyata bukan nol. Bentuk umumnya : y = x
Dimana : n = bilangan nyata bukan 0
Fungsi eksponensial, yaitu fungsi yang variabel bebasnya merupakan pangkat
dari konstanta bukan nol. Bentuk umumnya : y = n
Dimana : n > 0
Fungsi logaritmik, yaitu fungsi balik (inverse) dari fungsi eksponensial, variabel
bebasnya merupakan bilangan logaritmik. Bentuk umumnya : y = log x
Fungsi trigonometrik dan fungsi hiperbolik, yaitu fungsi yang variabel
bebasnya merupakan bilangan-bilangan goneometrik.
Contoh fungsi trigonometrik : y = sin 5x
Contoh fungsi hiperbolik : y = arc cos 2x

-3-
Berdasarkan letak ruas variabelnya fungsi dibedakan menjadi dua :
a) Fungsi eksplisit adalah fungsi yang independent variabel dan dependent
variabelnya terletak di ruas berlainan.
b) Fungsi implisit adalah fungsi yang independent variabel dan dependent
variabelnya terletak pada ruas yang sama.

Fungsi Bentuk Eksplisit Bentuk Implisit

Umum y = f (x) f(x,y) = 0


Linier y=a +a x a +a x–y=0

Kuadrat y=a +a x+a x a +a x+a x -y=


0
Kubik y=a +a x+a x +a x a +a x+a x +a
x -y=0
Setiap fungsi yang berbentuk eksplisit dapat diubah menjadi bentuk
implisit, tetapi tidak semua fungsi implisit dapat diubah menjadi bentuk eksplisit.

FUGSI LINIER

Fungsi linier adalah suatu fungsi yang pangkat tertinggi variabelnya


adalah pangkat satu. Fungsi linear ini sering juga disebut persamaan garis lurus.
Bentuk umum : y = a + bx

y = Dependent variable / variabel terikat / variabel tergantung


x = Independent variable / variabel bebas / variabel tidak tergantung
b = Koefisien arah garis / slope garis
a = Bilangan konstanta / tetap

PENGGAMBARAN FUNGSI LINIER

-4-
Setiap fungsi yang berbentuk eksplisit atau bisa dieksplisitkan, dapat
disajikan secara grafik pada sistem koordinat (sumbu silang). Gambar yang
dihasilkan mungkin berupa garis lurus atau berupa kurva, tergantung pada jenis
fungsi yang bersangkutan. Gambar dari sebuah fungsi dapat dihasilkan dengan
menghitung koordinat titik-titik yang memenuhi persamaannya, kemudian
memindahkan pasangan-pasangan titik tersebut ke sistem koordinat (sumbu
silang). Dalam menggambarkan suatu fungsi, terdapat kebiasaan meletakkan
variabel bebas pada sumbu horizontal (absis) dan variabel terikat pada sumbu
vertikal (ordinat).
Dengan memberikan nilai-nilai tertentu untuk variabel bebas x, lalu
disubstitusikan ke dalam persamaan fungsinya, akan diperoleh nilai variabel
terikat y. Berdasarkan nilai-nilai (x ; y) dapat ditentukan koordinat titik-titiknya.
Garis persamaan dapat digambarkan dengan menghubungkan koordinat atau
pasangan titik-titik yang ada.
Contoh : y = 3 + 2x
x 0 1 2 3 4
y 3 5 7 9 11

y
12 y = 3 + 2x
---------------------------------------
10 |
----------------------------- |
8 | |
--------------------. | |
6 | | |
----------. | | |
4 - | | | |
- | | | |
2 - | | | |
| | | |

-5-
| | | | x
0 1 2 3 4

Pada persamaan linier y = a + bx, konstanta (a) adalah penggal garis pada
sumbu vertikal y, sedangkan koefisien (b) merupakan arah atau lereng (slope)
garisnya. Jika dalam persamaan tidak ada konstantanya (a = 0), maka
garisnyatidak mempunyai penggal pada sumbu vertikal.
Jika koefisien arah (b) bernilai positif (b > 0), garisnya bergerak dari kiri
bawah ke kanan atas. Jika koefisien arah (b) bernilai negatif (b < 0), garisnya akan
bertolak dari kiri atas ke kanan bawah.
Letak garis atau kurva sebuah fungsi linier tidak selalu ada di kuadran
pertama (I), pada x positif dan y positif. Tetapi bisa atau mungkin berada di
kuadran II, III atau IV, tergantung dari besar kecil atau positf atau negatif nilai-
nilai x dan y. Analisis matematik dalam ekonomi lebih memusatkan pada kuadran
pertama (I).
Untuk memperoleh gambar dari sebuah fungsi linier, sesungguhnya tidak
perlu menghitung terlalu banyak titik koordinat. Dengan dua buah titik saja sudah
bisa dibentuk sebuah garis lurus, maka cukup dengan dua koordinat yang
memenuhi persamaan yang bersangkutan, sudah bisa menggambarkan kurvanya.

Contoh : y = 4 + 2x y y = 4 + 2x
- Perpotongan pada Sumbu x berarti  y 4
0 = 4 + 2x
-4 = 2x
x = -2
- Perpotongan Sumbu y berarti  x = 0 x
y = 4 + 2x -2 -1

y = 4 + 2(0)
y=4

-6-
HUBUNGAN LINIER

Hubungan sebab-akibat antara variabel ekonomi, misalnya antara


permintaan dan harga, antara investasi dan tingkat suku bunga, dapat dengan
mudah dinyatakan dan diterangkan dalam bentuk fungsi. Diantara berbagai
macam hubungan fungsional yang ada, hubungan linier merupakan bentuk yang
paling dasar dan paling sering digunakan dalam analisis ekonomi.

KOEFISIEN ARAH GARIS LURUS / SLOPE


Fungsi linier adalah fungsi yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah
satu. Fungsi linier apabila digambarkan akan menghasilkan sebuah garis lurus,
sehingga fungsi linier bisa disebut sebagai fungsi garis lurus atau fungsi berderajat
satu (karena pangkat tertinggi dari variabelnya satu). Bentuk umum fungsi linier
adalah y = a + bx, dimana a (konstanta) adalah penggal garis pada sumbu vertikal
(sumbu y), mencerminkan besarnya nilai y pada x = 0. Sedangkan b adalah
koefisien arah garis / slope / lereng garis yang bersangkutan, yang mencerminkan
besarnya tambahan nilai y untuk setiap tambahan satu unit x. Lereng garis dari
suatu fungsi linier selalu konstan untuk setiap x.
Berikut ini beberapa gambar (grafik) persamaan linier dengan koefisien
arah garis atau lereng garis positif, negatif maupun nol. Jika koefisien arah
bernilai positif (b > 0), maka garisnya bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Jika
koeisien arah bernilai negatif (b < 0), maka garisnya bergerak dari kiri atas ke
kanan bawah. Jika koefisien arahnya nol (b = 0), maka garisnya akan sejajar
dengan sumbu horizontal (sumbu x).

-7-
b=

atau :

b=

Jika b > 0 Jika b < 0


b = positif b = negatif

Jika b = 0
( berarti y = a )

-8-
PEMBENTUKAN PERSAMAAN LINIER
Sebuah persamaan linier dapat dibentuk melalui beberapa cara, tergantung
pada data yang tersedia. Pada prinsipnya sebuah persamaan linier bisa dibentuk
berdasarkan dua unsur. Unsur tersebut dapat berupa penggal garisnya, lereng
garisnya atau koordinat titik-titik yang memenuhi persamaannya. Beberapa cara
untuk membentuk persamaan linier, yaitu :
a) Cara dua koordinat (dwi-koordinat)
Dari dua buah titik koordinat dapat dibentuk sebuah persamaan linier yang
memenuhi kedua titik tersebut. Apabila diketahui A dan B dengan koordinat
masing-masing (x1 ; y1) dan (x2 ; y2) maka persamaan linear dapat dibentuk
dengan rumus sebagai berikut :

Contoh : Diketahui titik A (2, 3) dan B (6,5) maka persamaan linearnya :

= Mm Mm mm
Grafik

4y – 12 = 2x – 4
4y = 2x – 4 + 12
4y = 2x + 8
y = 2 + 0,5x

b) Cara koordinat dan arah garis (koordinat – lereng)


Dari sebuah titik koordinat dan arah garis (lereng garis) dapat dibentuk
persamaan linier yang memenuhi titik dan arah garis (lereng garis) tersebut.
Apabila diketahui sebuah titik dengan koordinat (x1 ; y1) dan arah garisnya
(lereng garisnya) b, maka rumus persamaan linearnya, sebagai berikut :

-9-
y – y1 = b ( x – x1 )

Contoh : Diketahui titik A (2, 4) dan arah garis b = 0,5


y – y1 = b ( x – x1 )
y – 4 = 0,5 ( x – 2 )
y – 4 = 0,5x – 1
y = 0,5x – 1 + 4
y = 0,5x + 3
atau y = 3 + 0,5x

Grafik

c) Cara Penggal – Lereng


Sebuah persamaan linier dapat juga dibentuk jika diketahui penggalnya pada
salah satu sumbu dan lereng garis yang memenuhi persamaan tersebut.
Persamaan liniernya dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
a = penggal
y = a + bx
b = lereng
Contoh :
Diketahui penggal dan lereng garis y = f(x) adalah 2 dan 0,5, maka persamaan
liniernya adalah y = 2 + 0,5x

- 10 -
d) Cara Dwi-Penggal
Sebuah persamaan linier dapat juga dibentuk jika diketahui penggal garis
tersebut pada masing-masing sumbu, yaitu penggal pada sumbu vertikal (ketika
x = 0) dan penggal pada sumbu horizontal (ketika y = 0). Maka persamaan
liniernya dapat dibuat dengan rumus sebagai berikut :
a = penggal vertikal
y=a- x
c = penggal horizontal
Contoh :
Diketahui : penggal pada sumbu vertikal (a) = 2 dan penggal pada sumbu
horiontal (c) = -4. Maka persamaan liniernya adalah :

y=a- x

y=2- x

y = 2 + 0,5x

HUBUNGAN DUA GARIS LINIER


Dalam sistem sumbu silang, dua buah garis lurus mempunyai empat
macam kemungkinan bentuk hubungan, yaitu berimpit, sejajar, berpotongan dan
tegak lurus.
a) Berimpit
Apabila persamaan garis yang satu merupakan kelipatan dari persamaan garis
yang lainnya.

y1 = n y2
a1 = n a 2
b1 = n b2

- 11 -
b) Sejajar
Apabila arah garis (lereng garis) yang satu sama dengan arah garis (lereng
garis) yang lain. Tetapi a1 ≠ a2

a1 ≠ a 2
b1 = b2

c) Berpotongan
Dua garis berpotongan apabila arah garis yang satu berlainan (tidak sama)
dengan arah garis yang lain.

b1 ≠ b2

d) Tegak lurus
Dua garis lurus akan tegak lurus apabila lereng garis yang satu merupakan
kebalikan dari lereng garis yang lain dengan tanda yang berlawanan. Atau
lereng garis yang satu dikalikan dengan lereng garis yang lain sama dengan -1.
y
 y=a +b x b = - 1/ b
atau
- y = a + b x b .b =-1
0 x
Contoh : (dua garis berpotongan)

- 12 -
Persamaan I  y = 15 – x
Persamaan II  y = 3 + 0,5x

Titik Potong
Pers. I = Pers. II

15 – x = 3 + 0,5x Grafik :

15 – 3 = 1,5x

12 = 1,5x

x =8

y = 15 – x

y = 15 – 8

y =7

PENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN LINIER


Mencari akar-akar persamaan adalah menghitung besarnya nilai variabel-
variabel di dalam persamaan yang bersangkutan. Atau dapat juga dikatakan
mencari harga dari bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan tersebut.
Pencarian akar-akar persamaan linier dapat dilakukan dengan cara :
1. Cara eliminasi
Dua persamaan dengan dua bilangan yang tidak diketahui, dapat diselesaikan
dengan cara menghilangkan sementara (mengeliminasi) salah satu yang tidak
diketahui, sehingga dapat dihitung nilai dari bilangan yang lain. Langkah-
langkah untuk cara eliminasi :
a) Pilih salah satu variabel yang akan dieliminasi (dihilangkan sementara)
b) Kalikan kedua persamaan dengan angka tertentu bila diperlukan sehingga
koefisien pada variabel yang dipilih akan menjadi sama

- 13 -
c) Jika tanda pada kedua koefisien dari variabel yang dipilih sama, maka kedua
persamaan dikurangkan, tetapi jika tanda pada kedua variabel yang dipilih
berbeda, maka kedua persamaan dijumlahkan.
d) Cari nilai dari variabel yang tidak dipilih dan substitusikan ke dalam
persamaan untuk menentukan nilai dari variabel yang dipilih tersebut.
Contoh 1 :
Tentukan nilai-nilai variabel x dan y dari dua persamaan berikut ini :
Persamaan I : 2x + y = 10
Persamaan II : x + 3y = 15
Variabel yang akan dieliminasi adalah variabel x

2x + y = 10 x 2x + = 10
1 y

x + 3y = 15 x 2x + = 30 -
2 6y

-5y = -20

y = 4
Mencari nilai x, substitusikan nilai y = 4 ke salah satu persamaan
2x + y = 10 atau x + 3y = 15
2x + 4 = 10 x + 3(4) = 15
2x = 6 x = 15 - 12
x=3 x =3
Jadi akar-akar persamaan linier adalah x = 3 dan y = 4.
Contoh 2 :
Tentukan nilai-nilai variabel x dan y dari dua persamaan berikut ini :
Persamaan I : 3x – 2y = 7
Persamaan II : 2x + 4y = 10
Variabel yang akan dieliminasi adalah variabel y
3x – 2y = 7 ─> x2 ─> 6x – 4y = 14
2x + 4y = 10 ─> x1 ─> 2x + 4y = 10 +
8x = 24

- 14 -
x = 3

Mencari nilai variabel y, substitusikan nilai x = 3 ke salah satu persamaan


3x – 2y = 7 atau 2x + 4y = 10
3(3) – 2y = 7 2(3) + 4y = 10
9 - 2y = 7 6 + 4y = 10
-2y = 7 – 9 4y = 10 – 6
-2y = -2 4y = 4
y =1 y=1
Jadi akar-akar persamaan linier adalah x = 3 dan y = 1

2. Cara subsitusi
Dua persamaan dengan dua bilangan yang tidak diketahui dapat
diselesaikan dengan cara menyelesaikan terlebih dahulu sebuah persamaan
untuk salah satu bilangan yang tidak diketahui, kemudian mensubstitusikannya
ke dalam persamaan yang lain.
Contoh 1: (persamaannya sama dengan cara eliminasi)
2x + y = 10
y = 10– 2x  subsitusikan ke pers. II
x + 3y = 15
x + 3(10 – 2x) = 15
x + 30 – 6x = 15
-5x = 15 – 30
-5x = -15
x =3
Untuk mencari nilai y, substitusikan nilai x = 3 ke salah satu persamaan
2x + y = 10 atau x + 3y = 15
2(3) + y = 10 3 + 3y = 15
6 + y = 10 3y = 15 - 3
y = 10 – 6 3y = 12
y =4 y=4

- 15 -
Jadi akar-akar persamaan tersebut adalah x = 3 dan y = 4

Contoh 2 : (persamaannya sama dengan cara eliminasi)


2x + 4y = 10 (persamaan kedua)
2x = 10 – 4y : 2
x = 5 – 2y ─> sustitusikan ke persamaan pertama
3x – 2y = 7 ─> 3 (5 – 2y) – 2y = 7
15 – 6y – 2y =7
15 – 8y =7
-8y = 7 – 15
-8y = - 8
y = 1
Untuk mencari nilai variabel x, substitusikan nilai y = 1 ke salah satu persamaan
2x + 4y = 10 atau 3x – 2y =7
2x + 4(1) = 10 3x – 2(1) = 7
2x + 4 = 10 3x – 2 =7
2x = 10 – 4 3x = 7 + 2
2x = 6 3x = 9
x = 3 x = 3
Jadi akar-akar persamaan linier tersebut adalah x = 3 dan y = 1

- 16 -

Anda mungkin juga menyukai