Anda di halaman 1dari 18

Nama : Reza rafsanjani

Kelas : AK19B
NIM : 19416262201066

Pengertian Fungsi
Jika membahas materi tentang fungsi, maka akan sangat erat hubungannya dengan relasi.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa fungsi merupakan relasi yang memiliki aturan khusus.

Relasi ini terjadi jika setiap anggota dari sebuah himpunan dipasangkan dengan setiap
anggota himpunan lain. Agar bisa dikatakan sebagai fungsi, maka harus ada syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:

1. Anggota himpunan A memiliki pasangan


2. Setiap anggota himpunan A memiliki pasangan dengan satu anggota himpunan B.

Jenis-Jenis Fungsi
Secara umum, jenis fungsi terbagi menjadi dua macam, yaitu:

 Fungsi Aljabar

Fungsi aljabar merupakan sebuah fungsi yang terdapat aljabar. Fungsi aljabar sendiri
dibedakan menjadi:

 Fungsi Konstan

Contoh fungsi konstan adalah f(x) = k dan k adalah konstanta. Jika nilai x disubsitusikan,
maka hasilnya akan konstan. Grafik yang tergambar berupa garis datar sejajar sumbu X.

 Fungsi Identitas

Fungsi identitas ditulis dengan persamaan f(x) = x. grafiknya berupa garis dengan sudut
450 terhadap sumbu X.

 Fungsi Linear

Dituliskan dengan persamaan f(x) = ax + b, a ≠ 0. Grafikya berupa garis.

 Fungsi Kuadrat
Dituliskan dengan persamaan f(x) = ax2 + bx + c, a ≠ 0. Grafiknya berupa kurva parabola.

 Fungsi Polinom

Merupakan bentuk umum persamaan dari fungsi kuadrat fungsi linear, fungsi identitas, dan
fungsi konstan. Ditulis dengan f(x) = an xn + an-1 xn-1+ … + a2x2 + a1x +a0

 Fungsi Irasional

Ditulis dengan f(x) = √x+1

 Fungsi Transenden

Fungsi transenden merupakan fungsi yang tidak mengandung aljabar. Fungsi transenden
dibagi menjadi:

 Fungsi Pecahan

Fungsi yang terbentuk dari pecahan atau terdiri dari pembilang dan penyebut. Contohnya
adalah persamaan f(x) =

 Fungsi Ganjil

Fungsi yang memenuhi persamaan f(-x) = -f(x). Grafik yang tergambar berbentuk simetris
dnegan titik pusat O.

 Fungsi Genap

Fungsi yang memenuhi persamaan f(-x) = f(x). Grafik yang tergambar berbentuk simetris
terhadap sumbu Y.

Sifat-Sifat Fungsi
Setelah mengetahui jenis-jenis fungsi dan sifat-sifat fungsi berikut akan menambah
wawasan kalian ketika bertemu dengan soal pemetaan. Berikut sifat fungsi:

 Fungsi Into

Fungsi into adalah jika anggota himpunan B tidak memiliki pasangan dari anggota himpunan
A.
 Fungsi Injektif

Fungsi injektif adalah jika setiap anggota himpunan B memiliki satu pasangan dengan
anggota himpunan A.

 Fungsi Surjektif

Fungsi surjektif adalah tiap anggota himpunan B merupakan pasangan dari anggota
himpunan A.

 Fungsi Bijektif

Fungsi bijektif adalah anggota himpunan B memiliki pasangan dari anggota himpunan A dan
setiap anggota himpunan B hanya satu yang berpasangan dengan anggota himpunan A.

Contoh
Diketahui A = {-2, -1, 0, 1, 2} dan B = {0, 1, 2, 3, 4}. Fungsi f memetakan setiap anggota
himpunan A ke himpunan B dengan rumus f(x) = x2 . Tuliskan fungsi f dalam himpunan
pasangan berurutan dan tentukan range dari fungsi f. f={(-2,4), (-1,1), (0,0), (1,1),
(1941626220106619416262201066194162622010662,4)} Rf={0, 1, 4}

A. Pengertian Fungsi Linier

Fungsi Linier adalah fungsi Polinom yang variabel bebasnya memiliki pangkat paling tinggi
adalah satu. Dikatakan fungsi linier apabila variabel X dan Y dalam persamaan tersebut
mempunya pangkat satu (sehingga X1=X dan Y1=Y). Oleh karena itu fungsi linier sering
disebut dengan persamaan garis lurus (pgl) dengan bentuk umumnya adalah sebagai barikut:

Bentuk umum fungsi linier 2 variabel (x & y)


y = a0 + a1x

Dimana :

a0 konstanta, nilainya positif, negatif, atau nol


a1 koefisien, nilainya positif, negatif, atau nol

Contoh : y = 4 + 2x

f : x → mx + c atau f(x) = mx + c atau y = mx + c

 m adalah gradien / kemiringan / kecondongan (2)


 c adalah konstanta (4)

Contoh lain fungsi linier:


y=2x+5
y=-3x+2

Didalam menyelesaikan persoalan fungsi linier ada dua cara yang perlu diketahui, yaitu:

1. Membuat kurva fungsi linier

Adapaun cara membuat kurva liner antaralain:

a. Dengan cara sederhana (curve traicing process)

Yaitu dengan menggunakan tabel x dan y, dimana kita tentukan dulu nilai x sebagai variabel
bebas, maka dengan memasukkan beberapa nilai x kita akan memperoleh nilai y.

Misalkan : y = 4 + 2x

 x  -2 -1  0  1  2 

y   0 2  4  6  8 

Lalu titik-titik dalam tabel tersebut ditandai dan dihubungkan menghasilkan garis seperti
dalam kurva berikut ini:

b. Dengan cara matematis (menggunakan ciri-ciri yang penting)

Yaitu dengan mencari titik potong untuk sumbu x dan juga sumbu y.

Langkah-langkah membuat grafik fungsi linier dengan cara matematis:

 Tentukan titik potong dengan sumbu x, y = 0 diperoleh koordinat A( x1, 0)


 Tentukan titik potong dengan sumbu y, x = 0 diperoleh koordinat B( 0, y1)
 hubungkan dua titik A dan B sehingga terbentuk garis lurus.

contoh:
Misalkan diketahui y = 4 + 2x. Maka grafik fungsi dapat digambarkan menggunakan ciri-ciri
penting, yaitu:

 Titik potong fungsi dengan sumbu y, x=0, maka y=4. Jadi titiknya adalah A(0,4) 
 Titik potong fungsi dengan sumbu x, y=0, maka x=-2. Jadi titiknya adalah B(-2,0)

Dengan menggunakan kedua ciri ini maka kita dapat menggambar grafik fungsi y=4 + 2x
seperti terlihat pada gambar berikut:

2. Bentuk Kurva Suatu Fungsi

Persamaan linier juga dapat ditulis ditulis dengan simbol y = ax + b (ini untuk mempermudah
dalam memahami gambar)

 Jika b bernilai positif : fungsi linier digambarkan garis dari kiri bawah ke kanan atas
 Jika b bernilai negatif : fungsi linier digambarkan garis dari kiri atas ke kanan bawah
 Jika b bernilai nol : digambarkan garis yg sejajar dengan sumbu datar x
 Apabila b bernilai negatif, contoh: Y = 10 - 2X  maka kurva bergerak dari kiri atas ke
kanan bawah seperti gambar berikut:

 Apabila b bernilai positif, misalnya : Y = 3 + 2X  maka kurva bergerak dari kiri


bawah ke kanan atas seperti gambar berikut:

3). Gradien dan Persamaan garis lurus

Gradien adalah koefisien yang menentukan arah garis  fungsi linier, biasanya koefisien ini
melekat pada variabel X (sisi vertikal)/(sisi horizontal).

Jika gambar kurva bergerak dari kiri atas ke kanan bawah maka nilai gradiennya negatif dan
juga sebaliknya.

Contoh:
y=-x+3
Jika x=0 → y=3, koordinat (0,3)
Jika y=0 → x=3, koordinat (3,0)

a. Garis lurus yang melalui titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) memiliki gradien m:
m = y1-y2 / x1-x2 atau m = y2-y1/x2-x1
b. Persamaan garis lurus yang melalui titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) adalah:

 y-y1 = x-x1
 y2-y1=x2-x1

c. Persamaan garis lurus yang bergradien m dan melalui titik A(x1, y1), fungsinya adalah:
y = m (x – x1 ) + y1

4. Hubungan dua garis lurus

 Dua garis lurus yang sejajar

Sejajar kan terjadi ketika dua buah garis akan sejajar apabila kemiringan garis yang satu sama
dengan kemiringan garis yang lain (m1 = m2).

 Dua garis lurus yang berhimpit

Berimpit akan terjadi ketika dua buah garis akan berimpit apabila persamaan garis yang satu
merupakan kelipatan dari (proporsional terhadap) persamaan garis yang lain. y1 = mx1+ b1
akan berimpit dengan y2 = mx2+ b2 , jika y1 = ny2 ; a1 = na2 ; b1 = nb2.

 Dua garis lurus yang berpotongan

Berpotongan, dua buah garis akan berpotongan apabila kemiringan garis yang satu tidak
sama dengan kemiringan garis yang lain (m1 ≠ m2).

Untuk fungsi linier yang saling berpotongan, maka untuk mencari titik potongnya dapat
dilakukan dengan cara :

1. Metode Grafik
2. Metode Subtitusi 
3. Metode Eliminasi 
4. Metode Campuran

 Dua garis lurus yang tegak lurus


Tegak lurus (termasuk garis lurus berpotongan) akan terjadi saat dua garis akan saling tegak
lurus apabila kemiringan garis yang satu merupakan kebalikan dari kemiringan garis yang
lain dengan tanda yang berlawanan  (m1 = – 1/m2). Atau nilai perkalian kemiringannya
menghasilkan nilai –1 (m1 ⨉ m2 = -1).

B. Penggunaan Fungsi Linear dalam Ekonomi

Penerapan suatu fungsi dalam ekonomi sangatlah banyak entah itu fungsi linier maupun non-
linier. Fungsi linier sering dijumpai dalam suatu analisa yang membutuhkan suatu kurva.
Oleh karena itu materi fungsi khususnya fungsi linier wajib untuk dikuasai. Berikut ini adalah
beberapa contoh penerapan fungsi linier di bidang ekonomi:

1. Penerapan Fungsi Linier Pada Fungsi Permintaan (Demand Function)

Fungsi Permintaan menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta
oleh konsumen dengan anggapan bahwa faktor-faktor lain tetap (ceteris paribus), yaitu selera
tetap, pendapatan tetap dan harga barang-barang lain tetap, maka ini menandakan bahwa
apabila harga turun jumlah barang yang diminta oleh konsumen naik, demikian pula
sebaliknya.

1. Pada saat harga turun P1 ke P2, maka permintaan naik dari Q1 ke Q2


2. Pada saat harga naik P1 ke P3, maka per mintaan  turun dari Q1 ke Q3

Hal –hal yang perlu diperhatikan:

1. P = harga per unit; Q = Quantitas barang


2. Kurva permintaan bergerak dari kiri atas ke kanan bawah
3. P dan Q positif
4. Pada suatu tingkatan harga (P) hanya terkandung nilai kuantitas (Q) dan sebaliknya
5. Skala P dan Q tidak perlu sama, karena harga tidak sama dengan kuantitas.

2. Penerapan Fungsi Linier Pada Fungsi Penawaran (Supply Function)

Fungsi Penawaran menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang
ditawarkan kepada konsumen, dengan anggapan faktor-faktor lain tetap (ceteris paribus).
Maka apabila tingkat harga meningkat, jumlah barang yang ditawarkan bertambah, demikian
pula sebaliknya.
1. Pa → Pc : Jumlah barang yang ditawarkan naik  Qa → Qc
2. Pa → Pb : Jumlah barang yang ditawarkan turun  Qa → Qb

3. Penerapan Fungsi Linier Pada Market Equilibrium (Keseimbangan Pasar)

Pasar suatu jenis barang dikatakan berada dalam keseimbangan apabila jumlah barang yang
diminta dipasar tersebut sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan
grafik hal ini ditunjukkan oleh persamaan :

FS  =  FD
( Fungsi Penawaran = Fungsi Permintaan)

Yaitu pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran. Pada posisi
keseimbangan pasar ini tercipta harga keseimbangan (equilibrium price) dan Jumlah
keseimbangan (equilibrium quantity).

4. Penerapan Fungsi Linier Pada Pajak

Pajak adalah jenis pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap produsen/penjual sehingga
beban pajak akan menambah besarnya biaya yang harus dipikul oleh produsen/penjual.
Akibatnya harga yang ditawarkan akan naik, kenaikannya sebesar pajak yang dibebankan.
Ada dua macam pajak, antara lain:

a. Pajak Perunit

Pajak per unit adalah pajak yang dikenakan terhadap suatu barang yang besarnya tetap untuk
setiap unit barang.
Fungsi sebelum pajak : FS → P = aQ + b
Fungsi setelah pajak : FSt → P = (aQ + b) + t

 Pajak yang ditanggung konsumen: (Pt – P) Qt


 Pajak yang ditanggung produsen: (Qt .t)- (Pt – P) Qt
 Pajak yang diterima pemerintah: Qt.t

b. Pajak Persentase

Pajak Persentase adalah pajak yang dipungut pemerintah dengan persentase yang tetap
terhadap penjualan. Pajak persentase (r).

Fungsi sebelum pajak  : FS → P = aQ + b


Setelah Pajak : FSr→P = (aQ + b)( 1 + r )

5. Penerapan Fungsi Linier pada Subsidi

Subsidi merupakan kebalikan dari pajak, pengaruhnya  terhadap keseimbangan pasar


berbalikan dengan pengaruh pajak. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan suatu
barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi rendah. Dengan adanya subsidi,
produsen merasa  ongkos produksinya menjadi lebih kecil sehingga bersedia menjual lebih
murah.

Fungsi sebelum subsidi : FS → P = aQ + b


Fungsi setelah subsidi : FSs → P = aQ + b – S
B. Fungsi Non Linier

1. Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat atau fungsi berderajat dua ialah fungsi yang pangkat tertinggi dari variabelnya
adalah pangkat dua. Mengingat pangkat dua dalam persamaan kuadrat sesungguhnya dapat
terletak pada baik variable x maupun variable y, bahkan pada suku xy(jika ada) maka bentuk
yang lebih umum untuk suatu persamaan kuadrat ialah :
2. Lingkaran
Bentuk Umum persamaan lingkaran ialah : ax2 + by2 + cx + dy + e = 0
Jika i dan j masing-masing adalah jarak pusat lingkaran terhadap sumbu vertikal y dan sumbu
horizontal x, sedangkan r adalah jari-jari lingkaran, maka persamaan baku lingkaran
menjadi : ( x – i )2 + ( y – j )2 = r2 , dengan

3. Ellips
Bentuk baku rumus ellips

4. Hiperbola
, jika sumbu lintang sejajar sumbu x

, jika sumbu lintang sejajar sumbu y


5.Parabola
Bentuk umum persamaan parabola adalah :
y = ax2 + bx + c, jika sumbu simetri sejajar sumbu vertical
atau
x = ay2 +by +c, jika sumbu simetri sejajar sumbu horisontal
 Penerapan Ekonomi
Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar
Selain berbentuk fungsi linier, permintaan dan penawaran dapat pula berbentuk fungsi non
linier. Fungsi permintaan dan fungsi penawaran yang kuadratik dapat berupa potongan
lingkaran, potongan elips, potongan hiperbola maupun potongan parabola. Cara menganalisis
keseimbangan pasar untuk permintaan dan penawaran yang non linier sama seperti halnya
dalam kasus yang linier. Keseimbangan pasar ditunjukkan oleh kesamaan Qd = Qs, pada
perpotongan kurva permintaan dan kurva penawaran.

Keseimbangan Pasar :
Qd = Qs
Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran
E    = titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan
Qe = jumlah keseimbangan
Analisis pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar juga sama seperti pada
kondisi linier. Pajak atau subsidi menyebabkan harga jual yang ditawarkan oleh produsen
berubah, tercermin oleh berubahnya persamaan penawaran, sehingga harga keseimbangan
dan jumlah keseimbangan yang tercipta di pasarpun berubah. Pajak menyebabkan harga
keseimbangan menjadi lebih tinggi dan jumlah keseimbangan menjadi lebih sedikit.
Sebaliknya subsidi menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih rendah dan jumlah
keseimbangan menjadi lebih banyak.
Contoh Soal:
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukan oleh persamaan Qd = 19 – P2 , sedangkan
fungsi penawarannya  adalah Qs =  –8 + 2P2 . Berapakah harga dan jumlah keseimbangan
yang tercipta di pasar ?
Jawab  :
Keseimbangan Pasar
Qd =     Qs
19 – P2 =  –8 + 2P2
P2 =     9
P        =      3  ≡  Pe
Q        =  19 – P2
=  19 – 32
Q        =  10   ≡ Qe
Harga dan jumlah keseimbangan pasar adalah E ( 10,3 )
Jika misalnya terhadap barang yang bersangkutan dikenakan pajak spesifik sebesar 1 (rupiah)
per unit, maka persamaan penawaran sesudah pengenaan pajak menjadi :
Qs‘ = –8 + 2(P–1)2 = –8 + 2(P2–2P+1) = –6 –4P+ 2P2
Keseimbangan pasar yang baru :
Qd = Qs‘
19 – P2 = –6 – 4P + 2P2
3P2 – 4P – 25 = 0
Dengan rumus abc diperoleh P1= 3,63 dan P2 = –2,30, P2 tidak dipakai karena harga negative
adalah irrasional.
Dengan memasukkan P = 3,63 ke dalam persamaan Qd atau Qs‘ diperoleh Q = 5,82.
Jadi, dengan adanya pajak : Pe‘ = 3,63 dan Qe‘ = 5,82
Selanjutnya dapat dihitung beban pajak yang menjadi tanggungan konsumen dan produsen
per unit barang, serta jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah, masing-masing :
tk = Pe‘ – Pe = 3,63 – 3 = 0,63
tp = t – tk = 1 – 0,63 = 0,37
T = Qe‘ x t = 5,82 x 1 = 5,82
 Fungsi Biaya
Selain pengertian biaya tetap, biaya variable  dan biaya total, dalam konsep biaya dikenal
pula pengertian biaya rata-rata (average cost) dan biaya marjinal (marginal cost). Biaya rata-
rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap unit produk atau keluaran,
merupakan hasil bagi biaya total terhadap jumlah keluaran yang dihasilkan. Adapun biaya
marjinal ialah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghsilkan satu unit tambahan
produk
Biaya tetap                        :     FC = k
Biaya variable                  :     VC = f(Q) = vQ
Biaya total                         :       C = g (Q) = FC + VC = k + vQ
Biaya tetap rata-rata     :

Biaya variable rata-rata     :

Biaya rata-rata                  :

Biaya marjinal                  :

Bentuk non linier dari fungsi biaya pada umumnya berupa fungsi kuadrat parabolic dan
fungsi kubik. Hubungan antara biaya total dan bagian-bagiannya secara grafik dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Biaya total merupakan fungsi kuadrat parabolik
Andaikan C = aQ2 – bQ + c  maka  dan
Maka
1. Biaya total merupakan fungsi kubik

Andaikan C = aQ3 – bQ2 + cQ + d maka dan FC=D


Maka

Contoh Soal :
Biaya total yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan ditunjukkan oleh persamaan
C = 2Q2 – 24 Q + 102. Pada tingkat produksi berapa unit biaya total ini minimum? Hitunglah
besarnya biaya total minimum tersebut. Hitung pula besarnya biaya tetap, biaya variable,
biaya rata-rata, biaya tetap rata-rata dan biaya variable rata-rata pada tingkat produksi tadi.
Seandainya dari kedudukan ini produksi dinaikkan dengan 1 unit, berapa besarnya biaya
marjinal?
Jawab :
Berdasarkan rumus titik ekstrim parabola, C minimum terjadi pada kedudukan

Besarnya C minimum = 2Q2 – 24 Q + 102


= 2(6)2 – 24(6) + 102 = 30
Atau C minimum dapat juga dicari dengan rumus ordinat titik ekstrim parabola, yaitu

Selanjutnya, pada Q = 6
Jika Q = 7, C =  2(7)2 – 24(7) + 102 = 32

Berarti untuk menaikkan produksi dari 6 unit menjadi 7 unit diperlukan biaya tambahan
(biaya marjinal) sebesar 2.
 Fungsi Penerimaan
Bentuk fungsi penerimaan total (total revenue, R) yang non linear pada umumnya berupa
sebuah persamaan parabola terbuka ke bawah.
Penerimaan total merupakan fungsi dari jumlah barang , juga merupakan hasilkali jumlah
barang dengan harga barang per unit. Seperti halnya dalam konsep biaya, dalam konsep
penerimaanpun dikenal pengertian rata-rata dan marjinal. Penerimaan rata-rata (average
revenue, AR) ialah penerimaan yang diperoleh per unit barang, merupakan hasilbagi
penerimaan total terhadap jumlah barang. Penerimaan marjinal (marginal revenue, MR) ialah
penerimaan tambahan yang diperoleh dari setiap tambahan satu unit barang yang dihasilkan
atau terjual.
Penerimaan total               R = Q x P = f (Q)
Penerimaan rata-rata
AR = R/Q
Penerimaan marjinal

MR =
Contoh :
Fungsi permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen monopolis ditunjukkan oleh P = 900
– 1,5 Q. Bagaimana persamaan penerimaan totalnya? Berapa besarnya penerimaan total jika
terjual barang sebanyak 200 unit, dan berapa harga jual perunit? Hitunglah penerimaan
marjinal dari penjualan sebanyak 200 unit menjadi 250 unit. Tentukan tingkat penjualan yang
menghasilkan penerimaan total maksimum, dan besarnya penerimaan maksimum tersebut.
Jawab :
P = 900 – 1,5 Q  R = Q x P = 900 Q – 1,5 Q2
Jika Q = 200 ,  R = 900 (200) – 1,5(200)2 = 120.000
P = 900 – 1,5 (200) = 600
Atau

Jika Q = 250 ,  R = 900 (250) – 1,5(250)2 = 131.250


R = 900 Q – 1,5 Q2
R maksimum pada

Besarnya R maksimum = 900 (300) – 1,5(300)2 = 135.000


 Keuntungan, Kerugian dan Pulang Pokok
Analisis Pulang Pokok (break-even) yaitu suatu konsep yang digunakan untuk menganalisis
jumlah minimum produk yang harus dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Keadaan pulang pokok (profit nol, π = 0 ) terjadi apabila R = C ; perusahaan tidak
memperoleh keuntungan tetapi tidak pula menderita kerugian.  Secara grafik hal ini
ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva R dan kurva C.

Tingkat produksi Q1 dan Q4 mencerminkan keadaan pulang pokok, sebab penerimaan total
sama dengan pengeluaran (biaya) total, R = C. Area disebelah kiri Q1 dan sebelah kanan
Q4 mencerminkan keadaan rugi, sebab penerimaan total lebih kecil dari pengeluaran total, R
< C. Sedangkan area diantara Q1 dan Q4 mencerminkan keadaan untung, sebab penerimaan
total lebih besar dari pengeluaran total, R > C. Tingkat produksi Q 3mencerminkan tingkat
produksi yang memberikan penerimaan total maksimum. Besar kecilnya keuntungan
dicerminkan oleh besar kecilnya selisih positif antara R dan C. Keuntungan maksimum tidak
selalu terjadi saat R maksimum atau C minimum.
Contoh soal :
Penerimaan total yang diperoleh sebuah perusahaan ditunjukkan oleh persamaan R =
-0,1Q2 + 20Q, sedangkan biaya total yang dikeluarkan C = 0,25Q 3 – 3Q2 + 7Q + 20.
Hitunglah profit perusahaan ini jika dihasilkan dan terjual barang sebanyak 10 dan 20 unit ?
Jawab ;
π  =  R – C = -0,1Q2 + 20Q – 0,25Q3 + 3Q2 – 7Q – 20
π  =  – 0,25Q3 + 2,9Q2 + 13Q – 20
Q  =  10  π  =  – 0,25(1000) + 2,9(100) + 13(10) – 20
=   –250 + 290 +130 – 20 = 150 (keuntungan )
Q  =  20  π  =  – 0,25(8000) + 2,9(400) + 13(20) – 20
=   –2000 + 1160 +260 – 20 = – 600 (kerugian )
Contoh Soal :
Penerimaan total yang diperoleh suatu perusahaan ditunjukkan oleh fungsi R =  – 0,1Q2 +
300Q, sedangkan biaya total yang dikeluarkannya C = 0,3Q2 – 720Q + 600.000. Hitunglah :
1. Tingkat produksi yang menghasilkan penerimaan total maksimum ?
2. Tingkat produksi yang menunjukkan biaya  total minimum ?
3. Manakah yang lebih baik bagi perusahaan, berproduksi menguntungkan berproduksi
pada tingkat produksi yang menghasilkan penerimaan total maksimum atau biaya total
minimum ?
Jawab :
R =  – 0,1Q2 + 300Q
C = 0,3Q2 – 720Q + 600.000
R maksimum terjadi pada

C minimum terjadi pada

π pada R maksimum

Q = 1500   π = – 0,4Q2 + 1020Q – 600.000


= – 0,4(1500)2 + 1020(1500) – 600.000
=  30.000
1. π pada C minimum
2. Q = 1200   π = – 0,4Q2 + 1020Q – 600.000
= – 0,4(1200)2 + 1020(1200) – 600.000
=  30.000

Anda mungkin juga menyukai