Tim Dosen :
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami tim penulis yang terdiri atas Miracle Tjiabrata, Yovi
Bianca, Yohanes Leonand, dan Dhafa Kurnia Putra mampu menyelesaikan Laporan Kegiatan
Studio Pengembangan dengan judul “Highest and Best Use Lahan Jalan H. Ilyas, Kelurahan
Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan” sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
mata kuliah Studio Pengembangan pada Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah Kota dan
Real Estate.
Dalam penyusunan laporan ini, kami tim penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak tim
dosen yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam menambah wawasan dan
pengetahuan selama proses pembelajaran sehingga laporan ini dapat terselesaian dengan baik.
Terlepas dari semuanya, kami tim penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat kami hargai dan butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata, tim penulis berharap Laporan Kegiatan Studio Pengembangan ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca di kemudian hari.
Tim Penulis.
Daftar Isi
Kota Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan mobilitas yang tinggi. Hal
ini dikarenakan oleh tingginya perpindahan penduduk desa menuju kota yang
dilatarbelakangi factor ekonomi yang dimana masyarakat berfikir dengan tinggal di
kota, lapangan kerja lebih banyak tersedia dan mudah untuk didapat. Sehingga Jakarta
yang menjadi Ibu Kota Negara berkembang pesat di berbagai sektor, salah satunya
adalah property. Hal ini dipicu oleh meningkatnya permintaan akan hunian di kawasan
kota. Hal ini juga menjadikan Jakarta sebagai kota favorit para pengembang untuk
menumbuhkan berbagai macam hunian dengan berbagai macam konsep.
Jakarta Selatan adalah kota administrasi yang paling elite dibandingkan dengan wilayah
lainnya. Terlihat pada banyaknya perumahan warga kelas menengah ke atas dan tempat
pusat bisnis utama. Jakarta Selatan juga berperan sebagai kawasan utama dari
pengembangan infrastruktur dari berbagai sektor, seperti kegiatan bisnis, perdagangan
dan jasa. Jakarta Selatan kini menjadi salah satu alasan banyaknya dibangun bisnis
property hunian karena berdekatan dengan perkantoran, layanan masyarakat,
perdagangan dan jasa, dan akses transportasi yang semakin mudah. Namun begitu,
Jakarta Selatan sudah menjadi wilayah yang kian padat, maka banyak dibangunnya
hunian vertikal, apartemen.
Dengan banyaknya kawasan komersil yang terus berkembang di wilayah Jakarta
Selatan serta terdapatnya lahan kosong seluas 1,82 Ha di Jalan H. Ilyas, Kelurahan
Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, ini mendukung untuk dibangunnya bangunan
komersil dan hunian. Terlebih transportasi yang ada dikawasan Jakarta Selatan kian
berkembang karena mulai dibangunnya jalur dan stasiun Mass Rapit Transit (MRT)
Lebak Bulus dan kualitas KRL yang hanya berjarak 2 hingga 5 kilometer dari lokasi
lahan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.3 Permasalahan
Terdapat permasalahan pada lokasi lahan studi yang akan dikembangkan di Jalan H.
Ilyas, Jakarta Selatan. Berikut perumusan masalahnya, yaitu :
1) Lahan berada di kawasan yang dilewati oleh jalan arteri seperti Jl. R A Kartini
dan Jl. TB Simatupang sehingga pada saat peak hour kerap kali menimbulkan
kemacetan.
2) Lokasi lahan berada cukup jauh dengan infrastruktur kota seperti bandara dan
pelabuhan sehingga memakan waktu tempuh sekitar 30 menit hingga 1 jam
untuk menuju ke sana.
Penelitian ini berlokasi pada lahan kosong di Jalan H. Ilyas, Kelurahan Lebak Bulus,
Kecamatan Cilandak, Kota Administrasi Jakarta Selatan. Lahan ini berdekatan dengan
koridor Jl. R. A Kartini dan kawasan TB Simatupang. Secara umum karakteristik
kawasan di sekitar area lahan merupakan area pusat kegiatan yang didominasi oleh
kegiatan komersil.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Indikator makro ekonomi adalah statistic yang mencerminkan aktivitas dan ekonomi
dari waktu ke waktu. Indikator makro ekonomi dibagi menjadi 4 yaitu: Produk
Domestik Bruto (PDB), Inflasi, Nilai tukar Rupiah dan suku Bunga.
Produk Dometik Bruto (PDB) merupakan jumlah nila tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu nergara tertentu atau merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.(BPS). Di
Indonesia PDB dibagi menjadi 3 bentuk yaitu : PDB atas harga dasar, PDB atas
harga konstan dan PDB atas harga berlaku.PDB atas dasar harga dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, PDB atas harga konstan
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu dan PDB
atas harga berlaku digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari
tahun ke tahun.
Rumus PDB adalah
PDB= C+I+G+(X-M)
Keterangan:
PDB = Produk Domestik Bruto
C = Konsumsi rumah tangga
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
Grafik Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Sumber:Olahan Kelompok
2.1.2 Inflasi
Inflasi merupakan sebuah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus dalam jangka waktu tertentu( ackley 1993). Perhitungan inflasi
dilakukan oleh BPS dengan mengunakan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Inflasi tidak terpengaruh oleh satu atau dua barang saja, kecuali kenaikan
tersebut berpengaruh terhadap barang lain nya. IHK dikelompokan menjadi 7
macam pengeluaran yaitu:
• Bahan Makanan
• Makanan jadi, minuman, tembakau
• Perumahan
• Sandang
• Pendidikan dan olahraga
• Transportasi dan komunikasi
Grafik Inflasi
Sumber:Olahan Kelompok
2.1.3 Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah merupakan harga rupiah terhadap pembayaran saat kini atau
dikemudian hari antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:
• Tingkat Inflasi
• Kebijakan pemerintah
• Perbedaan tingkat suku bunga
• Aktivitas neraca pembayaran
• Hutang Negara
• Ekspor dan Impor
Sumber:Olahan Kelompok
2.2 Properti
Properti adalah harta yang berupa tanah dan bangunan serta sarana dan prasarana yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tanah dan/atau bangunan yang
dimaksudkan (KBBI). Properti berkaitan sangat erat dengan kepemilikan yang
menyebabkan banyak dokumen yang harus diurus. Properti yang kepemilikan nya tidak
jelas sangat rawan terhadapt sengketa. Hak atas kepemilikan property yaitu :
• Hak milik
• Hak guna bangunan
• Hak guna usaha
• Hak pakai
Pemanfaatan produk property tidak hanya untuk lahan maupun rumah saja,
tetapi terdapat beberapa macam penggunaannya. Berikut jenis-jenis property :
• Properti Residensial
Properti residensial merupakan bangunan yang pemnfaatan nya
digunakan digunakan sebagai tempat tinggal dan hunian. Bangunan
residensial biasanya dapat berupa rumah tunggal, perumahan, villa, kost
,asrama maupun apartemen. Residensial menjadi jenis property yang
paling banyak di investasikan karena lahan yang semakin menyempit
yang menyebabkan harga residensial semakin meningkat.
• Properti Komersial
Properti berupa bangunan komersial yang digunakan untuk tujuan
bisnis. Biasanya pemilik property akan menyewakan produk
propertinya. Pemanfaatan nya dapat berupa perkantoran, pusat
perbelanjaan, rumah toko, rumah kantor dan lain-lain.
• Properti Industri
Properti bangunan indsutri yang digunakan untuk tujuan proses industry
seperti pabrik, pergudangan atau laboratorium pengembangan. Properti
industry biasanya terletak di lahan yang luas dan jauh dari permukiman
warga
• Properti dengan tujuan khusus
Properti khusus ini pada umum nya digunakan sebagai fasilitas umum
seperti sekolah, terminal, bandara, tempat hiburan, tempat ibadah dan
lain-lain.
2.2.2 Kompetitor
Kompetitor adalah saingan atau rival dari suatu pihak yang menjalankan bisnis.
Kompetitor menawarkan produk kepada pasar yang sama dan memiliki harga
yang bersaing dengan suatu produsen. Kompetitor merupakan bagian penting
dari ekonomi pasar bebas karena dapat menurunkan harga barang dan jasa. Oleh
karena itu competitor menjadi sebuah keuntungan untuk konsumen karena
dapat membuat produsen bersaing untuk membuat produk dan harga yang
menarik konsumen. Terdapat juga beberapa cara untuk menghadapi competitor
seperti mengenali keinginan konsumen, menunjukan keunikan produk,
menentukan target pasar, berinovasi dan lain-lain.
Permintaan (demand) adalah sejumlah barang yang diminta atau dibeli pada
suatu harga atau waktu tertentu.Ketika harga suatu barang turun, maka
permintaan akan menjadi banyak, sebaliknya Ketika harga suatu barang naik,
maka permintaan akan turun. Permintaan akan terpengaruh dari beberapa factor
seperti harga barang, daya beli, selera masyarakat dan lain-lain.
Analisis Lokasi adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi sebuah lokasi yang
sudah ditentukan. Analisis lokasi menjadi penting karena sebagai suatu metode untuk
mengenali lokasi khusus nya seperti aksesibilitas, penggunaan lahan dan peraturan
zonasi.
2.3.1 Aksesibilitas
A. Dinamika penduduk
Dinamika penduduk terdiri dari beberapa unsur yaitu:
• Fertilitas (Tingkat Kelahiran)
Fertilitas merupakan bertumbuhnya jumlah penduduk yang disebabkan
oleh kelahiran penduduk.
• Mortalitas(Tingkat Kematian)
Mortalitas merupakan berkurang nya jumlah penduduk yang disebabkan
oleh kematian penduduk.
• Migrasi(Perpindahan penduduk)
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke
wilayah lain. Migrasi dibagi menjadi 2 yaitu migrasi internal dan
migrasi internasional
a) Migrasi Internal
b) Migrasi International
Migrasi international merupakan perpindahan penduduk dari suatu
negara ke negara lain nya.
B. Pertumbuhan penduduk alami
Pertumbuhan penduduk alami merupakan perhitungan yang berasal dari selisih
antara kelahiran dan kematian. Pertumbuhan penduduk dapat berkurang karena
beberapa factor seperti program keluarga berencana (KB) dan meningkatnya
partisipasi Wanita dalam Pendidikan dan lapangan kerja.
Highest and Best Use merupakan sebuah konsep dalam bidang manjemen property real
esatate, baik dalam hal optimalisasi asset maupun penilaian asset (Kemenkeu). Analisis
Highest and Best Use juga dapat diartikan sebagai analisis terhadap kegunaan terbaik
dan tertinggi dari suatu bidang tanah kosong. Analisis Highest and Best Use terdiri dari
4 unsur yaitu:
• Analisis secara kelayakan fisik
Analisis secara kelayakan fisik merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui apakah suatu property layak untuk dikembangkan diatas suatu
tanah tertentu.
• Analisis secara kelayakan peraturan
Analisis secara kelayakan peraturan merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui apakah property yang akan dikembangkan didukung atau diizinkan
dengan ketentuan yang sudah ada.
• Analisis secara kelayakan keuangan
Analisis secara kelayakan keuangan merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui apakah property yang akan dikembangkan dapat memberikan
keuntungan dan pendapatan dengan hasil postif.
• Analisis produktifitas yang maksimal
Anallisis profuktifitas yang maksimal merupakan metode yang digunakan
untuk mengtahui apakah property yang dikembangkan memeiliki produktivitas
yang maksimal. Properti dapat dikatakan berproduktivitas maksimal jika
memiliki tolak ukur seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Payback Period, Return of Investment (ROI) dan Benefit Cost Ratio yang
lebih baik dari property lain nya.
Feastability study merupakan kajian atau penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil. Feastability study digunakan untuk beberapa
tujuan yaitu:
2.9 SWOT
Analisis SWOT adalah Teknik analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT bertujuan untuk menetapkan prioritas mana yang harus didahulukan
oleh developer.
2.10 Investasi
Investasi adalah penanaman modal dalam jangka Panjang untuk pengadaan aktiva
lengkap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh
keuntungan. Investasi dibagi menjadi 2 bentuk yaitu Investasi Aktiva Rill dan Investasi
Aktiva Finansial. Terdapat berbagai macam bentuk investasi seperti :
• Investasi property
• Investasi emas
• Investasi saham
• Investasi reksa dana
• Investasi Valuta asing
• Investasi obligasi
• Investasi syariah
• Investasi cryptocurrency
• Investasi deposit
• Dan lain-lain
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam pengerjaan studi dibutuhkan Teknik pengumpulan data yang tepat untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan dan tepat. Teknik pengumpulan data untuk
pengerjaan studi ini terdapat 2 jenis yaitu data primer dan data sekunder
Data primer adalah data yang berasal dari sumber secara langsung. Dikarenakan
pada masa penelitian studi ini sedang dalam kondisi pandemic Covid-19, maka
penelitian hanya dilakukan melalui survey lapangan ke lokasi studi dengan
mematuhi protocol Kesehatan tanpa berinteraksi dengan masyarakat. Tujuan
dari survey lapangan dilakukan yakni untuk mengetahui untuk mengetahui
kondisi eksisting visual lahan, batas-batas lahan, aksesibilitas lahan serta
Kawasan di sekitar lahan objek studi.
Data sekunder adalah data yang berasal secara tidak langsung dari sumber
melainkan dari pihak lain seperti Badan Pusat Statistik, Rencana Detail Tata
Ruang dan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Analisis lokasi dan tapak digunakan dengan cara melihat kekurangan dan
kelebihan dari objek studi lahan, setelah itu maka dilakukan lah analisis SWOT
untuk mengetahui apa saja kekuatan, kelemahan, potensi dan ancaman dari
objek studi lahan untuk mengetahui produk property yang terbaik untuk
pengembangan tapak.
Alat analisis merupakan metode analisis yang digunakan dalam pengerjaan studi dalam
pengembangan property. Terdapat 2 alat analisis yang digunakan yaitu:
Net Present Value adalah hasil perehitungan selisih antara pemasukan dan
pengeluaran. Sebuah pengembangan property harus memiliki NPV > 0 untuk
dinyatakan layak untuk di investasikan, jika NPV < 0 maka pengembangan
property tersebut dianggap tidak layak untuk di investasikan
Internal Rate of Return (IRR) adalah sebuah indicator tingkat efisiensi dari
sebuah investasi. Metode IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga suatu
investasi dan menyamakan nya dengan nilai investasi saat ini berdasarkan
perhitungan kas bersih di masa yang akan dating. Reinvestasi (Reinvestment)
adalah seluruh arus kas pada masa yang akan datang yang berasumsi untuk di
investasikan Kembali dengan tingkat pengembalian sama dengan besaran nya
IRR.
C. Profitability Index
Profitability Index (PI) merupakan metode untuk menghitung perbandingan
antara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan nilai investasi sekarang.
Untuk mendapatkan profitabilitas suatu investasi maka akan menggunakan
Teknik arus kas diskonto hingga mencapai titik Profitability Index tersebut
dengan hasil lebih dari atau sama dengan 1 agar dapat tergolong dalam kriteria
baik atau dapat diterima.
D. Payback period
Payback period adalah periode waktu kapan investasi yang telah ditanamkan
pada suatu bidang akan kembali. Hasil perhitungan payback period dapat
membantu investor untuk menentukan keputusan dalam investasi yang
ditanamkan sehingga dapat mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan keuntungan. Payback period dihitung dengan cara total dana
investasi dibagi dengan kas netto.
BAB 4
TINJAUAN OBJEK STUDI
Berikut ini merupakan profil dari objek studi dari lahan yang dikembangkan beserta
kondisi demografi kawasan objek studi
4.1.1 Lokasi
Berikut ini merupakan tinjauan lokasi dari objek studi lahan pengembangan.
Lokasi objek studi secara makro dari lahan pengembangan berada pada wilayah
Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Berikut ini dilampirkan peta lokasi
objek studi lahan pengembangan terhadap Provinsi DKI Jakarta. lokasi objek
studi lahan pengembangan terhadap Provinsi DKI Jakarta.
Lokasi objek studi secara mezzo dari lahan pengembangan berada pada wilayah
Kecamatan Cilandak. Berikut ini dilampirkan peta lokasi objek studi lahan
pengembangan terhadap wilayah Kecamatan Cilandak.
Lokasi objek studi secara mikro dari lahan pengembangan berada pada
wilayah Kelurahan Lebak Bulus. Berikut ini dilampirkan peta lokasi
objek studi lahan pengembangan terhadap wilayah Kelurahan Lebak
Bulus.
Lokasi Lahan berada pada Jalan Haji Ilyas, Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan
CIlandak, Jakarta Selatan. Lokasi lahan berada dekat dengan beberapa titik
transit yaitu Stasiun MRT, Halte Trans Jakarta, dan terminal bus. Dalam radius
500 meter, lokasi lahan terdapat empat titik transportasi yaitu Stasiun MRT
Lebak Bulus Grab, Stasiun Fatmawati Indomaret, Halte Trans Jakarta Lebak
Bulus, dan Terminal Bus Lebak Bulus.
Lokasi di sekitar lahan didominasi oleh kawasan hunian dengan jenis hunian
kecil hingga sedang. Terdapat juga beberapa lahan kosong yang belum
dikembangkan. Sekitar lokasi lahan juga terdapat kawasan komersil jenis retail
dan hotel diantaranya Mall Poins Square, Hotel Mercure Jakarta Simatupang,
dan Hotel Swiss-Belinn Simatupang.
Terdapat fasilitas umum jenis stasiun yaitu Stasiun MRT Lebak Bulus yang
melayani rute Lebak Bulus - Bundaran HI. Terdapat juga Depo MRT dimana
kereta MRT disimpan dan dilakukan perawatan.
Gambar 4.5 Karakteristik di Sekitar Lahan
Sumber: jakartasatu
4.1.4 Proximity
Objek studi lahan pengembangan terletak di wilayah Jakarta selatan yang cukup
strategis dengan aksesibilitas yang baik. Lokasi objek studi lahan
pengembangan juga dekat dengan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta
Outer Ring Road) sehingga memudahkan untuk menuju ke pusat kegiatan di
wilayah lainnya.
5. Monas 20 KM 41 Menit
Tabel 4.1 kawasan pusat kegiatan dan infrastruktur kota sekitar lahan
Berdasarkan RTRW Jakarta Selatan 2030, lahan berada pada zona perkantoran,
perdagangan dan jasa, dan perumahan. Sedangkan berdasarkan RDTR 2030,
lahan akan dijadikan sebagai zona komersil dengan KDB rendah.
Berdasarkan pemilik lahan, lahan objek studi berstatus Hak Guna Bangunan
(HGB) dibawah naungan Perumda Sarana Jaya.
Bagian ini membahas mengenai komposisi penduduk pada catchment area yang
melingkupi wilayah Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan.
Akses menuju lahan cukup mudah dengan melalui Jalan TB Simatupang dan Jalan RA
Kartini. Aksesibilitas lahan pengembangan cukup mudah karena berada dekat dengan
titik transit transportasi umum dan dekat dengan jalan arteri dan didukung dengan jalan
tol sehingga memudahkan untuk melakukan perjelanan menuju tempat lain.
Jalan TB Simatupang
Lokasi lahan memiliki akses yang mudah untuk menuju ke beberapa kawasan pusat
kegiatan dan infrastruktur kota. Beberapa kawasan yang berada dekat dengan lahan
pengembang adalah kawasan Pondok Indah, TB Simatupang, Fatmawati, dan Stasiun
MRT Lebak Bulus.
Gambar 5.2 Peta Kawasan Pusat Kegiatan di Sekitar Lahan
Sumber: Olahan Kelompok 2022
Berikut ini ditampilkan kedekatan lokasi lahan pengembang dengan pusat kegiatan dan
infrastruktur kota yang meliputi bandar udara dan pelabuhan beserta dengan jarak dan
waktu tempuh.
Gambar 5.2 Peta Kedekatan Lokasi Lahan dengan Kawasan Pusat Kegiatan dan
Infrastruktur Kota
Sumber: Olahan Kelompok 2022
Sentra Primer
4. 15 KM 24 Menit 19 KM 29 Menit
Barat
Bandara
6. 30 KM 31 Menit 36 KM 38 Menit
Soekarno-Hatta
Bandara Halim
7. 22 KM 34 Menit 22 KM 39 Menit
Perdanakusuma
Pelabuhan
8. 34 KM 57 Menit 38 KM 60 Menit
Tanjung Priok
Tabel 5.1 Kedekatan Lahan dengan Kawasan Pusat Kegiatan dan Infrastruktur Kota
Sumber: Olahan Kelompok 2022
Pada sekitar lokasi lahan pengembangan terdapat beberapa fasilitas pelayanan umum
yang tersebar. Beberapa jenis fasilitas sarana diantaranya yaitu rumah sakit, perguruan
tinggi, kantor pemerintahan, dan pemadam kebakaran.
Gambar 5.3 Persebaran Fasilitas Sarana dan Prasarana Sekitar Lokasi Lahan
Sumber: Olahan Kelompok 2022
5.2 Analisis Tapak
Analisis tapak bertujuan untuk mengetahui potensi dan kendala dari lokasi lahan objek
studi, dengan memperhatikan setiap bagian-bagian yang menjadi pendorong dalam
mengembangkan lahan.
5.2.1 Batas dan Akses Sekitar Tapak
Area tapak berada pada Jalan H. Ilyas dan memiliki batas-batas tapak. Berikut ini
merupakan batas-batas dari tapak objek studi.
a. Batas Utara : Mall Poins Square
b. Batas Barat : Depo MRT Lebak Bulus
c. Batas Selatan : Hunian
d. Batas Timur : Hunian
Pada batas timur dan batas barat dibatasi oleh jalan, sedangkan untuk batas utara
berbatasan langsung dengan Mall Poins Square dan untuk batas selatan berbatasan
langsung dengan hunian warga. Terdapat tiga akses untuk menuju tapak yang
dijelaskan dibawah ini.
1.) Jalan RA Kartini
Jalan RA Kartini merupakan jalan arteri yang dapat menghubungkan Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur melalui Jalan TB Simatupang. Terdapat Gerbang Tol Pondok Pinang
yang dapat diakses dengan tujuan Bekasi dan Depok melalui Jalan Tol Lingkar Luar
Jakarta (JORR).
2.) Jalan Lebak Indah Raya
Fasilitas pejalan kaki dibutuhkan untuk memudahkan para pejalan kaki untuk menuju
ke lokasi tapak dari titik transit transportasi. Pada sekitar tapak objek studi terdapat dua
titik transit. Berikut ini merupakan kondisi dari fasilitas pejalan kaki.
1) Fasilitas Pejalan Kaki dari Stasiun MRT Lebak Bulus
Gambar 5.11 Jalur Pejalan Kaki dari Stasiun MRT Lebak Bulus
Sumber: Google Streetview
Kondisi fasilitas pejalan kaki cukup baik, khususnya pada jalur pejalan kaki dari arah
Stasiun MRT Fatmawati dimana memiliki ukuran lebih luas dan dilengkapi dengan
penanda jalan untuk kaum disabilitas.
5.2.3 Nilai dan Status Lahan
Berdasarkan Bhumi ATR/BPN, nilai lahan pada tapak memiliki kisaran mulai dari
Rp.5.000.000 hingga Rp.20.000.000 dengan status lahan sebagai Hak Guna Bangunan
yang dimiliki oleh PD Sarana Jaya.
5.2.4 Image Tapak
Image pada tapak dilihat dari beberapa hal bagian, yaitu view, arah matahari, dan
kebisingan.
1) View
Tapak memiliki pemandangan kota yang kurang baik karena padatnya hunian warga
dan kawasan komersil di sekitar tapak seperti Mall dan Apartemen Poins Square yang
menghalangi view tapak dari Jalan RA Kartini sebagai jalan arteri terdekat tapak.
2) Arah Matahari
Jika akan mengembangkan kawasan pada tapak yang akan menghadap timur yang
merupakan akses jalan utama akan terkena dampak sinar matahari pada saat pagi
menuju siang.
3) Kebisingan
Sumber kebisingan berasal dari arah timur dimana terdapat Jalan RA Kartini dan Jalan
Tol Lingkar Luar Jakarta. Kebisingan disebabkan oleh volume kendaraan tinggi yang
melintasi jalan tersebut.
5.2.5 Kontur Lahan
Berdasarkan elevasi tanah, tapak memiliki ketinggian muka tanah berkisar antara 36
hingga 37 meter dengan tingkat kelerangan 0% sehingga dikategorikan sebagai tanah
datar.
5.2.6 Karakteristik Sekitar Tapak
Kondisi sekitar tapak didominasi oleh zona hunian dengan jenis hunian rumah kecil
hingga sedang. Terdapat juga beberapa lahan kosong yang belum dikembangkan. Pada
sekitar tapak terdapat zona komersil diantaranya Mall Poins Square, Hotel Swiss-
Belinn Simatupang, dan Hotel Mercure Jakarta Simatupang. Pada sekitar tapak juga
terdapat fasilitas umum jenis stasiun, stasiun MRT Lebak Bulus yang melayani rute
Lebak Bulus - Bundaran HI. Terdapat juga depo MRT tempat kereta disimpan dan
dirawat.
5.2.7 Rencana Kawasan Sekitar Tapak
Berdasarkan peta eksisting, di Jalan RA Kartini terdapat beberapa lahan kosong yang
belum dimanfaatkan, dan pada rencana lahan kosong tersebut akan dijadikan sebagai
zona komersil dengan KDB rendah. Terdapat juga perubahan antara penggunaan lahan
eksisting dan rencana pada zona pemerintahan dimana zona tersebut direncanakan
sebagai kawasan komersil dengan KDB rendah dan ketinggian bangunan rendah.
5.2.8 Peraturan Tata Ruang (RDTR DKI Jakarta 2030)
Pada lokasi tapak pengembangan terdapat tiga zona rencana, yaitu sub zona
perkantoran KDB rendah, sub zona pelayanan umum dan sosial, dan sub zona rumah
besar dengan pembagian sebagai berikut.
Gambar 5.22 Pelaksanaan Kegiatan pada Sub Zona Perkantoran KDB Rendah (ITBX)
Sumber: RDTR DKI Jakarta 2030
Gambar 5.23 Pelaksanaan Kegiatan pada Sub Zona Pelayanan Umum dan Sosial
(ITBX)
Sumber: RDTR DKI Jakarta 2030
Gambar 5.24 Pelaksanaan Kegiatan pada Sub Zona Rumah Besar (ITBX)
Sumber: RDTR DKI Jakarta 2030
Pelaksanaan kegiatan pada setiap sub zona ditentukan pada tabel ITBX untuk
menentukan bangunan yang diizinkan untuk dikembangkan pada tapak tersebut.
5.2.9 Kesimpulan Analisis Tapak
Berdasarkan analisis tapak yang dilakukan, berikut ini merupakan potensi dan masalah
dari tapak objek studi pengembangan.
Potensi Masalah
• Karakteristik pada Kawasan • Pada bagian Utara tapak terdapat
sekitar tapak terutama jalan Arteri dan Jalan Tol
disepanjang Jl. R A Kartini dan sehingga menyebabkan
berdekatan dengan Kawasan kebisingan dan kemacetan
TB Simatupang pada kondisi akibat tingginya volume
eksisting membuat image tapak kendaraan yang melintas.
menjadi baik serta
direncanakan menjadi Kawasan
yang berpotensi didominasi
oleh fungsi komersial.
• Lokasi tapak yang dilewati oleh • Pada bagian Timur tapak
jalan arteri yaitu Jl. R A Kartini terdapat properti retail dan hotel
dan Jl. Tol Lingkar Luar Jakarta yang berpotensi menjadi
membuat akesibilitas menuju pesaing/kompetitor dan
lokasi tapak mudah dijangkau. berpengaruh pada pasar properti
jenis hotel disekitar tapak.
• Status lahan lahan • Akses pencapaian menuju lokasi
pengembangan sudah Hak tapak memiliki ROW jalan yang
Milik (SHM) PD Pembangunan terbilang kecil karena berada di
Sarana Jaya. kelas jalan lokal.
• Terdapat utilitas di sekitar • View pada bagian Selatan dan
tapak seperti Telekomunikasi, Barat tapak kurang
PDAM, dan PLN yang tersebar menguntungkan karena terdapat
cukup merata. pemukiman warga dan kawasan
komersil.
• Titik transit transportasi berupa • Kondisi eksisting pada tapak
halte, terminal, dan stasiun memiliki lahan yang asimetris,
MRT dapat diakses < 1 km serta di beberapa area masih
sehingga waktu tempuh menuju dipenuhi oleh bangunan semi
lokasi tapak dari titik transit permanen sehingga dapat
hanya memakan waktu 5 menit. menghambat proses
pengembangan properti.
• Berdasarkan regulasi dan
menurut tabel ITBX, lahan
pengembangan diizinkan untuk
mengembangkan perkantoran,
hotel, dan restoran, namun
tidak diizinkan untuk
mengembangkan retail.
Tabel 5.2 Kesimpulan Analisis Tapak
Sumber: Olahan Kelompok 2022
Berdasarkan potensi dan masalah yang telah dirangkum, kondisi tapak memungkinkan
untuk dilakukan pengembangan dengan beberapa konsekuensi seperti kurang bagusnya
view terhadap pengembangan dan adanya kompetitor dari properti retail dan hotel.
Strength Weakness
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, maka rekomendasi properti yang
akan dikembangkan pada lahan objek studi adalah properti jenis apartemen.
5.4 Analisis Pasar
Dalam 6 tahun terkahir ini, Indonesia mengalami penurunan inflasi dengan rata-
rata sebesar 3,61%. Puncak penurunan inflasi terjadi pada kuartal pertama tahun
2021 dikarenakan masih adanya pandemi Covid 19.
3) Suku Bunga
Potensi Masalah
• Walaupun pada tahun 2020 • Kenaikan nilai tukar rupiah
ekonomi indonesia pada akhir tahun 2021
mengalami penurunan, tetapi berpengaruh pada
selama tahun 2021 pembangunan properti karena
pertumbuhan ekonomi bahan baku yang digunakan
cenderung stabil serta inflasi diimpor dari luar negeri
yang masih cenderung rendah sehingga memakan biaya
sehingga daya tarik dalam yang lebih besar dan
membeli dan berinvestasi memerlukan modal yang
dalam properti terjadi lebih banyak.
peningkatan.
Gambar 5.29 Tingkat Supply, Demand, dan Occuancy Rate Apartemen Jakarta 2021
Sumber: Knight Frank Indonesia
Occupancy rate mengalami kenaikan pada tahun 2016 untuk apartemen non servis
seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan kebijakan pemerintah di bidang
ekonomi yang mendukung sektor properti. Namun pada tahun 2020, occupancy rate
kembali mengalami penurunan disebabkan dampak dari pandemi global COVID-19.
Rata-rata permintaan rental pada kelas CBD turun sekitar 12% menjadi
Rp243.300 pada kuarta keempat tahun 2021, sedangkan rata-rata
permintaan rental di kelas non CBD berada di Rp178.120, turun hampir
10% dibandingkan tahun 2019.
Berdasarkan grafik, angka terendah rata-rata occupancy rate hotel berada pada
bulan April 2020 lalu yang hanya sebesar 15% saja. Tidak hanya AOR saja yang
mengalami peningkatan, melainkan di sisi ADR juga mengalami hal yang sama.
Tercatat sejak Mei 2021 ADR hotel tercatat sebesar $50,65 naik sebesar 11,3%
dan jika dibandingkan dengan bulan Mei 2020 yang hanya sebesar $45,50.
5.4.2 Analisis Pasar Mikro
Nishitetsu and
Jl. Lb. Bulus Pd. No.8,
The Veranda Apartment Pulauintan 2021 Premium 752 x 57 99 143 x
RT.1/RW.4, Lb. Bulus
Development
Dalam Radius 3KM terdapat 12 gedung office yang tersebar di sekitar lahan.
Gedung-gedung office di sekitar lahan berada pada kelas A dan B dengan
bangunan yang dibangun dari tahun 1974 hingga 2016.
Tahun Occupancy
No. Nama Alamat Area Kelas Jenis Status Harga Sewa Service Charge
Operasi Rate
South
Jl. T.B. Jakarta Strata
4 Quarter A Operation 2016 Rp 175,000.00 Rp 60,500.00 60%
Simatupang Selatan & Lease
Tower A
South
Jl. T.B. Jakarta
5 Quarter B Lease Operation 2016 Rp 280,000.00 Rp 60,000.00 95%
Simatupang Selatan
Tower B
South
Jl. T.B. Jakarta
6 Quarter B Lease Operation 2016 Rp 185,000.00 Rp 55,000.00 75%
Simatupang Selatan
Tower C
Talavera
Jl. T.B. Jakarta
11 Office A Lease Operation 2013 Rp 240,000.00 Rp 57,500.00 93%
Simatupang Selatan
Park
Sejumlah 8 hotel tersebar di beberapa titik dalam radius 3KM dari lokasi
tapak. Hotel didominasi oleh rate bintang 3 dan 4 serta tidak terdapat
satu pun hotel yang memiliki rate bintang 5. Mulainya perkembangan
sektor properti hotel dalam radius 3KM dari lokasi lahan ditandai
dengan beroperasinya Hotel Kristal pada tahun 2007. Serta hotel dengan
tahun operasi terbaru milik Ibis Styles Simatupang yang beroperasi
sejak 2019.
Tabel 5.8 Database Persebaran Hotel
Harga Sewa
Jumlah
Nama Rate Tahun Jumlah Occ
No Alamat Status Operator Seluruh
Hotel (Bintang) Operasi Lantai Rate
Kamar Standart Superior Deluxe Executive
Grand Whiz
Poins Jl. RA
1 4 Operation 2016 Points Square 18 156 636,000 696,000 855,000 1,123,000 82%
Square Kartini No.1
Simatupang
Jl. RA Swiss
Swiss-Berlin
2 4 Kartini Operation 2015 Belresidences 20 159 680,000 900,000 1,360,000 1,780,000 80%
Simatupang
No.32 International
Hotel Jl. RA
3 Mercure 4 Kartini Operation 2012 Accor 19 232 943,000 1,039,000 1,160,000 1,900,000 77%
Simatupang No.18
Jalan Metro
Swiss-
Pondok Swiss
Belhotel
4 4 Indah Operation 2016 Belresidences 10 159 820,000 897,000 1,006,000 1,600,000 81%
Pondok
Sektor 2 International
Indah
Blok SA
Jl. Cilandak
Ibis Style
5 3 Tengah Operation 2019 Ibis Hotels 12 142 479,000 683,000 790,000 - 88%
Simatupang
Raya No.23
Jl. Intan
Ra No.25,
6 Premiere 4 RW.2, Operation 2015 Accor 16 110 653,000 890,000 820,000 1,300,000 90%
Simatupang Cilandak
Bar.
Jalan
Hotel Kristal Klear
7 4 Terogong Operation 2007 9 450 834.000 1,350,000 1,447,000 1,722,000 86%
Kristal Dive
Raya
Jalan Intan
Park 5
8 3 RSPP Utara Operation 2016 Accor 8 150 630,000 708,000 1,280,000 - 86%
Simatupang
No.C5
Skor Kriteria
Faktor
No Aspek Bobot Bobot
Lokasi
1 2 3
Tidak berada
Berada dalam kawasan
Lokasi 60% dalam kawasan -
CBD
CBD
1 Lokasi 25%
Berajarak 500-
Karakter Berajarak > dari 1 Berajarak < dari 500
40% 1km dari
Kawasan km dari komersil km dari komersil
komersil
Berada pada jalan Berada pada jalan Berada pada Jalan
Kelas Jalan 60%
Lokal Kolektor Arteri
Terdapat fasilitas
Terdapat fasilitas Terdapat fasilitas
sarana kesehatan
Kesehatan 45% sarana kesehatan sarana kesehatan
dalam jarak
dalam jarak > 1km dalam jarak < 500m
500m- 1km
Terdapat fasilitas
Terdapat fasilitas Terdapat fasilitas
3 Fasilitas sarana pendidikan
Pendidikan 30% sarana pendidikan sarana pendidikan
20% dalam jarak
dalam jarak > 1km dalam jarak < 500m
500m- 1km
Terdapat fasilitas
Terdapat fasilitas sarana Terdapat fasilitas
Peribadatan 25% sarana peribadatan peribadatan sarana peribadatan
dalam jarak > 1km dalam jarak dalam jarak < 500m
500m- 1km
F Demand dari pertumbuhan alami (E. proyeksi tahun pengembangan - E.Eksisting) 13.776
Skoring
Kriteria Bobot
1 2 3
Lokasi 40%
Memiliki jarak lebih dari Memiliki jarak kurang
Memiliki jarak 2-5KM
Aksesibilitas 5KM dengan area dari 2KM dengan area 30%
dengan area komersil
komersil komersil
Jaringan Memiliki jarak lebih dari Memiliki jarak 1-3KM Memiliki jarak kurang
Transportasi 3KM dari titik dari titik transportasi dari 1KM dari titik 40%
Umum transportasi umum umum transportasi umum
Berjarak lebih dari 5KM berjarak 2-5KM dari Berjarak kurang dari
Gerbang Tol 30%
dari gerbang tol gerbang tol 2KM dari gerbang tol
Bangunan 20%
Desain dan
Desain bangunan lama Desain bangunan Desain bangunan
Arsitektur 40%
atau tidak modern standard modern
Bangunan
Kualitas bangunan
Kondisi Kualitas bangunan Kualitas bangunan
buruk dan tidak 60%
Bangunan baik tapi tidak terawat baik dan terawat
direnovasi
Fasilitas 15%
Hanya tersedia toilet, Terdapat toilet, lift,
Terdapat toilet, lift,
Fasilitas lift, dan lahan parkir lahan parkir, ATM, 100%
lahan parkir, dan ATM
yang kecil kafe, dan foodcourt
Infrastruktur 15%
Berada di jalan Berada di jalan arteri
Berada di jalan dengan
kolektor dengan dengan kondisi jalan
Kondisi Jalan kondisi jalan yang 50%
kondisi jalan yang yang baik dan tidak
berlubang atau rusak
baik rusak
Terdapat jalur Terdapat jalur
Tidak terdapat jalur pedestrian dengan pedestrian dengan
Jalur Pedestrian 50%
pedestrian lebar jalur kurang dari lebar jalur 2 meter atau
2 meter lebih
Developer 10%
Developer dengan Developer dengan
Developer yang baru
Developer proyek bangunan yang proyek yang banyak 100%
atau lama dengan proyek
cukup banyak dan reputasi yang baik
bangunan yang kurang
atau tidak ada proyek
Berdasarkan diagram market share, market share dari proposed project berada
pada nilai 14,42%.
5.4.3.2.6 Market Positioning
N Efisiensi 70%
Berdasarkan diagram competitive level, proposed project berada pada posisi ke-
5 tertinggi dibandingkan dengan kompetitor lainnya dengan nilai 51.6.
Sedangkan kompetitor dengan nilai terendah dengan nilai 40,8 dimiliki oleh
Hotel Kristal.
Market share dari proposed project berada pada nilai tertinggi ke-5 dibandingkan
kompetitor lainnya dengan nilai 13,68%.
5.4.3.3.6 Market Positioning
Hasil dari analisis lokasi, analisis tapak, dan analisis pasar menghasilkan kesimpulan
untuk pengembangan apartemen kelas menengah atas dilengkapi dengan commercial
area penunjang sebagai fungsi yang memiliki highest and best use dengan kondisi
lokasi, tapak, dan pasar properti yang ada. Apartemen yang akan dikembangkan
cenderung mendorong pembangunan vertikal sesuai dengan ketersediaan lahan yang
hanya sekitar 18.240 m2.
Pengembangan yang dilakukan secara sekaligus dan tidak bertahap pada kedua tower
menyesuaikan dengan peluang pasar dan lokasi pada tapak yang juga diharapkan dapat sesuai
dengan proyeksi pada penyerapan pasar akan kebutuhan hunian
Development Plan Peraturan PRK Rekomendasi
Land Area 18,240 18,240 m2
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 30% 5,472 m2 30% 5,472 m2
Koefisien Luas Bangunan (KLB) 3 54,720 m2 3 54,720 m2
Koefisien Dasar Hijau 45% 8,208 m2 45% 8,208 m2
Koefisien Tapak Basemen (KTB)Tabel.5.1 Development 40% Concept
7,296 m2 40% 7,296 m2
Ketinggian Bangunan 16 Lantai 16 Lantai
Infrastruktur 30% 5,472 m2
Landscape (mengikuti KDH) 45% 8,208 m2
Total Lahan Terbangun (KDB + Infrastruktur) 70% 12,768 m2
Luas Total Bangunan 18,240 m2
Parkir Available per basement Jumlah Lantai Luas Lantai
Lantai Basement (berdasarkan KTB) 4 1,700 m2
Total 6,685 m2
Tabel.5.2 Komposisi Produk Pengembangan
Komposisi Pengembangan
Produk Pengembangan
% GFA SGA NLA Tapak Bangunan Tinggi Bangunan Kebutuhan Parkir
Apartemen Menengah (Tower 1) 50% 27,200 m2 20,959 m2 19,040 m2 1,700 m2 16 Lantai 132 Lot
Apartemen Menengah (Tower 2) 50% 27,200 m2 21,890 m2 19,040 m2 1,700 m2 16 Lantai 136 Lot
Grand Total 100% 54,400 m2 42,849 m2 38,080 m2 3,400 m2 267 Lot
Area Parkir pada lahan pengembangan terbagi atas parkir outdoor yang
menyediakan 39 lot parkir dan parkir indoor yang terdiri dari 4 lantai dengan
menyediakan 267 lot.
5.5.2 Lantai 1 – 3 (Retail & Fasilitas)
Unit apartemen terbagi atas 3 tipe yaitu 1 BR dengan luas 55 m2, 2 BR dengan
luas 82 m2, dan 3 BR dengan luas 120 m2.
Setelah menentukan perhitungan terhadap kebutuhan lahan dan total luasan produk
properti yang ingin dikembangkan, berikutnya adalah melakukan perhitungan
estimasi biaya yang harus dikeluarkan selama menjalankan pengembangan tersebut.
Berikut adalah biaya asumsi dan estimasi untuk development cost dari lahan yang
akan dikembangkan.
Tabel Asumsi dan Estimasi Development Cost (dalam ribuan rupiah)
Estimasi
Asumsi Biaya Proyek %
Rp/(m2/%) Volume (m2) Total Biaya (Rp)
BIAYA LANGSUNG/HARD COST
Biaya Tanah 30,000,000 18,240 547,200,000,000 48.21%
Biaya Pematangan Lahan/Lahan Siap Bangun 500,000 18,240 9,120,000,000 0.80%
KONSTRUKSI
Biaya Konstruksi (Apartemen Tower 1 & 2) 7,350,000 54,720 402,192,000,000 35.44%
Biaya Kontruksi Parkir Basement 4,250,000 8,021 34,089,250,000 3.00%
TOTAL BIAYA 436,281,250,000 38.44%
Lahan yang ingin dikembangkan merupakan lahan milik PD. Pembangunan Sarana
Jaya yang memiliki stasus lahan yaitu Zona Perkantoran dan Perdagangan Jasa
dengan nilai lahan sebesar Rp 30.000.000 per m2. Berdasarkan asumsi perhitungan
biaya pengembangan, proyek pengembangan ini mengeluarkan total biaya sebesar Rp
1.134.916.762.044 dengan jangka waktu 5 tahun. Untuk schedule pengembangan
yang akan dilaksanakan terdapat pada lampiran no.1.
Nilai
Indikator Keterangan
Optimis Moderat Pesimis
Rp Rp Rp
Cash In
4,098,129,498,967 3,902,980,475,206 3,707,831,451,446
Rp Rp Rp
Cash Out
1,084,650,992,536 1,141,737,886,880 1,198,824,781,224
Net Cash Rp Rp Rp
Flow 3,013,478,506,430 2,761,242,588,326 2,509,006,670,222
Suku Sumber (Bank
3.50% 3.50% 3.50%
Bunga Indonesia)
Disc.
12.50% 12.50% 12.50%
Rate
Rp Rp Rp
NPV > Rp 1
2,341,964,623,834 1,512,460,737,184 682,956,850,534
> Nilai Suku
IRR 21% 15% 9%
Bunga
PP 4.1 5.2 6.2 Tahun
> 1 (Optimis,
PI 3.72 2.40 1.08 Moderat,
Pesimis)
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa investasi untuk asumsi optimis,
moderat, dan pesimis memiliki NPV (Net Present Value) diatas Rp 1, IRR (Internal
Rate of Return) diatas disc. rate (kecuali opsi pesimis), dan PI (Profitability Index)
diatas 1 yang menandakan bahwa investasi untuk ketiga asumsi tersebut dapat
dikategorikan layak. Namun untuk Payback Period (PP) menunjukkan hasil yang
beragam. Asumsi optimis hanya memerlukan waktu pengembalian 4 tahun 1 bulan,
disusul opsi moderat yang memerlukan waktu pengembalian 5 tahun 2 bulan,
sedangkan opsi pesimis, memerlukan waktu terlambat yaitu sekitar 6 tahun 2 bulan
dan memiliki nilai IRR 9% tidak lebih besar dari disc.rate. sehingga dapat dikatakan
ketiga asumsi diatas layak dan dapat mengembalikan modal, namun memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Bab 6
Kesimpulan
Pengembangan properti pada lokasi objek studi lahan pengembangan terletak di Jalan H. Ilyas,
dimana pada koridor jalan tersebut memiliki keterkaitan erat dengan kawasan pusat kegiatan
sektor perkantoran yaitu Kawasan TB Simatupang dimana perlu memperhatikan faktor-faktor
terkait kondisi pasar pada kawasan tersebut. Potensi terhadap objek studi lahan pengembangan
dapat dilihat dari karakteristik lokasi yang memiliki intensitas terhadap mobilitas dan
kepadatan yang cukup tinggi, sehingga menjadi salah satu potensi yang dimiliki objek studi
lahan pengembangan sebagai properti yang diperuntukkan untuk kelas menengah atas.
Kondisi pasar pada kurun waktu 1 tahun terakhir secara umum menunjukkan penurunan pada
tingkat penyerapan pasar properti yang disebabkan oleh kondisi pandemi Covid-19 yang
melanda seluruh dunia termasuk Indonesia sehingga berdampak pada kondisi perekonomian
skala nasional. Berdasarkan kondisi pasar di sekitar objek studi lahan pengembangan, lahan
pengembangan memiliki potensi untuk dapat dikembangkan sebagai properti perkantoran,
hunian berupa apartemen, dan hotel. Tingkat pemasokan pada ketiga sektor properti tersebut
yaitu untuk properti perkantoran mencapai lebih dari 6 juta m2 ruang kantor yang mana
menunjukkan tingginya supply pada pasar berbanding terbalik dengan demand pada pasar
properti.
Hasil dari analisis lokasi, analisis tapak, dan analisis pasar secara makro maupun mikro
menyimpulkan bahwa highest and best use pada lokasi objek studi direncanakan untuk fungsi
apartemen kelas menengah atas dilengkapi dengan commercial area penunjang di bawahnya
dengan skala pelayanan neighborhood. Apartemen diproyeksikan akan menyediakan 593 unit
dengan 3 tipe komposisi unit yaitu 1 BR, 2 BR, dan 3 BR dengan ketinggian bangunan
mencapai 16 lantai dan total luas bangunan 54.720 m2 pada luas lahan 18.205 m2.
Berdasarkan hasil perhitungan cash flow, dapat disimpulkan bahwa investasi untuk asumsi
optimis, moderat, dan pesimis memiliki NPV (Net Present Value) diatas Rp 1, IRR (Internal
Rate of Return) diatas disc. rate (kecuali opsi pesimis), dan PI (Profitability Index) diatas 1
yang menandakan bahwa investasi untuk ketiga asumsi tersebut dapat dikategorikan layak.
Namun untuk Payback Period (PP) menunjukkan hasil yang beragam. Asumsi optimis hanya
memerlukan waktu pengembalian 4 tahun 1 bulan, disusul opsi moderat yang memerlukan
waktu pengembalian 5 tahun 2 bulan, sedangkan opsi pesimis, memerlukan waktu terlambat
yaitu sekitar 6 tahun 2 bulan dan memiliki nilai IRR 9% tidak lebih besar dari disc.rate.
sehingga dapat dikatakan ketiga asumsi diatas layak dan dapat mengembalikan modal, namun
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sehingga dilihat berdasarkan hasil
dari masing-masing indikator tersebut dapat dikatakan bahwa pengembangan proyek ini layak
untuk dilakukan berdasarkan hasil analisa keuangan dan investasi pengembangan. Alur
pengerjaan pada analisa lokasi, tapak, pasar, hingga analisa kelayakan investasi juga
memberikan pemahaman pada kelompok dalam pengembangan sebuah objek properti.
Lampiran
Analisis Kelayakan Investasi
KONSTRUKSI
Biaya Konstruksi (Tower Apartemen) 100% 30% 50% 20%
Biaya Kontruksi Parkir 100% 100%
Infrastruktur (Jalan Eksternal, Drainase, dll) 100% 10% 30% 20% 20% 20%
Landscape 100% 20% 40% 40%
Fasilitas 100% 20% 40% 40%
Biaya Perizinan 100% 40% 40% 20%
Fee Konsultan Perencanaan+Pengawas+QS, dll 100% 30% 20% 20% 20% 10%
Contingency 100% 30% 10% 20% 10% 30%
Tahun
Asumsi Biaya Proyek Total (Rupiah)
Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4 Ke 5
BIAYA LANGSUNG/HARD COST
Biaya Tanah 547,200,000,000 547,200,000,000
Biaya Pematangan Lahan/Lahan Siap Bangun 9,120,000,000 9,120,000,000
KONSTRUKSI
Biaya Konstruksi (Apartemen Tower 1 & 2) 402,192,000,000 120,657,600,000 201,096,000,000 80,438,400,000
Biaya Kontruksi Parkir 34,089,250,000 34,089,250,000
Infrastruktur (Jalan Eksternal, Drainase, dll) 3,830,000,000 383,000,000 1,149,000,000 766,000,000 766,000,000 766,000,000
Landscape 4,104,000,000 820,800,000 1,641,600,000 1,641,600,000
Fasilitas 13,088,437,500 - 2,617,687,500 5,235,375,000 5,235,375,000 -
Biaya Perizinan 8,725,625,000 3,490,250,000 3,490,250,000 1,745,125,000 - -
Fee Konsultan Perencanaan+Pengawas+QS, dll 10,907,031,250 3,272,109,375 2,181,406,250 2,181,406,250 2,181,406,250 1,090,703,125
i
Contingency 10,907,031,250 3,272,109,375 1,090,703,125 2,181,406,250 1,090,703,125 3,272,109,375
Estimasi
Asumsi Biaya Proyek %
Rp/(m2/%) Volume (m2) Total Biaya (Rp)
BIAYA LANGSUNG/HARD COST
Biaya Tanah 30,000,000 18,240 547,200,000,000 48.21%
Biaya Pematangan Lahan/Lahan Siap Bangun 500,000 18,240 9,120,000,000 0.80%
KONSTRUKSI
Biaya Konstruksi (Apartemen Tower 1 & 2) 7,350,000 54,720 402,192,000,000 35.44%
Biaya Kontruksi Parkir Basement 4,250,000 8,021 34,089,250,000 3.00%
TOTAL BIAYA 436,281,250,000 38.44%
7. Analisa Harga Pokok Penjualan dan Rencana Jual Perdana (dalam Rupiah)
Installment 24x
Kenaikan Harga 0% 1.50% 1.50% 2.50% 2.50%
1 BR 27,420,000 27,420,000 27,831,300 27,831,300 28,105,500 28,105,500
2 BR 30,162,000 30,162,000 30,614,430 30,614,430 30,916,050 30,916,050
3 BR 35,646,000 35,646,000 36,180,690 36,180,690 36,537,150 36,537,150
Commercial Area 54,840,000 54,840,000 55,662,600 55,662,600 56,211,000 56,211,000
KPA
Kenaikan Harga 1% 2.00% 2.00% 2.50% 2.50%
1 BR 27,420,000 27,694,200 27,968,400 27,968,400 28,105,500 28,105,500
2 BR 30,162,000 30,463,620 30,765,240 30,765,240 30,916,050 30,916,050
3 BR 35,646,000 36,002,460 36,358,920 36,358,920 36,537,150 36,537,150
Commercial Area 54,840,000 55,388,400 55,936,800 55,936,800 56,211,000 56,211,000
8. Estimasi Pendapatan Terhadap Pengeluaran Pendekatan Cash Flow Optimis (dalam Rupiah)
Tahun
No Jenis Properti Jumlah
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Cash In
1 Apartemen 462,295,789,486 831,760,232,304 872,474,473,812 813,674,165,372 525,905,295,838 263,065,275,432 100,494,598,878 33,310,644,084
Total Cash In (up to 5%) 4,098,129,498,967 485,410,578,960 873,348,243,919 916,098,197,503 854,357,873,641 552,200,560,630 276,218,539,204 105,519,328,822 34,976,176,288
9. Estimasi Pendapatan Terhadap Pengeluaran Pendekatan Cash Flow Moderat (dalam Rupiah)
Tahun
No Jenis Properti Jumlah
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Cash In
1 Apartemen 462,295,789,486 831,760,232,304 872,474,473,812 813,674,165,372 525,905,295,838 263,065,275,432 100,494,598,878 33,310,644,084
Total Cash In 3,902,980,475,206 462,295,789,486 831,760,232,304 872,474,473,812 813,674,165,372 525,905,295,838 263,065,275,432 100,494,598,878 33,310,644,084
10. Estimasi Pendapatan Terhadap Pengeluaran Pendekatan Cash Flow Pesimis (dalam Rupiah)
Tahun
No Jenis Properti Jumlah
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Cash In
1 Apartemen 462,295,789,486 831,760,232,304 872,474,473,812 813,674,165,372 525,905,295,838 263,065,275,432 100,494,598,878 33,310,644,084
Total Cash In (down to 5%) 3,707,831,451,446 439,181,000,011 790,172,220,689 828,850,750,121 772,990,457,104 499,610,031,046 249,912,011,660 95,469,868,934 31,645,111,880
Cash Out
A Hard Cost
Biaya Tanah 547,200,000,000 547,200,000,000
Pematangan Lahan 9,120,000,000 9,120,000,000
Construction Cost 402,192,000,000 120,657,600,000 201,096,000,000 80,438,400,000
Construction Parking Basement 34,089,250,000 34,089,250,000
Infrastructure 3,830,000,000 383,000,000 1,149,000,000 766,000,000 766,000,000 766,000,000
Landscape 4,104,000,000 820,800,000 1,641,600,000 1,641,600,000
Facilities 13,088,437,500 2,617,687,500 5,235,375,000 5,235,375,000
Biaya Perizinan 8,725,625,000 3,490,250,000 3,490,250,000 1,745,125,000
Fee Konsultan Perencanaan+Pengawas+QS,
10,907,031,250 3,272,109,375 2,181,406,250 2,181,406,250 2,181,406,250 1,090,703,125
dll
Contigency 10,907,031,250 3,272,109,375 2,181,406,250 2,181,406,250 2,181,406,250 1,090,703,125
Total Hard Cost 1,044,163,375,000 1,044,163,375,000 600,826,718,750 132,277,350,000 214,026,112,500 92,444,187,500 4,589,006,250
B Soft Cost
Marketing 97,574,511,880 29,272,353,564 29,272,353,564 19,514,902,376 9,757,451,188 9,757,451,188
Total Soft Cost 97,574,511,880 97,574,511,880 29,272,353,564 29,272,353,564 19,514,902,376 9,757,451,188 9,757,451,188
Total Cash Out (up to 5%) 1,198,824,781,224 1,141,737,886,880 661,604,025,930 169,627,188,742 245,218,065,620 107,311,720,622 15,063,780,310
Nett Cash Flow 2,509,006,670,222 (1,141,737,886,880) (222,423,025,918) 620,545,031,947 583,632,684,502 665,678,736,481 484,546,250,736 249,912,011,660 95,469,868,934 31,645,111,880
Cummulative Cash Flow 662,216,928,106 (1,141,737,886,880) (1,364,160,912,799) (743,615,880,852) (159,983,196,350) 505,695,540,131 990,241,790,867 1,240,153,802,528 1,335,623,671,462
(1,141,737,886,880) (1,364,160,912,799) (743,615,880,852) (159,983,196,350) 505,695,540,131 990,241,790,867 1,240,153,802,528 1,335,623,671,462 1,367,268,783,342