Anda di halaman 1dari 4

Nama: Fini Rosyidatun Nisa’

Penanaman Akhlak Iffah Perspektif Imam Ibnu Qoyyim.............


1. Al-Jawabul Kafi
• Dampak kemaksiatan yang lain adalah jatuhnya kedudukan, martabat, dan
kemuliaan di sisi Allah dan juga di hadapan sesama makhluk……. (Hal.187)
• Dan sebagian kekasih yang memiliki kemuliaan lagi penjagaan berkata:
Jagalah kehormatan mu dan berlakulah mulia, cintailah kemudian
menanglah. Dan dikatakan sebagian kekasih: “Apa yang akan kamu lakukan
jika kamu memiliki sosok yang kamu sukai ?” Maka menjawab: “Saya
menikmati bersenang-senang dengan wajahnya, mengistirahatkan hati ku
dengan kisahnya, menyembunyikan apa yang tidak disukainya, dan tidak bebuat
buruk untuk tidak melanggar janjinya................” (Hal. 220)
2. Roudhotul Muhibbin
• Anak tuannya berkata, “Kekasih itu mengagumi orang yang dicintai dengan
kecintaan yang menjadikannya orang mulia dalam cinta, dan standar mulia yakni
antara iffah dan kemaksiatan....................”(Hal. 27)
• Maka sesunnguhnya ketika menahan kenikmatan (untuk ghadul bashar) dan
menahan syahwat untuk Allah Ta’ala maka di dalamnya terdapat kegembiraan
jiwa yang mana fitrahnya adalah memerintahkan untuk berbuat buruk
kepadaNya. Sehingga Allah Ta’ala menggantinya dengan kenikmatan yang
paling sempurna yaitu sebagaimana perkatakan sebagian mereka dan milik
allah_lah kenikmatan iffah lebih agung dari kenikmatan dosa.............(Hal. 103)
• Maka pecinta(kekasih) baginya 3 kedudukan yakni pemula, pertengahan dan
akhir. Maka wajib atasnya untuk menjaga rahasia dan tidak boleh
mengungkapnya kepada orang lain. Hendaknya menjaga hal tersebut adalah
syarat-syarat kedermawana dari iffah bersama kekuasaan...........(Hal. 118)
• (Dan sesunnguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya
(kepadaku) akan tetapi dia menolak......”Yusuf:12”) yakni dia menahan
keelokannya maka batinnya(yang tersenbunyi) lebih baik dari dhahirnya(yang
nampak) maka sesungguhnya inilah tujuan dari iffah.................(Hal.234 )
• Kemudian kedudukan paling rendah dari itu adalah membawa rasa cinta kepada
Allah Ta’ala karena ketakutan atas aib dan celaan dan diantara mereka ada yang
membawanya kepada kemuliaan yang memelihara kecintaannya......(Hal. 344)
• Di dalam atsar Allah Ta’ala berkata, “Allah Ta’ala yang membinasakan orang
yang melampaui batas dan memfakirkan pelaku zina. Dan darinya sesunggunya
hal itu dapat menghilangkan kesucian pelakunya dan menjatuhkannya dari
perhatian RabbNya dan dari perhatian-perhatian hambaNya. Dan sesungguhnya
Allah merenggutnya dari istilah-istilah terbaik yakni iffah dan kebaikan serta
keadilan.........(Hal. 360)
• Yang ketujuh pengaruhnya adalah kenikmatan iffah dan kemulia serta
kemanisannya dari kenikmatan maksiat........(Hal. 471)
3. Ath-Thibun Nabawi Li Ibnu Qoyyim
• Dan dari manfaat jima’: menjaga pandangan, menahan jiwa, menjaga
kehormatan diri dari hal-hal yang haram..........(Hal.188)
4. Miftahu Daru As-Sa’adah Wa Mansyuru Wilayatil ‘Ilmi Wal Irodah
• Dan orang yang berakal itu tidak ragu kalau sesungguhnya ilmu dengan jenis
dan macamnya adalah baik, terpuji dan sesuatu yang diingkan. Dan kebodohan
bersama jenis dan macamnya adalah buruk dalam akal, sehingga hal tersebut
dipandang buruk menurut para jumhur ulama’. Dan fitrah yang salimah menyeru
kepada sesuatu yang dipandang baik dan menolak yang buruk.
.............................kemudian memperbaiki akhlak yang terpuji dan kebiasaan
yang bijak seperti iffah, dermawan, murah hati, berani.........(Hal. 56)
• Maka mereka berkata kesempurnaaan syafwat adalah didalam
iffah................(Hal. 119)
• Sesungguhnya mereka tidak menjelaskan hubungannya dan tidak memberikan
batasan yang terpisah bahagia yang didapatkan dan apa yang tidak dihasilkan
dengannya. Maka sungguh mereka tidak menyebutkan iffah dan faktornya dan
tidak memberikan ketentuan yang apabila seorang hamba lemah/lalai darinya
dapat terjatuh pada perbuatan yang keji......(Hal. 121)
5. Madariju As-Salikin
• Syahwat adalah menanggung atas kerakusan, tamak dan kikir, tidak memiliki
iffah, lagi hina dan bernoda. (Hal. 295)
6. Thoriqul Hijrotaini Wa Ba buu As-Sa’adataini
• Dan terhadap kedua tangan dan kaki yang mampu menahan untuk berbuat
kedzhaliman dalam ketaatan ketika berasa dimana saja dengan , dan terhadap
farj mampu berlaku iffah dan menjaganya........(Hal. 35)
7. Zadal Ma’ad fii ‘
• Maka jika dikatakan:”Anak mu adalah pelaku fajir(berbuat cabul) atau budak
wanita mu berzina dengan ku.” Maka berkata: “Bukan seperti itu, akan tetapi
dia adalah anak yang afif(suci) lagi merdeka. Dan budak perempuan juga adalah
seorang afifah lagi merdeka. Dan tidak di maksud dengan itu merdeka adalah
pembebasan, akan tetapi merdeka disini adalah iffah (yang menjaga kesucian)
...............(Hal. 511)
• Dan manfaatnya(jima’) adalah: menjaga pandangan, menahan jiwa, mampu
menjaga kehormatan dari hal-hal yang haram............(Hal. 229)
8. Ahkamu Ahlu Dzimmah
• Bab Menikahi Budak Wanita Ahlu Kitab
Allah Ta’ala berfirman dalam Quran Surat Al-Maidah ayat 5
Artinya: “Dan dihalalkan bagimu menikahi perempuan-perempuan
yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-
wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab
sebelum kamu.....”
Yang dimaksud dengan muhson (wanita yang suci) adalah ‘iffah (yang
menjaga kehormatan: bukan wanita pezina) bukan hanya wanita merdeka.
Namun pengharaman menikahi budak wanita ahlu kitab karena 2 hal:...............
(Hal.789 (
• Berkata: “Mereka adalah orang yang ber_iffah (yang menjaga kesucian).
Mereka berkata: dan jikalau kalian diminta satu tema dari al-qur’an, saya ingin
wanita yang yang menjaga kehormatanya lagi merdeka. Tidak senantiasa
memperbaiki dirinya dan mereka tidak mendapatkan jalan selain yang telah
diberi petunjuk dalam al-quran, Iffah (yang suci) datang dari al-quran
mengandung 2 makna yakni menjaga kesucian diri dan menikah.....”(Hal. 805)
9. I’lamul Muwaqiina ‘An Rabbil ‘Alamin
• Istilah thalaq dan pembebasan, menjadi suatu kebiasam pada negara atau
kelompok tertentu dalam penggunaan istilah hurriyah(wanita merdeka) adalah
iffah (yang menjaga kehormatan bukan pezina) bukan sebatas pembebasan.
Artinya hurriyah bukan hanya wanita yang merdeka akan tetapi seorang budak
jika menjaga kehormatan maka disebut hurriyah. Apabila seorang mereka
berkata tentang budak laki-lakinya “Dia merdeka” atau tentang budak
perempuannya “ Dia merdeka”. Dan kebiasaan penggunaa hal itu yakni iffah
tidak berbahaya untuk merubah status atau lainnya, karena tetap saja aslinya dia
tetap budak dan belum dimerdekakan..............(Hal. 175(
10. At-tibyan fii Aqsamil Qur’an
• Oleh karena itu, orang yang dicintainya tentu bukan karena kemampuan atau
kekokohannya, dan ia harus mempertimbangkan antara rasa sakit
kehilanganNya atau kehilangan orang yang dicintai dan itu adalah hal terburuk,
mempertimbangkan antara kenikmatan kembali menghadap Allah Ta’ala,
merasakan nikmat berupa dicintai dan disebut oleh Nya, dapat mengamalkan
ketaatan kepadaNya. Atau menghadap Allah dalam keadaan hina datang dengan
keburukan, mempertimbangakan antara nikmat berlaku dosa dan berlaku
permusuhan, mempertimbangan nikmat dosan dan kenikmatan iffah..........”
(Hal. 421)
11. Badai’ul Fawaid
• Disebutkan kata iffah (Hal. 61 dan 73) makna nya sama seperti yang ada dalam
kitab Ahlu Dzimmah
12. Syifa’ul ‘Alil fii Masailil Qodho’ Wal Qudri Wal Hikmati Wa At-Ta’lil
• Sesungguhnya akibat keburukan adalah dari tidak adanya sifat yang menuntut
kepada kebaikan, seperti iffah, sabar, dan adil yang tidak ada dalam mengelolah
harta maka akan mengakibatkan keburukan pada kekayaan.........(Hal. 181)
• Dan begitu juga kalau memenuhi keinginan-keinginan yang rusak atau jelek
dalam melemahkan kuatnya iffah(kemuliaan) dan kesabaran...........(Hal. 183)
13. ‘Addatu Ash-Shobirin Wa Dakhirotus Asy-Syakirin
• Maka sesungguhnya jika seorang hamba melaksanakan apa yang Allah Ta’ala
perintahkan dengan adil dan iffah dapat mencegahnya dari sumber-sumber
kedzoliman perbuatan-perbuatan keji. Sehingga darinya jiwanya adil yang
menjamin untuk meninggalkan kedzoliman dan jiwa yang beriffah yang
menjamin untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan keji. (Hal. 42)
14. Adz-Dzari’atu Ila Makarimi Asy-syari’ah (Abu Husain bin Muhammad)
• Tidak akan sempurna iffah seseorang sampai ia menjaga tanganya,
pendengarannya, dan telinganya dari segala sesuatu perbuatan dosa dan hina….
(Hal. 224)
• Syarat-syarat Iffah ada 6 (Hal. 319)
1. Hendaknya tidak menjadikan kesuciannya dari sesuatu yang menjadi
perhatian atau lebih banyak dari itu
2. Atau karenanya tidak bersepakat
3. Untuk menghentikan syahwatnya
4. Atau sebagai pesan rasa takut dari hukumannya
5. Atau karena terlarang dari mendapatkannya
6. Atau karena bukan termasuk orang yang mengerti tentangnya karena
kemalasannya
Nb: Maka sesungguhnya semua itu bukan bagian dari iffah, tetapi itu adalah bisa jadi
buruan atau pengobatan atau penyakit atau kebocoran atau kelemahan atau kebodohan.
Dan meninggalkan ketentuan/kecondongan jiwa dari syahwat lebih tercela dari
meninggalkan marah.
15. Tahdzibul Akhlak (Abu Ali Ahmad bin Muhammad Ya’qub Maskawaih)
• Keutaman-keutamaan yang dapat diraih ketika seseorang menjaga iffah adalah
memiliki rasa malu, sabar, merdeka, disiplin, wara’ dll (Hal. 28)
16. Mausu’atu Fiqih Al-Qulub (Muhammad bin Ibrahim bin Abdillah)
• Iffah ada 2 macam: Iffah dari Muharom dan Iffah dari dosa (Hal.2653)
17. Nurul Huda Wa Dzulumati Dholal fii Dhow’i Al-Kitab Wa Sunnah (Sa’id bin ‘Ali
bin Wahab Al-Quhthoni)
• Kesembilan: Orang mu’min disifati dengan sifat-sifat sebagai berikut, khusyu’
ketika sholat, mengahadirkan hati di dalamnya, menunaikan zakat, dan
berpaling dari perkara yang sia-sia yakni semua perkataan dan perbuatan yang
tidak baik, akan tetapi berkata dan berbuat kebaikan, dan meninggalkan
keburukan baik perkataan dan perbuatan. Sehingga tidak ragu sesungguhnya
semua itu dapat menambah dan menguatkan keimanan, begitu pula dengan
menjaga iffah dari hal-hal yang keji, dan menjaga amanah-amanah dan janji
adalah tanda dari iman. (Hal. 195)

Anda mungkin juga menyukai