Anda di halaman 1dari 7

34

PENANGANAN BAKU MUTU KUALITAS AIR LIMBAH PRODUKSI


ATC DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII

WASTE WATER HANDLING STANDARD QUALITY OF ATC PRODUCTION


FROM Eucheuma cottonii SEAWEED

Riardi P. Dewa
Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon
Jl. Kebun Cengkeh Ambon 97128

Email: pratistadewa@gmail.com

Received: 06/12/2016; revised: 07/12/2016; accepted: 29/12/2016


Published online: 30/12/2016

ABSTRAK

Air limbah produksi ATC mengandung banyak pencemar yang nantinya jika dibuang ke perairan sekitar tanpa
mempertimbangkan baku mutu kualitas air limbahnya, akan dapat membuat perairan atau badan air disekitar
pembuangan limbah tersebut menjadi tercemar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai dari
parameter TSS, TDS, amonia, pH, DO, BOD, dan COD yang terkandung dalam limbah cair. Pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil sampel air limbah dari awal (sampel masih bersifat basa) hingga air limbah
yang sudah bersifat netral. Pengujian dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku. Berturut turut nilai akhir dari hasil pengujian TSS, TDS, amonia, pH, DO, BOD dan COD adalah 0,494
mg/l; 330 mg/l; 0,0 mg/l; 7; 3,25 mg/l; 40,1 mg/l; 61 mg/l. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa air cucian
limbah yang terakhir, dalam kasus ini air limbah yang ke 7 tidak semuanya memenuhi baku mutu
Kep.08/Men.LH/2009, sehingga limbah cair tersebut belum aman, jika akan dibuang ke lingkungan.

Kata kunci : TSS, TDS, amonia, pH, DO, BOD, COD, Eucheuma cottonii

ABSTRACT

Waste Water Quality Analyzes of ATC From Eucheuma Cottonii Seaweed has been done. The purpose of this
research is to know the result of TSS, TDS, Amonia, pH, DO, BOD, COD that contain on that waste water.
Sampling has been taken from waste water of seaweed from first to that waste water become neutral.
Parameters test (TSS, TDS, amonia, pH, DO, BOD, COD) has been taken in Laboratory of Health, Mollucas
Health Department. The results for TSS, TDS, amonia, pH, DO, BOD, COD is 0,494 mg/l; 330 mg/l; 0,0 mg/l; 7;
3,25 mg/l; 40,1 mg/l; 61 mg/l. From the result, that last waste water or in this case is the waste water on seventh
has’nt been satisfy the Kep.08/Men.LH/2009 so the waste water not to run off to the drainase yet.

Key words :TSS, TDS, amonia, pH,DO, BOD, COD, Eucheuma cottonii

PENDAHULUAN basah atau jika dikonversi menjadi 1.033.500 ton


kering. Keberhasilan produksi budidaya rumput
Rumput laut merupakan salah satu laut di Indonesia, terutama untuk rumput laut
komoditas strategis Indonesia disektor kelautan, penghasil karaginan seperti Eucheuma cottonii
disamping udang dan tuna. Volume produksi dan Eucheuma spinosum, telah mendorong
rumput laut Indonesia dari tahun ke tahun tumbuhnya industri rumput laut yang saat ini
menunjukkan peningkatan yang berarti, berkembang dengan sangat pesat. Jumlah
khususnya pada volume produksi budidaya. industri rumput laut penghasil karaginan yang
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan beroperasi di Indonesia saat ini diperkirakan
(KKP) mencatat produksi rumput laut Indonesia mencapai 20 perusahaan yang tersebar di
pada tahun 2015 mencapai 10.335.000 ton beberapa lokasi seperti di Provinsi Jawa Barat,

34
Riardi P.D/Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 34-40

Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi dengan upaya memelihara fungsi air sehingga
Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (Wibowo kualitas air memenuhi baku mutu.
2012). Nilai baku mutu air terhadap parameter
Dengan banyaknya industri rumput laut uji TDS, TSS, amonia total, DO, COD dan BOD
yang tumbuh di Indonesia, tentu saja yang diperbolehkan menurut
menimbulkan berbagai macam permasalahan. Kep.08/MenLH/2009 adalah sebesar 500 mg/L,
Salah satu masalah yang dihadapi dalam 100 mg/L, 0,3 mg/L, >5 mg/L, 30 mg/L, dan 20
industri rumput laut adalah terkait dengan mg/L. Menurut Putra dan Ardian (2014),
permasalahan limbah. Salah satu limbah utama perubahan tata lahan yang diikuti peningkatan
dalam pengembangan industri rumput laut aktivitas domestik, pertanian dan industri akan
adalah limbah air cucian rumput laut yang memberikan dampak terhadap kualitas air.
bersifat alkali. Limbah ini mempunyai pH yang Limbah industri merupakan salah satu sumber
sangat tinggi yaitu berkisar antara 12-13, serta pencemar badan air, selain limbah pertanian,
memiliki kandungan organik dan padatan terlarut limbah domestik, dan lain-lain. Air merupakan
yang tinggi pula (Wibowo 2012). sumber daya alam yang sangat penting dalam
Limbah cair merupakan masalah utama keseharian masyarakat dan perlu dilindungi
dalam pengendalian dampak lingkungan. kebersihannya karena berdampak bagi
Industri rumput laut merupakan suatu industri kesehatan. Untuk menjaga kualitas air yang
yang memproses bahan baku rumput laut memenuhi baku mutunya, diperlukan pelestarian
menjadi suatu makanan dan minuman, dan juga terhadap segala macam pencemaran seperti
menghasilkan limbah yang disebabkan pencemaran akibat dari limbah industri rumput
pencucian rumput laut karena dicuci dengan laut salah satunya (Putra dan Ardian 2014).
menggunakan air dan bahan-bahan kimia Untuk mengetahui pengaruh dari limbah
seperti NaOH, H2O2, KOH, KCl maupun bahan- cair pencucian rumput laut terhadap lingkungan,
bahan lain yang dapat mencemari lingkungan diperlukan pengujian pada tiap-tiap parameter
(Sedayu et al. 2007). Karakteristik dari limbah yang dipengaruhi dari limbah air cucian rumput
pencucian rumput laut menghasilkan antara lain laut, seperti menentukan nilai TDS, TSS,
COD dan pH yang tinggi (Thamrin 2011). Amonia total, DO, COD, BOD dan pH. Dari
Limbah ini akan menimbulkan masalah parameter-parameter ini dapat ditentukan tingkat
bagi lingkungan jika tidak ditangani sebaik- pencemaran yang ditimbulkan dari limbah cair
baiknya. Pembuangan limbah ke lingkungan cucian rumput laut. Dari parameter-parameter
tanpa melalui proses penanganan yang baik tersebut dapat ditentukan berapa banyak limbah
akan mengancam kelestarian ekosistem yang cair yang memenuhi baku mutu untuk dapat
berada disekitarnya. Adanya limbah ini tidak dialirkan dalam sebuah saluran pembuangan
hanya berakibat buruk bagi lingkungan, tetapi supaya tidak berbahaya bagi lingkungan dan
juga aspek sosial karena dimungkinkan akan masyarakat sekitar (Putra dan Ardian 2014).
mengganggu masyarakat sekitar yang terkena
limbah (Zulham et al. 2007). Limbah yang METODE PENELITIAN
dibuang dibadan perairan tentu saja akan
mencemari seluruh badan perairan sekitar, Bahan
sehingga akan mengganggu kehidupan mahkluk Bahan yang digunakan dalam penelitian
hidup yang berada disekitar badan perairan ini adalah sampel air limbah dari pencucian
tersebut. rumput laut yang akan digunakan untuk
Menurut Putra dan Ardian (2014), air membuat ATC. Air limbah yang digunakan
merupakan sumber daya alam yang memenuhi adalah air limbah pencucian rumput laut yang
hajat hidup orang banyak sehingga perlu berasal dari laboratorium proses Baristand
dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan Industri Ambon pada waktu pembuatan ATC.
kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air Peralatan
sehingga dapat dimanfaatkan secara Alat yang digunakan dalam penelitian ini
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air adalah botol sampel, kertas pH, kertas saring,
yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian cawan, oven, desikator, neraca analitik, penjepit,
dan pengendalian. Pelestarian kualitas air tanur, penangas air, botol DO, lemari inkubasi
0 0
merupakan upaya untuk memelihara fungsi air atau water cooler suhu 20 C ± 1 C gelap, botol
agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. dari gelas 5L – 10L, pipet volumetric 1 mL dan
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan 10 mL, labu ukur, DO meter, shaker, blender.
upaya pengendalian pencemaran air, yaitu

35
Riardi P.D/Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 34-40

Cara Kerja Perhitungan : mg/L TDS (2)


Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cara menampung limbah cucian Keterangan :
pertama hingga limbah cucian yang sudah A = Berat cawan penguap berisi zat terlarut (mg)
mempunyai pH netral di masing-masing botol B = Berat cawan penguap kosong (mg)
sampel. Limbah cucian rumput laut yang
ditampung berhenti pada limbah yang ke tujuh, Penentuan Amonia total
dikarenakan pada limbah cucian rumput laut Diukur 50 mL sampel dan dimasukkan
yang ke tujuh nilai pH sudah menunjukkan nilai ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL kemudian
normal, yaitu 7. ditambahkan 1 mL larutan Nessler, lalu dikocok
dan biarkan proses reaksi berlangsung paling
Penentuan Zat Padat Tersuspensi (TSS) sedikit selama 10 menit. Setelah itu baca pada
Kertas saring dipanaskan di dalam oven alat spektrofotometer (SNI 06-2479-1991).
pada suhu ± 105⁰C selama 1 jam. Kemudian Penentuan Nilai pH
didinginkan dalam desikator selama 15 menit Nilai pH ditentukan dengan cara
dan ditimbang segera dengan neraca analitik mengukur langsung dengan kertas pH pada saat
hingga didapatkan berat konstan (B). Sampel pengambilan sampel limbah cucian rumput laut.
dikocok hingga homogen dan dipipet sebanyak
100 mL dan dilakukan penyaringan Penentuan DO (Oksigen Terlarut)
menggunakan kertas saring kemudian disedot Ambil contoh yang sudah disiapkan.
dengan vakum. Kemudian kertas saring di ambil Tambahkan 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodide
dengan hati-hati dan diletakkan di atas cawan azida dengan ujung pipet tepat diatas
untuk dipanaskan di dalam oven dengan suhu permukaan larutan. Tutup segera dan
105⁰C selama 1 jam. Selanjutnya didinginkan homogenkan hingga terbentuk gumpalan
dalam desikator dan ditimbang segera dengan sempurna. Biarkan gumpalan mengendap 5
neraca analitik hingga diperoleh berat konstan menit sampai dengan 10 menit. Tambahkan 1
(A). Selanjutnya dihitung berat padatan mL H2SO4 pekat, tutup dan homogenkan hingga
tersuspensi yang didapat ( Devi dkk. 2013). endapan larut sempurna. Pipet 50 mL,
masukkan ke dalam Erlenmeyer 150 mL. Titrasi
Perhitungan: mg/L TSS (1) dengan Na2S2O3 dengan indicator amilum/kanji
sampai warna biru tepat hilang.
Perhitungan :
Keterangan : Oksigen Terlarut (mg/L) = V x N x 8000 x F (3)
A = Berat kertas saring berisi zat tersuspensi 50
(mg)
B = Berat kertas saring kosong (mg) dengan pengertian:
V adalah mL Na2S2O3 ;
Penentuan Zat Padat Terlarut (TDS) N adalah normalitas Na2S2O3 ;
Cawan penguapan dibersihkan F adalah factor (volume botol dibagi volume
kemudian dipanaskan dalam tanur pada suhu botol dikurangi volume pereaksi MnSO4
550℃ selama 1 jam kemudian dipindahkan dan alkali Iodida azida)
kedalam oven dengan suhu 105℃
menggunakan penjepit cawan. Selanjutnya Penentuan BOD
didinginkan dalam desikator dan ditimbang Sejumlah contoh uji ditambahkan ke
segera saat akan digunakan. Untuk penentuan dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang
zat padat terlarut, sampel dikocok hingga telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba,
homogen dan dipipet sebanyak 100 ml dan kemudian diinkubasi dalam ruang gelap pada
0 0
dilakukan penyaringan menggunakan vakum suhu 20 C ±1 C selama 5 hari. Nilai BOD
dan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen
dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan
kedalam cawan penguap yang kemudian kontrol standar dalam uji BOD ini, digunakan
diuapkan dan dikeringkan dalam oven pada larutan glukosa-asam glutamat (SNI
suhu 105℃ sampai semua air menguap. Setelah 6989.72:2009)
itu cawan dikeluarkan dari oven menggunakan
penjepit cawan untuk didinginkan dalam
desikator dan ditimbang segera dengan neraca Penentuan COD
analitik hingga diperoleh berat konstan (Devi Pipet volume contoh uji atau larutan
dkk. 2013). kerja, tambahkan digestion solution dan
tambahkan larutan pereaksi asam sulfat yang

36
Riardi P.D/Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 34-40

memadai ke dalam tabung atau ampul. Tutup


tabung dan kocok perlahan sampai homogen. HASIL DAN PEMBAHASAN
Letakkan tabung pada pemanas yang telah
dipanaskan pada suhu 150 °C, lakukan refluks Hasil uji parameter TSS, TDS, amonia,
selama 2 jam (SNI 6989.73:2009). pH mengacu pada Kep.08/Men.LH/2009

Tabel 1. Hasil uji parameter Tss,Tds, amonia, pH


No Parameter 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan
1 TSS 11,04 1,363 0,774 0,557 0,5 0,485 0,494 Gravimetri
2 TDS 6150 1750 993 461 402 387 330 Gravimetri
3 AMONIA 3,4 0,35 0,19 0,48 0,11 0,08 0,0 Nessler
4 pH 14 13 12 11 9 8 7
5 DO 4,1 5,15 5,1 4,25 3,4 4,25 3,25 Mod. Azida
6 BOD 25 25 15 30 70 27 40,1 Titrimetri
7 COD 76 67 62 47 93 59 61 Refluk
tertutup

Pengambilan air sampel limbah cucian produksi oksigen yang dihasilkan oleh tanaman.
rumput laut diambil di laboratorium proses Akibatnya, kehidupan mikroorganisme jadi
Baristand Industri Ambon, pada saat dilakukan terganggu.
penelitian pembuatan karaginan. Sampel air Penentuan zat padat tersuspensi (TSS)
limbah cucian rumput laut ditampung di botol berguna untuk mengetahui kekuatan
kosong, untuk pengujiannya dilakukan pencemaran air limbah domestik, dan juga
menggunakan metode yang telah disebutkan berguna untuk penentuan efisiensi unit
tadi diatas. Pada penelitian ini air limbah diambil pengolahan air (Rahmawati dan Azizah, 2005).
hingga cucian yang ke tujuh, karena pada air Berdasarkan hasil pengujian yang telah
limbah cucian yang ke tujuh, nilai pH sudah dilakukan pada sampel ke 1, hasil uji
netral. Secara keseluruhan, hasil yang didapat menunjukkan nilai 11,04 mg/l lalu menurun
setelah dilakukan pengujian, nilai parameter hingga 1,363 mg/l pada sampel ke 2 dan pada
TSS, TDS, amonia, DO, BOD, COD dan pH sampel air ke 7 menunjukkan nilai 0,494 mg/l.
cenderung fluktuatif hingga pencucian yang ke Untuk parameter TSS, pada sampel air pertama
7. Tetapi untuk parameter TSS, TDS, amonia nilai kandungan TSS sudah berada dalam baku
dan pH mengalami penurunan hingga pencucian mutu yang ditetapkan oleh Kep.08/MenLH/2009.
ke -7, sedangkan parameter DO, BOD, COD Hal ini diduga karena perairan tempat
nilainya bervariasi hingga akhir pencucian. tumbuhnya rumput laut tersebut, tidak berlumpur
ataupun berpasir dan cenderung jernih.
TSS (Total Suspended Solid)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter TDS (Total Disolved Solid)
kering lumpur yang ada dalam limbah setelah Parameter TDS diuji dengan
mengalami penyaringan dengan membran menggunakan metode gravimetri, dimana
berukuran 0,45 mikron (Sugiharto 1987). Total didapatkan hasil dari sampel air limbah cucian
Suspended Solid (TSS) merupakan salah satu rumput laut berturut-turut yaitu, 6150 mg/l; 1750
parameter penting di dalam air limbah yang mg/l; 993 mg/l; 461 mg/l; 402 mg/l; 387 mg/l; 330
disebabkan oleh adanya lumpur, jasad renik, mg/l. Pada sampel yang pertama nilainya
dan pasir halus yang semuanya memiliki ukuran berada diatas standar baku mutu yang
< 1 μm. TSS dapat menimbulkan pendangkalan ditetapkan oleh Kep. 08/Men.LH/2009, tetapi
pada badan air dan menimbulkan tumbuhnya pada hasil pengujian air limbah cucian rumput
tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun laut ke 4 sudah menunjukkan nilai 461 mg/l,
bagi makhluk hidup lainnya (Asmadi dan dimana nilai ini sudah berada dibawah standar
Suharno 2012). Menurut Kristanto (2013), baku mutu Kep.08/Men.LH/2009, sehingga air
padatan tersuspensi pada air limbah akan limbah cucian rumput laut ini dapat dialirkan ke
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lingkungan karena sudah memenuhi baku mutu
lapisan air. Padahal sinar matahari sangat dari Kementerian Lingkungan Hidup. Menurut
diperlukan oleh mikroorganisme untuk Putra dan Ardian , 2014, jika nilai TDS pada
melakukan proses fotosintesis. Karena tidak ada akhir pengujian memenuhi baku mutu perairan
sinar matahari maka proses fotosintesis tidak maka air limbah yang dibuang diperairan tidak
dapat berlangsung dan dapat mengurangi berdampak buruk terhadap kualitas perairan,
37
Riardi P.D/Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 34-40

tetapi semakin kecil nilai TDS akan semakin


lebih baik bagi perairan. DO
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
Amonia dilakukan, nilai parameter DO dari air limbah
Amoniak adalah senyawa yang mudah pertama hingga terakhir mengalami fluktuasi.
larut dalam air. Kadar amoniak yang tinggi dapat Pada air limbah yang pertama parameter DO
merupakan indikasi adanya pencemaran bahan menunjukkan nilai 4,1 mg/L, nilai ini belum
organik yang berasal dari limbah domestik, memenuhi baku mutu sesuai yang
industri dan pupuk pertanian. Kandungan dipersyaratkan. Kemudian pada hasil uji kedua
amoniak terdapat dalam jumlah yang relatif kecil dan ketiga nilai untuk parameter DO adalah 5,15
jika dalam perairan tersebut terdapat oksigen mg/L dan 5,1 mg/L, pada pengujian air limbah
terlarut yang tinggi. Sehingga kandungan kedua dan ketiga hasil menunjukkan nilai
amoniak dalam perairan bertambah seiring parameter DO memenuhi baku mutu sesuai
dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar yang dipersyaratkan. Sedangkan hasil uji air
perairan kemungkinan terdapat amoniak yang limbah cucian rumput laut yang ke 4 hingga
lebih banyak dibandingkan perairan di bagian terakhir mengalami fluktuasi dan tidak
atasnya karena oksigen terlarut pada bagian memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Hal
dasar relatif lebih kecil (Sundari dkk. 2015) ini dimungkinkan pada saat melakukan
Hasil pengujian untuk parameter amonia pencucian rumput laut, proses pengadukannya
menggunakan metode Nessler adalah sebagai tidak sempurna sehingga menyebabkan fluktuasi
berikut, pada sampel air pertama dan kedua nilai tersebut.
hasil uji menunjukkan angka 3,4 mg/l; 0,35 mg/l; Parameter oksigen terlarut atau DO
sedangkan pada hasil uji sampel ketiga nilai (Dissolve Oksigen) dapat digunakan sebagai
parameter amonia sudah masuk kedalam baku indikator tingkat kesegaran air (Sutriati 2011).
mutu standar Kep.08/MenLH/2009 yaitu 0,19 Oksigen memegang peranan penting sebagai
mg/l; tetapi pada sampel keempat, nilai amonia indikator kualitas perairan, karena oksigen
kembali naik melebihi baku mutu standar, yaitu terlarut berperan dalam proses oksidasi dan
0,46 mg/l. Selanjutnya untuk sampel kelima reduksi bahan organik dan anorganik. Karena
hingga ketujuh nilai amonia kembali turun proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan
dibawah baku mutu Kep.08/MenLH.2009, yaitu oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
0,11 mg/l; 0,08 mg/l; 0 mg/l. mengurangi beban pencemaran pada perairan
Terjadi anomali nilai hasil uji parameter secara alami (Salmin 2005).
amonia, khususnya pada sampel air yang ketiga
dan keempat. Hal ini diduga dalam pengambilan COD
sampel atau sewaktu dalam pengujian, sampel Hasil pengujian yang telah dilakukan
tidak dihomogenkan secara sempurna. Tetapi menunjukkan nilai dari parameter COD dari air
secara keseluruhan, hasil akhir pengujian limbah yang pertama hingga terakhir tidak ada
kandungan parameter amonia dalam air limbah yang memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
cucian rumput laut menunjukkan nilai 0 mg/l, hal Pada sampel air limbah pertama, hasil pengujian
ini berarti kandungan parameter amonia menunjukkan nilai 76 mg/L lalu mengalami
sudah sesuai dengan baku mutu penurunan hingga sampel air limbah yang ke 4
Kep.08/Men.LH/2009 dan tidak membahayakan yaitu 47 mg/L. Tetapi pada sampel air limbah
lingkungan atau badan perairan jika akan yang ke 5, nilai hasil uji COD kembali naik
dialirkan ke badan perairan sekitar. menjadi 93 mg/L. Untuk sampel air limbah ke 6
dan 7 hasil pengujian menunjukkan nilai 59 mg/L
pH dan 61 mg/L. Hal ini dimungkinkan karena
Menurut Angraeni (2014) karakteristik pengadukan pada saat pencucian rumput laut
dari air limbah pencucian rumput laut antara lain tidak sempurna, sehingga kadar COD tidak larut
menghasilkan pH yang tinggi. Berdasarkan hasil sepenuhnya dalam air limbah cucian.
pengujian dengan menggunakan kertas lakmus COD adalah banyaknya oksigen yang
(kertas pH), didapatkan hasil yang terus dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
menurun. Dari air limbah cucian rumput laut organik secara kimia (Yudo 2010). Angka COD
yang ke-1 menunjukkan nilai 14 yang mana yang tinggi, mengindikasikan semakin besar
berarti air limbah tersebut bersifat basa, hingga tingkat pencemaran yang terjadi (Yudo 2010)
air limbah ke 7 yang menunjukkan nilai 7 atau
sudah dalam keadaan netral. Air cucian pertama BOD
bersifat sangat basa, hingga menunjukkan BOD adalah jumlah oksigen terlarut
angka 14, hal ini karena dipengaruhi pada waktu yang dibutuhkan oleh bakteri pengurai untuk
pemasakan, rumput laut dimasak menggunakan menguraikan bahan pencemar organik dalam
larutan KOH yang bersifat basa. air. Makin besar kosentrasi BOD suatu perairan,

38
Riardi P.D/Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 34-40

menunjukan konsentrasi bahan organik di dalam dikategorikan sebagai perairan yang baik
air juga tinggi (Yudo 2010). berkisar 0 – 10 ppm (Salmin 2005). Naiknya
Pada hasil pengujian parameter BOD air angka BOD dapat berasal dari bahan-bahan
limbah cucian rumput laut, menunjukkan nilai organik yang berasal dari limbah domestik dan
yang bervariasi pada air limbah pertama hingga limbah lainnya (Rahayu dan Tontowi 2009). Nilai
terakhir. Pada penelitian ini hanya ada satu air BOD yang tinggi karena adanya pembuangan
limbah yang memenuhi baku mutu yang limbah dari pemukiman ke sungai dan dari lahan
dipersyaratkan, yaitu air limbah yang ketiga. pertanian (Anhwange et al. 2012). Pada tabel 2
Makin besar kadar BOD nya, maka disajikan nilai baku mutu kualitas air dari
merupakan indikasi bahwa perairan tersebut Kementerian Lingkungan Hidup Yang digunakan
telah tercemar. Kadar BOD dalam air yang sebagai acuan hasil pengujian.
tingkat pencemarannya masih rendah dan dapat

Tabel 2. Kep.08/Men.LH/2009
No Parameter Satuan Kadar Maksimal Metode Ket
1 TSS mg/L 100 Gravimetri
2 TDS mg/L 500 Gravimetri
3 Amonia mg/L 0,3 Nessler
4 pH - 7 (netral) -
5 DO mg/L >5 Mod. Azida
6 BOD mg/L 20 Titrimetri
7 COD mg/L 30 Refluk tertutup

KESIMPULAN activities and seasonal variation on river


benue, within makurdi metropolis.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, Journal of science and technology, 2 :
maka kandungan TSS, TDS, amonia, pH pada 248-254.
air limbah cucian rumput laut, telah memenuhi
syarat Kep.08/Men. LH/2009. Sedangkan untuk Asmadi, Suharno. 2012. Dasar – dasar teknologi
kandungan DO, BOD, COD pada akhir pengolahan air limbah. Yogyakarta :
pencucian belum memenuhi syarat dari Gosyen Publishing.
Kep.08/Men. LH/2009. Sehingga air limbah
cucian rumput laut tersebut belum layak jika Devi, Luh Putu Widya Kalfika., K.G. Dharma
akan dibuang ke lingkungan atau badan perairan Putra, A.A. BawaPutra. 2013. Efektifitas
sekitar. pengolahan air limbah suwung denpasar
ditinjau dari kandungan kekeruhan, Total
UCAPAN TERIMAKASIH Zat Terlarut (TDS), dan Total Zat
Tersuspensi (TSS). Jurnal kimia 7 (1) :
Terimakasih diucapkan kepada Ibu 64-74.
Maria A. Leha yang telah membimbing dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini. Juga kepada Kristanto, P. 2013. Ekologi Industri. Yogyakarta :
bapak Ernst Helaha dan C. Huka yang telah Cv. Andi Offset.
membantu dalam pengambilan sampel limbah
cucian rumput laut. Putra, Daud Satria., Ardian Putra. 2014. Analisis
pencemaran limbah cair kelapa sawit
berdasarkan kandungan logam,
DAFTAR PUSTAKA konduktivitas, TDS dan TSS. Jurnal
fisika unand. 3 (2).
Angraeni, W G, I W Budiarsa Suyasa, dan
Wahyu Dwijani S. 2014. Pengaruh Rahayu, S. Dan Tontowi. 2009. Penelitian
perlakuan biofiltrasi ekosistem buatan kualitas air bengawan solo pada saat
terhadap penurunan Cod, Nitrat, dan Ph musim kemarau. Jurnal sumber daya
air limbah pencucian rumput aut. Jurnal air. 5 : 127-136.
kimia 8 (1), Januari 2014 : 97-103
Rahmawati, Agnes Anita., R. Azizah. 2005.
Anhwange, B.A., E.B. Agbaji, and E.C. Gimba. Perbedaan kadar BOD, COD, TSS, dan
2012. Impact assessment of human MPN coliform pada air limbah sebelum

39
Riardi P.D/Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 34-40

dan sesudah pengolahan di RSUD Sutriati, A. 2011. Penilaian kualitas air sungai
Nganjuk. Jurnal kesehatan lingkungan. 2 dan potensi pemanfaatannya (studi
(1) : 97-110. kasus Sungai Cimanuk). Jurnal sumber
daya air. 7 : 61-76.
Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan
kebutuhan oksigen biologi (BOD) Thamrin, H. W. 2011. Pengolahan air limbah
sebagai salah satu indikator untuk pencucian rumput laut menggunakan
menentukan kualitas perairan. Jurnal proses fitoremidiasi. Skripsi. UPN
Oseana, 30 : 21-26. Veteran, Surabaya.

Sedayu BB, Basmal J, Fithriani D. 2007. Uji Wibowo, Yuli. 2012. Strategi penanganan limbah
coba proses daur ulang limbah cair ATC industri alkali treated cottonii. Agrointek
(Alkali Treated Cottonii) dengan teknik Volume 6, No. 1 Maret 2012
koagulasi dan filtrasi. Jurnal pascapanen
dan bioteknologi kelautan dan Yudo, S. 2010. Kondisi kualitas air Sungai
perikanan. 2 (2) : 107-115. Ciliwung di wilayah dki jakarta ditinjau
dari parameter organik, amoniak, fosfat,
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar pengelolaan air deterjen dan bakteri coli. Jurnal
limbah. Jakarta : Penerbit Universitas akuakultur Indonesia. 6 : 34-42.
Indonesia (UI Press).
. Zulham A, Purnomo AH, Apriliani T, Hikmayani.
Sundari Dewi, Alimuddin, Rahmat Gunawan. 2007. Assessment klaster perikanan:
2015. Analisis amoniak terlarut pada studi pengembangan klaster rumput laut
tanaman lamun (Thalassia testudinum) kabupaten sumenep. Jurnal kebijakan
dalam media air. Jurnal kimia dan riset sosial ekonomi kelautan dan
mulawarman. 12 (2). perikanan. 2 (2) : 177-193.

40

Anda mungkin juga menyukai