Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ahmad Taufik

Prodi : Sarjana Keperawatan 3A

NIM : C1AA20003

Luka Bakar
A. Latar Belakang
Luka bakar sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tantangan bagi
tenaga medis, sebagian besar kasus luka bakar terjadi pada negara yang berpenghasilan
rendah dan menengah dan hampir dua pertiganya terjadi di negara-negara Afrika dan
Asia Tenggara. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan, kewaspadaan,
maupun pendidikan tentang keselamatan dasar pencegahan risiko cedera luka bakar di
wilayah tersebut. Luka bakar dapat mengakibatkan morbiditas ataupun mortalitas yang
tinggi, gangguan psikologis, dan gangguan kualitas hidup yang dialami oleh pasien.

Luka bakar atau combustio adalah kehilangan jaringan atau suatu bentuk
kerusakan jaringan yang terjadi akibat dari kontak dengan sumber panas seperti api,
bahan kimia, air panas, listrik dan radiasi yang merupakan jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus
mulai fase awal hingga fase lanjut.

World Health Organization (WHO) memperkirakan terjadi 195.000 kematian


pertahun disebabkan karena luka bakar. Dari data setiap tahunnya di Amerika Serikat
kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar. Dari kelompok ini, 100.000 pasien
dirawat di rumah sakit dan 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan. Setiap
tahunnya sekitar 12.000 orang meninggal akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang
terjadi akibat luka bakar.

Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa per
tahun meninggal akibat luka bakar, dikarenakan jumlah anak-anak cukup tinggi serta
ketidakpercayaan anak-anak untuk menghindari terjadinya kebakaran, maka usia anak-
anak menyumbang kematian tertinggi akibat luka bakar di Indonesia.
Karena banyaknya kejadian luka bakar di dunia khususnya di Indonesia, maka
kita sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pencegahan mengenai luka
bakar kepada masyarakat dan juga dapat melakukan proses asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami luka bakar secara tepat dan baik.

A. Definisi Luka Bakar


Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan atau
komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian
fungsi organ, respons stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan
kematian sel (Kaplan dan Hentz, 2006).

Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak
hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).

Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan disebabkan
kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber
termis (atau penyebab lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan
sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat, 2009).

Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat, khususnya
kejadian luka bakar pada rumah tangga yang paling sering ditemukan yaitu luka bakar derajat I
dan II. Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan morbiditas kecacatan. Adapun derajat
cacat yang diderita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cedera oleh penyebab lainnya.
Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk penanganan luka bakar menjadi cukup tinggi
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
B. Penyebab Luka Bakar
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, .kontak dengan benda
padat panas seperti lilin atau rokok, kontak .dengan zat kimia dan aliran listrik
(WHO, 2008).
2. Luka Bakar Inhalasi
Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas atau
.produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna .(WHO, 2008).
C. Patofisiologi Luka Bakar
Kulit mampu mentolerir suhu setinggi 44oC selama 6-5 jam sebelum
menimbulkan kerusakan yang irreversible. Kontak selama 2 detik dengan suhu 65 oC
sudah mampu menimbulkan luka bakar pada kulit. Denaturasi protein akan mulai terjadi
pada suhu lebih dari 44oC (Weaver et al, 1993). Kulit yang terpajan suhu tinggi atau
terbakar akan menyebabkan destruksi pada epidermis hingga subkutan tergantung
lamanya kontak dengan sumber panas. Bagian kulit yang berkontak langsung dengan
sumber panas akan mengalami kerusakan jaringan yang paling parah akibat denaturasi
protein dan nekrosis koagulasi (Hettiaratchy dan Dziewulski, 2004). Pajanan suhu yang
tinggi juga mengakibatkan pembuluh kapiler di bawah kulit dan area sekitarnya akan
mengalami kerusakan sehingga permeabilitasnya akan meningkat. Hal ini menyebabkan
terjadinya kebocoran cairan intravaskular ke interstitial (Garcia-Espinoza et al., 2017).
Selain itu pelepasan mediator-mediator pro-inflamasi juga menyebabkan kondisi
inflamasi dan ekstravasasi cairan ke interstitial. Kulit yang rusak juga mengakibatkan
evaporasi cairan yang berlebihan karena hilangnya fungsi kulit sebagai barrier dan
penahan penguapan. Peningkatan permeabilitas vaskular dan peningkatan evaporasi
menyebabkan berkurangnya cairan intravena. Syok hipovolemik dapat terjadi jika luas
permukaan tubuh yang terkena luka bakar melebihi 20% (Sjamsuhidajat dan De Jong,
2010).
Kulit yang berkontak dengan sumber panas atau terbakar akan memunculkan
respon lokal yang ditandai dengan terbentuknya 3 zona yaitu zona koagulasi, zona stasis,
dan zona hiperemis. Zona koagulasi adalah daerah yang mengalami denaturasi protein
sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan yang paling parah dan bersifat irreversible.
Zona koagulasi dikelilingi oleh zona stasis yang ditandai dengan inflamasi dan
menurunnya perfusi jaringan sedangkan bagian terluar dari zona stasis adalah zona
hiperemis (Hettiaratchy dan Dziewulski, 2004).
Respon sistemik yang terjadi pada tubuh akibat luka bakar biasanya akan terjadi
ketika luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar melebihi 10% (Garcia-Espinoza et
al., 2017). Respon sistemik yang terjadi dapat
berupa perubahan pada sistem kardiovaskuler, terjadinya hipermetabolisme, dan
penurunan pada sistem imun tubuh (Hettiaratchy dan Dziewulski, 2004).
D. Pencegahan pada Luka Bakar
1. Pencegahan Primer
Pencegahan ini bertujuan untuk menghindari atau meminimalisir perkembangan
penyakit atau kecacatan yang mungkin diidap atau terjadi pada individu. Contoh
pencegahan primer adalah menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan
kolestrol, meminum obat penurun tekanan darah dan rajin berolahraga. Adapun
pencegahan primer yang dapat dilakukan untuk mencegah luka bakar adalah
sebagai berikut:
a. Jangan lupa mematikan kompor setelah memakainya.
b. Gunakan pelindung tangan saat memasak.
c. Hindari merokok di dalam rumah atau gedung.
d. Jangan lupa mematikan alat setrika ketika sudah selesai menggunakannya.
e. Siapkan alat pemadam api ringan (APAR) di rumah
f. Bekerja hati-hati bila berdekatan dengan benda2 yang dapat menyebabkan
luka bakar.
2. Pencegahan Sekunder
Untuk pencegahan sekunder appabila terjadi luka bakar ada beberapa penanganan
awal yang dapat dilakukan :
a. Hindarkan pajanan segera.
Berarti hindari hal hal yang dapat menyebabkan kebakaran misalnya api
atau zat-zat kimia.
b. Lepaskan pakaian atau perhiasan.
Usahakan melepas pakaian atau perhiasan yang terlekat pada luka agar
meredakan rasa nyeri
c. Dinginkan luka dengan air mengalir pada suhu ruangan selama 20 menit
d. Hangatkan orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan
pakaian tebal atau selimut untuk menghindari hipotermi suhu tubuh
dibawah 35°.
e. Apabila pasien mengalami cidera luka bakar pada area wajah posisikan
pasien dengan posisi duduk untuk menghindari pembengkakan pada area
wajah
f. Segera konsultasikan kepada dokter spesialis guna untuk mengetahui
penanganan yang sesuai dengan kasus tersebut
Dermatitis
merupakan penyakit kulit yang umumnya bersifat kronis (jangka panjang)
tetapi tidak berbahaya. Gejala yang muncul pun biasanya ringan, misalnya
gatal pada kulit. Namun, rasa gatal ini kadang membuat penderitanya sulit
menahan diri untuk tidak menggaruk terus-menerus hingga menimbulkan
cedera pada kulit.
Kulit yang terluka dapat dengan mudah terinfeksi oleh bakteri, sehingga
kondisi eksim jadi bertambah buruk. Terkadang, dermatitis juga
menimbulkan gelembung berisi cairan (blister) di kulit atau retakan yang
dalam dan nyeri di kulit (fisura).

Macam-Macam Dermatitis

Berikut ini adalah beberapa macam dermatitis yang perlu Anda ketahui:

1. Dermatitis atopic merupakan jenis dermatitis yang paling sering terjadi.


Dermatitis tipe ini biasanya menyerang anak-anak yang berusia di bawah 5
tahun dan akan membaik seiring bertambahnya usia anak.
Tipe dermatitis ini dapat disebabkan oleh faktor genetik (keturunan), kulit
kering, gangguan imun, dan faktor lingkungan. Beberapa ciri khas dari
dermatitis atopik adalah:

 Dermatitis ini sering terjadi pada penderita yang memiliki riwayat asma dan peradangan
hidung akibat alergi (rhinitis alergi atau hay fever) atau memiliki riwayat dermatitis
dalam keluarga.
 Ruam merah, gatal, kering, dan bersisik biasanya muncul pada area wajah, kulit kepala,
dan lipatan kulit, seperti lipatan siku dan bagian belakang lutut.
 Terkadang muncul gelembung kecil pada kulit yang mengeluarkan cairan jernih.
 Gejala dapat memburuk akibat paparan bahan kimia tertentu atau alergen (pemicu alergi),
seperti gigitan tungau dan makanan tertentu.

2. Dermatitis kontak

Ada 2 jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.
Dermatitis kontak iritan terjadi ketika kulit mengalami iritasi akibat paparan bahan kimia tertentu
yang merusak jaringan kulit, misalnya dalam detergen, cairan pembersih rumah tangga, atau
sabun.

Gejala dermatitis kontak iritan dapat muncul setelah 1 kali terpapar zat iritan yang sangat kuat
atau setelah berulang kali terpapar zat iritan yang lemah.

Sementara itu, dermatitis kontak alergi terjadi ketika kulit terpapar bahan yang memicu reaksi
alergi, seperti nikel, lateks, jelatang (poison ivy), produk make up, atau bahan perhiasan tertentu.

Gejala dermatitis kontak alergi biasanya muncul dalam 48–96 jam setelah kulit terpapar bahan
pemicu alergi. Gejala dermatitis bisa muncul di kulit bagian manapun, misalnya tangan, kaki,
leher, badan, hingga dada dan puting payudara.

3. Dermatitis dishidrotik

Dermatitis dishidrotik memiliki ciri khas berupa munculnya gelembung kecil berisi cairan
(blister) pada jari dan telapak tangan atau kaki. Blister di tangan dan kaki ini dapat menimbulkan
nyeri yang mengganggu aktivitas. Setelah 2–3 minggu, blister akan menghilang dan
meninggalkan kulit yang tampak kering dan pecah-pecah.

Dermatitis dishidrotik biasanya dipicu oleh suhu panas yang menyebabkan tangan atau kaki lebih
sering berkeringat dan mudah kering. Jenis dermatitis ini juga rentan dialami oleh pekerja yang
sering terpapar cairan, seperti tukang cuci, petugas kebersihan, atau pekerja salon.

4. Dermatitis numularis

Dermatitis numularis ditandai dengan munculnya ruam atau blister dalam jumlah banyak dan
berkelompok yang disertai rasa gatal dan nyeri. Jenis dermatitis ini lebih sering terjadi pada pria
berusia 55–65 tahun, sedangkan wanita biasanya mengalami dermatitis jenis ini di usia 15–25
tahun. Dermatitis numularis jarang menyerang anak-anak.

Penyebab dermatitis numularis tidak diketahui secara pasti. Namun, pemicunya dapat berupa
paparan nikel dan formalin, penggunaan obat-obatan tertentu, dermatitis jenis lain, infeksi kulit,
atau cedera pada kulit.

5. Neurodermatitis

Neurodermatitis diawali dengan rasa gatal yang muncul di tangan, kaki, belakang telinga,
belakang leher, atau alat kelamin. Rasa gatal dapat memburuk saat penderita tidur atau
mengalami stres berat.

Penderita akan terus menggaruk bagian kulit yang gatal hingga kulit menebal, berwarna
kemerahan atau keunguan, dan tampak keriput.

6. Dermatitis stasis

Dermatitis stasis diawali oleh ketidakmampuan pembuluh darah (vena) di tungkai untuk
mendorong darah kembali ke jantung. Kondisi ini menyebabkan cairan menumpuk di area
tungkai sehingga memicu pembengkakan dan rasa nyeri.
Kondisi ini juga sering disertai dengan timbulnya varises. Kulit di sekitar vena yang menonjol
(varises) dapat berubah warna menjadi lebih gelap, lebih kering, pecah-pecah, atau mengalami
luka (ulkus vena).

7. Dermatitis seboroi

ditandai dengan munculnya sisik berwarna kekuningan pada kulit. Dermatitis jenis ini biasanya
muncul pada kulit yang berminyak, seperti kulit kepala dan kulit wajah.

Pada bayi, dermatitis seboroik dapat membentuk sisik kekuningan yang tebal pada kulit kepala.
Kondisi ini disebut juga cradle cap. Sementara itu, pada orang dewasa, dermatitis seboroik
menimbulkan ketombe yang membandel dan sisik kekuningan yang dapat meluas ke area wajah.

Dermatitis jenis ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan jamur tertentu secara berlebihan di
kulit. Pengobatan biasanya menggunakan sampo khusus dan obat-obatan antijamur.

Untuk mencegah kambuhnya dermatitis, gunakan losion atau pelembap secara rutin setelah
mandi, hindari mandi terlalu lama, dan gunakan produk sabun yang tidak mengandung parfum.

Ada juga dermatitis yang merupakan komplikasi penyakit celiac. Kondisi tersebut
bernama dermatitis herpetiformis, atau penyakit Duhring.

Ada beragam jenis dermatitis dengan penyebab yang berbeda-beda. Bila kulit Anda terasa gatal
dan bersisik atau muncul ruam merah, segera periksakan ke dokter spesialis kulit. Dokter akan
melakukan pemeriksaan untuk mencari tahu penyebabnya dan memberikan penanganan yang
sesuai dengan penyebab tersebut.
Acne

Jerawat adalah masalah kulit yang terjadi ketika pori-pori kulit tersumbat oleh kotoran, debu, minyak,
atau sel kulit mati. Akibatnya, terjadi infeksi pada pori-pori yang tersumbat tersebut sehingga muncul
nyeri dan peradangan. Kondisi ini ditandai dengan bintik-bintik yang muncul di wajah, leher,
punggung, atau dada.

Jerawat dapat dialami oleh siapa saja, tetapi umumnya muncul di masa pubertas, yaitu remaja
usia 10–13 tahun. Kondisi ini cenderung lebih parah pada remaja laki-laki atau yang memiliki
kulit berminyak.

Jerawat merupakan masalah kulit yang paling sering terjadi. Diperkirakan, sebagian besar orang
yang berusia 11–30 tahun mengalami jerawat ringan. Bahkan, hampir setiap orang diyakini
pernah mengalami kondisi ini.

Penyebab dan Gejala Jerawat

Jerawat muncul akibat adanya penyumbatan di pori-pori kulit. Penyumbatan ini dapat
disebabkan oleh produksi sebum (minyak) berlebih oleh kelenjar minyak, penumpukan kulit
mati, atau karena penumpukan bakteri.

Jerawat dapat tumbuh hampir di seluruh bagian tubuh, tetapi umumnya muncul di wajah, leher,
bahu, dada, punggung, dan vagina. Bentuk jerawat itu sendiri bisa berbeda-beda, mulai dari
komedo, benjolan kecil kemerahan, hingga benjolan besar dan berisi nanah.

Pengobatan dan Pencegahan Jerawat

Pengobatan jerawat disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisinya. Metode yang digunakan
bisa dengan pemberian obat oles, obat minum, atau terapi hormon. Bisa juga dengan
prosedur chemical peeling, terapi laser dan ekstraksi komedo.

Meski sebagian kasus jerawat sulit untuk dicegah, risiko munculnya masalah kulit ini dapat
dikurangi dengan menjaga kebersihan wajah dan tubuh, menggunakan produk skincare dan
kosmetik yang noncomedogenic, menerapkan pola makan yang sehat, dan mengelola stres
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai