Anda di halaman 1dari 17

Nama : Nur Lailatul Hasanah

Nama kelompok : kelompok 12/ Occulus

Nama Ilmiah: Pupil B

Tugas 1
Mencari Biografi Tokoh-tokoh sesuai prodi internasional dan nasional

A.nasional
1.Metrodora (sekitar 200-400 M)

Exp
loringyourmind.com

Metrodora, seorang dokter perempuan asal Yunani, menulis Tentang Penyakit dan
Penyembuhan Perempuan, teks di bidang medis tertua yang diketahui ditulis oleh
seorang perempuan.

Pada saat itu di mana perempuan dibatasi dengan bidang ginekologi dan
kebinanan, Metrodora tak hanya menulis seputar kebidanan dan persalinan.
Ia dikenal telah mencakup semua bidang kedokteran yang berkaitan dengan
perempuan, seperti mengembangkan berbagai terapi dan teknik bedah yang
revolusioner pada masanya.

Metrodora sangat dipengaruhi oleh karya dokter Yunani Hippocrates, dan


karyanya telah dipengaruhi dan dirujuk oleh banyak penulis dokter lainnya
sepanjang sejarah.

Metrodora (s. 200-400 M) adalah seorang dokter dan penulis Yunani dari teks
medis tertua yang ditulis oleh seorang wanita Penyakit dan Perawatan
Wanita (Περὶ τῶν Γυναικείων παθῶν τῆς μἠτρας).[1] Risalah medisnya menyoroti
beberapa ranah pengobatan, termasuk ginekologi, namun tidak dengan obstetrik.
Karya tersebut banyak dirujuk oleh penulis medis lain pada zaman Yunani dan
Romawi kuno, dan juga diterjemahkan dan diterbitkan pada Abad Pertengahan.
Tidak ada yang diketahui dari identitas Metrodora selain namanya.[2] Namun,
beberapa dokter wanita diketahui muncul di dunia Yunani-Romawi kuno dan ia
umumnya dianggap sebagai penulis medis perempuan pertama

2.Virginia Apgar (1909-1974)


Virginia Apgar terkenal dengan penemuan Apgar Score (skor Apgar), tes vital
yang diadopsi dengan cepat oleh dokter untuk menguji apakah bayi yang baru
lahir memerlukan perhatian medis segera.

Apgar Score bertanggung jawab untuk mengurangi angka kematian bayi secara


signifikan dan masih digunakan sampai sekarang untuk menilai kondisi klinis bayi
baru lahir dalam beberapa menit pertama kehidupan.

Virginia Apgar adalah perempuan pertama yang menjadi profesor tetap di


Columbia University College of Physicians and Surgeons.

Virginia Apgar (7 Juni 1909– 7 Agustus 1974) adalah seorang dokter wanita


Amerika Serikat. Dia adalah ahli di bidang anastesi, teratologi dan pendiri
bidang neonatologi. Bagi khayalak ramai dia terkenal sebagai penemu metode
penentuan kesehatan bayi yang baru lahir yang dikenal sebagai Skor Apgar.

3.Elizabeth Blackwell (1821-1910)

En.wikipedia.org
Elizabeth Blackwell kelahiran Inggris terkenal sebagai perempuan pertama yang
mendapatkan gelar medis Medical Degree (MD) di AS.

Ia dibesarkan dalam keluarga yang berpikiran maju dan aktif secara sosial.
Papanya sangat bersemangat untuk menghapus perbudakan, dan saudara-
saudaranya terus berkampanye untuk hak-hak perempuan.

Setelah menghadapi penolakan dari beberapa universitas, Elizabeth akhirnya


diterima di Geneva Medical College pada tahun 1847. Ia menerima permusuhan
dari teman-teman mahasiswanya pada awalnya.

Kemudian akhirnya ia mendapatkan rasa hormat mereka, ketika menjadi murid


yang lulus pertama di kelasnya pada tahun 1849.

Pada tahun 1857, ia membuka New York Infirmary untuk Perempuan dan anak-
anak, bersama dengan saudara perempuannya, Dr Emily Blackwell (perempuan
ketiga yang mendapatkan MD) dan Dr Marie Zakrzewska.

Elizabeth memainkan peran penting baik di Amerika Serikat dan Inggris sebagai
tokoh yang mengingatkan akan kesadaran sosial dan pembaharu moral.

Ia turut mempromosikan pendidikan bagi perempuan di bidang kedokteran


melalui buku inspirasinya “Pioneer Work in Opening the Medical Profession to
Women”.
B.Nasional
1.Bidan Eros,

Menjadi tenaga medis membantu proses melahirkan sangat dibutuhkan demi


kelancaran persalinan. Di Baduy, Banten tepatnya di Desa Kanekes ada bidan
bernama Eros Rosita yang mengabdikan dirinya di sana kepada warga. Ia sudah
mengabdikan dirinya sejak 1997. Setiap harinya dia menempuh jarak sekitar 28
km dari rumahnya yang berlokasi di Kampung Ciboleger. Medan perjalanan yang
ia lalui untuk mencapai Suku Baduy tidaklah mudah bahkan bisa dibilang sulit. Ia
harus berjalan kaki menaiki dan menuruni bukit.
Perjuangannya tak hanya dalam menempuh jarak dan medan yang jauh dan sulit,
ia juga harus melakukan pendekatan terhadap warga di sana. Awal ia
mengabdikan dirinya, Bidan Eros merasa kesulitan karena warga masih tidak
percaya dengan bidan. Mereka masih melakukan proses persalinan dengan dukun
beranak atau paraji.

Meskipun dirasa sulit membuat warga percaya, Bidan Eros tetap menghadapinya
dengan ramah dan sabar. Ia juga melakukan pendekatan dengan cara mengajak
paraji untuk bekerja sama dan berdiskusi masalah kesehatan bersama. Percobaan
pendekatan ini tak semudah dan tak secepat yang ia kira. Membutuhkan waktu
selama 2 tahun untuk akhirnya bisa dipercaya warga.

Bidan Eros tak hanya membantu proses persalinan, ia juga melakukan imunisasi
pada anak, mengobati warga yang sakit, dan melakukan sosialisasi kepada ibu-ibu
hamil dan kepada balitanya dengan mengunjunginya satu per satu. Bidan Eros
menjadikan pekerjaannya ini sebagai sebuah pengabdian dirinya. Ia bisa diupahi
300 ribu setelah membantu persalinan oleh orang yang mampu. Ada juga yang
memberinya Rp50.000, itu pun ia bagi dengan petugas yang lain. Ketika
membantu warga yang kurang mampu, Bidan Eros biasanya diberi upah berupa
pisang, gula merah, durian, petai, dan hasil bumi lainnya.

Bagi warga Baduy khususnya Desa Kanekes, kehadiran Bidan Eros sangat
membantu kelancaran proses persalinan ibu hamil di sana. Bidan Eros pernah
membantu ibu hamil yang sudah tiga hari tidak bisa mengeluarkan jabang
bayinya, bahkan paraji pun sudah menyerah. Namun, kehadirannya membantu
proses kelahiran itu berhasil. Peristiwa atau kejadian yang sudah dibuktikan Bidan
Eros dalam membantu persalinan membuat warga kian percaya dengannya.

Nah, itu dia cerita inspiratif perjuangan di Suku Baduy dari Bidan Eros. Sejawat
Bidan memiliki kisah inspiratif seperti Bidan Eros? Yuk bagikan kepada Bidan
Sehati. Caranya dengan like dan follow Bidan Sehati
di Facebook dan Instagram serta bergabung bersama Komunitas Bidan Sehati.
Bidan Sehati, cerdas, tangkas, dan berdaya
2.Robin Lim 
("Bunda Robin," atau "Ibu Robin") adalah seorang bidan dan pendiri Yayasan
Bumi Sehat, klinik kesehatan yang menawarkan perawatan prenatal gratis,
layanan persalinan dan bantuan medis untuk siapa saja yang membutuhkannya.
Dia dan timnya telah bekerja sejak tahun 2003 untuk memerangi tingkat kematian
ibu dan bayi yang tinggi di Indonesia, dan pusat-pusat kelahiran di Bumi Sehat
melayani banyak ibu-berisiko.[1] Pada 2011 ia dianugerahi CNN Hero of the
Year oleh jaringan berita CNN[2][3][4] atas perannya dalam membantu ribuan
perempuan berpenghasilan rendah di Indonesia dengan kehamilan yang sehat dan
layanan lahir.

Robin Lim

Robin Lim
Lahir.

Kebangsaan Amerika Serikat

Pekerjaan Bidan

Tempat Pendiri Yayasan Bumi


kerja Sehat (Healthy Mother Earth
Foundation) Indonesia

Dikenal atas 'Mother Robin' 2011 CNN


Hero of the Year

Ibu Robin Lim, perempuan kelahiran Arizona 24 November 1956 berdarah asli
Amerika yang diwarisi oleh sang ayah dan sang ibu berketerunan Filipina dan
Cina. Rambutnya yang sering dikepang sepanjang pinggang dengan bentuk
matanya cenderung seperti orang Mongoloid, Robin tampak seperti wanita Indian.
Ibu dari 8 (delapan) orang anak (5 orang kandung dan 3 orang angkat) dan nenek
dari 2 orang cucu awalnya berangkat ke tanah kelahirannya untuk belajar
kebidanan dan mengantongi sertifikasi dari North American Registry of
Midwives. Dia juga memiliki sertifikasi dari Asosiasi Perbidanan Indonesia dan
telah menjadi seorang bidan internasional. Demi menjalankan misi kebidananya ia
menjadi inisiator dan pendiri sekaligus pelaksana pelayanan kesehatan Yayasan
Bumi Sehat, tak heran saat ini ia juga menjabat sebagai Executive Director dari
Yayasan Bumi Sehat dan Health Director dari Tsunami Relief Clinic di Aceh.
Yayasan yang didirikan Robin itu kini sudah membangun sebuah klinik yang
kecil, berkualitas dan ramah serta pusat kesehatan untuk para ibu, anak-anak dan
pusat persalinan yang berada di Ubud Bali dan Aceh.

Di Aceh Klinik Yayasan Bumi Sehat berada di Desa Gampong Cot Kecamatan
Samatiga Meulaboh Aceh Barat. Sungguh telah menjadi berkah Tsunami
tersendiri bagi Aceh Barat, atas prakarsa dan kepedulian yang tinggi oleh seorang
Ibu Robin Lim untuk masyarakat Aceh pasca Tsunamidengan mendirikan sebuah
klinik di gampong itu.
Klinik yayasan Bumi Sehat yang dibangun Robin Lim di Gampong Cot Aceh
Barat,tampak dari depan.

“Klinic Yayasan Bumi Sehat yang di bangun Robin awalnya berdiri sejak 3 (tiga)
bulan pasca Tsunami di Tahun 2005 di sebuah desa terpencil yaitu Desa Cot
Seulamat Kec. Samatiga Aceh Barat dengan fasilitas dan peralatan yang serba
terbatas. Waktu itu pelayanan kesehatan khususnya persalinan di Desa Cot
Seulamat Samatiga dilaksanakan langsung oleh ibu Robin dan beliau dibantu oleh
beberapa orang staf yang direkrut dari tenaga kesehatan setempat salah satunya
kami” cerita Agustina dan Mimi pengelola Yayasan Klinik Bumi Sehat Desa
Gampong Cot.

Robin tergerak mendirikan klinik publik karena prihatin dengan tingginya angka
kematian ibu dan bayiterutama pasca bencana tsunamikemudian ditambah dengan
faktor tingginya biaya persalinan serta untuk melayani kalangan masyarakat
terutama anak -anak yang membutuhkan pelayanan kesehatan akibat tsunami.
Beliau juga tak segan mendatangi para wanita wanita hamil di desa-desa dan
ditempat pengungsian, menyapa mereka dan membagi pengetahuan tentang proses
kehamilan. Bagaimana agar wanita itu menjalani masa kehamilannya dan
melahirkan dengan sehat dan selamat.   Saat itu juga ia mulai bergerak mencari
donor, mengumpulkan dana untuk membangun klinik persalinan gratis yang lebih
besar lagi.

Sampai Oktober 2005 Klinik Yayasan Bumi Sehat Meulaboh pindah ke Desa
Gampong Cot Kec. Samatiga yang pada saat itu kliniknya masih berupa bangunan
rumah panggung. Dipertengahan 2006 sebuah lembaga donor bernama The
Rotary Foundation Solidarity In Sous Asia Fund mendirikan sebuah bangunan
beton permanen melalui akta notaris yang selesai pembangunnanya pada bulan
juni 2007. Akhir 2007 bangunan clinic ini pun diresmikan, dihadiri oleh penjabat-
penjabat penting seperti Bupati Ramli yang saat itu masih menjabat, Camat, unsur
Muspida dan kader – kader kesehatan.
Dengan luas bangunan ± 3300 m2 Klinic Yayasan Bumi Sehat Desa Gampong
Cot Kec.Samatiga memiliki 18 karyawan. Terdiri dari 1 (satu) dokter,3 (tiga)
perawat dan 3 (tiga) bidan yang berasal dari luar aceh. Human Resourse
Development, Koordinator Logistik, Recepsionist, Administrasi Pusat Remaja dan
Juru Masak yang masing-masing 1 (satu) orang yang berasal dari tenaga lokal.
Sedangka sopir dan cleaning service yag juga berasal dari lokal masing- masing
berjumlah 2 (dua) dan 4 (empat) orang. Klinik Bumi Sehat atau dikenal juga
dengan sebutan "klinik Bu Robin" memberikan pelayanan kepada masyarakat
umum terutama dalam bidang kesehatan yaitu membantu persalinan secara
normal, memeriksa kesehatan ibu hamil, senam dan penyuluhan ibu hamil,
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, pelayanan pasien umum, pelayanan
rawat inap dan fasilitas ambulance. Disamping itu Klinik Bumi Sehat juga
mengembangkan kegiatan pusat remaja seperti les bahasa inggris, komputer dan
menjahit.

Klinik Bumi Sehat tidak hanya melayani pasien masyarakat lokal, banyak juga
orang berada dari luar Kabupaten/kota datang terutama untuk bersalin ke Klinik
Bumi Sehat Gampong Cot ini. Barangkali karena kedermawananya sehingga
nama klinik ini dapat terkenal dan tersebar hingga luar Kabupaten.

“Di klinik ibu robin kami menerima siapapun pasien untuk mendapatkan
pertolongan gratis terhadap pelayanan kesehatan terutama ibu hamil untuk
persalinan, tidak ada syarat dan tarif apapun yang dikenakan, semua gratis bahkan
untuk obat kecuali pasien ingin memberikan donasi” kata liman salah seorang
perawat pria yang berasal dari Lombok.

"Dari mana dana operasionalnya"?


“Sampai sekarang ibu Robin dan rekan –rekan yayasan baik yag ada di Bali dan di
Aceh tidak berhenti mengirim permohonan dana ke dalam dan luar negeri,” ujar
liman.

Sementara Yusniati warga Gampong Cot yang sudah dua kali melahirkan di klinik
ini mengatakan, "kehadiran klinik bumi sehat di gampong kami sangat berarti
karena banyak membantu warga dalam bidang pelayanan kesehatan, terutama
dalam hal persalinan. Kami sebagai warga juga sempat khawatir jika kilinik ini
tidak beroperasi lagi berhubung masa program kerja NGO sudah berakhir di
Aceh, namun Alhamdulillah sampai sekarang klinik ini masih bertahan di
Gampong kami dan sangat membantu kami disini" ungkapnya dengan sumringah.

Kehadiran Klinik Bumi Sehat berdampak positif dan telah menjadi alternatif
pilihan masyarakat terutama yang tinggal di sekitar untuk memperoleh pelayanan
kesehatan, meski sudah ada Puskesmas, warga lebih memilih berobat ke klinik ini.
Apalagi jika hendak melahirkan pelayanannya sangat memuaskan dan gratis.
"Rasanya kalau sudah mengenal, berobat dan menginap di klinik bumi sehat ini,
nggak mau cepat-cepat pulang dan nggak mau lagi ke tempat lain" ujar seorang
warga yang namanya tidak mau disebutkan.

Ikatan persaudaraan yang sampai kini masih terbina dengan baik, membuat Robin
Lim sang pemilik merasakan ikatan hati yang begitu kental terhadap masyarakat
Gampong Cot. Klinik Bumi Sehat adalah rumah keduanya setelah Ubud Bali.
Kini sudah tujuh tahun usia klinik ini, kehadirannya pasca tsunami di Gampong
Cot Kecamatan Samatiga sudah pasti membawa perubahan dan harapan baru serta
ratusan doa kebahagiaan dari ibu dan bayi yang terselamatkan.

“Proses persalinan di Klinik Bumi Sehat tidak mengenal waktu, kadang bisa jam 3
pagi. Kini rata-rata klinik ini menangani 20-30 persalinan setiap bulannya “ujar
agustina. Mengenai teknologi operasionalnya Agustina melanjutkan “Bumi Sehat
tidak memakai banyak teknologi dalam operasionalnya, penanganan persalinan
dilakukan secara alami dengan memperhatikan semua aspek tubuh manusia secara
spiritual, sosial, alam dan medis serta menghindari sebisa mungkin penggunaan
obat kimiawi, hampir  semua obat yang digunakan di Bumi Sehat bahan herbal”.
Sementara untuk fasilitas ambulance, “tidak hanya digunakan untuk membawa
pasien bersalin, jika ada masyarakat yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang
parah juga dapat mempergunakan jasa ambulance untuk dirujuk ke RSU Cut
Nyak Dhien kota Meulabaoh” cetus Liman.

Salah satu keunikan klinik ini adalah dengan adanya pelayanan melahirkan
dengan metode water birth. Penulis tertarik untuk melihat kamar persalinan, ada
bak mandi (bath tub) berbentuk seperempat lingkaran di dalam ruangan itu.

“Itu untuk menangani kelahiran dalam air (water birth), sekarang ibu hamil saat
melahirkan di klinic ini menggunakan metode water birth. Ibu Robin yang
mempromosi dan mencetuskan metode water birth ini” ujar Agustina dan Mimi.

"Di dalam metode water birth ibu hamil akan menjalani proses persalinan di
dalam bath tub berisi air hangat yang suhunya telah disesuaikan. Hangatnya air
akan menjaga otot-otot tubuh agar tetap rileks dan lemas  sehingga mempermudah
proses persalinan dan tekanan air akan menyangga panggul calon ibu agar terasa
ringan sehingga lebih mudah untuk mengkonsentrasikan perhatian ke organ-organ
dasar panggul saat mengejan untuk mengeluarkan kepala bayi. Hasil akhirnya
dapat mengurangi stress dan rasa sakit sekitar seperempat kali serta dapat
mengurangi risiko sobeknya vagina. Selain itu dengan lahir di air, bayi tidak
terlalu kaget karena masih dalam habitatnya (berada dalam cairan)” ujar agustina
mengutip penjelasan Ibu Robin waktu itu.

Bidan Robin Lim mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan sosial dengan


memberikan pelayanan gratis terutama bagi ibu hamil dan melahirkan serta
memfokuskan diri dalam sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
mendukung bantuan bencana serta kelangsungan hidup kesehatan ibu hamil dan
anak, antara lain bencana Tsunami Aceh, Gempa Bumi di Padang, Yoyakarta, dan
Haiti. Sejak tahun 2005 sudah ada ribuan orang mendapatkan pelayanan kesehatan
dan pengobatan gratis dari Klinik Bumi Sehat. Selain itu Robin Lim hingga saat
ini terus bergiat mencanangkan dan mempromosikan pengetahuan serta
penyembuhan pengobatan menggunakan beragam tanaman tradisional dan
kemudian juga bertekad memberantas kemiskinan dan kekurangan gizi atau gizi
yang buruk. Ia melakukan pekerjaannya dengan tulus dan penuh dedikasi, sudah
sepantasnya jika Ia terpilih menjadi salah satu nominasi CNN Heroes 2011 dan
menjadi pemenangnya sebagai pahlawan bagi dunia dan Indonesia khususnya.
Sebelumnya ia juga menjadi Woman of the Year versi UNICEF di tahun 2009.
Hadiah uang dari CNN yang sangat besar itu katanya dalam sebuah wawancara
dengan sebuah stasiun televisi nasional, akan ia gunakan seluruhnya sebagai biaya
untuk kelangsungan dan kemajuan Klinik Yayasan Bumi Sehat di Bali dan Aceh
Barat Meulaboh.

Yang pasti ibu Robin tidak akan berhenti mengkampanye dan mempraktikkan kan
“Gentle Birth” yaitu persalinan tanpa melakukan caesar, tanpa susu formula,
penundaan pemotongan tali pusar, segera menempelkan bayi pada ibu sejak
dilahirkan dan si ayah boleh menemani ibu saat persalinan serta memberikan
perhatian pada ibu dan bayi yang baru lahir dengan penuh cinta dan keperdulian.
Ibu Robin percaya, begitu pula saya sebagai penulis bahwa melahirkan adalah
suatu proses yang paling alami, sakral, sekaligus bersejarah yang setiap
perempuan memiliki kearifan di dalam dirinya untuk mampu melahirkan secara
alami, tradisional dan dengan sesedikit mungkin intervensi medis. Robin pernah
mengatakan “bidan adalah profesi yang dapat membuat orang bahagia dan senang,
kalau di Bali dengan menjadi bidan adalah dharma (kebajikan) dan persalinan itu
adalah proses yang sakral dan harus dijalankan dengan kelembutan, perhatian dan
cinta kasih sebagai landasan sebuah kehidupan yang indah.
Dengan penghormatan yang tinggi, saya sebagai penulis haturkan kehadapan ibu
Robin atas jasa, dedikasi dan peran ibu dalam masyarakat yang telah dilakukan
dan dihasilkan buat keselamatan, kesejahteraan dan kebijakan pembangunan
kesehatan masyarakat khususnya di Meulaboh Aceh Barat, suatu prestasi dan
prakarsa yang amat luar biasa bagi sekalian umat.Semoga saya dan seluruh
masyarakat Indonesia dapat mencontohi dan menginspirasi perjuangan seorang
ibu Robin Lim untuk bumi pertiwi dan berkarya di bidang kemanusian, semoga.

3.Marie Thomas, Tokoh Bidan Indonesia Lulusan STOVIA

 smpn12

24 Juni diperingati sebagai Hari Bidan Nasional, tidak hanya untuk mengenang
jasa para bidan, namun hari ini merupakan berdirinya Ikatan Bidan Indonesia
(IBI). Ada juga lho tokoh bidan Indonesia yang merupakan lulusan STOVIA.

Pada 1851, sebuah sekolah dokter berdiri untuk pertama kalinya di Hindia
Belanda. Mulanya bernama Sekolah Dokter Djawa, lalu akhirnya berganti
menjadi School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA), Sekolah Dokter
untuk pribumi Hindia Belanda. Saat itu, dominasi murid di STOVIA adalah kaum
laki – laki. Perempuan yang berupaya untuk mendaftar ke STOVIA masih
mendapatkan penolakan. Hingga akhirnya, kemunculan Aletta Jacobs, dokter
perempuan pertama di Belanda membawa perubahan yang cukup besar di
kalangan STOVIA. Pertemuannya dengan Gubernur Jenderal A.W.F Idenburg
membawa angin segar bagi dunia medis di Hindia – Belanda, terutama untuk
kaum perempuan.

Dalam pertemuannya dengan Idenburg, Aletta Jacobs menyampaikan


pernyataannya bahwa perempuan di rumah sakit membutuhkan penanganan dari
tenaga medis perempuan. Hal yang masih menjadi keterbatasan ini disebabkan
oleh beberapa peraturan dari pihak penguasa yang menyulitkan kaum perempuan
untuk mendaftar ke STOVIA. Berkat jasa Aletta Jacobs inilah kaum perempuan
akhirnya bisa menikmati bangku sekolah kedokteran di Hindia Belanda.
Kemudian, hal inilah yang menghasilkan dokter perempuan pertama di Indonesia
yang bernama Marie Thomas.

Marie Thomas lahir di Likopang, Minahasa, Sulawesi Utara pada 17 Februari


1896 dari pasangan Adrian Thomas dan Nicolina Maramis. Ayahnya adalah
seorang tentara, sehingga kerap berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang
lainnya. Hal ini membuat Marie dan adiknya sering berpindah-pindah sekolah. Ia
menyelesaikan pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS), sebuah
sekolah khusus anaka-anak Eropa dan bumiputera beragama Kristen di Manado.
Marie Thomas lulus dari ELS pada tahun 1911.

Satu tahun setelahnya, STOVIA dan NIAS (de Nederlandsch Indische


Artsenschool) – Sekolah kedokteran di Surabaya yang berdiri pada 1912 –
membuka kesempatan bagi siswa perempuan untuk mendaftarkan dirinya di
sekolah pendidikan dokter. Namun sayang, kaum perempuan masih dipersulit
dengan beberapa hal seperti membayar biaya pendaftaran dan menanggung biaya
hidup mereka sendiri, berbeda dengan kaum laki-laki yang sepenuhnya dibiayai
oleh pemerintah.

Melihat keadaan itu, beberapa perempuan Belanda di Batavia mendirikan sebuah


yayasan yang bertujuan untuk memberikan bantuan pendidikan bagi perempuan
bumiputera yang ingin melanjutkan sekolah di bidang kedokteran. Dengan nama
Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen (SOVIA), yayasan
ini didirikan oleh oleh Charlotte Jacobs (saudara perempuan Aletta Jacobs)
bersama Marie Kooij – van Zeggelen dan Elisabeth van Deventer – Maas. Mereka
menyediakan beasiswa bukan hanya bagi dokter perempuan, namun juga kepada
para siswa sekolah keperawatan.
Marie Thomas, Tokoh
Bidan Indonesia Lulusan STOVIA

Marie Thomas berhasil mendapatkan beasiswa dari SOVIA yang kemudian


menghantarnya masuk ke STOVIA di Batavia pada 1912. Waktu itu, Marie
adalah satu-satunya siswa perempuan diantara 180 siswa laki-laki dalam sekolah
kedokteran tersebut. Dua tahun kemudian, seorang perempuan bernama Anna
Warouw datang ke STOVIA sebagai siswa pendidikan dokter.

Marie menyelesaikan pendidikannya di tahun 1922 dan langsung bekerja sebagai


dokter di rumah sakit terbesar di Batavia kala itu, Centrale Burgerlijke
Ziekeninrichting (CBZ) – sekarang RS Cipto Mangunkusumo. Marie adalah sosok
yang penuh talenta dengan berbagai pencapaian yang ia terima dalam kariernya
sebagai dokter, termasuk spesialisasinya dalam bidang ginekologi dan kebidanan.
Selain itu, Marie merupakan salah satu dokter yang pertama kali terlibat dalam
kebijakan mengontrol kelahiran bayi lewat metode kontrasepsi Intrauterine
Device (IUD).
Marie Thomas menikah dengan Mohammad Yusuf, teman kelasnya selama
bersekolah di STOVIA. Setelah menikah, Marie dan Yusuf pindah ke Padang,
kampung halaman Yusuf dan bekerja di sana sebagai dokter. Marie dan Yusuf
memiliki dua orang anak bernama Sonya dan Eri. Selain kariernya sebagai dokter,
Marie pernah tergabung dalam Persatoean Minahasa, sebuah organisasi yang
didirikan pada 1927. Ia bergabung selama tiga tahun di organisasi tersebut. Tahun
1940, ia menjadi bendahara sebuah organisasi lokal di Padang
bernama Vereeniging van Indonesische Geneeskundigen. Di tahun 1950, ia
mendirikan sekolah kebidanan di Bukittinggi. Sekolah kebidanan tersebut
merupakan yang pertama kali berdiri di Sumatera, dan kedua di Indonesia.

Marie meninggal pada tahun 1966 di usianya yang ke-70 tahun karena pendarahan
otak secara tiba-tiba. Hingga akhir hayatnya, ia tetap mendedikasikan dirinya
dalam dunia kedokteran dan pendidikan kebidanan. Meski tidak banyak yang
mengenal namanya sebagai perempuan Indonesia yang pertama kali menjadi
dokter, jasa-jasanya dan kontribusinya dalam dunia kesehatan kala itu menjadi
inspirasi banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai