Anda di halaman 1dari 153

COMPOUNDING AND DISPENSING

LATIFAH RAHMAN

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
Compounding means :
USP (2004) :
✓ Preparation (pembuatan)
✓ Mixing (pencampuran)
✓ Assembling (penggabungan)
✓ Packaging (pembungkusan)
✓ Labelling (pemberian label/etiket)
dari obat atau alat kesehatan sesuai dengan resep
dokter yang berlisensi, sesuai atas inisiatif yang
didasarkan atas hubungan dokter/pasien/
farmasis/compounder dalam praktek profesional
COMPOUNDING
(Hakim Bangun)

a. Pembuatan obat dan alat dalam antisipasi permintaan


obat resep berdasarkan kebiasaan, pola peresepan yang
diamati secara reguler.
b. Rekonstitusi produk komersial yang mungkin membutuh-
kan penambahan satu atau dua bahan tambahan
(ingredient) sebagai akibat dari permintaan resep dokter.
c. Manipulasi produk komersial yang mungkin membutuh-
kan penambahan satu atau lebih bahan peramu
(ingredient) sebagai akibat dari permintaan resep dokter.
d. Pembuatan obat atau alat untuk tujuan, atau yang ada
hubungannya dengan penelitian, pengajaran, atau
analisis kimia.
DASAR PERTIMBANGAN PENULISAN RESEP

Yang harus diperhatikan agar tujuan pengobatan


tercapai adalah :

- Zat aktif dibuat bentuk sediaan yang cocok

- Rute penggunaan yang cocok


PEMBERIAN OBAT PERLU DIPERTIMBANGKAN

• Efek apa yang dikehendaki


• Onzet yang bagaimana
• Durasi yang bagaimana
• Di lambung atau usus rusak/tidak
• Rute relatif aman dan menyenangkan
• Harga murah
RUTE PENGGUNAAN OBAT
1. Per oral
2. Parenteral
3. Inhalasi
4. Melalui selaput lendir :
– Selaput lendir mulut (sublingual,buccal),
– Hipodermik (implantasi, vaginal),
– Selaput mata (oculenta, guttae),
– Selaput lendir hidung (guttae nassales, spray),
– Selaput lendir telinga (guttae auricularis),
– Selaput lendir anus (suppositoria),
– Selaput lendir vagina (ovula)
RUTE PENGGUNAAN OBAT (2)

5. Penggunaan topikal
– Pulvis (Serbuk tabur, bedak)
– Sediaan basah: kompres, mandi
– Lotion (suspensi)
– Liniment
– Semi padat: salep, krim, pasta, jelly
– Aerosol: semprot
Skema Penerimaan Resep
Perjalanan pengeluaran resep di Indonesia
1. Pasien mengunjungi Dokter
2. Dokter menentukan
- anamnesis,
- diagnosis, dan
- prognosis serta
- terapi
3. Dokter menulis resep (tindakan dokter untuk pasien)
- dokter umum, spesialis, gigi, hewan
4. Pasien menyerahkan resep kepada Apoteker
5. Apoteker memberikan obat kepada pasien
PASIEN DOKTER

- ANAMNESIS R
- DIAGNOSIS E
OBAT - PROGNOSIS S
- TERAPI
E
P

APOTEKER
ISI RESEP
Resep harus :
1) Nama, alamat, dan nomor ijin praktek dokter, dokter gigi dan
dokter hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep obat atau
komposisi obat (invocatio)
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature)
5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku (subscription)
6) Nama dan jenis hewan serta alamat pemiliknya untuk resep
dokter hewan
7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung
obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal
(Anonima, 2004).
1. Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu
1. tidak boleh ada iterasi (ulangan);
2. ditulis nama pasien tidak boleh m.i =mihi ipsi = untuk dipakai sendiri;
3. alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang jelas,
4. tidak boleh ditulis aturan pakai sudah tahu (usus cognitus).

2. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, Dokter menulis bagian


kanan atas resep:
Cito, Statim, Urgent, P.I.M (periculum in mora = berbahaya dalam
penundaan), resep ini harus dilayani.

3. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa
sepengetahuan diulang, dokter akan menulis tanda :
N.I = ne iteretur = tidak boleh diulang.

4. Resep yang tidak boleh diulang ialah: resep yang mengandung obat narkotik,
psikotropik, antibiotik atau obat lain yang ditetapkan oleh Menkes cq. Dirjen
POM. Harus dengan resep baru (Anief,1997).
FORMULA RESEP
Ada 3 formula dalam penulisan resep
- magistralis,
- officinalis dan
- spesialistis

Faktor yang diperhatikandalam penentuan jenis formula yang


akan digunakan:
✓ ketepatan dosis,
✓ stabilitas obat terjamin,
✓ kepatuhan pasien,
✓ kemudahan mendapatkan obat/sediaan,
✓ harga terjangkau
FORMULA MAGISTRALIS
Formula ini dikenal dengan resep racikan.
Dalam hal ini, dokter selain menuliskan bahan obat, juga
bahan tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan
tergantung dari sediaan yang diinginkan.

Oleh karena itu, penting sekali diperhatikan:


- sifat obat,
- interaksi farmasetik,
- jenis bentuk sediaan, dan
- jenis bahan tambahan yang dapat digunakan, serta
- pedoman penulisan resep magistralis.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
formula magistralis
1. Bahan obat, sedapat mungkin menggunakan bahan
baku
– Penggunaan sediaan jadi/paten (tablet, sirup, dll) sering
menimbulkan masalah baik dalam pelayanan (misalnya
tidak dapat halus, tidak homogen, dan tidak stabil)
maupun kerasionalan terapi (antara lain perubahan
formula sediaan, perubahan bioavailabilitas obat,
perubahan absorbsi, penurunan konsentrasi obat).
– Pencampuran bahan yang lebih dari satu macam harus
dipertimbangkan adanya interaksi (farmasetik dan
farmakologi) dan rasionalitas obat.
2. Bentuk sediaan yang dapat dipilih meliputi :
- serbuk (pulveres dan pulvis adspersorium),
- kapsul, tablet
- larutan (solusio, infusa), suspensi,
- unguenta, cream dan pasta.

3. Penentuan bahan tambahan


- corrigen saporis,
- corrigen odoris,
- corrigen coloris, dan
- constituent/vehiculum
Cara menyusun penulisan obat dalam resep

Penulisan obat di dalam resep disusun berdasarkan urutan


berikut :
1. Remidium cardinale (basis), yaitu obat intinya ditulis dulu,
2. Remidium adjuvantia/ajuvans, yaitu bahan atau obat yang
menunjang kerja bahan obat utama.
3. Corrigens, yaitu bahan atau obat tambahan untuk
memperbaiki warna, rasa, dan bau obat utama.
4. Constituens/vehiculum/exipiens, yaitu bahan tambahan yang
dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk untuk
memperbesar volume obat.
DISPERSION
• Solutions are classified by route of administration
– oral (taken by mouth)
– topical (lotions applied to the skin)
– injectable suspensions

• Emulsions vary in their viscosity, or rate of flow. Some common


types are:
– oil-in-water (O/W) emulsion: emulsion containing a small
amount of oil dispersed in water
– water-in-oil (W/O) emulsion: emulsion containing a small
amount of water dispersed in an oil
– An emulsion is a dispersion of a liquid in another liquid
DISPERSION (2)
• Pastes are like ointments but contain more solid
materials and are stiffer and apply more thickly
– - Zinc oxide paste
– - Acetonide dental paste

• Creams are considered O/W emulsions. Apply


smoothly to the skin and leave a very thin film. Most
creams are considered vanishing.
SUSPENSION

• A suspension is a dispersion of a solid in a


liquid

• Suspensions should always include a “Shake


Well” label.
MACAM-MACAM DOSIS
• Dosis terapi:takaran obat yang diberikan dan dapat
menyembuhkan penderita
• Dosis minimum; takaran obat terkecil yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
resistensi
• Dosis maksimum: takaran obat terbesar yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
keracunan pada penderita
• Dosis toksik: takaran obat yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita
• Dosis letalis: takaran obat yang menyebabkan
kematian pada penderita
PERHITUNGAN DOSIS

• Faktor penderita: meliputi umur, bobot badan, jenis kelamin,


luas permukaan tubuh, toleransi, habituasi, adiksi,
sensitivitas, serta kondisi penderita

• Faktor obat: sifat kimia-fisika obat, sifat farmakokinetik


(ADME) dan jenis obat

• Faktor penyakit: sifat dan jenis penyakit


PERHITUNGAN DOSIS

• Berdasarkan umur
• Berdasarkan bobot badan
• Berdasarkan luas permukaan tubuh
• Dengan pemakaian berdasarkan lama (jam)
PERHITUNGAN DOSIS
BERDASARKAN UMUR
• Rumus Young (untuk anak ≤ 8 thn)
n (tahun)
DOSIS = ----------------------- X DM dewasa
n (tahun) + 12

• Rumus Fried
n (bulan)
DOSIS = -------------- X DM dewasa
150

• Rumus Dilling ( ≥ 8 thn )


DOSIS = n(tahun) / 20 X dosis dewasa

• Rumus Cowling
DOSIS = n(tahun) /24 X dosis dewasa

– n = umur dalam satuan tahun yang digenapkan keatas.


– Misal pasien 1 tahun 7 bulan dihitung 2 tahun.
PERHITUNGAN DOSIS
BERDASARKAN UMUR (2)
• Rumus Gaubius (pecahan x dosis dw
– 0-1th = 1/12 x dosis dws
– 1-2th = 1/8 x dosis dws
– 2-3th = 1/6 x dosis dws
– 3-4th = 1/4 x dosis dws
– 4-7th = 1/3 x dosis dws
– 7-14th = 1/2 x dosis dws
– 14-20 = 2/3 x dosis dws
– 21-60th = dosis dws

• Rumus Bastedo
– Dosis = n(tahun)/30 x dosis dws
PERHITUNGAN DOSIS
BERDASARKAN BOBOT BADAN
• Rumus Clark (Amerika)
– Dosis = bobot badan (pon)/150 X dosis dws

• Rumus Thremich-Fier (Jerman)


– Dosis = bobot badan anak (kg)/70 X dosis dws

• Rumus Black (Belanda)


– Dosis = bobot badan anak (kg)/62 X dosis dws

• Rumus Junkker & Glaubius (paduan umur dan


bobot badan)
– Dosis = % X dosis dws
PERHITUNGAN DOSIS BERDASARKAN
LUAS PERMUKAAN TUBUH

• Farmakologi
– Dosis = luas permukaan tubuh anak/1,75 X dosis
dewasa

• Rumus Catzel
– Dosis = luas permukaan tubuh anak/luas
permukaan tubuh dewasa X 100 X dosis dewasa
PERHITUNGAN DOSIS DENGAN
PEMAKAIAN BERDASARKAN JAM
• FI : Satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk
pemakaian sehari dihitung :
– Dosis = 24/n X
– n = selang waktu pemberian
– Tiap 3 jam = 24/3 X = 8 X sehari semalam

▪ Van Duin: pemakaian sehari dihitung 16 jam, kecuali


antibiotik sehari dihitung 24 jam
– 16/3 +1X = 5,3 + 1 = 6,3 dibulatkan 7 X
Kapan Dosis Ganda/Sinergis/Gabungan
Dihitung ?
Jika dalam satu resep terdapat dua jenis obat
yang :
1. Mempunyai efek terapi yang sama
contoh : acetosal + antalgin
2. Berasal dari tanaman asal yang sama
contoh : extr. Belladon + Sulfas atropin
3. Berasal dari golongan obat yang sama
contoh : codein + doveri
pulv. Opii + pulv. Doveri
DOSIS MAKSIMUM GABUNGAN/
DM GANDA
• Dosis =
dosis 1x pemakaian a/ DM a sekali +
dosis b sehari pemakaian/ DM b sehari
contoh :
➢ Ekstrak belladon dan sulfas atropin
➢ Pulvis doveri dan pulvis opium

• Untuk dosis maksimum yang mengandung sirup >


16,6% atau 1/6 bagian, bobot jenis dihitung 1,3
– Volume = berat /BJ
TEHNIK-TEHNIK COUMPOUNDING
(CONTOH RESEP SUSPENSI)
SINGKATAN DALAM RESEP No. 1

• R/ = recipe = ambillah
• S 3 dd cth II = signa ter de die cochlear theae duo =
tandailah 3 kali sehari 2 sendok teh

Kelengkapan resep :
1. Angka 3 seharusnya dituliskan dengan t singkatan dari
ter
2. Pada resep tsb. belum jelas bentuk sediaan yang akan
dibuat , seharusnya dituliskan tanda
m.f. pot = misce fac potio = campur dan buatlah obat
minum
PERHITUNGAN DOSIS
DM Luminal 300/600 mg
- Dosis untuk Karina (2 th)
n 300
= -------- X ---------- mg
n + 12 600
= 2 / 14 X 300 / 600 mg
= 42,85 / 85,71 mg

- Takaran pemakaian
p.k. = 10/102,7 x 0,1 = 9,73 mg < 42,85 mg (per keer)
p.e. = 3 x 9,73 mg = 29,19 mg < 85,71 mg (per etmal)

DM Codein 60/300 mg
- Dosis untuk Karina (2 th)
n 60
= -------- X ---------- mg
n + 12 300
= 2 / 14 X 60 / 300 mg
= 8,57 / 42,85 mg

- Takaran pemakaian
p.k. = 10/102,7 x 0,1 = 9,73 mg > 8,57 mg
p.e. = 3 x 9,73 mg = 29,19 mg < 42,85 mg
PENIMBANGAN dan CARA KERJA
1. PENIMBANGAN
– Potio Alba = 100 g
– Tripyron = 2,5 g / 500 mg = 5 tablet
– Luminal = 100 mg / 30 mg = 3⅓ tablet
– Codein = 100 mg / 20 mg = 5 tablet
– PGS = 2/100 X 102,7 = 2,054 g
– Air = 7 x 2,054 =14,378 g = 14,4 mL = 15 mL

2. CARA KERJA
a. Masukkan Luminal tab. ke dalam lumpang + Codein tab. + tripyron
tab. gerus ad homogen
b. (Suspensikan dengan PGS, tambahkan aqua dest. ± 15 mL)
c. (Gerus sampai terbentuk massa suspensi yang homogen)
d. Tambahkan Potio Alba, gerus ad homogen
e. Masukkan ke dalam botol, beri etiket
ETIKET

No. 001 Tgl.

Karina

3 x sehari 2 sendok teh


sebelum/sesudah makan

Sirup Obat 1 botol


Obat Batuk
Etiket (2)

No.002 Tgl.

Karina
4 x sehari 1 sendok teh
sebelum/sesudah makan
(Diminum sampai habis)

Obat minum: Colme Syrup 1 botol


Antiinfeksi
Etiket (3)

No. 003 Tgl.

Karina
3 x sehari 1 biji
(diisap-isap)
sebelum/sesudah makan

Calcalcin tablet 15 biji


vitamin
Permasalahan dalam menulis resep

✓Peresepan salah (incorrect prescribing)


✓Peresepan boros (extravagant)
/Peresepan berlebih (over prescribing)
✓Peresepan majemuk (multi prescribing)
✓Peresepan kurang (under prescribing)
✓Farmakologis antagonis
✓Obat tidak tercampurkan
MEDICATION ERROR
1. Tulisan resep tidak mudah dibaca
▪ Kloramfenikol terbaca klorpropamid
▪ Medopa (antihipertensi ) terbaca Medopar (antiparkinson)
▪ Simbol Signa (S) terbaca “1”
▪ Angka “1” dalam signa terbaca “2”
2. Instruksi kepada pasien kurang tepat
▪ Kalau batuk 1 tab, pasien terus minum obat kalau batuk,
terjadi over dosis
3. Instruksi kepada pasien tidak ada
▪ Tablet sublingual tidak diberi instruksi “taruh di bawah
lidah” sehingga pasien menelannya.
Tulisan tangan yang tidak jelas dapat berakibat
fatal bila :

1. terdapat nama- nama obat yang hampir sama, tetapi


mempunyai efek yang sangat berbeda, seperti asetazolamid
dan astemizol

2. dalam keadaan ini, mencegah kesalahan yang paling baik


yaitu dengan membubuhkan indikasi ini dalam kertas resep,
misalnya ”asetazolamid, untuk glaukoma”. Tanda pecahan
atau garis miring (”/”) sering dibaca sebagai angka satu.

3. dosis dalam mikrogram harus selalu ditulis lengkap karena


singkatan dari ”µg” sangat mudah dikelirukan dengan ”mg”
yaitu miligram, sehingga terjadi kelebihan dosis seribu kali
lipat.
1. Tidak berbahaya dalam penggunaan
bagi organ tubuh Aman
2. Waspada terhadap efek samping dan
kontra-indikasi

Kriteria
Penulisan
Rasional Tepat
Resep

1. Tepat indikasi
1. Baik dalam penulisan resep maupun
dalam komposisi obat 2. Tepat obat
2. Dalam pemeriksaan sesuai BSO dengan 3. Tepat pasien
rute pemberian, usia, dan kondisi pasien 4. Tepat dosis dan
3. Obat tidak tercampur dihindarkan, dari perhitungan dosis
segi farmaseutikal maupun farmakologi 5. Tepat interval waktu
4. Interaksi obat dan lama pemberian
obat
PERACIKAN SEDIAAN OBAT YANG BAIK
ASPEK FISIKO-KIMIA

1. Derajat halus
Obat yang sangat halus (1-5 mikron ) ⇨ kadar obat dlm darah
2-3 x lebih tinggi dari serbuk biasa sehingga dosis pemberian
dapat diturunkan menjadi 2-3 kali.
contoh : griseofulvin, digoxin

2. Bentuk kristal zat aktif


▪ Kloramfenikol palmitat amorf lebih baik diabsorpsi pd GIT
dari pada bentuk kristal
▪ Penisilin G kristal lebih stabil daripada bentuk amorf ⇨
respon terapi yang baik
3. Keadaan kimia obat
1. Hidrat lebih lambat diabsorpsi dari pada zat anhidrat mis:
Ampisilin anhidrat lebih cepat dari Ampisilin trihidrat
2. Dibuat kompleks dengan EDTA, (untuk mempercepat
absorpsi Mannitol dan Heparin),
3. Hormon bentuk ester tidak dirusak asam lambung
4. Tolbutamid Na. kecepatan dissolusi 10.000 tolbutamid
5. Topikal, diambil bentuk esternya (betametazon 17-valerat)
6. Zat tambahan (Prednison dengan pengisi Ca sulfat tidak
berefek, dengan laktosa berefek)

4. Alat dan keadaan fisik, dapat berpengaruh kecepatan


terlarut zat aktif
- Makin keras tekanan tablet yang dibuat makin sukar
terlarutnya zat aktif
Dr. Agus Setiadi, Sp.K.K
SIP. 23/sp.KK/97
Alamat rumah Alamat praktek
Jl. Nuri 26 A Jl. Jend. A.Yani 25
MAKASSAR MAKASSAR
Telp. 0812 422 3572 0812 421 8576

Makassar, 10 Maret 2017


TUGAS

Untuk resep no.2 di bawah ini :


1. Kelengkapan resep
2. Jelaskan perhitungan penimbangan dari
masing-masing bahan yang digunakan
3. Bagaimana cara meracik yang baik dari
sediaan lotio tsb.
Kesalahan resep yang kurang tepat

Kesalahan #:
1. Pada prescriptio tidak
ditulis bentuk sediaan
obat.
2. Signatura dokter tidak
menggunakan
singkatan latin.
PELAYANAN RESEP
Skrining resep

1. Persyaratan administratif:
nama, sip, alamat dokter, tanggal penulisan resep,
ttd/paraf dokter, nama alamat, umur, jenis kelamin, bobot
badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang
diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya.

2. Kesesuaian farmasetik:
bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian.

3. Pertimbangan klinis:
adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dll).
PELAYANAN RESEP
o Penyiapan obat
• Peracikan: menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, memberikan etiket pada wadah.

• Etiket: jelas dan dapat dibaca.

• Kemasan obat yang diserahkan: rapi dalam kemasan


yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

• Penyerahan obat: sebelum diserahkan dilakukan


pemeriksaan akhir. Penyerahan dilakukan apoteker
disertai pemberian informasi dan konseling.
PELAYANAN RESEP

o Informasi obat:
Apoteker memberi informasi yang benar, jelas, mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi meliputi: pemakaian obat, cara penyimpanan,
jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan minuman
yang harus dihindari selama terapi.

o Konseling:
tentang sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan
kesehatan sehingga memperbaiki kualitas hidup pasien.

o Monitoring penggunaan obat:


terutama pasien DM, kardiovaskuler, TBC, asma, penyakit
kronis lainnya.
PEMBERIAN OBAT YANG TIDAK BENAR

1. Walaupun dalam persiapan dispensing sudah benar tetapi


masih kemungkinan terjadi kesalahan pada penggunaan obat.

2. Untuk memperoleh pengobatan tepat pasien dengan tepat


route dan tepat waktu adalah esensial.

3. Pasien kadang kurang perhatian.


Misal: tetes mata, tetes hidung, tetes diminum;
obat topikal diminum (vaginal tablet, suppositoria);
enteral feeding dengan gastric tube diberikan iv
DRUG INCOMPATIBILITY
OBAT :

Zat kimia yang mempengaruhi proses hidup termasuk


bahan kimia yang digunakan untuk pencegahan, diagnostik,
pengobatan (manusia, hewan dan tanaman) atau untuk
keperluan laboratorium, pupuk, insektisida, dll.

INTERAKSI OBAT :
Suatu peristiwa dimana efek suatu obat/ bahan kimia
dipengaruhi oleh obat/bahan kimia lain :
⇨ obat + obat
⇨ obat + makanan/minuman
⇨ obat + bahan fisiologik tubuh/hormon
⇨ obat + herbal
TERJADINYA KASUS INTERAKSI OBAT
1. Potensi obat (Drug Potency)
contoh:
➢ Seorang pasien minum lebih dari satu macam obat yang
poten
➢ Dua/lebih jenis obat jika diminum bersama-sama akan
mempengaruhi beberapa sistem yang sama
Pengobatan kombinasi dari :
• Antipsikotik (klorpromazin)
• Antidepresan risiklis (amitryptilin) efek primer
• Antiparkinson (artane)
Ketiganya mempunyai efek :
• Antikholinergik kecil efek sekunder
• Aditif
Lanjutan ……
2. Visit lebih dari seorang dokter
Seorang pasien mengunjungi lebih seorang dokter dalam
waktu yang bersamaan

⇨ dokter mata :
Pilocarpine drops (efek kholinergik)

⇨ internist :
Probantine tablet (efek antikholinergik)
Lanjutan …….
3. Pemakaian obat dengan atau tanpa resep dokter bersama-
sama

o minum obat “dengan” atau ”tanpa” resep dokter


o tidak memberitahu obat-obat yang telah diminumnya secara
rutin/lama

Contoh :
- obat-obat antasida,
- vitamin (preparat besi),
- decongestant,
- analgetika
H+
Fe + + Fe + + +
Lanjutan ……
4. Ketidakpatuhan pasien
o Pasien tidak menerima penjelasan yang baik dari dokter/
apoteker
o Pasien menerima banyak jenis obat dengan berbagai cara /
aturan pakai

⇨ aturan pemakaiannya “kurang” atau “lebih”


besar dosisnya
Lanjutan …….
5. Penyalahgunaan obat
contoh : Barbiturat, Amfetamin, Narkotika, dsb.

Hasil penelitian :
Pasien perokok/konsumsi marihuana, jika meminum
obat jenis teofilin, maka efek obatnya akan cepat
hilang dalam darah, karena keduanya akan
mempercepat proses metabolisme teofilin dalam
tubuh.
MEKANISME INTERAKSI OBAT
1. Peracikan
Inkompatibilitas akibat peristiwa fisiko-kimia

2. Farmakologik
➢ Farmakokinetik : ADME, biotransformasi
(Interaksi metabolisme obat)
• Induksi enzim
• Inhibisi enzim
• Perubahan aliran darah yang melewati hati

➢ Farmakodinamik : interaksi dengan makromolekul


reseptor tubuh
1. PERACIKAN
• Asam + karbonat/bikarbonat
H2O
H+ + CO3 = CO2 ↗
• Bahan yang bereaksi alkalis + ester
MgO + Belladon extract → lembab (dalam pulv)
• Bahan yang bereaksi alkalis + garam amonium
Codein + NH4Cl → NH4 ↗
• Bahan-bahan oksidator + bahan yang dapat dioksidasi
KMnO4 / KClO4 + Gula / S → ledakan
• Garam-garam alkaloid + alkalis (karbonat, boraks, SASA) → ↓
+ zat samak → ↓
+ asam pikrat → ↓
+ sublimat → ↓
• Calomel + antipyrin → senyawa yg sangat beracun
• Norit + senyawa BM tinggi → adsorbsi sehingga tdk berefek
2. Farmakologik
1. Interaksi Farmakokinetik
A. Perubahan absorpsi saluran pencernaan
o Perubahan pH lambung
– Antasida + Aspirin Antasida → pH
lambung ,↗ obat yg
– Antasida + Pentobarbital bersifat asam lemah
absorpsi akan
– Antasida + Pseudoefedrin dihambat dalam
lambung
o Pembentukan kompleks
➢ Tetrasiklin + logam (Ca, Mg, Al, Fe) → kompleks
yang sukar diabsorpsi oleh saluran pencernaan
➢ Doksisiklin + susu → aktivitas antibiotiknya
menurun
o Perubahan motilitas/kecepatan pengosongan
lambung
a. Cathartic : menaikkan motilitas saluran cerna, menurunkan
absorpsi obat
b. Antikholinergik : menurunkan motilitas saluran cerna dan
absorpsi obat. Mengurangi peristaltik usus → disolusi obat
dihambat

Contoh :
▪ Asetaminofen (analgetik) + Propantelin (antikholinergik) :
→ Propantelin menghambat pengosongan lambung,
absorpsi asetaminofen bergantung dari kecepatan
pengosongan lambung sehingga absorpsi asetaminofen
akan terhambat

▪ Griseofulvin + Phenobarbital :
→ Phenobarbital menurunkan efek dan mengurangi
absorpsi Griseofulvin
2. Farmakologik (lanjutan….)
B. Perubahan Distribusi
contoh :
Warfarin + Phenylbutazone

keduanya terikat dengan protein plasma (albumin).


Afinitas Phenylbutazone terhadap protein > Warfarin
→ kadar warfarin dalam darah naik & efek anti
koagulannya naik, sehingga resiko hemorhagi dapat
terjadi
2. Farmakologik (lanjutan….)
C. Stimulasi terhadap metabolisme
Terjadi dengan adanya induksi enzim terhadap
metabolisme obat, proses metabolismenya
dipercepat sehingga efeknya menurun
contoh :
Phenobarbital mempercepat proses metabolisme
Digoxin
2. Farmakologik (lanjutan….)

D. Hambatan terhadap metabolisme


contoh :
– Chloramphenicol dapat menghambat
metabolisme Tolbutamide (Diabenese)

– Phenobarbital dan Dikumarol


2. Farmakologik (lanjutan….)
E. Perubahan proses ekskresi
o Perubahan pH urine
Methenamine dalam suasana asam,
meningkatkan efek antibakterinya dan berubah
menjadi Formaldehid (antibakteri)

o Pengaruh ekskresi melalui urine


Probenecid menaikkan kadar dalam serum dan
memperpanjang aksi Penisilin dengan cara
menghambat ekskresi tubuler ginjal
2. Farmakologik (lanjutan….)
2. Interaksi Farmakodinamik

A. Efek antagonisme
- Amfetamin + Furosemide
(depressant) + (stimulansia)

B. Efek sinergisme
- Phenobarbital (sedatif) + Alkohol

C. Perubahan kadar elektrolit


- Penggunaan diuretika : derivat thiazid, furosemid,
akan terjadi pengurangan Kalium dengan nyata
(hypokalemia)
2. Farmakologik (lanjutan….)
D. Perubahan letak Reseptor
Penggunaan Warfarin + Dekstrotiroksin, terjadi interaksi
perubahan reseptor sehingga aktivitas warfarin meningkat

E. Perubahan Flora Usus


kombinasi antikoagulant + antibiotika → antibiotika akan
meningkatkan efek antikoagulan dan mempengaruhi
produksi vit. K oleh mikroorganisme dalam saluran cerna

F. Kombinasi antibiotika
→ meningkatkan efek antibakteri
→ mengobati infeksi campuran
→ mengobati infeksi yang belum jelas penyebabnya
→ mencegah timbulnya resistensi mikroorganisme
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
EFEK KOMBINASI ANTIBIOTIKA
1. Efek antagonistik
(bakteriostatik + bakterisida)
- Kloramfenicol + Penisilin
- Tetrasiklin + Penisilin

2. Efek sinergisme
- Streptomisin + Penisilin

3. Efek aditif
- Kloramfenicol + Tetrasiklin
Lain-lain
1. Untuk makanan, kosmetika dan obat:
kortikosteroid → bintik- bintik merah

2. Alergi (pruritus, urticaria, oedem pada bibir,


lidah, anak lidah, asmatis), iritasi konjuctiva,
sekresi nasofarengeal, headache, vomit,
palpitasi, anafilaksi, hipersensitif pada anak

3. Dicantumkan pada label : oral, rektal, vaginal,


nasal, dll.
ZAT WARNA TERAPEUTIK AKTIF TIDAK TERMASUK
KATEGORI BAHAN TAMBAHAN

• Indigo karmyn
• Merah kongo
• Metilen biru
• Gentian violet
• Brilian hijau
• Flourescein

FLAVOUR
Minyak kayu manis dan sinamil aldehid → alergi
• Dalam pasta gigi menyebabkan cholitis, stomatitis,
belahan pada bibir
• Pada salep (ol. cinnamomi) → dihilangkan
GULA, PEMANIS BUATAN, FLAVOUR

1. Laktosa
2. Sukrosa dan glukosa
3. Pemanis buatan: Siklamat, sakarin, sorbitol, aspartam

Laktosa

• Laktosa sebagai pengisi/ pengencer (tablet, kapsul,


poeder) yang merupakan bagian terbesar
• Kalau absorpsi kurang bagus dapat menyebabkan :
kram perut, diare, flatulen, kembung, muntah
• Disebabkan efek osmotik dan fermentasi laktosa →
terbentuk asam laktat + CO2
• Solusi :
sediaan bebas laktosa: susu LLM (Low Lactose Milk),
Morinaga NL (Non Lactose)
SUKROSA DAN GLUKOSA

• Biasanya digunakan dalam sediaan cair (80%)


• Tablet chewable
• Efek samping:
- penderita DM,
- karies (penyakit kronis: asma, epilepsi) > 6 bulan,
- plaque, inflamasi gingivale
• Pengobatan
– Sirup -- 44 anak-- 168 karies, 15 dicabut
– Tablet -- 47 anak -- 63 karies, tak ada dicabut
PUSTAKA
1. Goodman & Gilman, The Pharmaceutical Basics of
Therapeutics, MacMillan Publ. Co, New York.
2. Farmakologi dan Terapi, Fak. Kedokteran UI,
Jakarta.
3. Richard Harkness, Interaksi Obat, Terjemahan
Goeswin Agoes dan Mathilda B. Widianto
4. Gibson, Melvin R., “Remington’s Pharmaceutical
Sciences”
5. Hansten, Philip D., “Drug Interaction”
6. Farmakope Indonesia, USP, BP, dll
“5-Rights” for Drug Administration

Right Strength
Right Drug

Right Patient Right Route


Right Time
CONTOH RESEP OINTMENT- CREAM
1. KELENGKAPAN RESEP

- Resep no. 3 :
m.f. cream = misce fac cream = campur dan buatlah
cream
s.u.e. siang = signa usum externum = tandailah untuk
pemakaian luar, untuk siang hari

- Resep no. 4
m.f. cream = misce fac cream = campur dan buatlah
cream
s.u.e. malam 2 jam = signa usum externum = tandailah
untuk pemakaian luar, untuk malam hari, selama 2 jam
Cara Meracik
Resep no.3

1. Asam salicyl digerus halus dalam lumpang + 3 tetes


alkohol 96% + lanolin anhidrat gerus ad homogen
2. Tambahkan Cinolon N cream sedikit demi sedikit sampai
massa homogen
3. Masukkan dalam kemasan, beri etiket
Dr. Hendra T. Kusnadi, Sp.KK
Jl. Botolempangan 85
Telp. 625738 Makassar
SIP. 156/Sp.KK/89
Dokter Anggraini, Sp.A
Jl. Anggrek no. 25 - Makassar
Telp. 453347
SIP: 107/Sp.A/92
Dr. Harsinen Sanusi, Sp.PD
Jl. Veteran Selatan No. 125
Telp. 872968 Makassar
SIP. 189/Sp.PD/92
PENGELOLAAN DAN PENYIMPANAN OBAT
OBAT :
- racun
- bahan kimia
- bahan penyembuh atau bahan toksik

PENYIMPANAN OBAT
Obat disimpan menurut :
1. Tempat : - aman,
- bersih,
- tidak kena sinar matahari langsung
2. Susunan: - alfabetis/abjad
- mudah dicari
- tidak pindah-pindah tempat
3. Sistem: - FIFO (first in first out)
- FEFO (first expired first out)
4. Bagian: - penjualan bebas
- peracikan
- gudang
PENGELOMPOKAN OBAT/ SEDIAAN FARMASI
1. Bentuk sediaan
mis : padat (tablet, kapsul)
semi padat (salep, krim)
cair (larutan, suspensi, emulsi)
steril (injeksi, infus)

2. Golongan obat
mis : obat paten
obat generik
obat bebas
obat bebas terbatas
obat keras/psikotropika
obat narkotika
PENYIMPANAN NARKOTIKA
• tanggung jawab APA

• pengelolaan biasanya dikuasakan kepada Asisten


Kepala

• penyimpanan dalam lemari dengan 2 bagian dan


kunci berbeda
I. Morfin, Pethidine dan garamnya
II. Narkotika lain : codein, doveri, dll

• stok obat dibedakan untuk pemakaian sehari-hari


(stok kecil) dan untuk “persediaan” (stok besar)
PENYIMPANAN OBAT/SEDIAAN OBAT DI APOTEK

▪ OBAT/SENYAWA KIMIA :
- organik
- anorganik

▪ Kerusakan obat terjadi karena :


- oksidasi - reduksi
- hidrolisis
- polimerisasi
- dekarboksilasi
- degradasi
PENYIMPANAN OBAT/SEDIAAN OBAT DI APOTEK

• EFEK REAKSI KIMIA :


- penurunan efek hayati obat
- peningkatan efek toksik
- tidak berefek hayati
- memberikan efek yang berbeda
- efek alergi, dll

▪ FI , USP: Penyimpanan obat/sediaan obat sebaiknya :


- dalam wadah yang baik
- tidak kena cahaya matahari langsung
- tidak lembab
- dalam wadah/botol yang tertutup rapat
REAKSI KERUSAKAN OBAT
KERUSAKAN FISIK SEDIAAN OBAT JADI
1. Tablet biasa :
- perubahan warna, bau dan rasa
- retak, pecah atau rapuh
2. Tablet salut
- perubahan warna salut
- salut retak, perembesan bahan aktif
3. Kapsul gelatin
- perubahan warna isi/cangkang, melunak
- kapsul lengket satu sama lain/bocor
4. Salep / krim
- perubahan warna, bau tengik
- mengeras, tidak homogen/memisah
5. Larutan
- perubahan warna, bau dan rasa
- terjadi kekeruhan, endapan, kristal
6. Emulsi
- perubahan warna, bau dan rasa
- terjadi pemisahan (“creaming”)
7. Suspensi
- perubahan warna, bau dan rasa
- endapan mengeras, sulit dikocok
8. Tetes mata /obat suntik
- perubahan warna
- kekeruhan , kristal, endapan
9. Serbuk /puder
- perubahan warna, bau dan rasa
- lembab, menggumpal, terjadi bintik-bintik putih
(jamur)
PELAYANAN OBAT

JENIS PELAYANAN DI APOTIK


1. Pelayanan resep
2. Pelayanan kepada masyarakat
3. Pelayanan informasi
4. Pelayanan KIE
5. Pelayanan perbekalan farmasi
PELAYANAN DI APOTIK
1. Apotek wajib melayani resep :
- dokter umum,
- dokter spesialis
- dokter gigi,
- dokter hewan
2. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker
Pengelola Apotek (APA), berdasarkan :
a. Tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi
kepentingan masyarakat
b. Tidak diizinkan mengganti obat generik (berlogo) dalam
resep dengan obat paten
c. Penggantian obat oleh karena pasien tidak mampu
menebus obat, apotek harus berkonsultasi dengan dokter
PELAYANAN INFORMASI

Apoteker wajib memberi informasi :


1. Yang berkaitan dengan obat yang diserahkan
kepada pasien
2. Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas
permintaan masyarakat
PELAYANAN KIE
(Komunikasi - Informasi - Edukasi)
1. Pelayanan KIE di Apotek seringkali merupakan penunjang
dari dokter, mis. menyangkut KIE obat yang berhubungan
dengan resep dokter
2. Sering KIE harus diberikan oleh AA/Apoteker pada saat
melayani konsumen/masyarakat yang membeli obat tanpa
resep dokter
3. KIE juga dapat diberikan oleh AA/Apoteker atas permintaan
masyarakat yang datang ke Apotek
4. Dalam hal KIE yang berhubungan dengan obat dari segala
aspeknya, maka akan “memaksa” seorang Apoteker/AA
untuk selalu belajar dan mengikuti perkembangan obat dan
ilmu kedokteran yang mutakhir
Komunikasi - Informasi - Edukasi
Komunikasi terdiri dari 3 unsur :
- komunikator
- komunikan
- informasi

Edukasi
1. Penggunaan obat dengan tepat dan benar, harus diajarkan
kepada masyarakat secara populer
2. Mengajarkan tentang pengobatan sendiri harus dilakukan
dengan hati-hati
3. Mengajarkan obat berbahaya kepada anak-anak harus
dilakukan sedini mungkin
KIE TENTANG OBAT-OBAT KELUARGA BERENCANA (KB)
(KepMen.No.347/MenKes/VII/90)
1. KIE hanya dapat diberikan oleh personil yang sudah mengikuti pelatihan :
- Apoteker
- Asisten Apoteker
2. Pelayanan obat/ alat KB
- melalui resep (untuk semua jenis)
- ulangan (copy resep) : pil KB
- kartu akseptor (pil KB)
- penjualan bebas (kondom)

▪ Pelayanan ulangan siklus kedua (II) dst. harus dianjurkan melakukan


pemeriksaan ulang kepada dokter setelah penyerahan pil siklus keenam (VI)
▪ Pada setiap penyerahan pil KB disertai informasi, terutama yang berkaitan
dengan indikasi, kotraindikasi, efek samping dan komplikasi
EFEK SAMPING KONTRASEPSI ORAL
▪ Perdarahan diluar haid, mual, pusing/ sakit kepala, jerawat, keputihan,
hiperpigmentasi, berat badan bertambah, dll.

▪ Cara mengatasi ;
✓ perdarahan diluar waktu haid, beri informasi bahwa keadaan tsb.
hanya bersifat sementara, bila agak lama rujuk ke dokter
✓ mual, dapat diberi vit.B6 atau ganti dengan pil KB estrogen lebih
rendah atau dengan cara KB lain
✓ sakit kepala, beri analgetik
✓ keputihan, disebabkan infeksi jamur Candida albicans, rujuk ke
dokter
✓ jerawat, rujuk ke dokter dan biasanya diperlukan pil KB estrogen
lebih tinggi dan progestin non androgenik
✓ kegemukan, sebaiknya pil dihentikan dan diganti cara KB lain
▪ Sebenarnya penggunaan pil lebih aman dari
AKDR, karena AKDR dapat memberi efek
samping seperti infeksi panggul (pada wanita
usia > 35 tahun) dan dapat berakibat mandul

▪ Dalam OWA I obat anti mual : Metoclopamide


(Opram, Primperan, dll.)
PELAYANAN INFORMASI
TENTANG PERBEKALAN FARMASI

a. Diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan


lainnya maupun kepada masyarakat

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai


khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan
perbekalan farmasi lainnya
Obat dan Alat Kontrasepsi
o Oral Kontrasepsi/Pil

o Injeksi/Suntikan

o AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

o AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

o Kondom

o Kontap (Kontrasepsi mantap)


METODE KONTRASEPSI
A. Kontrasepsi Hormonal

B. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

C. Mantap

D. Sederhana
Metode Sederhana
1. Tanpa memakai alat / obat
a. Senggama terputus (azal/coitus interuptus)
b. Pantang berkala

2. Dengan memakai alat / obat


a. Dengan Kondom
b. Dengan Diafragma
Metode Kontrasepsi Hormonal
Jenis :
▪ pil / tablet
▪ obat suntik
▪ implant

Mekanisme kerja :
▪ Estrogen yang diberikan, akan menyebabkan kadar estrogen
dalam tubuh meningkat.
Peningkatan estrogen akan menghambat pengeluaran FSH
dari hipofisa sehingga pematangan sel telur yang dirangsang
oleh FSH tidak terjadi, sehingga tidak ada sel telur yang
masak untuk dibuahi oleh sperma

▪ Progesteron yang diberikan, akan meningkatkan kadar


progesteron sehingga menghambat pengeluaran LH dari
hipofisa, dan ovulasi yang dirangsang oleh LH tidak terjadi.
Kontrasepsi Oral
A. Jenis pil/tablet
• Kombinasi, Estrogen dan Progesteron
• Sequantial (berurutan) :
14 -16 pil pertama berisi estrogen dan 5 – 6 pil berikutnya
berisi kombinasi estrogen dan progesteron
• Tunggal :
- Mini pil, mengandung progesteron
- Postcoital, mengandung Dietilstilbesterol (DES) 25 mg

B. Keuntungan
▪ sangat efektif
▪ tidak mengganggu senggama
▪ pemulihan kesuburan tinggi
C. Kontraindikasi
pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita :
• kanker buah dada
• penyakit kuning atau pernah menderita penyakit hati
dalam tiga tahun terakhir
• penyakit pembuluh darah, tekanan darah tinggi,
gangguan jantung/lemah jantung,
• perdarahan abnormal, varises, sakit kepala yang hebat
• pembesaran kelenjar gondok, DM, Asma, Eksem

D. Contoh Sediaan pil KB


▪ Pil KB dosis tinggi (Lyndiol, Ovostat, dll)
▪ Pil KB dosis rendah (Marvelon, Mycrogynon, dll)
Kontrasepsi Suntikan
• Keuntungan
- sangat efektif (faktor kegagalan < 1%)
- kemungkinan lupa memakainya tidak ada
- dapat diberikan pada ibu yang menyusukan, karena tidak mengurangi
produksi ASI
- diberikan 12 minggu sekali

• Cara Penyuntikan
- diberikan dengan cara i.m (intra muscular) pada:
➢ otot panggul (gluteus) yang dalam
➢ otot pangkal lengan (deltoid)
- bekas suntikan ditutup dengan plester untuk mencegah keluarnya obat

• Efek samping (lihat kuliah yang lalu)


▪ Kontraindikasi
- hamil
- perdarahan pervagina yang tidak diketahui sebabnya
- penyakit jantung, paru-paru, kelainan faal hati, tekanan
darah tinggi, obesitas, DM, dll.

▪ Jenis Sediaan
- Depo Provera (Depo Medroxy Progesteron Acetate) 50 mg/3
mL
- Net Con (Noretisteron Conenthate) 200 mg /1 mL
AKBK / Implant
• AKBK Norplant terdiri dari 6 tabung/kapsul
kecil dan tipis, panjangnya 3,5 cm

• Berisi obat/hormon yang akan masuk ke


dalam darah dan mempengaruhi kesuburan,
sehingga tidak terjadi kehamilan

• Masa kerja selama 5 tahun


AKBK (lanjutan ….)
• Contoh : Norplant
• Dipasang di bawah kulit lengan atas
• Hanya digunakan oleh wanita
• Tidak boleh dipakai oleh
- wanita yang sedang hamil,
- yang mengalami gangguan tumor ganas,
- tekanan darah tinggi,
- kencing manis
- penyakit hati,
- varises, dan
- penyakit jantung
AKBK (lanjutan …..)

• Sebelum menggunakan AKBK Norplant,


kesehatan ibu perlu diperiksa lebih dahulu,
seperti :
- pemeriksaan tekanan darah,
- penimbangan bobot badan,
- riwayat kesehatan ibu
AKBK (lanjutan …..)
• Norplant dipasang pada waktu haid
• Pemasangan dan pencabutan hanya dilakukan oleh dokter atau
bidan terlatih
• Setelah pemasangan mungkin mengalami sedikit pegal-pegal di
lengan, gangguan tsb bisa terjadi selama 2 - 3 hari dan akan
hilang sendiri
• Plester dibuka pada hari ke lima setelah pemasangan AKBK
Norplant
• Efek samping Norplant : haid yang berlebihan/tidak teratur atau
tidak haid sama sekali
Cara Menulis Resep (Obat KB)
R/ Mycrogynon tablet strip No. I
S 1 dd I a n

atau

R/ Mycrogynon tablet strip No.I


Suc
R/ Depo Provera Inj. Vial No. I
S i.m.m
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
(AKDR)
• Terbuat dari plastik yang halus, berbentuk spiral atau lainnya,
dipasang di dalam rahim dengan alat khusus oleh dokter atau
bidang yang terlatih

• Jenis AKDR
– Lippes-loop/spiral (terbuat dari polietilen + Barium sulfat)
– Copper – T 200 B dan Cooper – T 380 A
– Nova T
– Multi Load ML Cu - 250 dan Cu - 375

• Mekanisme kerja AKDR


dengan adanya alat tersebut, maka akan timbul reaksi
inflamasi dan perubahan seluler dan biokimia pada
endometrium uterus.
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
(AKDR)
• Keuntungan
- Efektifitas tinggi
- Dapat mencegah kehamilan dalam waktu yang lama dengan hanya satu
kali pemasangan
- Murah dan ekonomis
- Reversibilitas tinggi bagi ibu yang ingin hamil lagi

• Kontraindikasi AKDR
- hamil
-kelainan alat reproduksi bagian dalam (perdarahan abnormal,
peradangan leher/mulut rahim (serviks), kanker rahim)
- perdarahan di saluran kencing
- alergi terhadap logam
Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap)

1. Tubektomi
= tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan menutup
saluran telur (melalui perut atau vagina)

2. Vasektomi
= tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan
menutup saluran sperma sehingga sperma tidak dapat
lewat
TUGAS : INTERAKSI OBAT KB (HORMON)
DENGAN OBAT LAIN
1. Senyawa Barbiturat
2. Senyawa Benzodiazepine
3. Antikonvulsan
4. Kortikosteroid
5. Antidiabetes
6. Hormon tiroid
7. Antibiotika (Ampisilin, Rifampisin, Tetrasiklin)
8. Nikotin
PENYALAHGUNAAN OBAT (DRUG ABUSE) DAN
PENGGUNAAN SALAH OBAT (DRUG MISUSE)
• Obat identik dengan racun/bahan kimia
• Penggunaan salah atau penyalahgunaan obat dapat berakibat fatal,
yaitu berdampak keracunan
Hasil survei
• 10% keracunan fatal karena sengaja (bunuh diri)
• 25% sengaja meracuni diri sendiri, 75% karena keracunan
Penyebab : emosi, stress, tekanan batin
• Obat-obat yang sering disalahgunakan :
antihistamin,
kortikosteroid
Narkotik,
amfetamin (1970-an)
• Obat-obatan tsb. menyebabkan ketergantungan
PENYALAHGUNAAN OBAT (DRUG ABUSE)

• Penggunaan obat secara salah yang disengaja


• Dapat dilakukan oleh orang awam maupun profesional
• Golongan obat yang sering disalah gunakan :
– depresan syaraf pusat
– stimulans syaraf pusat
– halusinugen
• Sasaran utama penyalahgunaan obat adalah orang dewasa
• Contoh: Obat Metaqualon (Mandrax) sebagai obat penenang,
dilarang beredar dan tidak diproduksi lagi.
PENGGUNAAN SALAH OBAT
➢ Tidak sengaja menggunakan secara salah
➢ Pemberian informasi obat yang berlebihan
- Bodrexin
- Aspilets
- Contrexin
- obat-obat sakit kepala
➢ Obat “tranquilizer” sedatif (obat tidur)
Aturan pakai :
- s.u.c = tahu pakai
- kalau perlu 1 biji
CARA PENANGANAN KERACUNAN AKUT
1. Mengencerkan racun dengan
- minum susu atau putih telur, atau
- “suspensi” pati ubi kayu
- susu bubuk atau pati 2 cth + 1 gelas air dingin
2. Memuntahkan racun yang sudah diencerkan
- dapat dimuntahkan dengan meminumkan larutan garam
dapur 1 sdk makan dalam I gelas air
- dengan menggelitik langit-langit mulut sampai penderita
muntah
3. Menjerap atau menyerap racun sisa dari lambung atau sistem
sistemik dengan “suspensi” karbon aktif (norit) 2 – 3 cth dalam
air masak ½ - 1 gelas → dimuntahkan
4. Cuci kembali lambung dengan susu dan dimuntahkan kembali
5. Bawa penderita ke R.S. kalau perlu
Dr. Solihin Suryaatmaja, Sp.PD
Praktek Jam : 16.00 -20.00
Jl. Kartini n0. 2 - Makassar
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tgl. 02 Mei 2012

R/ Potio Nigra c. Tussim 120 ml


Adde Phenobarb.Na 0,5 ,,,,,,,,, DM 02/0,5
Codein 0,6 ,,,,,,,,,, DM 0,3/0,6
m.f. pot. l.a
S t dd C I
pro: Tn. Lukman (18 thn)

Selesaikan resep tersebut di atas :


- Kelengkapan resep
- Lengkapi singkatan Latin dan artikan
- Perhitungan : - dosis maksimum
- takaran pemakaian
- penimbangan
- Cara meracik yang baik dari sediaan tsb.
- Etiket (warna ?)
R/ Menthol 0,15 %
Camphora 0,50 %
Salisylic acid 0,12
Zinc Oxyd 10
Talc. venet 100
S b dd q.s. u e

Selesaikan resep tsb.


- Kelengkapan resep
- Lengkapi singkatan latin dan artikan
- Perhitungan penimbangan
- Cara meracik yang baik dari sediaan tsb.
- Etiket (warna ?)
Alat-alat Kesehatan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan,
Alat kesehatan adalah
instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau
untuk membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 116/SK/79,
Alat kesehatan dapat digolongkan menjadi :
1. preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2. pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan
binatang piaraan
3. alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan
4. wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga
karet tutup botol infus
5. peralatan obstetri dan gynekologi
6. pelalatan anestesi
7. peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi
8. peralatan dan perlengkapan kedokteran THT
9. peralatan dan perlengkapan kedokteran mata
Alat Kesehatan
Colostomy-Bag
Fungsi :
untuk menampung feses pada pasien setelah
operasi colon (pembedahan usus buatan
melalui otot dan kulit perut)

Bed pan
Fungsi :
untuk menampung feses pada pasien
yang tidak boleh/bisa ke WC.
Hot Water Bottle (Ing.) Warm Water Zak
(Beld.), Botol Panas/ Buli-buli Panas.
Bentuk : berupa kantung dari karet dengan tutup di
ujungnya, diisi air panas.
Fungsi :
untuk kompres panas

Ice bag (Ing.), Ijskap (Bld), Eskap (inf)

Bentuk : berupa kantung dari karet dengan


tutup di tengahnya, diisi pecahan es batu
Fungsi : untuk kompres dingin.

Gloves
Gloves (Ing.) Handschoen (Beld.)
Sarung Tangan
Fungsi :
untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan
sekeliling

Windring (Beld.) Air Cusion (Ing.)


Bentuk : berupa alat yang terbuat dari karet
berbentuk lingkaran seperti ban mobil, diameter
dalam 13,5 cm luar 40 cm
Fungsi :
sebagai tempat duduk pada penderita wasir/
ambeien.
Urinal
Fungsi :
untuk menampung urine pada pasien
yang tidak boleh/bisa ke WC.

Urinal male : untuk pasien laki-laki

Urinal female : untuk pasien wanita


Pus basin, Emesis basin
Instrument Tray atau aparatus

Fungsi :
- tempat menyimpan alat-alat perawatan.
- untuk menampung muntah, nanah, kapas bekas dll.
Spuit (Disposable syringe)
Spuit / syringe adalah alat yang digunakan untuk
pemberian secara iv / im / sub cutan dengan
volume tertentu.
Spuit ini memiliki ukuran 1 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml,
20 ml, 50 ml. masing – masing ukuran
mempunyai penggunaan yang berbeda – beda

Jarum Suntik
Jarum ini mempunyai ukuran : 19, 21,
22, 23, 25, 26, 27 G
digunakan atau disambungkan dengan
alat suntik seperti tesebut di atas
Spuit / Syringe
Fungsi : untuk menyuntik
Winged needle
Injection Needle (Ing.) Jarum Suntik

Fungsi : untuk menyuntik digabungkan


dengan alat suntik (Spuit = Syringe).
Infusion set
Infus set (macro) merupakan
seperangkat alat infus yang digunakan
untuk pemberian cairan dalam volume
besar (100–1000 ml) kepada pasien,
mempunyai 23, 25, 27 G
Fungsi :
selang untuk pemberian cairan infus

Infusion set with microdrip


Infus set (macro) merupakan bagian dari
infusion set untuk menampung cairan
dengan volume tertentu dengan jumlah
tetesan 60 tetes / ml.
Mempuyai ukuran 19, 21, 23, 25 G
IV Catheter pen

IV catheter

adalah catheter yang dimasukkan ke pembuluh darah vena. IV


Catheter mempunyai ukuran : 18, 20, 22, 24 G
Fungsi :
sebagai vena tambahan untuk pengobatan secara intra vena
• Fungsi : untuk menyemprotkan lavement/ clysma melaui anus
cairan yang sering digunakan adalah gliserin atau larutan
sabun.

Gliserin Syringe (Ing.) Glyserin Spuit(Beld.) Spuit Gliserin


Tongua blade, Tongue depressor/
Tongue Blade (Ing.) Tong spatel (Ind.)

Fungsi : untuk menekan lidah agar


dapat memeriksa/ melihat kelainan
Ear speculum
pada tenggorokan, misalnya amandel.
Faringitis dll
Fungsi : untuk memeriksa rongga telinga
Sphygmomanometer/
Mercurial Sphygmomanometer

Anaeroid Sphygmomanometer/
Tensi meter tanpa air (memakai
jarum)

Electrical Sphygmomanometer/
Automatic Sphygmomanometer
Clinical Thermometer (Ing.) Stethoscope binaural (bagian yang
Thermometer klinik (Ind.) ditempelkan di telinga)

Jenisnya : Fungsi : untuk mendengar bunyi


Ø Thermometer klinik non elektronik organ tubuh mis. jantung, paru-
(air raksa) paru dll
Ø Thermometer klinik elektronik
Fungsi : mengukur suhu tubuh/ badan
Vaginal speculum Rectum Speculum

Fungsi : untuk memeriksa lubang Fungsi : untuk memeriksa lubang anus/


vagina rektal

Obstetrical Stethoscope Obstetrical Stethoscope/


Stethoscope monoaural (Ing.) Stethoscope bidan

Fungsi : untuk mendengar bunyi jantung bayi dalam


kandungan ibu hamil
Nasal Speculum

Fungsi : Fungsi : untuk memeriksa rongga


hidung

Currete

Fungsi : membersihkan rahim pada


pasien abortus/ keguguran
Bors pomp, Breast pump Tapel hoed, Pelindung
and relieve, Pompa asi puting susu
Thumb Forceps atau Dissecting Forceps (Ing.)
Anatomische pinset (Beld.) Pinset anatomis
(Ind.).

Ciri-ciri : bagian dalam kedua belah


ujungnya bergaris-garis horisontal.

Needle Holders, Naald Voerder (Beld.)

Fungsi : untuk menjepit jarum jahit (hechtnaald) serta


menjahit luka terbuka seperti luka kecelakaan atau
pembedahan.
Peritonium forceps
Arterie klem (Beld.) Artery Forceps (Ing.)
Arteri klem tergolong alat seperti pegangan Fungsi : untuk menjepit
gunting dengan cantelan. jaringan selaput perut.
Fungsi : untuk menjepit pembuluh darah arteri.
Arteri klem dapat digolongkan ke dalam dua
bagian
Ø Kocher : ujungnya bergigi
Ø Pean : ujungnya tidak bergigi
Infusion set
Fungsi :
selang untuk pemberian cairan infus

Wing Needle
Fungsi :
sebagai perpanjangan vena
untuk pemberian cairan infus
atau obat intra vena dalam
jangka lama.
Stomach tube (Ing.)/ Maag Slang/Maag Sonde
(Beld.)
Fungsi :
Ø untuk mengumpulkan cairan/ getah lambung,
Ø untuk membilas/ mencucui isi perut,
Ø untuk pemberian obat-obatan.

Feeding Tube

Fungsi :
untuk nutrisi/ pemberian cairan makanan
melalui mulut atau hidung.
Catheter
Fungsi :
untuk mengeluarkan/ pengambilan urine
Jenisnya :
Ø Nelaton Cathether : terbuat dari latex/ karet
Ø Metal Cathether : terbuat dari stainlesstil
Ø Balloon Cathether/ Foley Cathether : terbuat dari
latex/ karet dilengkapi dengan balon dengan cara
menyuntikkan aqua pada ventilnya bila telah masuk
agar Cathether tidak copot.

Urine Bag
Fungsi :
untuk menampung urine yang
dihubungkan dengan Balloon Cathether/
Foley Cathether untuk mengeluarkan/
pengambilan urine pada sistem tertutup
Transfusion Set
Fungsi :
untuk pemberian tranfusi darah
SHecht Naald (Beld.) Surgical Needles atau
Suture Needles (Ing.) jarum jahit
Scalpel Blade : pisau operasi
Fungsi : pembedahan Fungsi : jarum untuk menjahit luka
Jenis-jenis jarum jahit
Ø ujungnya bulat untuk menjahit otot
Ø ujungnya segi tiga untuk menjahit kulit
Laryngeal Mirror

Fungsi : untuk memeriksa/ melihat


keadaan dalam mulut/ tenggorokan

Reflex Hamer

Fungsi : memeriksa kemampuan


refleksi dari bagian tertentu tubuh kita,
misalnya lutut.
Tugas : Baca !!!
Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor
HK.01.07/MENKES/218/2020 tentang :
Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik in
vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga Yang Dikecualikan Dari Perizinan Tata
Niaga Impor Dalam Rangka Penanggulangan
Corona Virus Disease 2019 (COVID 19)
Tabel tes butawarna
.
Chart Vision Snellen
Fungsi : memeriksa visus/ ketajaman penglihatan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai