Anda di halaman 1dari 9

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PERSIAPAN ADMIINISTRASI PENGAMBILAN MATERIAL


MDU, PENGANGKUTAN DAN PEMBONGKARAN
OVERBURDEN MATERIAL, PELANGSIRAN MATERIAL,
PENGGALIAN TANAH, PENEGAKAN TIANG, PENARIKAN
KABEL

PT. KARYA SATRIA PUTRA

Dibuat Disetujui Direksi Lapangan

FB KIDUNG NUGROHO M. NEHRU ZAHRO WAHYU DWI PRASETIYO

Status Revisi
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

I. PROSES ADMINISTRASI PENGAMBILAN MATERIAL DI


GUDANG PT. PLN AIR RAJA, PEMUATAN, PENGANGKUTAN
DAN PEMBONGKARAN/MUAT MATERIAL OVERBURDEN KE
KAPAL BARANG

1.1. PERMULAAN

1. Proses Administrasi Pengambilan Material MDU


a. Pengambilan material MDU menggunakan TUG 9 dan TUG 5 yang dikeluarkan
sesuai Surat Pesanan Barang dan Jasa (SPBJ) Nomor:
016.SPJ/HKM.00.01/10070000/2021
b. Petugas Logistik vendor menyerahkan syarat lampiran pengambilan material MDU
kepada Pihak Logistik Gudang PT. PLN
c. Syarat pengambilan material MDU:
(1) Copy SPBJ
(2) Copy TUG 9 & TUG 5 (yang masih aktif sesuai tanggal berlaku yang tertera)
(3) Surat Kuasa Direktur Pelaksana Pekerjaan
d. Pihak PLN dan Pelaksana membuat BA serah Terima MDU

2. Menentukan type crane


a. Type crane harus sesuai dengan jenis,beban,volume dan type material
b. Crane dalam kondisi laik operasi yang dibuktikan dengan Surat KIR/Uji
Kendaraan yang masih berlaku

3. Menentukan type truck pengangkut


Type truck pengangkut harus sesuai/seimbang dengan jenis dan type material yang
akan diambil sesuai yang tertera didalam TUG 9. Sebagai acuan yang ideal, kapasitas
truck = 20 Btg Tiang Besi Uk. 9 m-200 daN & 3 Aspel Kabel SKU
Uk.3x70+1x70mm² Dengan Berat Bruto ±3.500 Kg dan Volume 4,8 m³.

4. Menentukan jumlah truck pengangkut


a. Jumlah truck harus pengangkut mampu mengangkut kapasitas material.
b. Sebagai acuan di lapangan, jumlah truck pengangkut harus diusahakan lebih dari 1
unit.
c. Jika truck yang dibutuhkan lebih dari 1 unit segera diskusikan dengan manajemen
untuk mencari kendaraan angkut alternative yang bisa mengurangi kebutuhan
truck.

5. Menentukan jarak angkut


a. Jarak angkut harus diusahakan antara 5000 m s/d 10.000 m.
b. Apabila jarak angkut lebih dari 10.000 m segera diskusikan dengan manajemen
untuk menambah kendaraan angkut agar memudahkan mobilisasi dan mengurangi
faktor resiko lalu lintas.

1.2. PETUNJUK PELAKSANAAN

1. Proses Administrasi Pengambilan Material MDU


a. Petugas pengambil material menyelesaikan proses administrasi, yaitu menyiapkan
lampiran yang digunakan sebagai syarat pengambilam material MDU dan
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

menyerahkan kepada petugas Gudang PLN, setelah proses verifikasi maka petugas
diperbolehkan memuat material sesuai dengan daftar material yang ada di TUG
b. Petugas PLN dan Petugas Pelaksana Pekerjaan mengawasi proses muat material
dan memastikan anggota,sopir dan operator crane menggunakan APD lengkap dan
memastikan proses muat material sesuai dengan SOP.
2. Menentukan type material yang diangkut.
Tentukan apakah material yang akan diangkut sudah sesuai dengan kapasitas dan
jumlah serta kendaraan pengangkut sesuai dengan type dan spesifikasi yang telah
ditentukan.

3. Menentukan jenis dan type Ttruck


Penentuan jenis dan type truck tergantung pada:
a. Type, Jumlah, Beban dan Volume material
b. Luas area kerja
Berdasarkan acuan di atas Petugas pelaksana pekerjaan harus menentukan jenis dan
type truck yang cocok dengan kondisi yang ada.

4. Menentukan metode pemuatan


Secara umum metode pemuatan terbagi atas tiga yaitu :
a. Normal loading, sangat disarankan untuk dilakukan pada setiap pekerjaan
pemuatan.
b. Top loading dilakukan apabila normal loading tidak memungkinkan. Metode ini
cocok untuk area kerja yang sempit terutama saat pemuatan di ruang sempit.
c. Double bench sangat tidak disarankan untuk dilakukan akan tetapi untuk kondisi
tertentu dapat digunakan terutama saat memulai pemuatan dikondisi tanah yang
labil atau tidak rata.
Pada akhirnya penentuan metode pemuatan harus ditentukan oleh Petugas Pelaksana
Pekerjaan dengan mempertimbangan kondisi yang ada.

5. Menentukan metode Pengankutan Material


Penentuan Pengangkutan Material:
a. Mematuhi peraturan lalu lintas yang ada
b. Wajib dilakukan pengawalan oleh petugas lalu lintas dari pihak berwajib
c. Kelengkapan dokumen kendaraan dan dokumen pengemudi serta dokumen
material yang dibawa.

6. Menentukan metode pembongkaran material dari truck ke kapal barang


Pembongkaran material dari truck pengangkut ke kapal:
a. Pembongkaran material dan pemuatan material dari truck ke kapal dilakukan
menggunakan crane kapal dan dikerjakan oleh petugas operator crane kapal
b. Penentuan metode dan posisi ditentukan oleh petugas operator crane kapal
Pada akhirnya penentuan metode pemuatan harus ditentukan oleh Petugas operator
crane kapal dengan mempertimbangan kondisi yang ada.

1.3. PEMUATAN MATERIAL, PENGANGKUTAN MATERIAL KE


PELABUHAN, PEMBONGKARAN DARI TRUCK KE KAPAL

1. Secara Umum
a. Sabuk pengaman dan alat pelindung diri (APD) harus digunakan.
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

b. Semua rambu harus dipatuhi.


c. Lakukan kontak positif antar setiap operator yang bekerja di area loading point/titik
bongkar/muat.
d. Jika loading point berdebu, lampu kerja, truck dan crane harus dinyalakan.
e. Operator truck dilarang keluar dari kabin saat proses pemuatan material sedang
berlangsung.
f. Jika operator crane perlu untuk meninggalkan tempat operator, lengan crane harus
diturunkan ke tanah pada level yang sama dengan track.
g. Apabila truck mengalami masalah “steering” atau “brake” maka unit tidak boleh
dioperasikan dan sesegera mungkin dilaporkan ke petugas pelaksana pekerjaan.
h. Jaga jarak aman antar unit.
i. Penempatan lighting plant di loading point tidak menyebabkan pandangan operator
menjadi silau.

2. Persiapan
a. Tentukan area kerja pemuatan dan pembongkaran sesuai dengan rencana kerja
yang telah ditetapkan bersama.
b. Area kerja crane harus bebas dari kayu besar serta longsor.
c. Area kerja crane harus aman dari lalu lalang pekerja
3. Pemuatan
a. Truck memasuki loading point/area pemuatan.
i. Kurangi kecepatan saat memasuki loading area.
ii. Truck harus selalu memasuki loading area dengan posisi searah jarum jam
kecuali tidak memungkinkan.
iii. Bila terjadi antrian, truck harus menunggu di samping depan sebelah kanan
truck yang sedang dimuat, kecuali tidak memungkinkan.

b. Memposisikan unit untuk loading/muat


i. Driver harus menggunakan kedua sisi spion untuk memantau posisi lengan
crane
ii. Truck mundur dengan perlahan sejajar dengan posisi lengan crane.
iii. Driver tidak menggunakan jenjang kerja untuk menghentikan truck.
iv. Operator crane harus memposisikan lengan/tuas pengangkat/lengan crane di
tempat yang aman untuk loading.
v. Untuk menghindari kerusakan ban/tyre, truck dilarang menginjak dan
menempatkan ban diatas ceceran material besar.

c. Crane memuat material ke truck


i. Driver truck harus menggunakan rem parkir sewaktu proses pemuatan
berlangsung.
i. Usahakan sudut ayun lengan crane adalah 45˚-90˚.
ii. Saat memuat material, jaga jarak antara lengan crane dengan bak/cabin truck
minimal 1 meter.
iii. Usahakan muatan crane selalu sesuai dengan beban material setiap kali muat.
iv. Muatan tidak overload dan tidak melewati kabin truck.
v. Penempatan Tiang tidak boleh melebihi ukuran yang ditetapkan/ tidak boleh
melebihi cabin dan bak belakang
vi. Saat proses pemuatan berlangsung posisi track crane harus rata dengan Tinggi
jenjang permuka kerja crane.
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

d. Truck meninggalkan loading point/area pemuatan.


i. Truck meninggalkan loading point sesaat setelah crane membunyikan klakson
satu kali sebagai tanda/pemberitahuan bahwa proses pemuatan selesai.
ii. Driver truck harus memastikan area loading point aman sebelum bergerak maju.

4. Pengangkutan Material
a. Truck menuju ke Pelabuhan
i. Truck meninggalkan area Gudang dengan pengawalan dari pihak kepolisisan
lalu lintas
ii. Pengecekan kondisi kendaraan dan dokumen kendaran serta uji kendaraan
iii. Pengecekan kondisi Kesehatan driver
iv. Selalu mematuhi peraturan dan rambu-rambu lalulintas saat berada di jalan raya
c. Truck memasuki loading point/area pemuatan.
iv. Kurangi kecepatan saat memasuki loading area.
v. Truck (setir kiri) harus selalu memasuki loading area dengan posisi searah
jarum jam kecuali tidak memungkinkan.
vi. Bila terjadi antrian, truck harus menunggu di samping depan sebelah kanan
truck yang sedang dimuat, kecuali tidak memungkinkan.

5. Pembongkaran material dari truck ke kapal


a. Memposisikan unit untuk pembongkaran/unload
i. Driver harus menggunakan kedua sisi spion untuk memantau posisi kendaraan
diatas dermaga/ponton
ii. Truck mundur dengan perlahan sejajar dengan posisi lengan crane/1 meter dari
jarak bibir deermaga/kapal.
iii. Driver tidak menggunakan jenjang kerja untuk menghentikan truck.
iv. Operator crane harus memposisikan lengan/tuas pengangkat/lengan crane di
tempat yang aman untuk pembongkaran.
v. Untuk menghindari kerusakan ban/tyre dan slip, truck dilarang menginjak dan
menempatkan ban diatas ceceran minyak.

b. Crane memuat material ke kapal


ii. Driver truck harus menggunakan rem parkir sewaktu proses pemuatan
berlangsung.
vii. Usahakan sudut ayun lengan crane adalah 45˚-90˚.
viii. Saat memuat material, jaga jarak antara lengan crane dengan bak/cabin truck
minimal 1 meter.
ix. Usahakan muatan crane selalu sesuai dengan beban material setiap kali muat.

1.4. PEMBONGKARAN MATERIAL DARI KAPAL KE TRUCK DAN


PELANGSIRAN MATERIAL
a. Secara umum
i. Sabuk pengaman dan alat pelindung diri (APD) harus digunakan.
ii. Semua rambu harus dipatuhi.
iii. Lakukan pengecekan unit atau “pre start check list” sebelum mengoperasikan unit.
iv. Apabila truck mengalami masalah “steering” atau “brake” maka unit tidak boleh
dioperasikan dan sesegera mungkin dilaporkan ke petugas pelaksana pekerjaan.
v. Jika hujan menyebabkan jalan angkutan menjadi licin maka dump truck harus
segera diparkir di tempat yang aman.
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

vi. Jika jalan angkutan berdebu lampu kerja dump truck harus dinyalakan.
vii. Selalu melakukan kontak posistif dengan setiap orang yang bekerja disekitarnya.
viii. Prioritaskan truck bermuatan.
ix. Jaga jarak aman antar unit.
x. Batas kecepatan maksimum di dalam pit adalah 50 km/jam.
xi. Penempatan lighting plant tidak menyebabkan pandangan operator menjadi silau.

b. Persiapan
i. Pengawas pekerjaan harus memastikan jalur jalan dalam kondisi baik dan aman.
ii. Driver harus mengetahui jalur jalan yang harus dilalui.
iii. Jalur jalan harus dilengkapi dengan rambu yang diperlukan.
iv. Kedua sisi jalan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman sesuai dengan standar
dan kodisi disekitarnya.

c. Truck mengangkut material


i. Gunakan transmisi sesuai dengan kondisi jalan.
ii. Kecepatan truck disesuaikan dengan kondisi jalan dan lalu lintas.
iii. Dilarang mendahului dump truck lain kecuali dalam kondisi tertentu.
iv. Gunakan ”retarder” untuk pengereman saat berlangsung pengangkutan dari loading
point ke dumping point.”service brake” hanya digunakan saat kondisi tertentu /
emergency.
v. Untuk menghindari kerusakan ban/tyre diusahakan untuk tidak menginjak ceceran
material besar di jalan.
vi. Untuk menghindari terjadinya ceceran material diusahakan untuk tidak memindah
transmisi di tanjakan.
vii. Ikuti jalur jalan yang telah ditentukan / tidak mencuri jalur jalan unit lain.

d. Truck melangsir material


i. Semua rambu harus dipatuhi.
ii. Driver harus mengikuti aba-aba
iii. Jika jalan angkutan berdebu lampu kerja dump truck harus dinyalakan.
iv. Prioritaskan truck bermuatan Memasuki Area peletakan material
v. Kurangi kecepatan saat memasuki area peletakan materal
vi. Truck harus selalu memasuki area dengan posisi searah jarum jam kecuali tidak
memungkinkan.
vii. Truck harus menuju lokasi peletakan material yang telah ditunjukkan
viii. Usahakan tempat peletakan material dalam kondisi stabil dan rata.
ix. Jaga jarak aman dengan semua unit yang bekerja di area tersebut
x. Driver harus menggunakan kedua sisi spion untuk memantau kondisi di belakang
truck
xi. truck mundur dengan perlahan (usahakan untuk selalu membunyikan klakson
sebanyak 3 kali) serta tidak menggunakan safety berm/ganjalan untuk
menghentikan truck
xii. Apabila area longsor maka truck harus meletakan material minimal 5 meter dari
ujung/batas lokasi longsor.
xiii. Driver truck harus selalu menggunakan rem parkir sebelum melakukan peletakan
material.
xiv. Driver truck harus memastikan petugas telah menjauh dari truck sebelum
meletakan muatannya.
xv. Driver meletakan muatannya secara perlahan-lahan
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

xvi. Truck harus bergerak maju dengan perlahan (usahakan untuk selalu membunyikan
klakson sebanyak 2 kali)

II. PENGGALIAN, PENEGAKAN TIANG DAN PENARIKAN KABEL

1.
2.
2.1. PERMULAAN

1. Secara Umum
a. Petugas K3 melakukan Safety Briefing sebelum dan sesudah Pekerjaan
b. Petugas K3 bersama pengawas pekerjaan melakukan pengecekan alat kerja,
Rambu-rambu dan APD
c. Sabuk pengaman dan alat pelindung diri (APD) harus digunakan.
d. Semua rambu harus dipasang.
e. Lakukan kontak positif antar setiap operator yang bekerja di area penggalian,
penegakan tiang, dan penarikan kabel
f. Anggota kerja dilarang berada dekat dengan posisi tiang saat proses penegakan
tiang sedang berlangsung.
g. Jika operator crane perlu untuk meninggalkan tempat operator, lengan crane harus
diturunkan ke tanah pada level yang sama dengan track.
h. Apabila terjadi kendala saat penegakan tiang sesegera mungkin dilaporkan ke
petugas pelaksana pekerjaan.
i. Jaga jarak aman antar mobil crane dengan tiang.

2. Persiapan
a. Tentukan area kerja penggalian dan penegakan tiang sesuai dengan rencana kerja
yang telah ditetapkan bersama.
b. Area kerja harus bebas longsor.
c. Area kerja crane untuk penegakan tiang harus aman dari lalu lalang pekerja atau
kendaraan umum.
d. Kedalaman lubang harus sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan

3. Anggota kerja menggali lubang


a. Penggalian menggunakan alat gali yang sesuai dengan kondisi tanah
b. Penggalian sesuai dengan titik/patok yang telah ditentukan
c. Menggunakan Safety shoes, Sarung tangan, Menjaga jarak, Kacamata pengaman
d. Penggalian bertahap dan terukur sesuai jarak yang telah ditentukan

4. Penegakan tiang
a. Operator crane menyiapkan kendaraan sesuai lokasi penegakan tiang
b. Crane dalam posisi dan jarak yang aman untuk proses penegakan tiang
c. Penegakan tiang menggunakan crane dengan diikat menggunakan sling baja
d. Penegakan dilakukan mulai dari pangkal tiang secara perlahan-lahan
e. Pekerja memeriksa posisi tiang apakah sudah lurus atau masih miring
f. Apabila posisi tiang masih belum sempurna, Operator crane menggunakan crane
yang masih terikat dengan tiang menggunakan lengan crane dan tali sling
g. Setelah tiang tegak sempurna, pekerja mengisi bagianlubang yang masih kosong
menggunakan batu untuk menahan tiang agar tidak miring danmengunci tiang
supaya kokoh
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

h. Pekerja memguuk bagian lubang tiang menggunakan tanah dan memadatkanya

5. Penarikan kabel
a. Petugas kerja menaiki tiang menggunakan Full body harnnes dan tali panjat yang
terikat pada tiang
b. Helper menyiapkan alat kerja dan konstruksi untuk pemasangan kabel
c. Pekerja memanjt tiang dengan hati hati
d. Pekerja menyiapkan gelaran kabel yang diikat menggunakan tali tambang yang
kuat kemudian dinaikan secara perlahan
e. Setelah kabel sampai diujung tiang, pekerja meletakan kabel sementara di tali/roll
khusus untuk dudukan kabel sebelum penarikan kabel
f. Pekerja yang ada dibawah menarik kabel secara perlahan
g. Pekerja yang bertugas diatas tiang mengikat kabel mengunakan kotrek untuk
menahan kabel yang sudah tertarik agar tidak kendor
h. Kekencangan tarikan disesuaikan dengan jarak dan kondisi yang telah ditentukan
i. Setelah kabel ditarik dan sudah sesuai dengan kekencangan tarikan, pekerja
meletakan kabel pada konstruksi yang telah dipasang pada tiang sesuai posisi
konstruksi yang telah ditentukan

6. Pengecatan Tiang
a. Setelah pekerjaan pemasangan konstruksi JTR dan penarikan kabel SKU telah
selesai, Pekerja melakukan pengecatan tiang yang dimulai dari ujung tiang hingga
kepangkal dengan masih menggunakan sabuk pengaman dan tali panjat yang
masih terikat pada tiang dengan arah dari atas ke bawah.
b. Setelah pengecatan selesai, selanjutnya dilakukan pekerjaan finishing meliputi
pembuatan manchet tiang dengan ukuran yang telah ditentukan dan disesuaikan.
c. Untuk pembuatan adonan cor menggunakan perbandingan 1:2:3 dan
menggunakan tulang besi Ø 8mm

7. Penjumperan
a. Setelah pekerjaan pembangunan jaringan JTR selesai hingga pekerjaan finishing,
selanjutnya pekerjaan terakhir melakukan penjumperan pada assisting ke jaringan
baru.
b. Penjumperan dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan APD lengkap
c. Pekerja penjumperan wajib menggunakan sarung tangan 20 kV,Sepatu safety, Full
body harnnes.
d. Setelah melakukan SOP Komunikasi pelepasan tegangan dan dinyatakan bebas
dari tegangan, petugas memastikan tegangan benar-bener telah dibebaskan dengan
menggunakan Volt Detector dan juga kawat short dengan di awasi oleh Pejabat
K2K3.
e. Setelah pengujian tegangan di kawat dan mendapat izin melanjutkan pekerjaan
oleh Pejabat K2K3
f. Selanjutnya supervisor teknik melakukan pengawasan, memberikan arahan dan
perintah pelaksanaan sehingga pekerjaan pemeliharaan berjalan efisien dan
efektif.
g. Selanjutnya dilakukan pemasangan tangga fiber dengan posisi yang benar dan
posisi tangga yang menempel ditiang atau posisi atas diikat menggunakan tali
untuk melakukan pemasangan Grounding Kit.
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

h. Setelah pemasangan Grounding Kit selesai dilanjutkan dengan pemasangan


tangga pada titik pekerjaan dengan posisi yang benar dan aman dengan posisi
tangga bagian atas diikatkan pada tiang.
i. Potong kabel yang akan dijumper.
j. Siapkan material jumper kawat sesuai ukuran kabel dan panjang kabel yang akan
di jumper kembali.
k. Pasang joint sesuai ukuran kawat jumper, kemudian di press menggunakan press
hidrolik.
l. Point nomor 11, 12, dan 13 dilakukan secara paralel.
m. Naikan kawat jumper yang telah dipasang joint keatas dengan menggunakan tali.
n. Naikan press hidrolik menggunakan tali.
o. Selanjutnya petugas menyambung kawat eksisting dengan kawat yang baru
dengen menggunakan joint dan dipress.
p. Supervisor Teknik memastikan kembali pekerjaan telah selesai dengan aman.
q. Kemudian petugas turun kebawah dengan membuka ikatan tangga.
r. Selanjutnya membuka semua Grounding Kit yang telah dipasang pada sisi hulu
dan hilir.
s. Selanjutnya Supervisor Teknik melakukan SOP Komunikasi penormalan
tegangan.
t. Jika sudah normal daerah padamanya dalam keadaan aman maka petugas
merapikan semua peralatan kerja dan perlengkapan K3
u. Breafing penutupan pekerjaan.

8. Pekerjaan selesai
a. Dokumentasi poto
b. Laporan Hasil Pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai