Disusun oleh:
2. Kasus
Seorang ibu mengantarkan anaknya ke Puskesmas, untuk diperiksa kondisi
kesehatannya secara keseluruhan.
1. Anamnesa:
Nama : Ny. SE
Umur : 28 tahun
Alamat : Duren Jaya Bekasi
Keluhan : Meriang, nyeri saat BAK, sakit seluruh tubuh dan keluar darah bercak
bercak dari vagina
Ibu menceritakan bahwa anaknya baru menikah 2 hari yang lalu. Ny. SE dan
suaminya dulu adalah teman sekelas saat di SMA, baru berpacaran 3 bulan dan
akhirnya memutuskan untuk menikah.
Sebelum menikah Ny. SE melakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap
sebagai persyaratan menikah di KUA, sedangkan pihak calon suami menolak
untuk dilakukan pemeriksaan dengan alasan bahwa calon pengantin perempuan
saja yang memerlukan itu dan berdalih mereka sudah kenal sejak dulu dan dia
dari keluarga baik baik.
Ny.SE adalah seorang Bidan sehingga dia memaksa calon suaminya untuk
dilakukan pemeriksaan, akhirnya mertuanya yang menjawab bahwa kalau belum
menikah saja sudah “ngeyel”, gimana nanti kalau sudah menikah. Mendengar itu
Ny.SE akhirnya diam dan menurut saja agar calon suaminya tidak dilakukan tes
kesehatan.
Pada saat pernikahan semua berjalan lancar, sampai tibanya malam pertama
Ny.SE kaget melihat Tatoo di sekujur tubuh sampai lengan suaminya, dia tidak
mengetahuinya selama ini karna suaminya selalu mengenakan pakaian lengan
panjang. Ny. SE menolak untuk diajak berhubungan intim, namun hal itu
membuat suaminya sangat marah dan terlihat kehilangan kendali. Suaminya
mengikat tangan dan kakinya di tempat tidur, Ny. SE mencoba berteriak dan
berontak, akhirnya suaminya menampar wajah dan memukulnya.
Pihak keluarga menuntut kepada orang tua suaminya kemudian orangtua
suaminya mengaku bahwa anaknya saat itu sedang dalam pengobatan kesehatan
jiwa karena mental disorder. Segera suaminya dipaksa untuk cek laboratorium
yang hasilnya Positif HIV.
2. Pemeriksaan TTV:
KU: Sedang, Kesadaran Composmentis
TD: 120/70mmHg, N: 84x/menit, P: 22x/menit, S: 37,2°C
3. Pemeriksaan fisik: Terdapat lebam kebiruan di pipi dan pelipis kiri, kebiruan bekas
cengkraman di tangan atas.
4. Pemeriksaan vagina: Terlihat darah segar rembes dari vagina, tampak luka sobek
kurang lebih 0,5 cm, di kiri dan kanan.
Kesimpulan hasil pemeriksaan: Ny. SE dengan kekerasan pada tubuh dan vagina.
1. MAKSUD
Berdasarkan fenomena kejadian di atas tampak terjadi tindakan diskriminatif
pada perempuan akibat ketidaksetaraan gender. Terdapat keluarga yang
membedakan kebutuhan kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Masih
menganggap bahwa kesehatan calon pengantin perempuan saja yang terpenting
padahal dalam pembentukan sebuah keluarga yang sehat dan berkualitas
membutuhkan status kesehatan yang baik dari semua calon pengantin baik laki-laki
maupun perempuan. Oleh karena itu perlu menciptakan perilaku responsif gender
pada periode prakonsepsi didalam masyarakat sebagai suatu rencana asuhan
berkelanjutan pada periode prakonsepsi.
Perilaku responsif gender pada periode prakonsepsi adalah upaya kegiatan
yang memperhatikan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan pada periode
prakonsepsi salah satu dengan memperoleh akses pelayanan kesehatan yang sama.
Pelayanan pemberian konseling dan pemeriksaan calon pengantin merupakan upaya
kesehatan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender.
2. TUJUAN
1. Menghilangkan tindakan diskriminatif terhadap salah satu jenis kelamin;
2. Mencegah terjadinya tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);
3. Mencegah pernikahan usia dini/ remaja;
4. Memberikan akses pelayanan kesehatan yang sama pada laki-laki dan
perempuan;
5. Mencapai keluarga yang sehat dan berkualitas melalui status kesehatan calon
pengantin yang sehat.
3. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Mencapai hidup sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
2. Mencegah dan melindungi dari perilaku seksual beresiko dan perilaku beresiko
lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
3. Mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan
bertanggung jawab.
4. STRATEGI KEGIATAN
Kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin
1. Pertemuan persiapan
2. Sosialisasi
3. Persiapan
4. Pelaksanaan
5. Monitoring
6. Evaluasi
Setiap calon pengantin diberikan konseling dan pemeriksaan kesehatan di fasilitas
kesehatan, antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Persiapan gizi
4. Status imunisasi TT
5. Menjaga kebersihan organ reproduksi
Algoritma Pemeriksaan Calon Pengantin
Pergub DKI Jakarta No. 185 Tahun 2017
CALON PENGANTIN
Kantor Kelurahan
Pemenuhan Berkas :
N1: Surat Keterangan Nikah
N2: Surat Keterangan Asal Usul
N4: Surat Keterangan tentang Orang tua
Catatan Sipil
CALON PENGANTIN
Algoritma Tindak Lanjut Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Penerima Pengaduan
Pengaduan Datang Sendiri (UGD/KIA)
Kasus KtP/A
Pasien Datang
Pemeriksaan Laboratrium
Rujukan
Konseling Post Test Hasil Positif Internal/Ekster
nal
SELESAI
5. MONITORING EVALUASI
1. Monitoring Pemeriksaan Calon Pengantin:
a. Peserta (minat, kehadiran, keaktifan)
b. Sarana Prasarana
c. Fasilitator (persiapan, penyampaian, penggunaan alat bantu, dsb)
d. Waktu
2. Evaluasi Pemeriksaan Calon Pengantin:
Indikator Keberhasilan :
a. Indikator Input :
- Adanya juklak KIE Kespro bagi catin
- Adanya fasilitator/nakes yang memberikan KIE
- Adanya anggaran untuk pelaksanaan
b. Indikator Proses
- Catin yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan, Imunisasi TT dan KIE
Kespro & Seksual catin
- Fasilitator yang melaksanakan KIE Kespro & Seksual catin
- Puskesmas yang melaksanakan KIE Kespro & Seksual Catin
c. Indikator Output
- Seluruh catin mendapatkan KIE Kespro dan Seksual
3. Pelaporan
a. Dilakukan secara berkala dan berjenjang
b. Isi laporan memuat : Waktu pelaksanaan, jumlah peserta, fasilitator dan
narasumber, proses pertemuan, masalah dan hasil capaian pelaksanaan, hasil
evaluasi
Referensi:
Dieny, Fillah Fithra, Ayu Rahadiyanti, dan Dewi Marfu’ah K. 2019. Gizi Prakonsepsi.
Jakarta: Bumi medika.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 185 Tahun 2017 tentang Konseling
dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Follona, Willa. Nessi Meilan dan Delmaifanis. 2020. Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap remaja dalam merencanakan kehidupan keluarga. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan.