Anda di halaman 1dari 3

Apapun aplikasi ilmunya, bahwa ilmu itu ketika diterima oleh kita, kita harus menjadikan wadah,

wadah inilah yang kami sebut spiritual versi kami, Spiritual itu kan berhubungan dengan ruh, artinya
keilmu ini harus dicerna oleh ruh kita dan kita harus menghadirkan ruh itu seperti apa dan fungsinya
seperti apa, kaarna ruh ini yang membimbing secara lahiriah meskipun ruh itu batiniah, maka
apapun ilmu yang akan kita serap, maka istilah orang sunda itu kudu ngancik maka sesuatu yang kita
ambil ditempatkan disebuah tempat yang sifatnya tidak kabur, maka kita harus menyiapkan wadah
itu ameh ngancik, jadi ngancik mah di tempat tumaninah sehingga betah eta elmu teh.

Yang akhirnya kita menerjemahkan tentang spiritual yang akhirnya keilmuan tidak untuk wirayudha
saja, tapi berlaku untuk semua manusia ketika ingin menambah keilmuan baik dengan cara sekolah
ataupun belajr di alam sekitar dan sebagainya, jadi kuncinya adalah itu bagaimana keilmuan ini tidak
dijadikan nalar saja atau wawasan saja tapi tidak mengubah perilaku kita dari wawasan tersebut jadi
kudu ngancik yaitu bersenyawa dengan ruh yaitu spiritual.

Banyak sekali orang menyangka siapapun yang ada dikeraton menganggap kami disini melakukan
sebuah prosesi2 yang notabene yang berhubungan dengan klenik padahal tidak melulu seperti itu
meskipun ada itu hanyalah sebuah media saja, tapi ketika kita mengambil inti sari nya yaitu
sebenarnya tadi kita lebih kepada bagaimana menjadikan seorang prajurit wirayudha ini mempunyai
kecerdasan spiritual, apa itu kecerdasan spiritual? Versi kami bagaimana mengoptimalkan apa yang
sudah diberikan oleh Tuhan yang maha esa kepada kita baik panca indra pikiran dll, jadi spiritual itu
bukan berbicara soal siksen tapi tentang mengoptimalkan apa yang ada di diri kita, artinya ruh bisa
mngkordinasikan dengan potensi2 yang ada di diri kita. Itulah kecerdasan spiritual

Ketika kita sudah mengoptimalkan apa yang ada di diri kita maka niscaya kitapun bisa mengadakan
komunikasi dengan alam diluar kita karena sudah ada sinergitas,

Kecerdasan disini lebih kepada intelegensi, dan intelegensi ini bukan hanya kita berbicara dengan
optimalisasi akal kita, karena ada rasa ada fikiran. Kapan rasa akan difungsikan, kapan fikiran akan di
fungsikan, karena salah kita memfungsikan kadang bentrok maka fungsi spiritual itu disitu
bagaimana agar kedua itu tidak bentrok. Ketika ada bentrokan antara fikiran dan perasaan yang
tidak selaras disitu ruh tidak bisa mengkordinasikannya, ruh ini harus dikasih makan, karena kita
tidak hanya makan secara lahiriah tetapi secara batiniah juga untuk apa? Untuk ruh agar bisa
mengoptimalisasi mengkoordinasikan semuanya,

Penerapan ulin usik

Kenapa kita masuk dari sisi filosofis, agar prajurit bisa memfungsikan diri sesuai ugeran atau
pedoman

Cara kita aplikasi untuk melatih SQ kepada anak anak wirayudha yatu dengan cara bagaimana kita
mengakromkan dulu batiniah kita dengan cara ngariung dialog interaktif dan sebagainya, jadi ada
yang harus kita samakan ketika ruhnkita ingin berinteraksi maka gelombang otak kita harus tuning.

yang harus kita samakan ketika ruh kita ingin berinteraksi maka gelombang otak kita harus tuningnya
sama artinya kita berbicara tentang frekuensi gelombang otak, jadi sebetulnya ini hanya psikologis
saja.

psikologi saja cuman kadang-kadang orang memandang bahwa kemudian ketika areanya ada di
infakton jiga weh ciga kumaha, proses tapi itu akan kita bahas prosesnya seperti apa media seperti
apa, tapi harus ada pengantar dulu ya agar tidak berujung membahas klenik deui wae.
kembali ke yang tadi aplikasinya seperti apa aplikasinya ketika kita ingin membentuk ruh ini sebagai
wadah daripada keilmuan-keilmuan maka kemudian kita akan menyelaraskan dulu frekuensi atau
gelombang otak nya dulu, bagaimana caranya, dia harus ridho, nah ridho ini adalah salah satu rukun
tuning frekuensi, bahwa kemudian anda masuk menjadi bagian wirayudha itu fungsi anda adalah
sebagai prajurit, jadi jangan sampai Anda ini anggota wirayuda sebagai prajurit keraton sumedang
larang tetapi anda tidak hormati diri anda sebagai prajurit atau memposisikan diri sebagai prajurit
dan itu berlaku untuk siapapun  dengan kapasitasnya masing-masing itu adalah salah satu
bagaimana nanti kita akan mentransfer keilmuan itu yang akhirnya bakal ngancik nah ituu dia paham
pada posisinya sebagai apa.
nah ketika semuanya sudah tuningnya sudah tepat di sana di frekuensi sabaraha lamun radio tuning
sabaraha,
menyamakan presepsi, ideologi, sejarah, dan prosesnya,
definisi ridho itu ketika kita akan menerima keilmuan kita harus mengosongkan pikiran kita terlebih
dahulu supaya tidak membentengi atau kontradiktif sehingga informasi bisa full diterima tanpa ada
sangkalan2, jadi otak ini fungsikan sebagai receiver, jadi tidinya heula awalna/ dari situ dulu awalnya,
sebenarnya ini adalah metode yang umum yang dilakukan oleh leluhur kita, maka kemudian kenapa
ada pemilahan, ketika di di tahap pertama seorang guru akan melihat maka terlihat apakah dia ridho
atau tidak nanti akan terpilah, nah disitu aya ayak ayak beas teh, jadi ayak ayak beasteh dia akan
tereliminasi dengan sendirinya, jadi kita ngadongeng, ngadongeng sejarah, bercerita tentang prawira
nagara itu seperti apa, nah itu dalam rangka membentuk ideologi, karena ideologi itu dari sejarah,
jadi ideologi ssorang prajurit itu apah, jadi ujung2nya kan pribadi seorang prajurit itu jujur dan setia
cuma itu dua, namun membentuk dua ini pun sulit dari sejarah awal mula bagaimana manusia
mempunyai naluri untuk mempertahankan diri, bagaimana anggota wirayudha ini masuk ke dalam
dirinya sendiri
menit 16.15

bahwa didalam diri sendiri ada naluri mempertahankan diri yang aplikasinya berbeda-beda setiap
orangnya, seperti lari dari sesuatu yang berbahaya pun itu adalah aplikasi naluri mempertahanankan
diri juga adalah bagian dari naluri mempertahankan diri. Semakin kesini disempurnakan tekniknya
yang akhirnya menjadi sebuah keilmuan yang disebut ulin usik atau ulin usik kasumedangan yang
dipegang sebagai keterampilan untuk prajurit keraton sumedang larang yang akhirnya berkembang
yang ada di buku ratuning bala sarewu, ada formasi erang dan sebagainya, nah itu yang disebut
tekhnik-tekhnik mempertahankan diri dan itu di manage, bagaimana menangani masalah seperti
itu, dan tidak harus yang berkenaan dengan masalah fisik saja masalahnya, dan pada akhirnya
Kembali lagi kepada mental spiritual Ketika kita menghadapi masalah, baik masalah psikis atau pun
masalah fisik, jadi membentuk dulu mental, hal ini terjadi Ketika ruh sepiritualnya yang harus siap
dulu, secara garis besar itu penjabaran dari esensi berkenaan dengan SQ, nah aplikasi-aplikasinya
seperti apa?, banyak, termasuk bagaimana kita mengadakan santi aji, santi aji itu kalo dulu dari guru-
guru kami diberitahukan bahwa setiap keilmuan itu ada prosesi adatnya, tapi makin kesini kita main
simple kan, karena sesuatu itu bisa dengan cara yang lainga harus seperti dulu lagi, disanti aji itu
biasanya 1 minggu, ada yang di piceun ka leweung, sama seperti Pendidikan mapala, dan itu
sumbernya sama sama saja,dan harus hidup.

Dan itu adalah pembentukan mental spiritual Ketika kita memberikan dulu wawasan dulu biar tidak
kaget lagi, bahkan kita pernah di cianjur, disana ada raider, raider itu melakukan operasi senyap, ia
terjun ke masyarakat, tetapi jangan sampe seorangpun yang tau (menyamar), kita diperintahankan
oleh guru kita yntuk mencari para raider itu, jenis” memang berbeda beda, ditransformasikan jadi
tidak perlu dipiceun dileuweung dan sebagainya, kan hariini bingung menerangkannya, derr ada
kejadian dan sajabana terus ngadu dan secara hukum dan sejabana, dan apakah baheula tidak ada
yang meninggal? Dan kemidiantidak menjadi perkara, tidak, karena semua sudah dikondisikan,
orang tuanya ridho menyelahkan dia di keprajuritan, lamun ayeuna diberlakukeun kumaha, nah
maksudnya ada transformasikan seperti it, jadi tidak nyeples kaya baheula, sarua baheula ge aya anu
di hakan maung dan sejabanya,

Jadiapakah itu masih diberlakukan?

Ya masih diberlakukan, tapi di transformasikan caranya dan saya sendiri sebagai pelaku waktu itu
masih merasakan mencari tim raider, kita di kasih tugas untuk melihat apasaja mendenganr apa
asaja, dan laporan lah ada yag ,melhat kunti.pocong jng sajabana, ada yg mendengar seuri, ceurik
sajabana, kalo jiwa prajuritnya benar benar sudah tertanam moal aya Bahasa kitu, karena kemudian
aya sora bangkong, bisa saja etateh sandi ti musuh, kan kalo prajuritmah memahaminya begitu,
bukan ke hal mistis,harusnya ada yang mendengar seperti itu melihat seperti itu, harusnya di udag
ditelusuri, dan itu banyak yang gugur karena penilaian guru dan pegakuan murid bisa saja berbeda,
tapi Ketika dipiceun kaditu tos moal aya anu bohong, baru tereleminasi, dan itu saya rasakan, dan
jaman sekarang paling dipiceun di makam umum, ditempat-tempat secara pribadi ku aa di kuasai
teroterina, meh kakontrol

(25.08)

Anda mungkin juga menyukai