Bhan Etika
Bhan Etika
SKRIPSI
Oleh
INAYATUN HANIAH
NIM. 201172279
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh
INAYATUN HANIAH
NIM. 201172279
PERNYATAAN ORISINALITAS
Inayatun Haniah
201172279
iv
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang berkat do’adan usaha, Alhamdulillah sampai detik ini selalu bersyukur
atas nikmat tak terhingga atas ilmu yang bermanfaat.
Saya persembahkan skripsi ini untuk orang yang saya sayangi yang
menjadi motivasi dan penyemangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
terutama untuk ayah saya Sumarno dan Ibu saya Roisatun dan tak lupa kakak
saya Abdul Ma’arif, M.Pd yang telah memberi banyak support dan bantuan dan
adik saya Kuni Afifatuzzahro yang selalu mendukung dan mendo’akan saya
hingga detik ini.
Tak lupa ucapan terimakasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada para
dosen, terutama dosen pembimbing I Ibu Dr. Tuti Indriyani, M.Pd.I dan Dosen
pembimbing II Ibu Elly Surayya, M.Pd.I yang telah meluangkan dan sabar
memberikan bimbingan dan arahan kepada saya, semoga Allah selalu melindungi
dan meninggikan derajatnya di dunia akhirat dan semoga ilmu yang diberikan
kepada saya bisa menuntun saya menjadi manusia yang berharga di dunia dan
bernilai di akhirat. Aamiin
v
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
vii
7. Sahabat-sahabat saya, Isna’atul Rizki dan Nurul Huda
Akhirnya semoga Allah Subhanallohu wa Ta’ala berkenan membalas segala
kebaikan dan amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Inayatun Haniah
NIM: 201172279
viii
Abstrak
Fokus pada skripsi ini membahas tentang etika belajar menurut Syekh
Muhammad Syakir dalam kitab washoya al-abaa'i lil abnaa'i. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep etika menuntut ilmu menurut
Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washoya Al-Abaa'i Lil Abnaa'i. Penelitian
ini menggunakan penelitian pustaka (library research) dimana datanya diperoleh
melalui buku, internet atau majalah.
Kata kunci : konsep etika, menuntut ilmu, Kitab Washoya Al-Abaa’I Lil Abnaa’i
ix
Abstract
Keywords : ethical concept, studying, the book washoya Al-Abaa’I Lil Abnaa’i
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
NOTA DINAS……………………………………………………………..... ii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………… iii
PERSEMBAHAN…………………………………………………………… iv
MOTTO……………………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………. vii
ABSTRAK…………………………………………………………………... ix
ABSTRACT…………………………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 4
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Riwayat Hidup Muhammad Syakir 6
B. Biografi Syekh Muhammad Syakir 7
C. Kajian Teoritik 7
1. Pengertian Etika 7
2. Objek Etika 10
3. Tujuan Mempelajari Etika 11
4. Peranan Etika 12
5. Pengertian Ilmu 13
6. Objek ilmu 14
7. Keutamaan Menuntut Ilmu 16
8. Hukum Menentut Ilmu 17
9. Pengertian Etika Menuntut Ilmu 17
D. Hasil Penelitian Yang Relevan 18
BAB III PENDEKATAN DAN DESAIN PENELITIAN
xi
A. Pemikiran Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Syakir dalam
Kitab Washaya Al-Abaa’ Lil Abnaa’ 19
B. Pendekatan dan Desain Penelitian 25
C. Setting dan Subjek Penelitian 26
D. Jenis dan Sumber Data 28
E. Teknik Pengumpulan Data 28
F. Teknik Analisis Data 31
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 32
H. Jadwal Penelitian 32
BAB IV
A. Temuan Umum 33
B. Temuan Khusus dan Pembahasan 36
1. Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir 36
2. Relevansi Konsep Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad
Syakir dalam Kitab Washaya Al-Abaa’i Lil Abnaa’i dengan
pendidikan Akidah-Akhlak di MI dan MTs 45
BAB V
A. Kesimpulan 48
B. Saran 48
Daftar Pustaka
Foto Dokumentasi
Jadwal Bimbingan
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
jati diri suatu bangsa. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan dan saat proses
pembelajaran sangat penting untuk menerapkan etika yang baik.
Etika merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi setiap
individu dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Islam
menjelaskan bahwa etika sangat perlu untuk diajarkan kepada penuntut ilmu
agar ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat. Banyak sekali kasus yang terjadi di
Indonesia yang mencoreng dunia pendidikan yang merupakan efek dari etika
yang tidak baik dilakukan oleh seorang pelajar. Seperti contohnya adalah
maraknya tawuran antar pelajar serta tindakan tidak terpuji yang lain yang
sering terjadi pada lingkungan masyarakat
Perilaku yang tidak baik yang muncul saat ini dalam dunia pendidikan
merupakan problematika yang berasal dari proses menuntut ilmu. Sebagai
seorang penuntut ilmu atau orang yang terpelajar, sudah seharusnya penuntut
ilmu jauh dari etika yang tidak terpuji. Dunia pendidikan tanah air saat ini
dalam proses pendidikan lebih berfokus pada nilai yang menjadi tolak ukurnya
dan sering terlupa tujuan akhir dari proses menuntut ilmu yang juga tertuang
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu untuk
membentuk manusia yang bermartabat dan mempunyai etika yang baik sebagai
bekal hidupnya dalam bermansyarakat bukan manusia yang tidak memiliki
etika dan kering rohani.
Melihat maraknya masalah yang terjadi dimasyarakat, sangat penting
untuk melakukan perubahan dan mengajarkan etika kepada penuntut ilmu.
Syaikh Muhammad Syakir bin Shȃlih Al-Utsaimȋn merupakan seorang ulama
yang banyak menulis kitab tentang etika atau ahklakul karimah bagi seorang
penuntut ilmu. Syaikh Muhammad Syakir bin Shȃlih Al-Utsaimȋn hidup pada
masa kemajuan islam namun pada masa tersebut moral ataupun etika
manusianya pada masa itu sangat rendah. Dan oleh karenanya, Syekh
Muhammad Syakir merupakan tokoh yang memiliki peran dalam memberikan
titik terang pada permasalahan yang timbul dalam dunia pendidikan terutama
tentang etika.
4
menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washoya Al- Abaa’I Lil
Abnaa’i.
C. Rumusan Masalah
Uraian diatas telah memberikan gambaran masalah yang akan dibahas, untuk
itu rumusan masalah dari penelitian ini ialah
1. Bagaimana konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir
dalam Kitab Washoya Al-Abaa’i Li Abnaa’i?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a) Tujuan Penelitian
Penulis dapat mengambil beberapa tujuan yang akan dicapai dari penelitian
ini, yakni :
1. Agar mengetahui konsep menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad
Syakir dalam kitab Washoya Al-Abaa’i Lil Abnaa’i.
b) Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gelar sarjana S1
2. Isi dari pembahasan penelitian bisa memperluas khasanah ilmu
pengetahuan dalam pendidikan
3. Memupuk sikap sadar betapa pentingnya Etika bagi penuntut ilmu
4. Tolak ukur untuk penuntut ilmu supaya bersikap dan beretika yang baik
5. Menyumbangkan tulisan ilmiah yang berguna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Riwayat Hidup Muhammad Syakir
Syekh muhammad Syakir merupakan seorang ulama sekaligus pengarang
kitab washaya al abaa’I li abnaa’i. beliau lahir di jurja pada pertengahan syawal
1282. Ayahnya Ahmad bin Abdul Qodir bin Abdul Waris seorang kepala
hakim di sudan. (Bruinessen, 1995:160).
Syekh Muhammad Syakir memulai pendidikan sejak usianya masih
sepuluh tahun dan ayahnya merupakan guru utamanya. Muhammad Syakir
belajar berbagai macam ilmu, termasuk ilmu syair dan sastra Arab dari Asy-
Syaikh Abdussalam Al-Faqi dan juga ilmu hadist.
Ayah Syekh Muhammad Syakir selain sebagai seorang hakim, ia juga
merupakan seorang wakil rektor di Universitas Al-Azhar dan Syekh
Muhammad Syakir merupakan salah satu mahasiswa di universitas al-azhar.
Dan beliau berguru dengan beberapa ulama, yaitu: Asy Syaikh Ahmad Ays-
Syingithi, Asy-Syaikh Syakir Al-iraqi dan Syekh Jamaluddin Al Qasimi.
Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang yang mempunyai tingkat
sabar yang luar biasa serta mempunyai hapalan yang sangat kuat. Beliau
mampu memahami hadist dan mampu mengungkapkannya dengan akal dan
nash. (https://ahlulhadits.wordpress.com/2007/09/26/syaikh-ahmad-syakir/ ,di
akses 18 Januari 2021, 09.30 WIB).
Selama hidup, Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang hafidz Al-
Qur’an. Pada tahun 1307 H, beliau diberi amanah untuk memberi fatwa dan
menduduki jawaban sebagai ketua mahkamah mudiniyah Al-Qulyubiyyah dan
dipilih menjadi hakim yang syar’i di Sudan dan beliau juga merupakan seorang
tokoh pembaharuan di Universitas Al-Azhar (Abdullah, 2002:172).
Muhammad Syakir ditunjuk menjadi seorang ulama Iskandaria pada
tahun 1322 H dan mampu mengembalikan kejayaan Islam. Ketika menjabat
sebagai seorang wakil para guru Al-azhar beliau menggunakan kesempatan itu
untuk mendirikan Jami’iyyah Tasyni’iyyah pada tahun 1913 H
(Abdullah,2002: 173).
6
7
condong cerdas dalam memutuskan segala sesuatu. Hal ini sesuai dalam
alqur’an surah al-maidah ayat 100 yang artinya (Depag RI, 2005) :
Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethikos”
dan “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal
yang biasa; padang rumput; kandang; habitat; kebiasaan; adat; akhlak;
watak; perasaan; sikap; dan cara berpikir. Menurut KBBI, Etika dapat
diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
seperti yang dikutip oleh Abudin Nata, etika adalah ilmu yang mempelajari
soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat
merupakan perimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
dapat merupakan perbuatan ( Nata. 2011).
2. Objek Etika
Objek etika menurut Franz Magnis Suseno dalam Rakhmat (2013),
adalah pernyataan moral. Apabila diperiksa dari segala macam moral, pada
dasarnya hanya ada dua macam, yakni; pernyataan tentang tindakan
manusia sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti
watak.
Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang
moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika
sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat dihampiri
berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu:
a. Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti
luas seperti: adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan
yang diperbolehkan atau tidak. Etika deskriptif mempelajari moralitas
yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultur tertentu. Oleh
karena itu etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian apa pun, ia
hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Misalnya:
Penggambaran tentang adat mengayau kepala pada suku primitif.
b. Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat
mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara
lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak.
Etika normatif berarti sistemsistem yang dimaksudkan untuk
memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang
menyangkut baik atau buruk. Etika normatif ini dibagi menjadi dua,
yaitu:
• Etika umum, yang menekankan pada tema-tema umum seperti: Apa
yang dimaksud norma etis? Mengapa norma moral mengikat kita?
Bagaimana hubungan antara tanggungjawab dengan kebebasan?
• Etika khusus, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum
ke dalam perilaku manusia yang khusus.Etika khusus juga
dinamakan etika terapan.
c. Metaetika, yaitu kajian etika yang ditujukan pada ungkapanungkapan
11
ِ ت َويُؤْ ِم ْن ِبا ه
لّٰلاا َّ الر ْشدُ ِمنَ ْالغَي ِ فَ َم ْن َي ْكفُ ْر ِب
ُ لطا
ِ غ ْو ِ َ َٰۤل اِ ْك َراهَ فِى
ُّ َالدي ِْن ۗ قَ ْد تَ َبيَّن
)٢٥٦ : ع ِل ْي ٌم (البقرة َ س ِم ْي ٌع ام لَ َها ۗ ِو ه
َ ُلّٰلاا َ ص َ االعُ ْر َوةِ ْال ُو ْث َٰقى ََلا ْن ِف
ْ سكَ ِب
َ فَقَدِا ْستَ ْم
Artinya: "Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya sudah nyata
petunjuk dari pada kesesatan". (QS. Al-Baqarah : 256)
Ketiga, perubahan sosial, budaya dan moral yang terjadi saat ini, sering
digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk
memancing di air yang keruh.Pihak-pihak itu berdalih dengan
menawarkan ideologi-ideologi yang dibawa sebagai obat
penyelamat, sehingga muncul aliran-aliran yang aneh dan
menyimpang dari akal sehat.Untuk itu etika diperlukan untuk
menghadapi ideologi-ideologi ini melalui tinjauan kritis dan
objektif dalam membentuk penilaian, agar tidak terlalu mudah
terpancing atau terpengaruh ajaran yang dibawanya.
Ilmu dibagi menjadi dua, yaitu ilmu dhorȗrȋ dan ilmu nazhorȋ. Ilmu
dhorȗrȋ adalah yang onyek pengetahuan di dalamnya bersifat semi pasti,
tidak perlu pemikiran dan pembuktian. Misalnya pengetahuan bahwa api itu
panas. Sedangkan ilmu nazhorȋ adalah yang membutuhkan pemikiran dan
pembuktian. Misalnya pengetahuan mengenai kewajiban berniat dalam
berwudhu (Muhammad bin Shalih Al-utsmani. 2006).
Ilmu yang dianjurkan oleh Islam untuk dipelajari dan ditunjukkan oleh
al- Qur‟an untuk digali adalah setiap ilmu pengetahuan yang didasari
olehdalil-dalil, karena itu para ulama kaum muslimin tidak menganggap
taqlid (ikut-ikutan) sebagai ilmu, sebab taqlid tidak lebih dari “mengekor
pada pendapat orang lain” tanpa mengetahui alasannya. Nabi Muhammad
shallallȃhu „alaihi wasallam bersabda:
Hadist nabi
6. Objek Ilmu
Objek dari ilmu pengetahuan adalah apa saja, mulai dari manusia
hingga seluruh alam nyata yang dalam hal ini objeknya harus bersifat
empiris dan terukur. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian
obyek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia dan inilah yang
membedakan dengan agama yang jangkauannya sampai pada obyek yang
15
Menurut pandangan Al-Gazali, ilmu dapat dilihat dari dua segi, yaitu
ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai obyek. Melalui segi proses, Al-
Ghazali membagi ilmu menjadi ilmu hissiyah, ilmu aqliyah dan ilmu
ladunni. Ilmu hissiyah diperoleh manusia melalui penginderaan (alat indra),
sedangkan ilmu aqliyah diperoleh melalui kegiatan berfikir (akal).
Sedangkan ilmu ladunni diperoleh langsung dari Allah, tanpa melalui proses
penginderaan atau pemikiran (nalar), melainkan melalui hati, dalam bentuk
ilham (Jalaluddin. 1994).
ٱَّللُ لَ ُك ۡ ۖۡم
َّ ح ِ س َ س ُحواْ فِي ۡٱل َم َٰ َج ِل ِس فَ ۡٱف
َ س ُحو ْا َي ۡف َّ ََٰ ََٰٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ ِإذَا قِي َل لَ ُك ۡم تَف
ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِمن ُك ۡم َوٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم َّ ش ُزواْ َي ۡرفَ ِع ُ ش ُزواْ فَٱن ُ َوإِذَا قِي َل ٱن
يرٞ ٱَّللُ ِب َما تَعۡ َملُونَ َخ ِب
َّ دَ َر َٰ َج ٖۚت َو
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
yang mendengar dengan orang yang tuli, dan orang yang melihat dengan
orang yang buta. Ilmu adalah cahaya yang bisa dijadikan petunjuk oleh
manusia sehingga mereka bisa keluar dari kegelapan menuju cahaya terang.
Karena ilmu menjadi sebab diangkatnya derajat orang-orang yang
dikehendaki Allah subhȃnahu wa ta‟ȃlȃ.
8. Hukum MenuntutIlmu
Mencari ilmu syar‟i adalah fardhu kifayah, apabila ada orang yang
sudah mempelajarinya maka hukumnya menjadi sunnah bagi yang lainnya.
Tetapi terkadang mencari ilmu ini menjdi fardhu „ain bagi manusia.
Menurut Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu
terbagi dua, yaitu:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat,
puasa.Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan
bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang
pembagian hak, tentang pelaksanaan hukum qishas, cambuk,
potong tangan dan lain sebagainya.
3. Hasil penelitian Alfian Haikal yang berjudul Akhlak Belajar dalam Kitab
Ta‟lȋm Al-Muta‟allim. Pada penelitian tersebut dibahas mengenai sosok
Syaikh Al-Zamuji yang merupakan penulis kitab ta’lim al-muta’allim serta
nebyikapi beberapa pemikiran tokoh tersebut mengenai akhlak.
BAB III
PEMIKIRAN SYEKH MUHAMMAD SYAKIR
19
20
belajar mengajar bisa berjalan dengan baik dan tenag tanpa hal-hal lain yang
bisa mengurangi konsentrasi para siswa. Apabila siswa belum memahami
pelajaran bisa ditanyakan kepada pendidik dengan tegas tidak ada rasa malu.
Dan pada saat pendidik mengulang menjelaskan, maka siswa harus
mendengarkan dengan baik, agar bisa di fahami.
Jadi ketika akan memulai proses pembelajaran para siswa harus
mempersiapkan segala yang di butuhkan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, selain perlengkapan belajar mengajar para siswa harus
membersihkan ruangan kelas agar ketika pelajaran berlangsung terasa aman
dan bersih.
5.Patuh pada Aturan
Pada setiap tempat sudah pasti ada yang namanya tata terbib ataupun
aturan yang telah ditetapkan, begitu pula dengan sekolah. Peraturan yang
telah ditetapkan tersebut harus dipatuhi oleh para siswa. Apabila terdapat
siswa yang melanggar peraturan tersebut maka sudah ada sanksi yang telah
ditetapkan. Tidak hanya sanksi saja, akan tetapi ada yang namanya guru BK
yang mana tugas guru BK tersebut adalah memberikan arahan kepada siswa
yang melanggar aturan tersebut. Sesuai dengan yang telah tertulis dalam
kitab:
َّب فَ ْي ِه
َ َو َحب.ُهللا َرفَعَه ِ ض َع َ فَ َم ْن ت ََو. ب ُ ِاز ْي َنةُ ْال ِع ْل ِم للتَّ َوا: ي
ُ َض ُع َو ْاَلَد َّ َيا بُ َن
فَ ََل. ضهُ هللاُ اِلَ ْي ِه ْم
َ َّط ِم ْن ا َ ْعي ُِن ال َّنا ِس َو َبغ َ َسق
َ ب َ َ خ َْلقَهُ َو َم ْن تَ َكب ََّر َوا
َ َسا َء ْاَلَد
.علَ ْي ِه َ َي َكادُ َي ِجدُ اِ ْن
َ سا ًنا يُ ِك ْر ُمهٌ ا َ ْويُ ْش ِف ُق
Artinya: “Wahai anak ku tawadlu’ atau merendahkan hati dan akhlak yang
baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa
tawadlu’ karena Allah maka akan diangkatlah derajatnya. Allah
akan menjadikan seluruh makhlukNya cinta dan hormat
kepadanya. Barangsiapa takabur dan berakhlak tercela maka
jatuhlah martabatnya.Allah akan menjadikan seluruh makhluk
membenci dirinya, dan tidak mungkin ada orang yang
menghormati, memulyakan, dan menyayanginya”.
Dengan demikian, pada proses mencari ilmu para siswa harus
mempunyai sifat yang rendah hati, karena sifat rendah hati itulah yang akan
menghantarkam siswa tersebut ke kepribadian yang baik. Sifat rendah hati
merupakan akhlak yang baik yang disenangi oleh semua pendidik. Dengan
berakhlak baik seorang pendidik akan meridhoi segala ilmu yang telah
diberikan selama proses belajar mengajar. (Sunarto, 2011:45-51).
Seperti yang terkutip dalam kitab yaitu:
Siswa diwajibkan berperilaku yang sopan, seperti yang telah di kutip
dalam kitab ini:
untuk penelitian kepustakaan jauh lebih luas bahkan tidak mengenal batas
ruang. Setting penelitian merupakan patokan di mana lokasi tersebut
dilaksanakan. Sebelum menyebutkan lokasi penelitian, ada baiknya untuk
menyebutkan ciri khusus dari penelitian kepustakaan untuk membedakan
setting penelitian kepustakaan dengan penelitian lain seperti penelitian
lapangan.
Penelitian kepustakaan memiliki beberapa ciri khusus, antara lain;
pertama penelitian ini berhadapan langsung dengan teks atau data angka, bukan
dengan lapangan atau saksi mata (eyewitness), berupa kejadian, orang atau
benda-benda lain. Kedua, data bersifat siap pakai (readymade), artinya peneliti
tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan sumber
yang sudah ada di perpustakaan. Ketiga, data diperpustakaan umumnya adalah
sumber data sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh data dari tangan
kedua bukanasli dari tangan pertama dilapangan. Keempat, kondisi data di
perpustakaan tidak dibagi oleh ruang dan waktu (Zed, 2004).
Berdasarkan ciri di atas, penelitian ini dilakukan di perpustakaan yang
mengoleksi data-data mengenai konsep etika menuntut ilmu, lebih khususnya
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi sebagai sarana untuk
melakukan penelitian kepustakaan serta perpustakaan umum UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Selain itu, data juga ditemukan di toko-toko buku,
kitab dan Internet. Dari berbagai tempat tersebut, perpustakaanlah yang paling
kaya data dan mudah ditemukan.
C. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sesuai dengan obyek
kajian penelitian ini, maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian kepustakaan (library research), yaitu:
pertama, dengan mencatat semua temuan mengenai motivasi konsumsi secara
umum pada setiap pembahasan penelitian yang didapatkan dalam
literatur-literatur dan sumber-sumber, dan atau penemuan terbaru
mengenai prilaku motivasi konsumsi yang dapat mempengaruhi
siklus penawaran dan permintaan pada pasar. Setelah mencatat,
27
kedua, memadukan segala temuan, baik teori atau temuan baru pada prilaku
yang terjadi pada temuan terbaru dan valid.
Ketiga, menganalisis segala temuan dari berbagai bacaan, berkaitan dengan
kekurangan tiap sumber, kelebihan atau hubungan masing-masing
tentang wacana yang dibahas di dalamnya. Terakhir adalah
mengkritisi, memberikan gagasan kritis dalam hasil penelitian
terhadap wacana-wacana sebelumnya dengan menghadirkan temuan
baru dalam mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran yang berbeda,
utamanya dalam tulisan ini adalah pemikiran al-Ghazali dan
Abraham Maslow tentang model motivasi konsumsi.
Menurut Kaelan, dalam penelitian kepustakaan kadang memiliki
deskriptif dan juga memiliki ciri historis (Kaelan, 2010). Dikatakan historis
karena banyak penelitian semacam ini memiliki dimensi sejarah, termasuk di
dalamnya penelitian agama, misalnya tentang karya tokoh pemikir keagamaan
masa lalu seperti imam al-Ghazali dan lain sebagainya. Penelitian karya-karya
tokoh agama tersebut termasuk penelitian kepustakaan (Kaelan, 2010).
Penelitian kepustakaan ini bisa meliputi kritik pemikiran, penelitian sejarah
agama, dan dapat pula penelitian tentang karya tertentu atau naskah tertentu
(Kaelan, 2010). Oleh karenanya penelitian kepustakaan akan menghadapi
sumber data berupa buku-buku yang jumlahnya sangat banyak sehingga
memerlukan motode yang memadai. Untuk itu dalam penelitian kepustakaan,
mengumpulkan buku harus secara bertahap, sebab akan kesulitan apabila tidak
demikian.
Untuk mendapatkan segala kebutuhan tersebut di atas, bisa dihasilkan
melalui perpustakaa, toko buku, journal, pusat penelitian dan jaringan internet
dengan mengakses wacana dan info mengenai kitab washoya karangan Syekh
Muhammad Syakir. Dengan menggunakan data-data dari berbagai referensi
baik primer maupun sekunder. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi, yaitu dengan jalan membaca (text reading), mengkaji,
mempelajari, dan mencatat literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang
dibahas dalam tulisan ini.
28
itu dilakukan, maka akan menyita waktu dan akan mengurangi efisiensi
waktu penelitian. Tahap ini ialah dengan tidak membaca secara keseluruhan
melainkan dengan menangkap sinopsis dari buku, bab, subbab sampai pada
bagian terkecil dari buku, hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui
peta penelitian, hasilnya akan dicatat dalam kartu data dan diberikan kode
sesuai dengan peta dan kategori penelitian yang dilakukan.
2. Membaca pada tingkat semantik. Membaca data yang telah dikumpulkan
dengan lebih terperinci, terurai dan menangkap esensi dari data tersebut. Hal
ini membutuhkan ketekunan dan waktu yang cukup lama. Tiap poin yang
dibaca dilakukan analisis dalam data tersebut. Peneliti harus mendahulukan
data yang bersifat primer, jika sudah dianggap cukup selanjutnya
mengumpulkan data yang bersifat sekunder. Setelah membaca secara
semantik dilakukan, dicatat dalam kartu data, tahapan pencatatan dalam
kartu ada di antaranya:
a. Mencatat secara qoutasi, yaitu dengan mencatat kutipan langsung tanpa
merubah sedikitpun redaksi sumber data atau dari penulis karya tersebut,
biasanya untuk mencatat terminologi-terminologi kunci untuk
mengembangkan interpretasi yang lebih luas.
b. Mencatat secara paraphrase, dengan menangkap intisari dari data dengan
redaksi kata yang disusun oleh peneliti sendiri. Proses ini bisa dilakukan
dengan analisis verstehen untuk menagkap intisari dari data yang berupa
uraian panjang lebar, lalu diambil intisari pemahaman dari uraian
panjang tersebut menjadi kalimat singkat dan padat agar dengan mudah
terekam pada kartu data.
c. Mencatat secara sinoptik, mencatat model ini lebih pada ringkasan,
artinya setelah membaca bagian atau sub bagian data kategori tertentu,
kemudian peneliti membuat ringkasan atau sinopsis yang harus
benarbenar persis sama secara logis dari data yang dibaca.
d. Mencatat secara presis. Mencatat model ini adalah kelanjutan dari
mencatat secara sinoptik. Seletah mencatat secara sinoptik, peneliti akan
menghadapi hasil dari catatan sinoptik yang banyak, maka perlu
31
33
34
belajar berbagai macam ilmu, termasuk ilmu syair dan sastra Arab dari Asy-
Syaikh Abdussalam Al-Faqi dan juga ilmu hadist.
Ayah Syekh Muhammad Syakir selain sebagai seorang hakim, ia juga
merupakan seorang wakil rektor di Universitas Al-Azhar dan Syekh
Muhammad Syakir juga merupakan mahasiswa di universitas tersebut. Di sana
beliau belajar dari beberapa orang ulama, diantaranya: Asy Syaikh Ahmad
Ays-Syingithi, Asy-Syaikh Syakir Al-iraqi dan Syekh Jamaluddin Al Qasimi.
Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang yang memiliki kesabaran
yang tinggi dan memiliki hapalan yang sangat kuat. Beliau mampu memahami
hadist dan mampu mengungkapkannya dengan akal dan nash.
(https://ahlulhadits.wordpress.com/2007/09/26/syaikh-ahmad-syakir/ ,di akses
18 Januari 2021, 09.30 WIB).
Ketika hidupnya, Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang hafidz
Al-Qur’an. Pada tahun 1307 H, beliau diberi amanah untuk memberi fatwa dan
menduduki jawaban sebagai ketua mahkamah mudiniyah Al-Qulyubiyyah dan
dipilih menjadi hakim yang syar’i di Sudan dan beliau juga merupakan seorang
tokoh pembaharuan di Universitas Al-Azhar (Abdullah, 2002:172).
Muhammad Syakir ditunjuk menjadi seorang ulama Iskandaria pada
tahun 1322 H dan mampu mengembalikan kejayaan Islam. Ketika menjabat
sebagai seorang wakil para guru Al-azhar beliau menggunakan kesempatan itu
untuk mendirikan Jami’iyyah Tasyni’iyyah pada tahun 1913 H
(Abdullah,2002: 173).
Muhammad Syakir adalah juga seorang yang cerdas serta gagah berani
yang hanya takut kepada sang pencipta. Pada masa sisa umurnya ia mengalami
sakit berupa lumpuh. Beliau seorang yang amat sangat sabar meski berbagai
cobaan datang menghampirinya.
b. Kekurangan kitab washaya al-abaa’I li abnaa’i
Adapun beberapa kekurangan dari kitab washaya al-abaa’I li abnaa’I
karangan syekh Muhammad syakir:
1. Kitab ini belum terkenal luas oleh para penuntut ilmu
2. Untuk kitab kuningnya sulit fi cari
36
ض َها
ِ ع ْر َ س ئَلَ ٍة ِمنَ ْال َم
ْ سا ِئ ِل فَ ََل تَ ْستَ ْن ِك
َ ف ِم ْن ْ علَيْكَ ْاَلَ ْم ُرفِى َم َ َواذَا ا َ ْش َك َل
ِلتَ ْست َِر كَ َم َعهُ فِى فَ ْه ِم َها, َع َلى ا َ َح ِد ا ِْخ َوانِك
َ
Artinya: “Bila engkau menjumpai kesulitan jangan ragu untuk bertanya
dan mendiskusinkannya dengan temanmu”.
Ada beberapa tujuan dari dilakukannya diskusi:
1) Memberikan rasa semangat siswa untuk berfikir
2) Para siswa dapat mengaplisasikan pendapatnya masing-masing
3) Memberikan wawasan yang luas untuk peserta didik
40
.ًَو ََل تَ ْنتَ ِق ْل ِم ْن َم ْسئَلَ ِة اِلَى ا ُ ْخ َرى قَ ْب َل فَ ْه ِم ْاَلُ ْولَى فَ ْه ًما َج ِيد
ْ ع َّي َنهُ لَكَ ِمنَ الد ُُّر ْو ِس فَ ََل تَجْ ِل
س ِفى ْ سكَ اَْلُ ْستَاذُ ِف ْى َم َكا نِكَ الَّ ِذ
َ ى َ ََو ِاذَا اَجْ ل
غي ِْر ِه
َ
Artinya: “Dan jangan engkau alihkan kemasalah lain, sebelum tuntas
masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik”.
Jadi siswa sudah seharusnya menghadapi pelajaran dalam waktu
yang secukupnya, tidak semuanya beruntun. Karena dengan belajar
secara terus menerus akan menumbuhkan tingkat kejenuhan yang kuat,
41
dan juga siswa dihadapkan dengan segudang materi sudah jelas tidak
akan bisa untuk memahaminya.
6. Patuh dengan aturan
Sudah jelas, bahwasannya setiap tempat memiliki aturan yang telah
berlaku, sama hal nya dengan sekolah. Para siswa sudah seharusnya
mematuhi segala aturan yang telah di tetapkan oleh sekolah yang terkait.
Adapun sanksi bagi siswa yang melanggar aturan tersebut. Sanksi
tersebut diberikan sesuai dengan pelanggaran yang telah di lakukan
(Sunarto, 2011:47).
Menurut ini menyebutkan :
َُّب فَ ْي ِه خ َْلقَه
َ َو َحب.ُهللا َرفَ َعه َ فَ َم ْن ت ََو. ب
ِ ض َع ُ ِاز ْي َنةُ ْال ِع ْل ِم للتَّ َوا
ُ َض ُع َو ْاَلَد
ُ فَ ََل َي َكاد. ضهُ هللاُ اِلَ ْي ِه ْم َ َسق
َ َّط ِم ْن ا َ ْعي ُِن ال َّنا ِس َو َبغ َ َسا َء ْاَلَد
َ ب َ َ َو َم ْن تَ َكب ََّر َوا
.علَ ْي ِه َ َي ِجدُ اِ ْن
َ سا ًنا يُ ِك ْر ُمهٌ ا َ ْويُ ْش ِف ُق
Artinya: “Wahai anak ku berendah hati dan berperilaku baik, karena
berperilaku baik akan menjadi perhiasan ilmu pengetahuan.
Barang siapa yang rendah hati, akan Allah angkat derajatnya.
Allah juga menjadikan makhluk yang di cintanya patuh
44
48
Daftar Pustaka
49
50
Sya’ban, Mokh. 2014. Etika Keilmuan : Sebuah Kajian Filsafat Ilmu. Jurnal
Teologia Vo. 25 No. 1
Sabri, Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Wahyudi, M. Jindar. 2006. Nalar Pendidikan Qur’an. Yogyakarta : Apeiron
Philotes
Ya’qub, Hamzah. 1988. Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu
Pengantar), Bandung : Diponegoro
Syaki, Muhammad. 1326 Washoya al-abnaa’. Semarang : Toha Putra.
Syakir Muhammad. 2008. Jangan Engkau Tambah Dosaku. Bandung : Akidah
Akhlak
51
Prestasi
1. Juara 3 Da’i MTQ Tingkat Jurusan PAI 2020
2. Juara 1 Syarhil Qur’an MTQ Tingkat Jurusan PAI Tahun 2019
3. Juara 3 Lomba Berzanzi (Nazdom) MTQ Tingkat Desa Penerokan 2017