Anda di halaman 1dari 69

KONSEP ETIKA MENUNTUT ILMU MENURUT SYEKH

MUHAMMAD SYAKIR DALAM KITAB WASHAYA


AL ABAA ‘I LI ABNAA’I

SKRIPSI

Oleh

INAYATUN HANIAH
NIM. 201172279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDIN
JAMBI
2021
KONSEP ETIKA MENUNTUT ILMU MENURUT SYEKH
MUHAMMAD SYAKIR DALAM KITAB WASHAYA
AL ABAA ‘I LI ABNAA’I

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh

INAYATUN HANIAH
NIM. 201172279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDIN
JAMBI
2021
ii
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jalan Lintas Jambi-MuaroBulian KM. 16 Simpang Sungai Duren Kab. Muaro
Jambi. Telp./Fax : (0741) 583183 – 584118 website : www.iainjambi.ac.id

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun


sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip


dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan


hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.

Jambi, 29 April 2021


Penulis

Inayatun Haniah
201172279

iv
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang berkat do’adan usaha, Alhamdulillah sampai detik ini selalu bersyukur
atas nikmat tak terhingga atas ilmu yang bermanfaat.

Saya persembahkan skripsi ini untuk orang yang saya sayangi yang
menjadi motivasi dan penyemangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
terutama untuk ayah saya Sumarno dan Ibu saya Roisatun dan tak lupa kakak
saya Abdul Ma’arif, M.Pd yang telah memberi banyak support dan bantuan dan
adik saya Kuni Afifatuzzahro yang selalu mendukung dan mendo’akan saya
hingga detik ini.

Tak lupa ucapan terimakasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada para
dosen, terutama dosen pembimbing I Ibu Dr. Tuti Indriyani, M.Pd.I dan Dosen
pembimbing II Ibu Elly Surayya, M.Pd.I yang telah meluangkan dan sabar
memberikan bimbingan dan arahan kepada saya, semoga Allah selalu melindungi
dan meninggikan derajatnya di dunia akhirat dan semoga ilmu yang diberikan
kepada saya bisa menuntun saya menjadi manusia yang berharga di dunia dan
bernilai di akhirat. Aamiin

v
MOTTO

‫ٱَّللُ لَ ُك ۡ ۖۡم َوإِذَا قِي َل‬


َّ ‫ح‬ ِ ‫س‬ َّ َ‫َٰ ََٰٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ إِذَا قِي َل لَ ُك ۡم تَف‬
َ ‫س ُحواْ فِي ۡٱل َم َٰ َج ِل ِس فَ ۡٱف‬
َ ‫س ُحواْ َي ۡف‬
َّ ‫ٱَّللُ َّٱلذِينَ َءا َمنُواْ ِمن ُك ۡم َو َّٱلذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم دَ َر َٰ َج ٖۚت َو‬
‫ٱَّللُ ِب َما‬ َّ ‫ش ُزواْ َي ۡرفَ ِع‬ ُ ‫ش ُزواْ فَٱن‬ُ ‫ٱن‬
‫ير‬ٞ ‫تَعۡ َملُونَ َخ ِب‬
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Mujadilah : 11)

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah Subhanallohu wa Ta’ala, Rabb yang


maha ‘Alim yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang di ajarkan-Nya,
sehingga skripsi ini dapat di rampungkan, Sholawat dan salam atas kepada Nabi
Muhammad Sollallohu alaihi Wassalam, pembawa risalah pencerahan bagi
manusia.
Penulisan skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan
motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis
menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada
1. Bapak Rektor Prof. Dr. Su’aidi Asyari, MA. Ph.D, selaku rektor UIN Sulthan
Thaha Saifudi Jambi.
2. Ibu Dekan Dr. Hj. Fadhilah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
3. Bapak Muklis, S.Ag M.Pd. I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam dan Bapak Habib Muhammad, S. Ag M. Ag selaku Sekretaris Program
Studi Pendidikan Agama Islam.
4. Ibu Dr. Tuti Indriyani, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Elly
Surayya, M. Pd selaku Dosen Pembimbing II.
5. Segenap dosen dan karyawan/karyawati UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
6. Orang Tua dan keluarga yang sudah memberikan motivasi tiada henti hingga
menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii
7. Sahabat-sahabat saya, Isna’atul Rizki dan Nurul Huda
Akhirnya semoga Allah Subhanallohu wa Ta’ala berkenan membalas segala
kebaikan dan amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Jambi, 29 April 2021


Penulis,

Inayatun Haniah
NIM: 201172279

viii
Abstrak

Nama : Inayatun Haniah


Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir
Dalam Kitab Washoya Al-Abaa’I Lil Abnaa’i

Fokus pada skripsi ini membahas tentang etika belajar menurut Syekh
Muhammad Syakir dalam kitab washoya al-abaa'i lil abnaa'i. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep etika menuntut ilmu menurut
Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washoya Al-Abaa'i Lil Abnaa'i. Penelitian
ini menggunakan penelitian pustaka (library research) dimana datanya diperoleh
melalui buku, internet atau majalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep etika menuntut ilmu menurut


Syekh Muhammad Syakir dalam kitab washoya al-abaa'i lil abnaa'i yaitu belajar
sungguh-sungguh dan semangat tinggi, manajemen waktu, membaca dan
memahami pelajaran, melaksanakan diskusi, belajar secara bertahap, taat pada
aturan, menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, lebih memuliakan
pendidik daripada orang tua, ahklak terpuji dan mencari ridho pendidik.

Kata kunci : konsep etika, menuntut ilmu, Kitab Washoya Al-Abaa’I Lil Abnaa’i

ix
Abstract

Name : Inayatun Haniah


Study Program : Islamic education
Title : The Ethical Concept of Demanding Knowledge According to
Sheikh Muhammad Syakir in the Washoya Al-Abaa'i Lil Abnaa'i
Book

This focus in research is the ethics of studying according to Syekh


Muhammad Syakir in the book washoya al-abaa'i lil abnaa'i. The purpose of this
study was to determine the ethics of studying according to Syekh Muhammad
Syakir in the Washoya Al-Abaa'i Lil Abnaa'i Book. This research uses library
research (library research) in which data is obtained through books, books or
magazines.

The results showed that the ethical concept of studying knowledge


according to Sheikh Muhammad Syakir in the book washoya al-abaa'i lil abnaa'i,
namely Real Learning and High Spirit, time management, reading and
understanding lessons, carrying out discussions, learning patiently, obeying rules,
create conducive situations and conditions, honor teachers more than parents,
have good morals, and seek the approval of educators.

Keywords : ethical concept, studying, the book washoya Al-Abaa’I Lil Abnaa’i

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
NOTA DINAS……………………………………………………………..... ii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………… iii
PERSEMBAHAN…………………………………………………………… iv
MOTTO……………………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………. vii
ABSTRAK…………………………………………………………………... ix
ABSTRACT…………………………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 4
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Riwayat Hidup Muhammad Syakir 6
B. Biografi Syekh Muhammad Syakir 7
C. Kajian Teoritik 7
1. Pengertian Etika 7
2. Objek Etika 10
3. Tujuan Mempelajari Etika 11
4. Peranan Etika 12
5. Pengertian Ilmu 13
6. Objek ilmu 14
7. Keutamaan Menuntut Ilmu 16
8. Hukum Menentut Ilmu 17
9. Pengertian Etika Menuntut Ilmu 17
D. Hasil Penelitian Yang Relevan 18
BAB III PENDEKATAN DAN DESAIN PENELITIAN

xi
A. Pemikiran Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Syakir dalam
Kitab Washaya Al-Abaa’ Lil Abnaa’ 19
B. Pendekatan dan Desain Penelitian 25
C. Setting dan Subjek Penelitian 26
D. Jenis dan Sumber Data 28
E. Teknik Pengumpulan Data 28
F. Teknik Analisis Data 31
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 32
H. Jadwal Penelitian 32
BAB IV
A. Temuan Umum 33
B. Temuan Khusus dan Pembahasan 36
1. Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir 36
2. Relevansi Konsep Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad
Syakir dalam Kitab Washaya Al-Abaa’i Lil Abnaa’i dengan
pendidikan Akidah-Akhlak di MI dan MTs 45
BAB V
A. Kesimpulan 48
B. Saran 48
Daftar Pustaka
Foto Dokumentasi
Jadwal Bimbingan

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Untuk mengikuti kemajuan jaman yang terus berkembang, setiap
manusia harus senantiasa mengembangkan kemampuan dan pengetahuan diri.
Untuk bisa menyelaraskan kemampuan diri demi kemajuan dalam hidup
manusia perlu melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan dengan
pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan hal yang perlu
mendapatkan perhatian lebih serius agar generasi yang ada dapat mengikuti
tuntutan dan perkembangan jaman demi kemajuan masyarakat. Sejalan dengan
yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa pelaksanaan pendidikan di Indonesia bukan hanya untuk
membentuk manusia yang cerdas dalam pengetahuan, tetapi juga memiliki
akhlak yang baik.
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar dalam
membimbing, mengajar serta melatih peserta didik untuk dapat berperan
dimasa yang akan datang (Wiarta dan Putra.2019:1). Menurut Islam sebagai
agama yang kita anut, menuntu ilmu adalah kewajiban dan bertujuan agar
menjadikan manusia yang baik, dan memiliki akhlakul karimah serta memiliki
keterampilan untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT (Wahyudi, 2006:62).
Untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera didunia dan diakhirat
manusia membutuhkan ilmu, oleh sebab itu menuntut ilmu hukumnya adalah
wajib dan Menuntut ilmu yang didasari untuk keimanan kepada Allah SWT
merupakan hal yang mulia. Nabi Muhammad SAW telah berkata bahwa Allah
akan memudahkan orang yang menuntut ilmu dan Allah menyukai hal tersebut
karena telah menjalankan perintah agama. (Juwariyah.2010:141).
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barrr dalam sebuah hadist yang berbunyi
(Baharruddin.2007) :

1
2

َ ‫علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َوإِ َّن‬


‫طا‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
َ ٌ ‫ضة‬ َ : ‫سلَّ َم‬
ُ َ‫طل‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫قَا َل َر‬
َ ُ‫س ْو ُل هللا‬
)‫َان ِفى ْال َبحْ ِر (روه ابن عبد البر‬
ُ ‫ش ْيءٍ َحتَّى ْال َح َيت‬
َ ‫ب ْال ِع ْل ِم َي ْستَ ْغ ِف ُر لَهُ ُك َّل‬
َ ‫ِل‬
Artinya:“Rasulullah SAW. Bersabda, mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim. Dan sesungguhnya segala sesuatu hingga mahluk hidup di
lautan memintakan ampun bagi penuntut ilmu.” (H.R. Ibnu Abdul
Barr)
Bagi seorang muslimi menutut ilmu adalah wajib. Disamping hal itu,
menuntut ilmu adalah pekerjaan yang mulia dan akan mendapatkan ganjaran
yang besar disisi Allah SWT terlebih ilmu syar’I yang berguna untuk
kemaslahatan hidup seorang muslim didunia dan diakhirat.
Menurut Nidhomuddin & Muslimin (2018:291), setiap manusia
menginginkan bahwa ilmu yang diperoleh adalah ilmu yang bermanfaat tetapi
tidak sedikit juga manusia yang tahu bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu
yang diperoleh dengan etika yang baik saat melaksanaakan proses menuntut
ilmu tersebut.
Hal yang lebih penting dari sebuah kewajiban atas menuntut ilmu ialah
etika yang seorang gunakan ketika menuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu
sangat perlu memperhatikan dan tahu etika dalam menuntut ilmu agar nantinya
ilmu yang dipelajari dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain
serta mendapat keberkahan dari proses menuntut ilmu. Sikap, keterampilan,
nilai, reaksi, keyakinan dan tingkah laku (etika) merupakan faktor penentu
yang berpengaruh untuk hasil dari perjuangan belajar yang dilakukan oleh
seorang manusia (Alisuf Sabri, 2007:54). Hasil akhir yang diharapkan dari
proses menuntut ilmu adalah seseorang dapat berkembang tidak hanya dari segi
pengetahuan tetapi yang lebih penting adalah perubahan yang lebih baik
terhadap tingkah laku atau etika.
Etika merupakan sebuah kebiasaan. Menurut Burhanuddin Salam
(2012:3), etika berasal dari bahasa latin yaitu Ethic, atau etika merupakan
Ethikos, “a body of moral principles or values”. Etika merupakan moral,
susila, budi pekerti dan adab. Istighfarotur Rahmaniyah (2010:3) menyebutkan
keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara sangat dipengaruhi oleh etika
dari setiap individu penduduknya, karena etika akan membentuk karakter dan
3

jati diri suatu bangsa. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan dan saat proses
pembelajaran sangat penting untuk menerapkan etika yang baik.
Etika merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi setiap
individu dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Islam
menjelaskan bahwa etika sangat perlu untuk diajarkan kepada penuntut ilmu
agar ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat. Banyak sekali kasus yang terjadi di
Indonesia yang mencoreng dunia pendidikan yang merupakan efek dari etika
yang tidak baik dilakukan oleh seorang pelajar. Seperti contohnya adalah
maraknya tawuran antar pelajar serta tindakan tidak terpuji yang lain yang
sering terjadi pada lingkungan masyarakat
Perilaku yang tidak baik yang muncul saat ini dalam dunia pendidikan
merupakan problematika yang berasal dari proses menuntut ilmu. Sebagai
seorang penuntut ilmu atau orang yang terpelajar, sudah seharusnya penuntut
ilmu jauh dari etika yang tidak terpuji. Dunia pendidikan tanah air saat ini
dalam proses pendidikan lebih berfokus pada nilai yang menjadi tolak ukurnya
dan sering terlupa tujuan akhir dari proses menuntut ilmu yang juga tertuang
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu untuk
membentuk manusia yang bermartabat dan mempunyai etika yang baik sebagai
bekal hidupnya dalam bermansyarakat bukan manusia yang tidak memiliki
etika dan kering rohani.
Melihat maraknya masalah yang terjadi dimasyarakat, sangat penting
untuk melakukan perubahan dan mengajarkan etika kepada penuntut ilmu.
Syaikh Muhammad Syakir bin Shȃlih Al-Utsaimȋn merupakan seorang ulama
yang banyak menulis kitab tentang etika atau ahklakul karimah bagi seorang
penuntut ilmu. Syaikh Muhammad Syakir bin Shȃlih Al-Utsaimȋn hidup pada
masa kemajuan islam namun pada masa tersebut moral ataupun etika
manusianya pada masa itu sangat rendah. Dan oleh karenanya, Syekh
Muhammad Syakir merupakan tokoh yang memiliki peran dalam memberikan
titik terang pada permasalahan yang timbul dalam dunia pendidikan terutama
tentang etika.
4

Dalam menuntut ilmu banyak peserta didik yang belum memahami


tentang etika, hal tersebut tentunya membuat peserta didik melakukan tindakan
tercela baik terhadap orang tua, pendidik maupun masyarakat. Melihat fakta
dilapangan yang terjadi pada dunia pendidikan tentang buruknya etika para
penuntut ilmu, maka sangat perlu adanya tindakan yang akan memperbaiki
etika bagi para penuntut ilmu. Untuk memperbaiki hal tersebut, sangat perlu
dilakukan pengkajian tentang etika dalam menuntut ilmu. Syekh Muhammad
Syakir merupakan ulama sekaligus penulis kitab yang berkaitan dengan etika
menuntut ilmu, dengan judul Washoyaa Al-Abaa’i li Abnaa’i. Dalam kitab ini
Syekh Muhammad Syakir membahas tentang etika bagi para penuntut ilmu.
Ciri khas dari kita Washoyaa Al-Abaa’i li Abnaa’i adalah dalam setiap awal
kalimat selalu diawali dengan kalimat “yaa bunayya” yang artinya “wahai
anakku”.
Tidak butuh proses yang lama dalam mengkaji kitab Washoyaa Al-
Abaa’i lil Abnaa’i karena kitab ini mudah dimengerti dan tidak pula tebal
namun kitab ini berisi makna yang sangat banyak (luas). Kitab Washoyaa Al-
Abaa’i lil Abnaa’i membahas tentang pengetahuan dan implementasi peserta
didik dalam beretika agar peserta didik mampu menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kitab ini sangat bermanfaat dan penting untuk dikaji karena isi dari
kitab ini sangat berguna untuk memperbaiki etika bagi para penuntut ilmu agar
memiliki akhlakul karimah.
Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk membahas “ Konsep Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad
Syakir Dalam Kitab Washoya Al-Abaa’i Li Abnaa’i ”
B. Fokus Penelitian
Agar pembahasannya tidak meluas, maka fokus utama yang akan pada
menjadi pusat bahasan penelitian ini yaitu bahwa ini ialah penelitian pustaka
(library research) sehingga perlakuan yang diberikan dilaksanakan di
perpustakaan yang objek penelitiannya yaitu buku, kitab ataupun tulisan-
tulisan ilmiah yang berkaitan dengan konsep etika dalam menuntut ilmu
5

menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washoya Al- Abaa’I Lil
Abnaa’i.
C. Rumusan Masalah
Uraian diatas telah memberikan gambaran masalah yang akan dibahas, untuk
itu rumusan masalah dari penelitian ini ialah
1. Bagaimana konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir
dalam Kitab Washoya Al-Abaa’i Li Abnaa’i?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a) Tujuan Penelitian
Penulis dapat mengambil beberapa tujuan yang akan dicapai dari penelitian
ini, yakni :
1. Agar mengetahui konsep menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad
Syakir dalam kitab Washoya Al-Abaa’i Lil Abnaa’i.
b) Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gelar sarjana S1
2. Isi dari pembahasan penelitian bisa memperluas khasanah ilmu
pengetahuan dalam pendidikan
3. Memupuk sikap sadar betapa pentingnya Etika bagi penuntut ilmu
4. Tolak ukur untuk penuntut ilmu supaya bersikap dan beretika yang baik
5. Menyumbangkan tulisan ilmiah yang berguna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Riwayat Hidup Muhammad Syakir
Syekh muhammad Syakir merupakan seorang ulama sekaligus pengarang
kitab washaya al abaa’I li abnaa’i. beliau lahir di jurja pada pertengahan syawal
1282. Ayahnya Ahmad bin Abdul Qodir bin Abdul Waris seorang kepala
hakim di sudan. (Bruinessen, 1995:160).
Syekh Muhammad Syakir memulai pendidikan sejak usianya masih
sepuluh tahun dan ayahnya merupakan guru utamanya. Muhammad Syakir
belajar berbagai macam ilmu, termasuk ilmu syair dan sastra Arab dari Asy-
Syaikh Abdussalam Al-Faqi dan juga ilmu hadist.
Ayah Syekh Muhammad Syakir selain sebagai seorang hakim, ia juga
merupakan seorang wakil rektor di Universitas Al-Azhar dan Syekh
Muhammad Syakir merupakan salah satu mahasiswa di universitas al-azhar.
Dan beliau berguru dengan beberapa ulama, yaitu: Asy Syaikh Ahmad Ays-
Syingithi, Asy-Syaikh Syakir Al-iraqi dan Syekh Jamaluddin Al Qasimi.
Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang yang mempunyai tingkat
sabar yang luar biasa serta mempunyai hapalan yang sangat kuat. Beliau
mampu memahami hadist dan mampu mengungkapkannya dengan akal dan
nash. (https://ahlulhadits.wordpress.com/2007/09/26/syaikh-ahmad-syakir/ ,di
akses 18 Januari 2021, 09.30 WIB).
Selama hidup, Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang hafidz Al-
Qur’an. Pada tahun 1307 H, beliau diberi amanah untuk memberi fatwa dan
menduduki jawaban sebagai ketua mahkamah mudiniyah Al-Qulyubiyyah dan
dipilih menjadi hakim yang syar’i di Sudan dan beliau juga merupakan seorang
tokoh pembaharuan di Universitas Al-Azhar (Abdullah, 2002:172).
Muhammad Syakir ditunjuk menjadi seorang ulama Iskandaria pada
tahun 1322 H dan mampu mengembalikan kejayaan Islam. Ketika menjabat
sebagai seorang wakil para guru Al-azhar beliau menggunakan kesempatan itu
untuk mendirikan Jami’iyyah Tasyni’iyyah pada tahun 1913 H
(Abdullah,2002: 173).

6
7

Muhammad Syakir adalah seorang tokoh yang pemberani dan hanya


takut kepada Allah. Di akhir hidupnya, Muhammad Syakir menderita lumpuh.
Beliau menjalani hidup dalam keadaan lumpuh dengan sabar dan penuh
berharap hanya kepada Allah dengan keyakinan yang penuh bahwa beliau telah
menjalankan kewajiban berdasarkan hukum agama dan pada akhirnya Syekh
Muhammad Syakir wafat pada tahun 1358 H (1939 M).
B. Karya-karya Syekh Muhammad Syakir
Adapun beberapa karangan dari Syekh Muhammad Syakir yang sudah
banyak dikenal di kalangan masyarakat ialah:
1. Kitab washaya al-abaa’I li abnaa’i, tentang akhlak.
2. Min al himayah untuk mantik
3. Dalam bidang ilmu Hadist kitab al-Idah li al Matan Isauji adalah karyanya
(http://al-charish.blogspot.co.id/2012/06/syechmuhammad-syakir.html ,
diakses pada 11 April 2017, 21.27 WIB).
Di dalam kitab mantik ini beliau lebih memperhatikan mengenai sunnah
rosul, yang mana telah banyak kitab kitab sunnah karangannya yaitu:
1. al-idah Li al Matan Isauji
2. Syarh Musnad Imam Ahmaad (selesi samapi beliau wafat)
3. Tahqiq terhadap Al-Ihkam karya Ibnu Hazm
4. Tahqiqi terhadap Alfiyatul Hadits Karya As-Syuyuti
5. Takhrij terhadap Tafsir At-Thabrani bersama sudara beliau Muhmud Syakir
Syekh Muhammad Syakir mrupakan imam hadist, hal ini telah di akui
banyak masyarakat, selain itu beliau juga banyak memahami ilmu-ilmu lain,
salah satunya akidah akhlak. Dikarenakan tidak memungkinkan untuk peneliti
kunjungi, maka penulis hanya memfokuskan kepada informasi yang sudah ada
, guna untuk memperjelas karya-karya syekh Muhammad syakir.
C.Kajian Teoritik
1. Pengertian Etika

Setiap makhluk hidup mempunyai jiwa untuk memilah mana yang


baik dan mana yang buruk, dengan berpengetahuan maka manusiaakan
8

condong cerdas dalam memutuskan segala sesuatu. Hal ini sesuai dalam
alqur’an surah al-maidah ayat 100 yang artinya (Depag RI, 2005) :

ِ ‫ولّٰلاا َٰٰۤياُو ِلي ْاَلَ ْل َبا‬


‫ب‬ ِ ‫ب َولَ ْوا َ ْع َج َبكَ َك ْث َرة ُ ْال َخ ِب ْي‬
َ ‫ث فَتَّقُ ه‬ ُ ‫قُ ْل ََل َي ْستَ ِوى ْال َخ ِبي‬
َّ ‫ْث َو‬
ُ ‫الط ِي‬
)١٠٠ : ‫لَ َعدَ ت ُ ْف ِل ُه ْونَ (ا َ ْل َم ِئدَة‬
Artinya : “Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun
banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah
kepada Allah Hai orang- orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan.”

Ayat al-Qur‟an diatas menunjukkan bahwa setiap manusia sudah


memiliki pengetahuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, sebelum ia terjun ke dunia nyata. Dengan itu dapat dikatakan setiap
manusia sudah mempunyai akal sebelum ia ada di dunia ini. Karena itu
sampai di mana tertib-teraturnya kehidupan yang ia bina, tergantung pada
sedalamapamanusia mampu memahaminya. Oleh karena itu bias di
mengerti bagaimana pendapat berbagai warna kehidupan manusia yang
penuh ragam.

Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethikos”
dan “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal
yang biasa; padang rumput; kandang; habitat; kebiasaan; adat; akhlak;
watak; perasaan; sikap; dan cara berpikir. Menurut KBBI, Etika dapat
diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Etika menurut Syamsiyatun dalam Busiri (2020), merupakan dunianya


filsafat, nilai dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan berkenaan
dengan persoalan baik dan buruk. Yang mana dapat disimpulkan bahwa
etika adalah 1) ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan terutama tentang
hak dan kewajiban; 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; 3) nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Lebih lanjut menurut Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar dewantara


9

seperti yang dikutip oleh Abudin Nata, etika adalah ilmu yang mempelajari
soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat
merupakan perimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
dapat merupakan perbuatan ( Nata. 2011).

Etika bagi seseorang terwujud alam kesadaran moral (moral


conciousness) yang memuat keyakinan „benar dan tidak sesuatu. Perasaan
yang muncul bahwa ia akan salah bila melakukan sesuatu yang diyakininya
tidak benar berangkat dari norma-norma moral dan perasaan self-respect
(menghargai diri) bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya
harus ia pertanggungjawabkanpada diri sendiri. Begitu juga dengan
sikapnya terhadap orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau
sebalikya mendapatkan pujian.

Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya dengan


istilah al-Qur‟an yaitu al-khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan,
al- Qur‟an menggunakan sejumlah terminologi sebagai berikut: khair, bir,
qist,„adl, haqq, ma‟ruf, dan taqwȃ( Badroen. 2005).

Menurut beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan etika ialah


suatu baik bruruknya perilaku seseorang . Selain itu pengertian etika bias di
lihat dari beberapa fungsinya yang mana yang pertama apabila kita lihat dari
pembahasannya, etika berupaya merubah apa yang di perbuatnya, kedua,
dilihat dari sisi akal, maka etika akan terpusat pada akalnya, Ketiga,dilihat
dari fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetapan
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Ia merupakan konsep atau pikiran mengenai nilai-nilai untuk
digunakan dalam menentukan posisi perbuatan yang dilakukan manusia.
Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang
ada.Keempat,dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif, yakni dapat
berubah-ubah sesuai dengan tuntutanzaman (Nata. 2011).
10

2. Objek Etika
Objek etika menurut Franz Magnis Suseno dalam Rakhmat (2013),
adalah pernyataan moral. Apabila diperiksa dari segala macam moral, pada
dasarnya hanya ada dua macam, yakni; pernyataan tentang tindakan
manusia sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti
watak.
Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang
moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika
sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat dihampiri
berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu:
a. Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti
luas seperti: adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan
yang diperbolehkan atau tidak. Etika deskriptif mempelajari moralitas
yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultur tertentu. Oleh
karena itu etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian apa pun, ia
hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Misalnya:
Penggambaran tentang adat mengayau kepala pada suku primitif.
b. Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat
mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara
lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak.
Etika normatif berarti sistemsistem yang dimaksudkan untuk
memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang
menyangkut baik atau buruk. Etika normatif ini dibagi menjadi dua,
yaitu:
• Etika umum, yang menekankan pada tema-tema umum seperti: Apa
yang dimaksud norma etis? Mengapa norma moral mengikat kita?
Bagaimana hubungan antara tanggungjawab dengan kebebasan?
• Etika khusus, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum
ke dalam perilaku manusia yang khusus.Etika khusus juga
dinamakan etika terapan.
c. Metaetika, yaitu kajian etika yang ditujukan pada ungkapanungkapan
11

etis.Bahasa etis atau bahasa yang dipergunakan dalam bidang moral


dikaji secara logis.Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam
kaitan dengan “baik” atau “buruk”.Perkembangan lebih lanjut dari
metaetika ini adalah Filsafat Analitik.Etika Deskriptif, yang
mendeskripsikan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat
kebiasaan, anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolahkan (Sya’roni. 2014).
Menghadapi berbagai macam objek etika sebagaimana tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang dimaksud sebagai objek
etika ialah perbuatan sadar baik oleh diri sendiri atau oleh pengaruh lain
yang dilandasi oleh kehendak bebas. Singkatnya: objek etika ialah perbuatan
sadar. Jadi, perbuatan itu disertai niat dalam batin.

Hal itu sejalan dengan firman Allah subhȃnahu wa ta‟ȃlȃ:


Q S Al-Baqarah : 256

ِ ‫ت َويُؤْ ِم ْن ِبا ه‬
‫لّٰلاا‬ َّ ‫الر ْشدُ ِمنَ ْالغَي ِ فَ َم ْن َي ْكفُ ْر ِب‬
ُ ‫لطا‬
ِ ‫غ ْو‬ ِ ‫َ َٰۤل اِ ْك َراهَ فِى‬
ُّ َ‫الدي ِْن ۗ قَ ْد تَ َبيَّن‬
)٢٥٦ : ‫ع ِل ْي ٌم (البقرة‬ َ ‫س ِم ْي ٌع‬ ‫ام لَ َها ۗ ِو ه‬
َ ُ‫لّٰلاا‬ َ ‫ص‬ َ ‫االعُ ْر َوةِ ْال ُو ْث َٰقى ََلا ْن ِف‬
ْ ‫سكَ ِب‬
َ ‫فَقَدِا ْستَ ْم‬
Artinya: "Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya sudah nyata
petunjuk dari pada kesesatan". (QS. Al-Baqarah : 256)

Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap manusia diberikan bebas untuk


berbuat. Namun bebas disini lain dari artian tidak ada batasan, melainkan
bebas yang telah ditentukan oleh norma yang terpacu dalam dua akibat,
yang pertama membenarkan dan yang kedua menjerumuskan.
Simpelnya, objek etika ialah semua perbuatan manusia yang muncul
yang dilakukan dengan sengaja, dan menyadari atas apa yang akan di
perbuatan.
3. Tujuan Mempelajari Etika

Etika tidak dapat menjadikan manusia baik, tetapi dapat membuka


matanya untuk melihat baik dan buruk, maka etika tidak berguna bagi kita,
kalau kita tidak mempunyai kehendak untuk menjalankan perintah-perintah-
12

Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Orang yang tidak mempelajari


etika, dapat juga memberi hukum baik dan buruk kepada sesuatu, dan dapat
pula ia menjadi baik perangainya. Tiap-tiap ilmu memberi pandangan
kepada yang mempelajarinya dalam dilingkungan yang diselidiki oleh ilmu
itu. Maka yang mempelajari etika dapat menyelidiki dengan seksama segala
perbuatan yang dikemukakan kepadanya, dengan tidak tunduk dalam
menentukan hukumnya kepada kebiasaan orang, tetapi segala pendapatnya
hanya diambil dari pandangan ilmu pengetahuan, peraturannya dan
timbangannya.

Tujuan Etika bukan hanya mengetahui pandangan, bahkan setengah


dari tujuan-tujuannya, ialah mempengaruhi dan mendorong kehendak kita,
supaya membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan dan
kesempurnaan, dan memberi faedah kepada sesama manusia. Maka Etika itu
ialah mendorong kehendak agar berbuat baik, akan tetapi ia tidak selalu
berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia.
4. Peranan Etika

Menurut Ahmad Amin, setidaknya ada empat alasan mengapa etika


diperlukan pada era saat ini;
Pertama, individu hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistic.
Pluralistic yang dimaksud di sini adalah perbedaan suku, daerah
dan agama, termasuk di dalamnya juga bidang moralitas.Individu
sering kebingungan untuk mengikuti moral yang benar yang harus
diikuti.Untuk mencapai suatu pendirian dalam pergolakan
pandangan-pandangan di bidang moral, maka refleksi kritis
tentang etika diperlukan.

Kedua, pada saat ini individu berada dalam pusaran transformasi


masyarakat yang berlangsung sangat cepat. Modernisasi telah
merambah budaya tradisional ke segala penjuru tanah air, hingga
masuk ke pelosok-pelosok desa, bahkan ke tempat yang
sebelumnya tidak dapat dijamah. Pengaruh modernisasi
13

mengakibatkan berubahnya cara berpikir manusia;


berkembangnya rasionalisme, materialisme, sekularisme,
individualisme dan pluralism religius. Serta sistem pendidikan
modern telah mengubah lingkungan budaya dan rohani secara
hakikidi dunia, termasuk di dalamnya Indonesia.Dalam
menghadapi situasi ini maka diperlukan etika, agar manusia tidak
kehilangan orientasi dan dapat membedakan mana moralitas
hakiki yang tidak boleh berubah dengan pemahaman-pemahaman
yang boleh berubah.

Ketiga, perubahan sosial, budaya dan moral yang terjadi saat ini, sering
digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk
memancing di air yang keruh.Pihak-pihak itu berdalih dengan
menawarkan ideologi-ideologi yang dibawa sebagai obat
penyelamat, sehingga muncul aliran-aliran yang aneh dan
menyimpang dari akal sehat.Untuk itu etika diperlukan untuk
menghadapi ideologi-ideologi ini melalui tinjauan kritis dan
objektif dalam membentuk penilaian, agar tidak terlalu mudah
terpancing atau terpengaruh ajaran yang dibawanya.

Keempat, etika juga diperlukan kaum agamawan untuk membantu


menemukan dasar kemantapan dalam iman kepercayaannya,
sekalaigus berpartisipasi dan tidak menutup diri terlibat dalam
semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah
(Ahmad. 1997).
5. Pengertian Ilmu
Secara bahasa, al-„ilmu adalah lawan dari al-jahl (kebodohan), yaitu
mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan
pengetahuan pasti. Secara istilah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu
adala ma‟rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (ketidaktahuan).
Menurut ulama lainnya, ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui
(Muhammad bin Shalih Al-utsmani. 2006).
14

Ilmu (science) adalah pengetahuan yang logis dan empiris.Sekalipun


demikian, hendaklah diketahui juga bahwa berlandakan kesepakatan umum
pemakai istilah di Indonesia, ilmu berarti juga pengetahuan
(knowledge).DiIndonesia Istilah ilmu sering diganti dengan ilmu
pengetahuan.Ini memang sering membingungkan (Tafsir. 1994)

Ilmu dibagi menjadi dua, yaitu ilmu dhorȗrȋ dan ilmu nazhorȋ. Ilmu
dhorȗrȋ adalah yang onyek pengetahuan di dalamnya bersifat semi pasti,
tidak perlu pemikiran dan pembuktian. Misalnya pengetahuan bahwa api itu
panas. Sedangkan ilmu nazhorȋ adalah yang membutuhkan pemikiran dan
pembuktian. Misalnya pengetahuan mengenai kewajiban berniat dalam
berwudhu (Muhammad bin Shalih Al-utsmani. 2006).

Ilmu yang dianjurkan oleh Islam untuk dipelajari dan ditunjukkan oleh
al- Qur‟an untuk digali adalah setiap ilmu pengetahuan yang didasari
olehdalil-dalil, karena itu para ulama kaum muslimin tidak menganggap
taqlid (ikut-ikutan) sebagai ilmu, sebab taqlid tidak lebih dari “mengekor
pada pendapat orang lain” tanpa mengetahui alasannya. Nabi Muhammad
shallallȃhu „alaihi wasallam bersabda:
Hadist nabi

‫س‬ُ ‫ط ِر ْيقًا َي ْلت َِم‬


َ َ‫سلَك‬ َ ‫سلَّ َم َم ْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫ص َّل ه‬
َ ُ‫لّٰلاا‬ ِ ‫س ْو ُل ه‬
َ ‫لّٰلاا‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ قَا َل َر‬
َ
‫سنَ (رواه‬ َ ‫ْث َح‬ َ ‫ط ِر ْيقًا ِإلَى ال َج َّن ِة قَا َل أَب ُْو ِعي‬
ُ ‫ْس َهذَا َح ِدي‬ َ ُ‫لّٰلااُ لَه‬
‫س َّهدَ ه‬َ ‫فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
)‫الترمذي‬
Artinya : “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia
akan menjadikannya faham tentang agamanya”. (HR.Bukhari,
Muslim)

6. Objek Ilmu
Objek dari ilmu pengetahuan adalah apa saja, mulai dari manusia
hingga seluruh alam nyata yang dalam hal ini objeknya harus bersifat
empiris dan terukur. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian
obyek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia dan inilah yang
membedakan dengan agama yang jangkauannya sampai pada obyek yang
15

bersifat transendetal yang berada diluar kemampuan manusia.

Nilai kebenaran dari ilmu pengetahuan adalah positif sepanjang


positifnya peralatan yang digunakan dalam penyelidikannya yaitu indra,
pengalaman danpercobaan. Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu
menjelajah wilayah yang metafisik, maka kebenaran ilmu pengetahuan
dianggap relatif. Maka ilmu pengetahuan selalu siap diuji kebenarannya dan
akan tetap diakui sebagai benar sampai ada pembuktian dengan bukti yang
lebih kuat.

Menurut pandangan Al-Gazali, ilmu dapat dilihat dari dua segi, yaitu
ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai obyek. Melalui segi proses, Al-
Ghazali membagi ilmu menjadi ilmu hissiyah, ilmu aqliyah dan ilmu
ladunni. Ilmu hissiyah diperoleh manusia melalui penginderaan (alat indra),
sedangkan ilmu aqliyah diperoleh melalui kegiatan berfikir (akal).
Sedangkan ilmu ladunni diperoleh langsung dari Allah, tanpa melalui proses
penginderaan atau pemikiran (nalar), melainkan melalui hati, dalam bentuk
ilham (Jalaluddin. 1994).

Ilmu juga dapat dikatakan sebagai obyek menurut pandangan Al-


Ghazali dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

a. Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak, baik sedikit maupun


banyak, seperti sihir, azimat, nujum dan ilmu tentang ramalan nasib. Ilmu
ini tercela karena tidak memiliki nilai manfaat, baik di dunia maupun
diakhirat.

b. Ilmu pengetahuan yang terpuji, baik sedikit maupun banyak, namun


kalau banyak lebih terpuji, seperti ilmu agama dan ilmu tentang
beribadat. Ilmu pengetahuan seperti itu terpuji secara mutlak karena
dapat melepaskan manusia (yang mempelajarinya) dari perbuatan tercela,
mensucikan diri, membantu manusia mengetahui kebaikan dan
mengerjakannya, memberitahu manusia ke jalan dan

c. usaha mendekatkan diri kepada Allah dalam mencari ridha-Nya guna


16

mempersiapkan dunia untuk kehidupan akhirat yang kekal.

d. Ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji, tetapi jika


memperdalaminya tercela, seperti ilmu keTuhanan, cabangilmu filsafat
dan sebagian dari filsafat Naturalisme. Menurut Al-Ghazali, ilmu-ilmu
tersebut jika diperdalam akan menimbulkan kekacauan pikiran dan
keraguan, dan akhirnya cenderung mendorong manusia kepada kufur dan
ingkar.

Menyimak pandangannya, terlihat bahwa Al-Ghazali berpendapat


bahwa ilmu sebagai obyek tidak bebas nilai.Setiap ilmu pengetahuan yang
dipelajari harus dikaitkan dengan nilai moral dan nilai manfaat. Karena itu
selanjutnya ia melihat ilmu dari sudut pandang nilai ini dan membaginya
menjadi dua kelompok. Pembagian ini didasarkan atas nilai manfaat bagi
yang mempelajarinya dan bagi kepentingan masyarakat.

7. Keutamaan Menuntut Ilmu


Sesungguhnya ilmu memiliki kedudukan yang mulia dan tinggi itu
seperti yang diungkapkan dalam QS. Al-Mujaadilah: 11;

‫ٱَّللُ لَ ُك ۡ ۖۡم‬
َّ ‫ح‬ ِ ‫س‬ َ ‫س ُحواْ فِي ۡٱل َم َٰ َج ِل ِس فَ ۡٱف‬
َ ‫س ُحو ْا َي ۡف‬ َّ َ‫َٰ ََٰٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ ِإذَا قِي َل لَ ُك ۡم تَف‬
‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِمن ُك ۡم َوٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم‬ َّ ‫ش ُزواْ َي ۡرفَ ِع‬ ُ ‫ش ُزواْ فَٱن‬ ُ ‫َوإِذَا قِي َل ٱن‬
‫ير‬ٞ ‫ٱَّللُ ِب َما تَعۡ َملُونَ َخ ِب‬
َّ ‫دَ َر َٰ َج ٖۚت َو‬
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Allah subhȃnahu wa ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta


mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri
dengannya.
Tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu
sebagaimana tidak sama orang yang hidup dengan orang yang mati, orang
17

yang mendengar dengan orang yang tuli, dan orang yang melihat dengan
orang yang buta. Ilmu adalah cahaya yang bisa dijadikan petunjuk oleh
manusia sehingga mereka bisa keluar dari kegelapan menuju cahaya terang.
Karena ilmu menjadi sebab diangkatnya derajat orang-orang yang
dikehendaki Allah subhȃnahu wa ta‟ȃlȃ.

8. Hukum MenuntutIlmu
Mencari ilmu syar‟i adalah fardhu kifayah, apabila ada orang yang
sudah mempelajarinya maka hukumnya menjadi sunnah bagi yang lainnya.
Tetapi terkadang mencari ilmu ini menjdi fardhu „ain bagi manusia.
Menurut Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu
terbagi dua, yaitu:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat,
puasa.Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan
bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang
pembagian hak, tentang pelaksanaan hukum qishas, cambuk,
potong tangan dan lain sebagainya.

Ketahuilah, menuntut ilmu itu adalah suatu kemuliaan yang sangat


besar dan menempati kedudukan yang sangat tinggi bahkan seperti berjihad
di jalan Allah subhȃnahu wa ta‟ȃlȃ.

9. Pengertian Etika Menuntut Ilmu

Setelah dijelaskan seluruh definisi dari etika dan menuntut ilmu di


atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa etika menuntut ilmu adalah
ilmu yang menjelaskan bagaimana seharusnya perasaan, sikap, serta cara
berfikir seseorang penuntut ilmu dalam kegiatan belajarnya terhadap
kesadaran moral yang memuat keyakinan baik-buruk, benar-tidaknya
sesuatu perbuatan berdasarkan aturan yang berlaku di lingkungan
masyarakat.
18

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penulis berusaha mencari penelitian yang relevan dengan cara mencari


tema yang sama pada skripsi-skripsi berbentuk penelitian library research
yang ada di Perpustakaan Utama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penulis
tidak menemukan judul penelitian yang sama dengan judul yang penulis teliti,
hanya saja ada penelitian yang mengkaji suatu persoalan dan metode penelitian
yang sama mengenai etika menuntut ilmu, yaitu:
1. Hasil penelitian M.H. Nur Romadlon yang berjudul Konsep Etika Belajar
Mengajar dalam Kitab Adab Al-Dunyȃ Wa Al-Dȋn karya Imam Al-
Mawardi. Pada penelitian tersebut di bahas mengenai sosok Imam al-
Mawardi yang memberikan solusi atau jawaban terhadap berbagai persoalan
yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar serta beberapa syarat yang harus
diketahui oleh seorangmurid.

2. Hasil penelitian Husnul Khuluq yang berjudul Konsep Belajar Siswa


Menurut Al-Ghazali. Pada penelitiannya tersebut Husnul Khuluq membahas
tentang 4 konsep etika belajar menurut Al-Ghazali yang dipaparkan sesuai
dengan petunjuk al-Qur‟an danal-Hadits.

3. Hasil penelitian Alfian Haikal yang berjudul Akhlak Belajar dalam Kitab
Ta‟lȋm Al-Muta‟allim. Pada penelitian tersebut dibahas mengenai sosok
Syaikh Al-Zamuji yang merupakan penulis kitab ta’lim al-muta’allim serta
nebyikapi beberapa pemikiran tokoh tersebut mengenai akhlak.
BAB III
PEMIKIRAN SYEKH MUHAMMAD SYAKIR

A. Pemikiran Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Syakir dalam


Kitab Washaya Al-Abaa’ Li Abnaa’
Kitab washaya al-abaai li abnaa’i membahas tentang adab dalam
menuntut ilmu, yang mana ada beberapa pembahasan yang sangat cocok untuk
di ajarkan kepada siswa didik. Penulis sudah memiliki beberapa konsep nuntut
ilmu yang terkait dalam kitab washaya ini. Yang mana bisa di uraikan sebagai
berikut:
1. Giat dalam belajar dan motivasi yang kuat

Para penuntut ilmu di dalam kitab ini sangat diharuskan agara


memiliki rasa yang giat dalam belajar dan motivasi yang tinggi, seperti yang
telah di kutip:

‫ب ْال ِع ْل ِم ِب ِج ٍد َو َنش َِط‬ َ ‫ ا َ ْق ِب ْل‬: ‫ي‬


َ ‫ع َل‬
َ َ‫طل‬ َّ ‫َيا بُ َن‬
Artinya: “Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh
semangat. Janganlah waktumu jangan sampai berlalu dengan
sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu”.
Jadi pada proses menuntut ilmu para pencari ilmu harus peserta didik
mempunyai niat yang giat dan motivasi yang tinggi, yang mana dengan
demikian dalam proses belajar akan terasa khidmat dan tidak membosankan.
2. Mengatur Waktu
Para penuntut ilmu harus pintar untutk membagi waktu dengan baik,
waktu yang ksosong seharusnya di pergunakan untuk hal-hal yang positif,
contohnya seperti: membaca ataupun mengulang pelajaran dan masih
banyak contoh lainnya. Selain itu, para peserta didik seharusnya jangan
mengulur-ulur waktu, karena waktu juga penentu kesuksesan di masa yang
akan mendatang. Apabila tidak bias memanajemen waktu dengan baik bias
di katakana kesuksesan akan tertunda. Di dalam kitab ini Syekh Muhammad
Syakir menjelaskan :

19
20

‫ئ َلَ تَ ْنفَ ُع فِ ْي ِه ِب َم ْسئَلَ ٍة تَ ْستَ ِفدُ هَا‬


ٌ ‫ش ْي‬ َ ‫علَئ َو ْقتِكَ ا َ ْن َي ْذه‬
َ ُ‫َب ِم ْنه‬ َ ‫ص‬
ْ ‫ َو ا حْ ِر‬.
Artinya: “Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang
tidak mendatangkan manfaat bagimu.”
Dengan demikian, para penuntut ilmu harus pandai mengatur waktu
dengan sebaik-bainya, agar kesuksesan di masa depan agar cerah.
3.Membaca dan Memahami Pelajaran
Para penuntut ilmu tidak hanya disekolah saja membaca, akan tetapi
dimanapun bisa untutk membaca, karena dengan membaca bisa menambah
wawasan, membaca juga tidak harus pada saat jam pelajaran berlangsung,
melainkan di jam istirahat sekalipun bias untuk digunakan membaca..
Seperti yang terkutip dalam kitab tersebut adalah:

‫ع َها ِمنَ ْاَلُ ْستَ ِذ ِفى‬ َ ‫طا لَ َعةً َج ِيدَة ٌ قَ ْب َل ا ْس ِت َما‬


َ ‫علَيْكَ ُم‬َ َ ‫سكَ ْال ُمقَ َّر َرة‬ َ :‫ي‬
َ ‫طا ِل ْع د ُُر‬ َّ ‫َيا ُب َن‬
‫ف ِم ْن‬ْ ‫سا ِئ ِل فَ ََل تَ ْستَ ْن ِك‬َ ‫س ئَلَ ٍة ِمنَ ْال َم‬ ْ ‫علَيْكَ ْاَلَ ْم ُرفِى َم‬
َ ‫ َواذَا ا َ ْش َك َل‬. ‫س‬ َ ‫َمجْ ِل ِس الد َّْر‬
‫ َو ََل تَ ْنتَ ِق ْل ِم ْن َم ْسئَلَ ِة اِلَى‬.‫ ِلتَ ْست َِر كَ َم َعهُ فِى فَ ْه ِم َها‬, َ‫علَى ا َ َح ِد ا ِْخ َوانِك‬
َ ‫ض َها‬ ِ ‫ع ْر‬َ
.ً‫ا ُ ْخ َرى قَ ْب َل فَ ْه ِم ْاَلُ ْو َلى فَ ْه ًما َج ِيد‬
.ِ‫غي ِْره‬ َ ‫س فِى‬ ْ ‫ع َّي َنهُ لَكَ ِمنَ الد ُُّر ْو ِس فَ ََل تَجْ ِل‬َ ‫ى‬ْ ‫سكَ اَْلُ ْستَاذُ فِ ْى َم َكا نِكَ الَّ ِذ‬ َ َ‫َواِذَا اَجْ ل‬
‫ َو ْرفَ ِع ا َْلَ ْم َراِلَى‬,ُ‫علَيْكَ ا َ َحدُا ِْخ َوانِكَ ِب ْال ُجلُ ْو ِس فِ ْي ِه فَ ََل تُنَا ِز ْعهُ َوتُشَا ِت ْمه‬َ ‫َواِذَا تَ َعدَّ ى‬
.‫سكَ فِ ْى َم َكا نِكَ ْال ُمعَي َِّن‬ َ ‫ا ُ ْستَا ذِكَ َحتُّى يُ ِق ْي َمهُ َويُجْ ِل‬

Artinya: “Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguhan


pelajaaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh
pendidikmu bila engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk
bertaya dan mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan
engkau alihkan kemasalah lain, sebelum tuntas masalah pertama
dan dapat kau pahami dengan baik. Apabila peserta didik telah
memilihkan tempat untukmu, jangan engkau pindah ke tempat
yang lain. Bila seorang teman kamu hendak menempati tempat
21

dudukmu, janganlah kamu bertengkar atau menganggunya, tetapi


kemukakan kepada peserta didik agar beliau memberimu tempat
duduk tertentu”.
Jadi, para siswa dapat membaca dan memahami pelajaran di manapun
dan kapan pun tidak harus dipatok pada saat jam pelajaran berlangsung.
4. Menjadikan situasi yang tenang
Para penuntut ilmu tidak boleh lalai pada saat jam pelajaran
berlangsung, yang mana agar saat jam belajar berlangsung tidak ada siswa
yang mengobrol ataupun membuka forum di dalam forum. Dan siswa juga
dapat bertanya jika ada penjelasan yang kurang di fahami ataupun tidak di
mengerti. Seperti yang terkutip dalam kitab yaitu:

‫ث َوَلَ ِب ْال ُمنَا‬


ِ ‫ع ْنهُ ِبا ْل َح ِد ْي‬ َ َ‫ع ْاَلُ ْستَاذُ ِف ْى قَ َرا َء ِة الد َّْر ِس فَ ََل تَت‬
َ ‫شغ َْل‬ َ ‫ اِذَش ََر‬: ‫ى‬
َّ ‫َيا ُب َن‬
َ‫ َواِيَّاكَ ا َ ْن تَ ْشغَ َل ِف ْك ُرك‬,‫صغَا ًء تَا ًّما‬ ْ ِ‫ص ِغ اِلَى َما َيقُ ْولُهُ ْاَلُ ْستَا ذُ ا‬ ْ َ ‫ش ِة َم َع ا ِْخ َوانِكَ َوا‬
َ َ‫ق‬
‫علَيْكَ َم ْسئَلَةٌ َب ْعدَ تَ ْق ِري ِْرهَا‬
َ ‫ت‬ ِ ‫آخ َو ِمنَ ْال َه َو‬
ْ َ‫اج ِس ال َّن ْف ِس َّي ِة ا َ ْثنَا َءااد َّْر ِس َواِذَاا َ ْش َكل‬ ْ ‫َئ‬ ٍ ‫ِبش‬
َ‫لى ا ُ ْستَاذِك‬
َ ‫ع‬ َ ِ‫ب َو ْال َك َما ِل ا‬
َ ‫ َواِيَّاكَ ا َ ْن ت َْرفَ َع‬.‫عادَتَ َها‬
َ َ‫ص ْوتَك‬ ْ َ‫ف‬
ِ َ‫اطلُبْ ِمنَ ْاَلُ ْستَا ِذ ِب ْاَلَد‬
. َ‫ت اِ َلى َق ْولِك‬ ْ ‫ع َليْكَ َو َل ْم َي ْلتَ ِف‬
َ ‫ض‬ َ ‫عهُ اِذَااَع َْر‬ َ ‫ا َ ْوتُنَا ِز‬
Artinya: “Wahai anakku, bila pendidik telah memulai pelajaran, jangan
engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah
setiap pembicaraan pendidk dengan penuh kesungguhan. Jangan
engkau melamun ditengah-tengah pelajaran.Bila engkau menemui
kesulitan, mintalah kepada pendidik dengan sopan untuk
mengulangi menerangkan sekali lagi.Jangan engkau bantah
penjelasan pendidik, sehingga dia tidak menyukaimu”.
Saat jam pelajaran berlangsung, suasana kelas diharuskan tenang dan
aman, agar saat pelajaran di mulai pendidik mampu menerangkan pelajaran
dengan baik. Selain itu juga para siswasebelum jam pelajaran di mulai harus
menyiapkan kelas dengan sebaik mungkin, seperti: menyusun kursi,
menyapu ruangan kelas serta mempersiapkan segala alat tulis yang di
butuhkan seorang pendidik pada saat menjelaskan. Sehingga pada proses
22

belajar mengajar bisa berjalan dengan baik dan tenag tanpa hal-hal lain yang
bisa mengurangi konsentrasi para siswa. Apabila siswa belum memahami
pelajaran bisa ditanyakan kepada pendidik dengan tegas tidak ada rasa malu.
Dan pada saat pendidik mengulang menjelaskan, maka siswa harus
mendengarkan dengan baik, agar bisa di fahami.
Jadi ketika akan memulai proses pembelajaran para siswa harus
mempersiapkan segala yang di butuhkan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, selain perlengkapan belajar mengajar para siswa harus
membersihkan ruangan kelas agar ketika pelajaran berlangsung terasa aman
dan bersih.
5.Patuh pada Aturan
Pada setiap tempat sudah pasti ada yang namanya tata terbib ataupun
aturan yang telah ditetapkan, begitu pula dengan sekolah. Peraturan yang
telah ditetapkan tersebut harus dipatuhi oleh para siswa. Apabila terdapat
siswa yang melanggar peraturan tersebut maka sudah ada sanksi yang telah
ditetapkan. Tidak hanya sanksi saja, akan tetapi ada yang namanya guru BK
yang mana tugas guru BK tersebut adalah memberikan arahan kepada siswa
yang melanggar aturan tersebut. Sesuai dengan yang telah tertulis dalam
kitab:

‫ت قَ ْي َمتُهُ ِع ْندَا ُ ْستَا‬ َ َ‫سق‬


ِ ‫ط‬ َ ‫ى ا ُ ْستَا ِذ ِه‬
ْ َ‫ب َبيْنَ َيد‬ َ ُ‫الت ْل ِم ْيذ‬
ِ َ‫ع ْن َحد ِْاَلَد‬ ِ ‫ اِذَ خ ََر َج‬: ‫ي‬
َّ ‫َيابُ َن‬
.‫علَى قِلَّ ِة اَدَ ِب ِه‬ َ ‫ِذ ِه َو ِع ْندا ِْخ َوا ِن ِه َوا ْستَ َح َّق التَّأ ِدي‬
َّ ‫ْب َو‬
َ ‫الزجْ َو‬
Artinya: “Wahai anakku, bila seorang peserta didik telah melanggar adab
dihadapan guru dan teman-temannya, maka wajiblah dididik untuk
beradab yang baik karena belum menguasai masalah adab”.
Jadi para siswa diwajibkan menuruti segala peraturan yang telah
ditetapkan oleh sekolah tersebut, supaya pada saat proses belajar
berlangsung dapat berjalan dengan baik. Seperti yang telah dikatakan diatas
setiap siswa yang melanggar peraturan akan diberi sanksi sesuai dengan apa
yang di langgarnya, setelah itu akan diberi arahan oleh guru BK. Guna
23

untuk memberi arahan kepada peserta didik agar tidak mengulangi


pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan.
6. Menghormati guru dilebihkan dari
Kitab washaya karangan syekh Muhammad syakir menjelaskan
bahwasannya seorang siswa harus lebih menghormati guru daripada orang
tua, syekh Muhammad syakir menjelaskan:
َ‫علُ ْو ِم ِه َوَل‬
ُ ‫ اِذَالَ ْم تَحْ ت َِر ْم ا ُ ْستَاذَكَ فَ ْوقَ احْ ِت َرا ِمكَ َِلَ ِبيْكَ لَ ْم تَ ْستَ ِف ْد ِم ْن‬: ‫ي‬
َّ ‫َيابُ َن‬
.‫ش ْيئًا‬
َ ‫ِم ْن د ُُر ْو ِس ِه‬
Artinya: “Bila engkau tidak memulyakan pendidik lebih dari orang tuamu,
maka engkau tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu yang
diajarkannya”.
Jadi menurut pandangan syekh Muhammad syakir para siswa harus
menghormati guru lebih dari orang tua, mengapa demikian, seperti yang
telah dituliskan dalam kutipan di atas, para siswa harus menghormati guru
lebih dari orang tua agar ilmu yang di dapat dari seorang guru akan
bermanfaat dan lebih mudah untuk di fahami, karena apabila seorang siswa
tidak ta’zim kepada seorang penddidik, maka ilmu yang diberikan oleh
seorang pendidik tidak akan masuk, dan apabila masuk tidak akan barokah..
7. Beradab baik
Di dalam menuntut ilmu, para siswa harus mempunya akhlak yang
baik. Seperti sifat yang ramah serta hormat kepada seorang pendidik
ataupun orang yang lebih tua. Sifat thawaduk sangat baik bagi para siswa,
selain itu juga sifat tidak ingin di puji juga diperlukan. Dengan sikap rendah
hati para siswa akan mudah menerima ilmu yang disampaikan oleh seorang
guru, sedangkan sifat takabbur dan sombong akan menghambat ilmu yang
telah disampaikan oleh seorang guru kepada para siswa. Dalam kitab ini
dijelaskan:
24

‫َّب فَ ْي ِه‬
َ ‫ َو َحب‬.ُ‫هللا َرفَعَه‬ ِ ‫ض َع‬ َ ‫ فَ َم ْن ت ََو‬. ‫ب‬ ُ ‫ ِاز ْي َنةُ ْال ِع ْل ِم للتَّ َوا‬: ‫ي‬
ُ َ‫ض ُع َو ْاَلَد‬ َّ ‫َيا بُ َن‬
‫ فَ ََل‬. ‫ضهُ هللاُ اِلَ ْي ِه ْم‬
َ َّ‫ط ِم ْن ا َ ْعي ُِن ال َّنا ِس َو َبغ‬ َ َ‫سق‬
َ ‫ب‬ َ َ ‫خ َْلقَهُ َو َم ْن تَ َكب ََّر َوا‬
َ َ‫سا َء ْاَلَد‬
.‫علَ ْي ِه‬ َ ‫َي َكادُ َي ِجدُ اِ ْن‬
َ ‫سا ًنا يُ ِك ْر ُمهٌ ا َ ْويُ ْش ِف ُق‬
Artinya: “Wahai anak ku tawadlu’ atau merendahkan hati dan akhlak yang
baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa
tawadlu’ karena Allah maka akan diangkatlah derajatnya. Allah
akan menjadikan seluruh makhlukNya cinta dan hormat
kepadanya. Barangsiapa takabur dan berakhlak tercela maka
jatuhlah martabatnya.Allah akan menjadikan seluruh makhluk
membenci dirinya, dan tidak mungkin ada orang yang
menghormati, memulyakan, dan menyayanginya”.
Dengan demikian, pada proses mencari ilmu para siswa harus
mempunyai sifat yang rendah hati, karena sifat rendah hati itulah yang akan
menghantarkam siswa tersebut ke kepribadian yang baik. Sifat rendah hati
merupakan akhlak yang baik yang disenangi oleh semua pendidik. Dengan
berakhlak baik seorang pendidik akan meridhoi segala ilmu yang telah
diberikan selama proses belajar mengajar. (Sunarto, 2011:45-51).
Seperti yang terkutip dalam kitab yaitu:
Siswa diwajibkan berperilaku yang sopan, seperti yang telah di kutip
dalam kitab ini:

ِ ‫سا ِتذَةِ َو ْالعُلَ َم‬


. َ‫ فَ ِايَّاك‬.‫اء‬ َ َ‫ب ْاَل‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم ِم ْن‬
َ ‫غ‬ َ ‫علَى‬
ِ ‫طا ِل‬ َ َ ‫ش ْى َءا‬
َ ‫ض ُّر‬ َ ‫ ََل‬: ‫ى‬
َّ ‫َيابُ َن‬
‫ فَا َِّن اَقَ َّل َما‬,ُ‫ب ا َ َما َمه‬ َ َ‫ئ ْاَلَد‬ َ ‫ب ا َ َحدًا ِمنَ ْال ُمدَ ِر ِسيْنَ ا َ ْوت ُ ِس‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ ا َ ْن ت ُ ْغ‬: ‫ى‬
َّ ‫َيا بُ َن‬
َ‫َص ْي َح ِت ْى َلك‬ِ ‫ن‬:‫ى‬ َّ ‫ َيابُ َن‬.‫ فَا ْق َب ْل‬.ُ‫ان َو ْالقَ ِط ْي َعة‬ ِ ِ‫سا ِتذَة‬
ُ ‫الح ْر َم‬ َ َ‫ب ْاَل‬ُ ‫ض‬ َ ‫غ‬ َ ُ‫يُ ْن ِت ُجه‬
َ ‫سى هللاُ ا َ ْن َي ْست َِجي‬
‫ْب‬ َ ‫ع‬
َ ‫ح‬ِ ‫عا َءلَكَ ِب ْالفَ ْت‬َ ُّ‫ َوا ْسأ َ ْل ُه ُم الد‬, َ‫س ِرض َْوانَ َمشَا ِي ِخك‬ ْ ‫َو ْلت َِم‬
‫هللا تَعَا لَى ا َ ْن‬ ِ ْ ‫اء َو‬
ِ ‫اَل ْب ِت َها ِل اِلَى‬ ِ ‫ع‬ َ ُّ‫عا َء ُه ْم لَ َك َواِذَا َخلَ ْوتَ ِب َن ْفسِكَ فَ ْك ِث ْر ِمنَالد‬َ ُ‫د‬
.‫اء َوا ِس ُع ْال َك َر ِم َو ْال ُج ْو ِد‬
ِ ‫ع‬ َ َ‫ ا َِّن َربَّك‬.‫َي ْر ُزقَكَ ْال ِع ْل َم ال َّنا فِ َع َو ْالعَ َم َل ِب ِه‬
َ ُّ‫س ِم ْي ُع الد‬
Artinya: “Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi peserta didik dari
pada kemarahan pendidik dan ulama, karena itu, takutlah anakku,
25

jangan sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu atau


menunjukkan aklah tercela dihadapannya.Terimalah anakku
nasehat ini! Carilah keridhoan para pendidik, mintalah do’a mereka
agar engkau mudah dalam belajar. Semoga Allah mengabulkan
do’a para pendidik sehingga tercapai cita-citamu. Apabila engkau
sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah munajat (berdialog)
dan tawaka l(berserah diri) kepada Allah, semoga Allah
memberimu ilmu pengeahuan yang luas dan bermanfaat dengan
mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu Maha
mendengar dan mengabulkan segala do’a, yang luas Anugerh dan
kemulyaan-Nya”.
Jadi saat proses menuntut ilmu, seluruh siswa harus berperilaku
terpuji, tidak boleh takabbur, karena dengan sifat yang baik maka ilmu akan
mudah di raih dan barokah, akan tetapi sebaliknya, apabila siswa bersikap
takabbur maka ilmu yang diajarkan oleh seorang guru akan sulit untuk
difahami dan tidak akan berkah, sama dengan hal nya orang berkerja tidak
mendapat hasil atau sia-sia.
Adab menuntut ilmu setiap siswa harus memantapkan niat dan juga
berikhtiar dengan disertai do’a-do’a dan juga harus pintar dalam membagi
waktu. Agar masa depan yang akan didapat cerah dan membahagiakan.
Selain itu juga setiap siswa harus terlebih menghormati guru dari orang tua
,dan siswa harus mampu mengulang pelajaran yang telah di ajarkan oleh
peserta didik, dan juga harus giat membaca dimana saja. Karena dengan
membaca akan mendapatkan sumber ilmu. Siswa juga harus melihat dengan
tekun ketika seorang guru menjelaskan pelajaran. Jika ada yang belum
difahami bisa langsung ditanyakan dan siswa harus mendengarkan dengan
cermat agar bisa memahaminya.
B. Pendekatan dan Desain Penelitian
Peneliti pada saat pelaksanaan pengumpulan data, harus menentukan
sumber-sumber data serta lokasi di mana sumber data tersebut dapat ditemukan
dan diteliti. Berbeda dengan penelitian lapangan lokasi pengumpulan data
26

untuk penelitian kepustakaan jauh lebih luas bahkan tidak mengenal batas
ruang. Setting penelitian merupakan patokan di mana lokasi tersebut
dilaksanakan. Sebelum menyebutkan lokasi penelitian, ada baiknya untuk
menyebutkan ciri khusus dari penelitian kepustakaan untuk membedakan
setting penelitian kepustakaan dengan penelitian lain seperti penelitian
lapangan.
Penelitian kepustakaan memiliki beberapa ciri khusus, antara lain;
pertama penelitian ini berhadapan langsung dengan teks atau data angka, bukan
dengan lapangan atau saksi mata (eyewitness), berupa kejadian, orang atau
benda-benda lain. Kedua, data bersifat siap pakai (readymade), artinya peneliti
tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan sumber
yang sudah ada di perpustakaan. Ketiga, data diperpustakaan umumnya adalah
sumber data sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh data dari tangan
kedua bukanasli dari tangan pertama dilapangan. Keempat, kondisi data di
perpustakaan tidak dibagi oleh ruang dan waktu (Zed, 2004).
Berdasarkan ciri di atas, penelitian ini dilakukan di perpustakaan yang
mengoleksi data-data mengenai konsep etika menuntut ilmu, lebih khususnya
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi sebagai sarana untuk
melakukan penelitian kepustakaan serta perpustakaan umum UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Selain itu, data juga ditemukan di toko-toko buku,
kitab dan Internet. Dari berbagai tempat tersebut, perpustakaanlah yang paling
kaya data dan mudah ditemukan.
C. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sesuai dengan obyek
kajian penelitian ini, maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian kepustakaan (library research), yaitu:
pertama, dengan mencatat semua temuan mengenai motivasi konsumsi secara
umum pada setiap pembahasan penelitian yang didapatkan dalam
literatur-literatur dan sumber-sumber, dan atau penemuan terbaru
mengenai prilaku motivasi konsumsi yang dapat mempengaruhi
siklus penawaran dan permintaan pada pasar. Setelah mencatat,
27

kedua, memadukan segala temuan, baik teori atau temuan baru pada prilaku
yang terjadi pada temuan terbaru dan valid.
Ketiga, menganalisis segala temuan dari berbagai bacaan, berkaitan dengan
kekurangan tiap sumber, kelebihan atau hubungan masing-masing
tentang wacana yang dibahas di dalamnya. Terakhir adalah
mengkritisi, memberikan gagasan kritis dalam hasil penelitian
terhadap wacana-wacana sebelumnya dengan menghadirkan temuan
baru dalam mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran yang berbeda,
utamanya dalam tulisan ini adalah pemikiran al-Ghazali dan
Abraham Maslow tentang model motivasi konsumsi.
Menurut Kaelan, dalam penelitian kepustakaan kadang memiliki
deskriptif dan juga memiliki ciri historis (Kaelan, 2010). Dikatakan historis
karena banyak penelitian semacam ini memiliki dimensi sejarah, termasuk di
dalamnya penelitian agama, misalnya tentang karya tokoh pemikir keagamaan
masa lalu seperti imam al-Ghazali dan lain sebagainya. Penelitian karya-karya
tokoh agama tersebut termasuk penelitian kepustakaan (Kaelan, 2010).
Penelitian kepustakaan ini bisa meliputi kritik pemikiran, penelitian sejarah
agama, dan dapat pula penelitian tentang karya tertentu atau naskah tertentu
(Kaelan, 2010). Oleh karenanya penelitian kepustakaan akan menghadapi
sumber data berupa buku-buku yang jumlahnya sangat banyak sehingga
memerlukan motode yang memadai. Untuk itu dalam penelitian kepustakaan,
mengumpulkan buku harus secara bertahap, sebab akan kesulitan apabila tidak
demikian.
Untuk mendapatkan segala kebutuhan tersebut di atas, bisa dihasilkan
melalui perpustakaa, toko buku, journal, pusat penelitian dan jaringan internet
dengan mengakses wacana dan info mengenai kitab washoya karangan Syekh
Muhammad Syakir. Dengan menggunakan data-data dari berbagai referensi
baik primer maupun sekunder. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi, yaitu dengan jalan membaca (text reading), mengkaji,
mempelajari, dan mencatat literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang
dibahas dalam tulisan ini.
28

D. Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sesuai dengan obyek kajian
penelitian ini, maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
kepustakaan (library research), yaitu penelitianyang dilaksanakan di
perpustakaan, objek penelitiannya buku, koran, majalah, dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan konsep etika menuntut ilmu menurut Syekh Muhammad
Syakir.
1. Sumber Data :
Penelitian ini isinya merupakan kutipan data guna memberikan
ilustrasi sajian laporan. Selain itu data nya akan terbagi menjadi dua bagian,
yaitu primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang amat sangat di
butuhkan yang berkesinambungan dengan penelitian ini. Kitab Washoya
Al-Abaa’lil Abnaa’ karya Syekh Muhammad Syakir.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu didapat dari beberapa sumber yang
m,ana data ini tidak bisa langsung digunakan, karena tidak langsung
menyenggol pada penelitian ini. Seperti terjemah Syekh kitab Washoya
Al-Abnaa’. Untuk memudahkan penulis ini tentu tidak lepas akan adanya
beberapa referensi yang berkolerasi dengan judul untuk membantu
menjelaskan, menjabarkan dan memperkuat pendapat yang dikemukakan
oleh Syekh Muhammad Syakir.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan
identifikasi wacana dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web
(internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan
untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan Konsep etika menuntut
ilmu menurut Syekh Muhammad Syakir. Maka dilakukan langkah langkah
sebagai berikut:
29

1. Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku, dokumen,


majalah internet (web).
2. Menganalisa data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan
tentang masalah yang dikaji.
Pada hakikatnya tidak ada acuan khusus dalam mengumpulkan data
pada metode ini, namun tidak dengan begitu saja data yang dikumpulkan
dijadikan hasil penelitian, karena akal manusia memberikan bimbingan
pekerjaan secara sistematis dan sesuai dengan objek kajiannya. Oleh
karenanya perlu teknik tertentu agar hasil penelitian sifatnya sistematis dan
objektif.
Dua instrument penelitian digunakan dalam pengumpulan data ini, yaitu :
Pertama, pengumpulan data dalam bentuk verbal simbolik, yaitu
mengumpulkan naskah-naskah yang belum dianalisis. Dalam
pengumpulan data ini peneliti bisa menggunakan alat rekam,
seperti fotocopy dan lain sebagainya.
Kedua, kartu data yang berfungsi untuk mencatat hasil data yang telah
didapat untuk lebih memudahkan peneliti dalam mengklarifikasi
data yang telah didapatkan di lapangan, selain itu pula kartu data
memberikan solusi jika instrumen pertama sulit untuk
dioperasionalkan, kartu data bisa digunakan sebagai pengganti
dari instrument pertam, namun dengan konsekuensi lamanya
waktu berada di lokasi sumber data.
Pertama-tama yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah
menentukan lokasi pencarian sumber data, seperti perpustakaan dan pusat-
pusat penelitian. Setelah menentukan lokasinya, mulai mencari data yang
diperlukan dalam penelitian. Data yang kemudian didapatkan dilokasi akan
dibaca oleh seorang peneliti, karena tugas utama peneliti adalah mampu
menangkap makna yang terkandung dalam sumber kepustakaan tersebut. Oleh
karena itu ada dua tahap dalam membaca data yang telah diperoleh.
1. Membaca pada tingkat simbolik. Seorang peneliti tidak mungkin akan
membaca seluruh sumber yang didapatkan dari pertama hingga akhir. Jika
30

itu dilakukan, maka akan menyita waktu dan akan mengurangi efisiensi
waktu penelitian. Tahap ini ialah dengan tidak membaca secara keseluruhan
melainkan dengan menangkap sinopsis dari buku, bab, subbab sampai pada
bagian terkecil dari buku, hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui
peta penelitian, hasilnya akan dicatat dalam kartu data dan diberikan kode
sesuai dengan peta dan kategori penelitian yang dilakukan.
2. Membaca pada tingkat semantik. Membaca data yang telah dikumpulkan
dengan lebih terperinci, terurai dan menangkap esensi dari data tersebut. Hal
ini membutuhkan ketekunan dan waktu yang cukup lama. Tiap poin yang
dibaca dilakukan analisis dalam data tersebut. Peneliti harus mendahulukan
data yang bersifat primer, jika sudah dianggap cukup selanjutnya
mengumpulkan data yang bersifat sekunder. Setelah membaca secara
semantik dilakukan, dicatat dalam kartu data, tahapan pencatatan dalam
kartu ada di antaranya:
a. Mencatat secara qoutasi, yaitu dengan mencatat kutipan langsung tanpa
merubah sedikitpun redaksi sumber data atau dari penulis karya tersebut,
biasanya untuk mencatat terminologi-terminologi kunci untuk
mengembangkan interpretasi yang lebih luas.
b. Mencatat secara paraphrase, dengan menangkap intisari dari data dengan
redaksi kata yang disusun oleh peneliti sendiri. Proses ini bisa dilakukan
dengan analisis verstehen untuk menagkap intisari dari data yang berupa
uraian panjang lebar, lalu diambil intisari pemahaman dari uraian
panjang tersebut menjadi kalimat singkat dan padat agar dengan mudah
terekam pada kartu data.
c. Mencatat secara sinoptik, mencatat model ini lebih pada ringkasan,
artinya setelah membaca bagian atau sub bagian data kategori tertentu,
kemudian peneliti membuat ringkasan atau sinopsis yang harus
benarbenar persis sama secara logis dari data yang dibaca.
d. Mencatat secara presis. Mencatat model ini adalah kelanjutan dari
mencatat secara sinoptik. Seletah mencatat secara sinoptik, peneliti akan
menghadapi hasil dari catatan sinoptik yang banyak, maka perlu
31

pengkategorian catatan, misalnya unsur nilai agama, nilai budaya,


epsitemologi, aksiologi, etika dan unsur-unsur lainnya. Peneliti lebih
lanjut membuat catatan yang lebih padat lagi berdasarkan pada catatan
sinoptik yang terkumpul pengetahuan (sub. Peng), masing-masing ditulis
di sisi kanan, tengah dari kiri atas kartu data, begitu seterusnya dengan
data lain.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan penulis dalam
penyusunan skripsi ini adalah:
1. Analisis Content atau isi. Cara ini ialah bagaimana menganilisi atau meneliti
tentang karya ilmiah yang berisi pesan dari suatu pembicaraan. Menurut
(Bungin, 2001:172-173) analisis ini adalah teknik penelitian yang membuat
inferensi-inferensi (proses penarikan kesimpulan berdasarkan pertimbangan
yang dibuat sebelumnya atau pertimbangan umum; simpulan) yang dapat
ditiru (Replicabel), dan shahih data dengan memperhatikan konteksya.
2. Induktif yaitu suatu metode pola fikir yang terpaku pada kenyataan dan
fikiran dengan patokan sebagai pemecah masalah . (Hadi, 1981:42)
3. Metode kontekstual adalah metode yang digunakan untuk mencari,
mengolah, dan menemukan kondisi yang lebih konkret (terkait dengan
kehidupan nyata). Metode ini akan membantu penulis untuk mengaitkan
antara isi yang ada di dalam kitab Washaya Al-Aba’ Lil Abnaa’ dengan
pendidikan akidah akhlak di MI dan Mts situasi dan mendorong penulis
untuk membuat hubungan antara isi yang ada dalam kitab Washaya Al-Aba’
Lil Abnaa’ dengan penerapannya dalam pendidikan akidah akhlak di MI
dan Mts.
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik Pemeriksaan data setidaknya ditentukan menggunakan tiga
kategori,yaitu :
Pertama, kepercayaan, kredibilitas seseorang peneliti sangat dipertanyakan
apakah data tepat dalam fokusnya, ketepatan memilih informan dan
pelaksanaan motode pengumpulan datanya. Analisis data dan
32

interpretasi data, seluruhnya membutuhkan konsistensi satu sama


lain.
Kedua, keteralihan (transferbility) hasil penelitian yang dikemudian hari
dijadikan rujukan kembali pada penelitian yang setema dan
dipelajari lebih lanjut oleh peneliti lain. Jika seorang peneliti
memahami dan mendapat gambaran yang jelas terhadap hasil
penelitian sebelumnya, maka hasil penelitian tersebut sudah
memenuhi standar transferbilitas.
Ketiga, kebergantungan penelitian terhadap data yang didapatkan, dengan
kata lain penelitian adalah hasil rekam jejak dari data yang telah
ditelusuri di lapangan.
Keempat, kepastian, adalah menguji keabsahan hasil penelitian terhadap
kasus atau fenomena yang sudah terjadi dilapangan baik secara
teoritis atau aplikatif, jika hal tersebut terbukti, maka hasil
penelitian bisa dikatakan absah.
H. Jadwal Penelitian
Penelitian yang berjudul “Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh
Muhammad Syakir” di laksanakan tanggal 10 September 2020, untuk
pengumpulan data dari sumber-sumber yang tertulis yang diperoleh dari
koleksi, buku-buku yang ada di perpustakaan, internet, jurnal, serta sumber lain
yang mendukung penelitian.
Kemudian waktu selebihnya digunakan untuk melakukan kualifikasi
data, menganalisis, menyimpulkan hasil penelitian serta menyusun dalam
bentuk hasil laporan ataupun penelitian. Selanjutnya tempat yang digunakan
untuk melakukan penelitian ini bertempat di perpustakaan utama UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
A. Riwayat Hidup Muhammad Syakir
Syekh muhammad Syakir merupakan seorang ulama sekaligus pengarang
kitab washaya al abaa’I li abnaa’i. beliau lahir di jurja pada pertengahan syawal
1282. Ayahnya Ahmad bin Abdul Qodir bin Abdul Waris seorang kepala
hakim di sudan. (Bruinessen, 1995:160).
Syekh Muhammad Syakir memulai pendidikan sejak usianya masih
sepuluh tahun dan ayahnya merupakan guru utamanya. Muhammad Syakir
belajar berbagai macam ilmu, termasuk ilmu syair dan sastra Arab dari Asy-
Syaikh Abdussalam Al-Faqi dan juga ilmu hadist.
Ayah Syekh Muhammad Syakir selain sebagai seorang hakim, ia juga
merupakan seorang wakil rektor di Universitas Al-Azhar dan Syekh
Muhammad Syakir merupakan salah satu mahasiswa di universitas al-azhar.
Dan beliau berguru dengan beberapa ulama, yaitu: Asy Syaikh Ahmad Ays-
Syingithi, Asy-Syaikh Syakir Al-iraqi dan Syekh Jamaluddin Al Qasimi.
Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang yang mempunyai tingkat
sabar yang luar biasa serta mempunyai hapalan yang sangat kuat. Beliau
mampu memahami hadist dan mampu mengungkapkannya dengan akal dan
nash. (https://ahlulhadits.wordpress.com/2007/09/26/syaikh-ahmad-syakir/ ,di
akses 18 Januari 2021, 09.30 WIB).
Selama hidup, Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang hafidz Al-
Qur’an. Pada tahun 1307 H, beliau diberi amanah untuk memberi fatwa dan
menduduki jawaban sebagai ketua mahkamah mudiniyah Al-Qulyubiyyah dan
dipilih menjadi hakim yang syar’i di Sudan dan beliau juga merupakan seorang
tokoh pembaharuan di Universitas Al-Azhar (Abdullah, 2002:172).
Muhammad Syakir ditunjuk menjadi seorang ulama Iskandaria pada
tahun 1322 H dan mampu mengembalikan kejayaan Islam. Ketika menjabat
sebagai seorang wakil para guru Al-azhar beliau menggunakan kesempatan itu

33
34

untuk mendirikan Jami’iyyah Tasyni’iyyah pada tahun 1913 H


(Abdullah,2002: 173).
Muhammad Syakir adalah seorang tokoh yang pemberani dan hanya
takut kepada Allah. Di akhir hidupnya, Muhammad Syakir menderita lumpuh.
Beliau menjalani hidup dalam keadaan lumpuh dengan sabar dan penuh
berharap hanya kepada Allah dengan keyakinan yang penuh bahwa beliau telah
menjalankan kewajiban berdasarkan hukum agama dan pada akhirnya Syekh
Muhammad Syakir wafat pada tahun 1358 H (1939 M).
a. Karya-karya Syekh Muhammad Syakir
Adapun beberapa karangan dari Syekh Muhammad Syakir yang sudah
banyak dikenal di kalangan masyarakat ialah:
1. Kitab washaya al-abaa’I li abnaa’i, tentang akhlak.
2. Min al himayah untuk mantik
3. Dalam bidang ilmu Hadist kitab al-Idah li al Matan Isauji adalah karyanya
(http://al-charish.blogspot.co.id/2012/06/syechmuhammad-syakir.html ,
diakses pada 11 April 2017, 21.27 WIB).
Di dalam kitab mantik ini beliau lebih memperhatikan mengenai sunnah
rosul, yang mana telah banyak kitab kitab sunnah karangannya yaitu:
8. al-idah Li al Matan Isauji
9. Syarh Musnad Imam Ahmaad (selesi samapi beliau wafat)
10. Tahqiq terhadap Al-Ihkam karya Ibnu Hazm
11. Tahqiqi terhadap Alfiyatul Hadits Karya As-Syuyuti
12. Takhrij terhadap Tafsir At-Thabrani bersama sudara beliau Muhmud
Syakir
Syekh Muhammad Syakir adalah ulama dan penulis kitab yang lahir di
Jurja, pada pertengahan syawal tahun 1282 H. Lahir dari seorang ayah bernama
Ahmad bin Abdul Qodir bin Abdul Waris yang merupakan seorang kepala
hakim di Sudan dan kemudian berpindah ke Iskandariyah. (Bruinessen,
1995:160).
Syekh Muhammad Syakir memulai pendidikan sejak usianya masih
sepuluh tahun dan ayahnya merupakan guru utamanya. Muhammad Syakir
35

belajar berbagai macam ilmu, termasuk ilmu syair dan sastra Arab dari Asy-
Syaikh Abdussalam Al-Faqi dan juga ilmu hadist.
Ayah Syekh Muhammad Syakir selain sebagai seorang hakim, ia juga
merupakan seorang wakil rektor di Universitas Al-Azhar dan Syekh
Muhammad Syakir juga merupakan mahasiswa di universitas tersebut. Di sana
beliau belajar dari beberapa orang ulama, diantaranya: Asy Syaikh Ahmad
Ays-Syingithi, Asy-Syaikh Syakir Al-iraqi dan Syekh Jamaluddin Al Qasimi.
Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang yang memiliki kesabaran
yang tinggi dan memiliki hapalan yang sangat kuat. Beliau mampu memahami
hadist dan mampu mengungkapkannya dengan akal dan nash.
(https://ahlulhadits.wordpress.com/2007/09/26/syaikh-ahmad-syakir/ ,di akses
18 Januari 2021, 09.30 WIB).
Ketika hidupnya, Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang hafidz
Al-Qur’an. Pada tahun 1307 H, beliau diberi amanah untuk memberi fatwa dan
menduduki jawaban sebagai ketua mahkamah mudiniyah Al-Qulyubiyyah dan
dipilih menjadi hakim yang syar’i di Sudan dan beliau juga merupakan seorang
tokoh pembaharuan di Universitas Al-Azhar (Abdullah, 2002:172).
Muhammad Syakir ditunjuk menjadi seorang ulama Iskandaria pada
tahun 1322 H dan mampu mengembalikan kejayaan Islam. Ketika menjabat
sebagai seorang wakil para guru Al-azhar beliau menggunakan kesempatan itu
untuk mendirikan Jami’iyyah Tasyni’iyyah pada tahun 1913 H
(Abdullah,2002: 173).
Muhammad Syakir adalah juga seorang yang cerdas serta gagah berani
yang hanya takut kepada sang pencipta. Pada masa sisa umurnya ia mengalami
sakit berupa lumpuh. Beliau seorang yang amat sangat sabar meski berbagai
cobaan datang menghampirinya.
b. Kekurangan kitab washaya al-abaa’I li abnaa’i
Adapun beberapa kekurangan dari kitab washaya al-abaa’I li abnaa’I
karangan syekh Muhammad syakir:
1. Kitab ini belum terkenal luas oleh para penuntut ilmu
2. Untuk kitab kuningnya sulit fi cari
36

3. Ada nya perbedaan beberapa tulisan dari kitab ini


c. Kelebihan kitab washaya al-abaa’I li abnaa’i
Adapun beberapa kelebihan dari kitab washaya al-abaai li abnaa’i
1. Bahasa yang mudah difahami
2. Setiap awalan kalimat yang selalu di mulai dengan kata “yaa
bunayya” yang artinya wahai anakku
3. Kitab nya yang tipis dan mudah untuk dibawa kemana saja
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir
Dalam kitab washaya para siswa harus memperhatikan beberapa hal:
1. Giat dalam belajar dan motivasi yang kuat

Para penuntut ilmu di dalam kitab ini sangat diharuskan agara


memiliki rasa yang giat dalam belajar dan motivasi yang tinggi, seperti yang
telah di kutip:

. ٍ‫ب ْال ِع ْل ِم ِب ِج ٍد َو َنشَاط‬ َ ‫ ا َ ْق ِب ْل‬: ‫ى‬


َ ‫علَى‬
ِ َ‫طل‬ َّ ‫َيابُ َن‬
Artinya: “belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat”
Kata giat belajar dalam kitab ini ‫بِ ِج ٍد‬yang berarti dengan sungguh-
sungguh. Sesuai yang telah allah jelaskan dalam alqur’an surat Ar-Ra‟ad
13:11 yang artinya “sesunggunya Allah SWT tidak merubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri”, maksudnya yaitu Allah akan merubah segala keadaan
apabila orang tersebut ada keinginan untuk merubahnya.
Oleh karena itu, para siswa dalam p;roses menuntut ilmu harus
memiliki jiwa yang giat dalam belajar, dan motivasi yang kuat, agar pada
saat kehiatan belajar berlangsung siswa tidak merasakan jenuh.agar
tertanam nya rasa giat tersebut para siswa harus memluruskan niat
terlebih dahulu, karena dengan niat yang baik maka segala hal-hal baik
akan mengikutinya. Sedangkan kata motivasi yang tunggi di tulis dengan
kata ٍ‫ نَشَاط‬yang berarti penuh motivasi yang tinggi. Maksudnya disini
yaitu dengan motivasi yang tinggi, maka siswa akan lebih lengkap
37

niatnya , karena giat belajar dengan motivasi yang tinggi sangat


berkesinambungan. (Aljufri, 2009:7).
Dengan ini, pada saat menuntut ilmu, siswa wajib menanamkan
rasa giat belajar dan motivasi yang tinggi, agar pada saat pembelajaran
berlangsung akan terasa asik dan tidak membosankan.
2. Mengatur Waktu
Waktu adalah pedang, yang mana apabila kita tidak pandai
mengaturnya maka waktu dapat membahayakan kita. Oleh karena itu
dalam proses belajar mengajar kita harus pandai manajemen waktu dengan
baik. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab ini :

‫ئ َلَ تَ ْنفَ ُع ِف ْي ِه ِب َم ْسئَلَ ٍة تَ ْستَ ِفدُ هَا‬


ٌ ‫ش ْي‬ َ ‫علَئ َو ْقتِكَ ا َ ْن َي ْذه‬
َ ُ‫َب ِم ْنه‬ َ ‫ص‬
ْ ‫ َو ا حْ ِر‬.
Artinya: “aturlah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak
mendatangkan manfaat bagimu.”
Setiap penuntut ilmu wajib pandai manajemen waktu sebaik
mungkin, tidak hanya untuk para peserta didik saja tapi untuk semua
personal yang ada dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Hal yang sanagt dibutuhkan untuk meminimalisisr waktu dengan
pas adalah rancangan untuk di hari yang akan datang, guna untuk masa
depan yang baik. Waktu yang tidak bisa kita atur akan merugikan diri
kita sendiri. Sebenarnya bukan waktu yang dapat di atur, karena waktu
akan terus ada meskipun kita tidak di dunia ini sekalipun. Namun,
sebagai orang yang berakal kita dapat membagi waktu dengan sebaaik
mungkin, agar wacana yang kita tetapkan dapat berjalan sesuai dengan
rancangan kita. Masa bukanlah hal yang bisa di atur, sebab masa ketika
kita lahir atau tidak masa akan terus berlalu tanpa henti. Jam hanya
dipergunakan untuk peringatan saja. Jadi time management sebenarnya
adalah self management atau kemampuan untuk mengatur diri sendiri (
Letisha, 2016:12-14).
Dengan bisanya siswa mengatur waktu dengan baik, maka apaun
yang telah di rancang akan berjalan dengan tepat wakyu, dan juga bisa
memposisikan waktu kosong untuk hal-hal yang bermanfaat. Oleh sebab
38

itu siswa harus pandai-pandai mengatur waktu dengan sebaik mungkin


agar rancangan-rancangan yang telah dibuat akan berjalan dengan
semestinya. Dengan pengaturan waktu yang baik juga bisa menjadikan
kehidupan di masa yang akan datang menjadi lebih terarah.
3. Mengulang dan Mengerti Materi Pelajaran melaksanakan diskusi
para siswa sudah seharusnya untuk selalu membaca, meskipun
tidak sedang dalam lingkup sekolah para siswa juga sudah seharusnya
selalu mengulang pelajaran apapun yang telah di ajarkan oleh para
pendidik. Dengan mengulang pelajaran akan mempermudah siswa
dalam memahami pelajaran yang akan di bahas dalam pertemuan
selanjutnya. Di dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir
menjelaskan :

َ ‫طا لَعَةً َج ِيدَة ٌ قَ ْب َل ا ْس ِت َما‬


‫ع َها ِمنَ ْاَلُ ْستَ ِذ فِى‬ َ َ ‫سكَ ْال ُمقَ َّر َرة‬
َ ‫علَيْكَ ُم‬ َ
َ ‫طا ِل ْع د ُُر‬
‫س‬
َ ‫َمجْ ِل ِس الد َّْر‬
Artinya: “baca dan pahamilah dengan penuh kesungguhan pelajaaran
yang telah maupun yang belum di bahas oleh pendidik”.
Uraian diatas menjelaskan bahwa kata ‫ طا لع‬yang berarti dengarkan
dan pahamilah. Yang artinya setiap siswa sangat dianjurkan untuk
mendengarkan serta memahami apa yang dijelaskan oleh seorang guru,
tidak hanya mendengar dan memahami saja, melainkan harus dengan
penuh rasa kesungguhan dan niat yang penuh.
Hal itu guna agar siswa mampu menyaring pelajaran dengan baik,
dan searah dengan firman Allah swt yang pertama kali turun, yaitu surah
al alaq yang artinya bacalah. Menulis dan membaca merupakan suatu
pegangan dalam hal mencari ilmu. Karena setiap orang yang mencari
ilmu tidak pernah lepas dari dua hal tersebut.
Selain memahami pelajaran setiap siswa juga harus melaksasnakan
diskusi, guna untuk mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang
muncul dalam setiap pelajaran. Diskusi yang dimaksudkan disini tidak
hanya pada saat jam pelajaran saja, melainkan bisa di lakukan kapan saja
39

dan dimana saja. Jika dalam pelaksanaan diskusi tersebut belom


menemukan jawaban, maka bisa ditanyakan kepada guru pada saat jam
pelajaran berlangsung.
Adapun beberapa cara agar siswa bisa mengulang pelajaran dengan
baik, yaitu:
Cara pertama, diperlukan niat untuk melakukan pengulangan yang
akan memicu paham nya akan siswa dalam memahami materi yang di
ulangnya tersebut. Cara kedua,mengulang materi pelajaran dengan baik
di rumah, hal ini juga memudahkan para guru dalam menjelaskan ,
karena dengan adanya pengulangan pelajaran dirumah secara tidak
langsung para siswa sedikit banyaknya telah memahami apa-apa yang
telah diajarkan oleh gurunya disekolah. (Sriyono dkk, 16:1992).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap siswa sangat
dianjurkan untuk mengulang pelajaran serta melakukan diskusi. Dengan
demikian, secara tidak langsung siswa akan memahami pelajaran-
pelajaran yang telah di ajarkan.
4. Melakukan Diskusi
Dalam proses belajar sudah menjadi hal lumrah apabila siswa
menjumpai berbagai permasalahan. Dengan adanya masalah tersebut
maka perlu diadakannya diskusi. Guna untuk memecahkan permasalahan
yang muncul tersebut. Hal ini telah di kutip dalam kitab ini:

‫ض َها‬
ِ ‫ع ْر‬ َ ‫س ئَلَ ٍة ِمنَ ْال َم‬
ْ ‫سا ِئ ِل فَ ََل تَ ْستَ ْن ِك‬
َ ‫ف ِم ْن‬ ْ ‫علَيْكَ ْاَلَ ْم ُرفِى َم‬ َ ‫َواذَا ا َ ْش َك َل‬
‫ ِلتَ ْست َِر كَ َم َعهُ فِى فَ ْه ِم َها‬, َ‫ع َلى ا َ َح ِد ا ِْخ َوانِك‬
َ
Artinya: “Bila engkau menjumpai kesulitan jangan ragu untuk bertanya
dan mendiskusinkannya dengan temanmu”.
Ada beberapa tujuan dari dilakukannya diskusi:
1) Memberikan rasa semangat siswa untuk berfikir
2) Para siswa dapat mengaplisasikan pendapatnya masing-masing
3) Memberikan wawasan yang luas untuk peserta didik
40

4) Menjadikan siswa bebas untuk berpendapat dan menyimpulkan atas


apa yang telah di diskusikannya.
Setiap diskusi setiap siswa diberi hak untuk menyebutkan segala
pendapatnya, dan selanjutnya dengan kompak mencari solusi dari
beberapa pendapat yang telah disebutkan oleh beberapa siswa
tersebut. (Ahmadi, 1993:35).
Dengan begitu, jika dalam jam pelajaran berlangsung dan
mendapati masalah ataupun ada beberapa materi yang kurang faham bisa
di pecahkan pada saat berdiskusi. Dengan demikian para siswa bisa
berperan aktif dalam menguraikan segala pendapatnya. Dan mengajarkan
siswa untuk berani berbicara dan mengeluarkan pendapat.
5. Belajar dengan tingkatan
Setiap sekolah sudah pasti telah ditentukan waktu dalam belajar.
Ada yang 1 jam ada juga yang 2 jam. Oleh karena itu didalam kitab
washaya ini, pengarang menjelaskan mengenai belajar dengan tingkatan.
Sulaiman (27:1986) dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar
bertahap,belajar secara beruntutn tidak akanmembuat siswa akan menjadi
pintar, akan tetapi akan menjadikan siswa jenuh, dan bosan, bahkan
setress. Dengan begitu alangklah baiknya belajar di langsungkan secara
beberapa waktu, jangan semuanya harus dituntaskan dalam jangka waktu
satu kali tatap muka.
Dalam kitab ini menjelaskan:

.ً‫َو ََل تَ ْنتَ ِق ْل ِم ْن َم ْسئَلَ ِة اِلَى ا ُ ْخ َرى قَ ْب َل فَ ْه ِم ْاَلُ ْولَى فَ ْه ًما َج ِيد‬
ْ ‫ع َّي َنهُ لَكَ ِمنَ الد ُُّر ْو ِس فَ ََل تَجْ ِل‬
‫س ِفى‬ ْ ‫سكَ اَْلُ ْستَاذُ ِف ْى َم َكا نِكَ الَّ ِذ‬
َ ‫ى‬ َ َ‫َو ِاذَا اَجْ ل‬
‫غي ِْر ِه‬
َ
Artinya: “Dan jangan engkau alihkan kemasalah lain, sebelum tuntas
masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik”.
Jadi siswa sudah seharusnya menghadapi pelajaran dalam waktu
yang secukupnya, tidak semuanya beruntun. Karena dengan belajar
secara terus menerus akan menumbuhkan tingkat kejenuhan yang kuat,
41

dan juga siswa dihadapkan dengan segudang materi sudah jelas tidak
akan bisa untuk memahaminya.
6. Patuh dengan aturan
Sudah jelas, bahwasannya setiap tempat memiliki aturan yang telah
berlaku, sama hal nya dengan sekolah. Para siswa sudah seharusnya
mematuhi segala aturan yang telah di tetapkan oleh sekolah yang terkait.
Adapun sanksi bagi siswa yang melanggar aturan tersebut. Sanksi
tersebut diberikan sesuai dengan pelanggaran yang telah di lakukan
(Sunarto, 2011:47).
Menurut ini menyebutkan :

‫ت قَ ْي َمتُهُ ِع ْندَا ُ ْستَا ِذ ِه‬


ِ ‫ط‬ َ َ‫سق‬ َ ‫ى ا ُ ْستَا ِذ ِه‬
ْ َ‫ب َبيْنَ َيد‬ِ َ‫ع ْن َحد ِْاَلَد‬ َ ُ‫الت ْل ِم ْيذ‬
ِ ‫ِاذَ خ ََر َج‬
.‫علَى قِلَّ ِة اَدَ ِب ِه‬
َ ‫الزجْ َو‬ َّ ‫ْب َو‬َ ‫َو ِع ْندا ِْخ َوا ِن ِه َوا ْستَ َح َّق التَّأ ِدي‬
Artinya: “Jika siswa tidak mentaati peraturan di depan pendidik depan
pendidik dan rekan nya, wajib untuk dididik agar bisa beradab
baik dan mentaati peraturan dengan baik”.
Siswa yang melanggar selain mendapat hukuman juga diberikan
bimbingan serta arahan oleh guru BK. Yang mana hal tersebut dilakukan
supaya siswa kedepannya mampu berperilaku dengan baik dan mentaati
segla peraturan (Aljufri, 2009:95)
Dalam waktu layanan BK tidak langsung diberikan arahan,
melainkan ditanya terlebih dahulu apa ada memiliki masalah sehingga
siswa tersebut bisa menjadi seperti itu. Setelah itu baru di cari titik terang
untuk hal itu. Dan selanjutnya akan dicari tujuannya dengan sebaik
mungkin (Nursalim, 2013:5).
Jadi apabila peseta didik tidak taat pada aturan, maka siswa
tersebut akan mendapatkan hukuman serta arahan yang diberikan oleh
guru bimbingan konseling. Tujuannya agar siswa tersebut kedepannya
mampu menjadi lebih baik lagi.
42

7. Menjadikan keadaan yang damai


Dalam waktu belajar berlangsung, sudah seharusnya siswa mampu
menjadikan kelas yang tenang dan damai. Karena dalam proses
belajar tidak akan berjalan dengan baik apabila keadaan di dalam
kelas ricuh dan ramai. Di dalam kitab ini :

َ َ‫ث َوَلَ ِب ْال ُمنَا ق‬


‫ش ِة‬ ِ ‫ع ْنهُ ِبا ْل َح ِد ْي‬ َ َ‫ع ْاَلُ ْستَاذُ ِف ْى قَ َرا َء ِة الد َّْر ِس فَ ََل تَت‬
َ ‫شغ َْل‬ َ ‫اِذَش ََر‬
‫ َو ِايَّاكَ ا َ ْن تَ ْشغَ َل‬,‫صغَا ًء تَا ًّما‬ْ ِ‫ص ِغ اِلَى َما َيقُ ْولُهُ ْاَلُ ْستَا ذُ ا‬ ْ َ ‫َم َع ا ِْخ َوانِكَ َوا‬
ِ ‫آخ َو ِمنَ ْال َه َو‬
‫اج ِس ال َّن ْف ِس َّي ِة ا َ ْثنَا َءاادَّ ْر ِس‬ ْ ‫َئ‬ٍ ‫فِ ْك ُركَ ِبش‬
Artinya: “jika pendidigur sudah menjelaskan materi, tidak diperbolehkan
siswa untuk berbicara dengan rekannya, dengarkanlah apa yang
disampaikan dengan serius,jangan malah memperalih
perhatianmu akan gurumu”
Setiap siswa sudah seharusnya menyimak dan mendengarkan apa
yang tengah di terangkan oleh seorang pendidik. Dan tidak dianjurkan
untuk berbicara ataupun memperalih perhatian kemanapun kecuali
terhadap guru yang tengah mengajarnya. Selain itu juga tidak dianjurkan
untuk bertanya apabila seorang guru tengah letih (Aljufri, 2009:29).
Jadi ketika mencari ilmu pada saat guru menerangkan setiap siswa
harus tekun dan mendengarkan dengan baik, tidak boleh berbicara dan
tidak boleh bermain-main. Karn mudah di fahami.
8. Lebih menghormati guru dari orangtua
Sudah seharusnya dalam menuntut ilmu siswa harus lebih
menghormati guru dari orang tua, seperti yang telah dijelaskan dalam
kitab ini:

‫علُ ْو ِم ِه َوَلَ ِم ْن‬


ُ ‫اِذَالَ ْم تَحْ ت َِر ْم ا ُ ْستَاذَكَ فَ ْوقَ احْ ِت َرا ِمكَ َِلَ ِبيْكَ لَ ْم تَ ْستَ ِف ْد ِم ْن‬
‫ش ْيئًا‬
َ ‫د ُُر ْو ِس ِه‬
Artinya: “jika kamu tidak menghormati guru lebih dari orangtuamu ,
ilmu yang akan diperoleh oelhmu tidak akan barokah”
43

Sudah kita ketahui bersama bahwa, setiap guru di akui sebagai


pekerjaan yang sangat mulia. Karena guru bukan suatu ahli dalam
sebidang, melainkan memiliki tujuan untuk mencerdaskan segala anak
bangsa. Antara guru dan orangtua keduanya samsam orang yang sudah
sepatutnya di hargai, namun dikarenakan guru sebagai pendidik yang
mendidik siswa disekolah dan guru juga termasuk pekerjaan yang mulia,
maka siswa di anjurkan untuk lebih menghormati guru dari pada
orangtua. Telah dijelaskan juga dalam hadist nabi.
Di dalam hadis Nabi Rasulullah saw bersabda: ”kedudukan bagi
kalian seperti seorang ayah bagi anaknya” maksudnya: nabi sebagai
pendidik dalam menyelamatkan manusia dari penderitaan jangka panjang
yang abadi nanti di akhirat. Sedang kedua orang tua yang menyelamatkan
anaknya dari penderitaan di dunia belaka. Oleh karena itu, hak seorang
pendidik lebih besar daripada hak kedua orang tua dalam bab ilmu,
karena orang tua sebagai sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan
yang fana di dunia ini,
Jadi di proses mencari ilmu seorang guru berperan penting, oelh
sebab itu guru juga wajib dihormati. Adapun cara menghargai guru
dengan cara mengamalkan apa yang telah diajarkan. (Aljufri, 2009:28).
9. Perilaku yang baik
Perilaku yang baik sudah seharusnya dimiliki oleh semua orang.
Juga termasuk seorang siswa. Dalam kitab ini dijelaskan bahwasannya :

ُ‫َّب فَ ْي ِه خ َْلقَه‬
َ ‫ َو َحب‬.ُ‫هللا َرفَ َعه‬ َ ‫ فَ َم ْن ت ََو‬. ‫ب‬
ِ ‫ض َع‬ ُ ‫ِاز ْي َنةُ ْال ِع ْل ِم للتَّ َوا‬
ُ َ‫ض ُع َو ْاَلَد‬
ُ‫ فَ ََل َي َكاد‬. ‫ضهُ هللاُ اِلَ ْي ِه ْم‬ َ َ‫سق‬
َ َّ‫ط ِم ْن ا َ ْعي ُِن ال َّنا ِس َو َبغ‬ َ َ‫سا َء ْاَلَد‬
َ ‫ب‬ َ َ ‫َو َم ْن تَ َكب ََّر َوا‬
.‫علَ ْي ِه‬ َ ‫َي ِجدُ اِ ْن‬
َ ‫سا ًنا يُ ِك ْر ُمهٌ ا َ ْويُ ْش ِف ُق‬
Artinya: “Wahai anak ku berendah hati dan berperilaku baik, karena
berperilaku baik akan menjadi perhiasan ilmu pengetahuan.
Barang siapa yang rendah hati, akan Allah angkat derajatnya.
Allah juga menjadikan makhluk yang di cintanya patuh
44

kepadaNya, dan siapa yang bersifat sombong maka akan


mendapatkan perilaku yang tercela”.
Sikap rendah hati maksudnya tidak merasa dirinya mempunyai
segala hal dan mampu mengerjakan segala hal (Asy‟ari, 2008:66).
Setiap siswa sudah seharusnya memiliki sifat yang rendah hati,
sikap rendah hati merupakan salah satu sifat yang terpuji. Dengan sifat
terpuji itulah siswa dapat menjadi seorang yang berakhlakul karimah.
10. Mengharap Ridho guru
Setiap siswa sangat diharuskan untuk mencari ridho seorang guru,
yang mana jika guru ridho akan ilmunya maka siswa akan dengan mudah
mendapatkan ilmu yang diberikannya. dalam kitab ini Menjelaskan
bahwasanya :

ِ ‫سا ِتذَةِ َو ْالعُلَ َم‬


َّ ‫ َيا بُ َن‬. َ‫ فَ ِايَّاك‬.‫اء‬
:‫ى‬ َ َ‫ب ْاَل‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم ِم ْن‬
َ ‫غ‬ َ ‫علَى‬
ِ ‫طا ِل‬ َ َ ‫ش ْى َءا‬
َ ‫ض ُّر‬ َ ‫ََل‬
ُ‫ فَا َِّن اَقَ َّل َما يُ ْن ِت ُجه‬,ُ‫ب ا َ َما َمه‬ َ ‫ب ا َ َحدًا ِمنَ ْال ُمدَ ِر ِسيْنَ ا َ ْوت ُ ِس‬
َ َ‫ئ ْاَلَد‬ ِ ‫ا َ ْن ت ُ ْغ‬
َ ‫ض‬
ْ ‫َص ْي َح ِت ْى َلكَ َو ْلت َِم‬
‫س‬ ِ ‫ن‬:‫ى‬ َّ ‫ َيا ُب َن‬.‫ فَا ْق َب ْل‬.ُ‫ان َو ْالقَ ِط ْي َعة‬ُ ‫الح ْر َم‬ ِ ‫سا ِتذَ ِة‬َ َ‫ب ْاَل‬
ُ ‫ض‬َ ‫غ‬
َ
‫عا َء ُه ْم‬
َ ُ‫ْب د‬ َ ‫سى هللاُ ا َ ْن َي ْست َِجي‬ َ ‫ع‬ َ ‫ح‬ ِ ‫عا َء َلكَ ِب ْالفَ ْت‬
َ ُّ‫ َوا ْسأ َ ْل ُه ُم الد‬, َ‫ِرض َْوانَ َمشَا ِي ِخك‬
َ‫هللا تَ َعا لَى ا َ ْن َي ْر ُزقَك‬ ِ ْ ‫اء َو‬
ِ ‫اَل ْب ِت َها ِل اِلَى‬ ِ ‫ع‬ َ ُّ‫لَكَ َواِذَا َخلَ ْوتَ ِب َن ْفسِكَ فَ ْك ِث ْر ِمنَالد‬
.ِ‫اء َوا ِس ُع ْال َك َر ِم َو ْال ُج ْود‬
ِ ‫ع‬َ ُّ‫س ِم ْي ُع الد‬َ َ‫ ا َِّن َربَّك‬.‫ْال ِع ْل َم ال َّنا فِ َع َو ْال َع َم َل ِب ِه‬
Artinya: “Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi peserta didik dari
pada kemarahan pendidik dan ulama, karena itu, takutlah
anakku, jangan sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu
atau menunjukkan aklah tercela dihadapannya.Terimalah
anakku nasehat ini! Berburulah ridhonya seorang guru, dan
meminta do’a agar mudah menimba ilmu. Semoga Allah
mengabulkan do’a para pendidik sehingga tercapai cita-citamu.
Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah
munajat (berdialog) dan tawaka l(berserah diri) kepada Allah,
semoga Allah memberimu ilmu pengeahuan yang luas dan
bermanfaat dengan mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya
45

Rabbmu Maha mendengar dan mengabulkan segala do’a, yang


luas Anugerh dan kemulyaan-Nya”.
Menghormati ilmu sama saja menghormati pendidik, tidak hanya hormat
dengan guru melainkan orang tua dan jug teman. Sesame siswa harus saling
hormat menghormati dan saying menyayangi (Aljufri 2009:36).
Setiap siswa tidak akan mendapat ilmu yang berkah apabila belum
mendapatkan ridho dari seorang gurunya, karena keberhasilan siswa ditentukan
juga dengan hormat atau tidaknya ia terhadap gurunya.
Jadi agar dapat ridho dari guru siswa harus hormat, dan berperilaku yang
baik, selain itu juga harus menghormati ilmu, orangtua dan juga teman.
2. Relevansi Konsep Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir
dalam Kitab Washaya Al-Abaa’i Lil Abnaa’i dengan pendidikan Akidah-
Akhlak di MI dan Mts.
Keputusan mentri agama republik Indonesia nomor: 165 tahun 2014
tentang “kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan agama Islam dan bahasa
arab pada madrasah”. Kurikulum 2013 dimasudkan untuk mengembangkan
potensi peserta didik menuju kemampuan dalam berfikir reflektif bagi
penyelesaian masalah sosial di masyarakat.
Adapun tujuan adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagi pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mengingat standar kompetensi lulusan harus tercapai pada akhir jenjang.
Sebagai usaha untuk memudahkan operasioanal perumusan kompetensi dasar,
diperlukan tujuan antara yang menyatakan capaian kompetensi pada tiap akhir
jenjang kelas pada setiap jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (Mts), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK). Capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas dari 1 samapi VI,
kelas VII samapai dengan IX, Kelas X samapi dengan kelas XII disebut dengan
Kompetensi Inti.
46

A. Tujuan Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di MI dan MTs


a. Tujuan Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di MI
Akidah akhlak adalah suatu pelajaran yang membahas mengenai
contoh perilaku yang baik, selain itu juga akidah akhlak membahas tentang
norma-norma yang baik. Yang mana mata pelajaran ini juga sangat penting
untuk di ajarkan kepada para peserta didik. Selain membahas mengenai
akhlak yang baik juga membahas mengenai asmaul husna dan keteladanan
dan kebiasaan yang baik untuk kehidupan sehari-hari, baik dalam
lingkungan masyarakat ataupun lingkungan sekolah.
Secara awam mata pelajaran akidah akhlak memiliki kiprah yg krusial
guna untuk menyampaikan suatu rangsangan kepada peserta didik supaya
berperilaku yg baik dan berbudi pekerti yang sopan pada kehidupan sehari-
hari. Mata pelajaran akidah akhlak selain mempunyai kiprah yang baik, pula
berkaitan dengan kitab karangan syekh Muhammad syakir , yg mana
terdapat berkesinambungan antara keduanya. Terutama pada mengantisipasi
akibat negatif era globalisasi serta krisis multidimensional yg melanda
bangsa serta Negara Indonesia.
Mata pelajaran Akidah-Akhlak pada MI bertujuan agar membekali
siswa supaya bisa :
1) Membangun suatu sikap siswa menjadi baik, dan menyampaikan
pengalaman-pengalaman buat siswa, serta supaya menumbuhkan rasa
berperilaku yang baik pada kehidupan sehari-hari. Selain itu juga untuk
lebih mempertinggi rasa iman serta takwaa siswa pada Allah Swt.
2) Membentuk penerus bangsa supaya menjadi penerus yang baik secara
tingkah laku, dan mengerti akan kaidah kehidupan yang sudah di
terapkan pada masyarakat, hal ini bermanfaat supaya menanamkan
penerus bangsa yang pandai dan berprilaku baik
B. Tujuan Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di MTs
Banyak mata pelajaran yang dipelajari di pada tingkat MTs, salah
satunya yaitu mata pelajaran Akidah-ahklak. Materi pada setiap mata
pelajaran tersebut harus diajarkan secara bertahap pada tiap jenjang
47

pendidikan yang bertujuan supaya siswa mampu memahami dan


mengamalkan ilmu yang dipelajari.
Akidah-Ahklak memiliki sumbangsih untuk memotivasi siswa supaya
ingin belajar tentang akhlak yang baik dan menjadi sikap yang mendarah
daging dalam diri siswa pada kehidupannya. Mempunyai sikap yang baik
perlu dibiasakan dalam diri siswa di zaman yang serba global seperti saat
ini.
1) Menanamkan perilaku yang dapat mengembangkan pengetahuan serta
kebiasaan kepada siswa tentang perilaku dan akidah Islami agar menjadi
umat islam yang terus mengembangkan keimanan serta ketakwaan
kepada Allah Swt.
2) Membentuk Masyarakat Indonesia yang berbudi pekerti baik serta
terjauhkan dari sikap tidak terpuji pada kehidupan baik individu dan
sosial.
Syekh Muhammad Syakir dalam kitabnya, menuliskan tentang belajar
yang benar-benar, motivasi tinggi, mengatur waktu, membaca dan mempelajari
pelajaran, bertanya, diskusi, taat aturan, melihat situasi dan kondisi, lebih
menghormati guru, perilaku yang baik dan mengejar ridho guru. Hal itu, sesuai
dengan materi pada pelajaran Akidah Akhlak yang bersumber dari kurikulum
k-13 yang mengendepankan potensi siswa.
Akidah-Akhlak membahas tentang rukun iman dan Asmaul Husna dan
kebiasaan yang baik sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
baik sosial maupun individu. Etika dalam mencari ilmu dalam karya Syekh
Muhammad Syakir bisa menjadi referensi untuk siswa dalam menuntut ilmu
serta dapat mengaplikasikan etika menuntut ilmu agar menjadi mudah dan
berkah serta mendapat ridho Allah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka dapat di ambil beberapa kesimpulan , yaitu :
1. Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir dalam
Kitab Washaya Al-Abaa’i Li Abnaa’i sebagai berikut:
1. Belajar dengan tekun dan motivasi yang tinggi
2. Mengatur Waktu
3. Mengulang dan Mengerti Materi Pelajaran Melaksanakan diskusi
4. Bertahap dalam Belajar
5. Menuruti Aturan Yang Ditetapkan
6. Mewujudkan Kondisi dan Suasana kondusif
7. Menghormati Guru
8. Berprilaku yang Baik
9. Mengejar Ridho Guru
B. Saran
Untuk menindaklanjuti pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini,
maka penulis dapat memberi saran antara lain :
1. Mencari ilmu merupakan hal yang wajib untuk dilakukan setiap muslim/at
dari baru dilahirkan hingga liang. Maka dari itu, sudah semestinya kita
mempunyai motivasi yang tinggi dalam mencari ilmu.
2. Mencari ilmu perlu memahami hak dan hal yang wajib dan perlu
mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan serta mengamalkan
perilaku yang terpuji pada kehidupan sosial maupun individu.

48
Daftar Pustaka

Ahmad, Mudhor. 1997. Etika Dalam Islam. Surabaya : Al Ikhlas


Amin, Ahmad. 1957. Al-Akhlaq : Etika (Ilmu Akhlak), Terj. Farid Ma’ruf.
Jakarta : Bulan Bintang
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran,
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Bandroen, Faisal. Dkk. 2005. Etika dan Bisnis Islam. Jakarta : UIN Jakarta Press
Busiri, Ahmad. 2020. Etika Murid Dalam Menuntut Ilmu Perspektif Syaikh Az-
Zarnuji. Jurnal Akademika Manajemen Pendidikan Islam Vol.2 No. 1.55-70
Darsana., Wierta dan Putra Made. 2019. Pengaruh Model Problem Based
Learning berbasis Portofolio Terhadap Kompetensi Pengetahuan Siswa
Kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Tahun 2017/2019. Universitas
Pendidikan Ganesha
Departemen Agama Republik Indonesia. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Jakarta : Syamil Cipta Media
Direktorat Jendral Pendidikan Islam. 2006. Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI
Etika (Def.1). (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indononesia Online. Diakses
melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/ tanggal 14 Desember 2020
Kaelan. 2010. Metode Penelitian Agama Islam Kualitatif Interdisiplin.
Yogyakarta : Paradigma
Mansur. 2004. Sejarah Sarekah Islam dan Pendidikan Bangsa, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Mestika, Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Yogyakarta : Yayasan Obor
Indonesia
Muhammad bin Shalih Al-Utsmani. 2006. Panduan Lengkap Menuntut Ilmu.
Jakarta : Pustka Ibnu Katsir
Nata, Abudin. 2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Nidhomuddin, Zaynul Fata & Muslimin. 2018.

49
50

Sya’ban, Mokh. 2014. Etika Keilmuan : Sebuah Kajian Filsafat Ilmu. Jurnal
Teologia Vo. 25 No. 1
Sabri, Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Wahyudi, M. Jindar. 2006. Nalar Pendidikan Qur’an. Yogyakarta : Apeiron
Philotes
Ya’qub, Hamzah. 1988. Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu
Pengantar), Bandung : Diponegoro
Syaki, Muhammad. 1326 Washoya al-abnaa’. Semarang : Toha Putra.
Syakir Muhammad. 2008. Jangan Engkau Tambah Dosaku. Bandung : Akidah
Akhlak
51

Foto Dokumentasi Penelitian


52
53
54
55

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(CURRICULUM VITAE)
Data Pribadi
Nama : INAYATUN HANIAH
Tempat/Tanggal Lahir : Penerokan, 04 Juni 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Telp/Hp : 0857-0944-8336 / 0857-6421-2639
E-mail : inayatunhaniah12@gmail.com
Motto Hidup : Menuju baik itu baik

Latar Belakang Pendidikan


Tahun 2006-2011 : SDN 77/1 Penerokan Kab. Batanghari
Tahun 2011-2014 : MTs Putri As’ad Olak Kemang
Tahun 2014-2017 : MAS As’ad Olak Kemang
Tahun 2017-2021 : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Prestasi
1. Juara 3 Da’i MTQ Tingkat Jurusan PAI 2020
2. Juara 1 Syarhil Qur’an MTQ Tingkat Jurusan PAI Tahun 2019
3. Juara 3 Lomba Berzanzi (Nazdom) MTQ Tingkat Desa Penerokan 2017

Anda mungkin juga menyukai