Halaman Judul............................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................ ii
Lembar Pengesahan...................................................................................................... iii
1. DEFINISI..............................................................................................................1
2. RUANG LINGKUP..............................................................................................1
3. TATA LAKSANA.................................................................................................2
4. DOKUMENTASI...................................................................................................7
5. LAMPIRAN : Daftar Diagnosa Pasien Masuk Isolasi..........................................8
ii
PANDUAN PENATALAKSANAAN PASIEN ISOLASI
I. DEFINISI
1. Kewaspadaan berdasarkan transmisi adalah tambahan kewaspadaan standart
diterapkan pada pasien dg gejala/dicurigai terinfeksi atau kolonisasi kuman
patogen
2. Kewaspadaan Penularan melalui udara (Airborne Precaution)
Kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi
kuman pathogen yang penularannya melalui udara (Mis : TBC, Campak, Mumps,
Chicken Pox/cacar air)
3. Kewaspadaan penularan melalui percikan (Droplet Precaution)
Kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi
kuman pathogen yang melalui droplet saat pasien batuk, bersin atau berbicara
(Mis : Mumps, Rubella, Pertussis, Influenza)
4. Kewaspadaan penularan melalui sentuhan (Contact Precaution)
Kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi
yang resiko penularannya meningkat melalui kontak
5. Alat Pelindung Diri (APD) adalah : Suatu peralatan yang dipakai oleh petugas
kesehatan untuk melindungi dirinya dari bahan-bahan yang dapat infeksius
seperti darah, cairan tubuh, sekret pasien.
6. Immunocompromissed :
1
III. TATA LAKSANA
1. AIRBORNE PRECAUTIONS
Diterapkan kepada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi kuman
pathogen dengan penularan melalui udara. Partikel lebih kecil dari droplet (<
5um) dan tinggal di udara dalam jangka waktu lama, sehingga udara
terkontaminasi, menular melalui udara terkontaminasi yang dihirup
Contoh kondisi :
TBC Paru
Measles/Campak
Varicella
Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) PENATALAKSANAAN
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Tidak diperlukan
Apron/gown Tidak diperlukan
Masker Masker N 95 (P2 Particulate respiratory)
digunakan untuk kasus TBC dan SARS
Untuk kasus lain bisa digunakan masker bedah.
Masker dipakai oleh petugas yang sama, dan
dibuang setelah kontak.
Catatan : masker diganti setelah dipakai terus
menerus selama 4 jam atau jika masker basah
atau kotor
2
Linen Minimalkan kontak dan mengibaskan linen
pasien Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke
dalam kantong plastik berwarna kuning dan
ditangani sesegera mungkin
Dekontaminasi sesuai prosedur
Gunakan APD saat menangani linen
yang terkontaminasi
2. DROPLET PRECAUTIONS
Diterapkan saat melakukan tindakan yang kontak dengan mebrane mukosa
atau konjungtiva pasien yang diduga menular. Partikel lebih besar dari 5um,
dan memercik dalam radius 1 meter,
Contoh Kondisi :
Bronchiolitis
Meningo-coccal Infectius
Viral infections termasuk influenza, Mumps &
Rubella PENATALAKSANAAN
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Sesuai kewaspadaan standar
Apron/gown Sesuai kewaspadaan standar
Masker Masker bedah
Petugas harus menggunakan masker saat merawat
pasien dengan batuk produktif, terutama bila
melakukan penanganan dengan jarak ± 1meter
Goggles/face shield Lindungi wajah bila ada resiko percikan
Penanganan peralatan Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi
dan sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan
untuk pasien lain
3
Transportasi pasien Pasien menggunakan masker bedah
Hubungi ruangan yang akan menerima pasien
Petugas tidak perlu menggunakan masker jika
pasien sudah menggunakan masker
3. CONTACT PRECAUTIONS
Diterapkan untuk menurunkan resiko penularan mikroorganisme pathogen
melalui kontak langsung maupun tidak langsung diantaranya :
Kontak kulit dan kulit
Kontaminasi dari peralatan pasien
Lingkungan
pasien Contoh
kondisi :
4
PENATALAKSANAAN
5
4. Pasien dengan penurunan daya tahan tubuh (Immunocompromissed)
Pasien dengan penurunan daya tahan tubuh dimasukkan ke dalam ruang isolasi
untuk mencegah resiko paparan mikroorganisme pathogen dari pasien lain.
Contoh kondisi : Autoimune disorder
Beberapa pasien dengan kondisi tertentu dimasukkan ke dalam ruang isolasi
dengan mempertimbangkan kenyamanan pasien maupun pasien lain
disekitarnya.
5. Penatalaksanaan perawatan pasien isolasi dengan penyakit menular harus
terinformasi jelas dengan memberi tanda khusus pada pintu kamar pasien
sesuai cara penularannya.
6. Semua petugas kesehatan yang terkait harus memahami dan menerapkan
metode kewaspadaan selama menjalankan prosedur pada pasien &
lingkungannya:
Kewaspadaan standar (Standard Precautions )
Kewaspadaan berdasarkan transmisi (air borne, droplet dan kontak)
7. Semua peralatan baik medis maupun non medis yang telah digunakan di ruang
isolasi harus menjalani proses dekontaminasi-disinfeksi atau sterilisasi yang telah
direkomendasikan sebelum digunakan kembali.
8. Melakukan pembersihan ruangan secara rutin/harian sesuai dengan SPO yang
telah ditetapkan untuk ruang isolasi. Pembersihan menyeluruh dilakukan saat
pasien pindah atau pulang
9. Peralatan makan yang digunakan di ruang isolasi tidak ada perlakuan khusus
misal dengan pemakaian fasilitas sekali pakai. Pencucian cukup dengan
menggunakan disinfektan khusus untuk alat makan atau secara mekanik (mesin
cuci piring) dengan suhu ±80°C.
10. Semua alat kebersihan yang dipakai (pel, lap dll) untuk ruang isolasi harus
didekontaminasi segera sesuai SOP yang direkomendasikan setiap selesai
digunakan dan tidak digunakan untuk area yang non infeksius.
11. Pengunjung ruang isolasi harus mendapatkan edukasi & penjelasan oleh petugas
kesehatan tentang kewaspadaan standar selama berkunjung.
12. Bila pasien ruang isolasi dengan kasus menular harus menjalankan pemeriksaan
atau tindakan diluar kamar perawatan informasikan secara jelas kepada instalasi
lain yang dituju tentang kondisi pasien.
13. Penanganan jenasah dari kamar isolasi harus ditangani sesuai dengan SOP dan
hindarkan pencemaran terhadap lingkungan.
6
14. Prosedur cuci tangan merupakan metode penting untuk mencegah penyebaran
infeksi , pastikan fasilitas tersedia setiap saat, aman dan nyaman saat
digunakan.
15. Penggunaan ruang perawatan biasa menjadi ruang isolasi karena situasi tidak
normal ( ruang isolasi penuh dan kohorting tidak dapat dilakukan ) harus di
informasikan kepada dokter yang merawat demi keamanan pasien, petugas dan
pengunjung.
16. Perawatan pasien yang memerlukan kamar isolasi tidak dapat dilakukan bila
ruang isolasi penuh, kohorting tidak dapat dilakukan dan ruang perawatan biasa
yang ada tidak dapat digunakan sebagai ruang isolasi. Dalam situasi tersebut
pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain.
17. Bila pasien dari ruang isolasi meninggal perawatan jenasah dilakukan dengan
memperhatikan prinsip kewaspadaan standar
18. Pasien dari ruang isolasi meninggal ataupun dirujuk menggunakan ambulance,
maka ambulance wajib dilakukan desinfeksi sesuai prosedur
IV. DOKUMENTASI
Dilakukan audit kepatuhan penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi, hasilnya
dilaporkan ke unit dan direksi
7
LAMPIRAN :
1. Adenovirus
2. Chicken pox (Varicella)
3. Enterovirus
4. Haemophilus Influenzae
5. Herpes Simplex
6. Herpes Zoster
7. Measles
8. iMumps
9. Multi Resistant Organism (MRSA, VRE, ESBL)
10. Pneumonia
11. Pertusis
12. TBC Paru
13. Tetanus