PENDAHULUAN
Persoalan buruh sudah terjadi pada permulaan abad ke-19 saat keadaan kaum
upah yang rendah, jam kerja yang panjang, tenaga perempuan dan anak
yang disalah gunakan sebagai tenaga murah. Keadaan di dalam pabrik yang
Maka kalau kita sedikit berpeka ria terhadap keadaan pekerja/buruh dalam elemen
sosial, politik, historis, hukum sampai ekonomi dalam kehidupan sehari-hari kita
kemarin, maka kita akan temukan berbagai permasalahan yang kompleks serta
masingnya memiliki sifat mendasar yang sama, namun tidak bisa disamakan pula,
atau di generalisasi secara umum, karena jelas, setiap daerah berbeda dalam hal
seperti kesengsaraan, ketimpangan serta kesenjangan sosial yang terjadi dan dialami
Pemerintah. Peringatan hari buruh juga seringkali ditandai dengan perjuangan buruh
untuk menuntut kesejahteraan. Penyaluran aspirasi oleh buruh semakin hari semakin
Salah satu aspirasi yang selalu dituntut buruh setiap tahun adalah kenaikan
upah, khususnya besaran Upah Minimum Provinsi (UMP). Tuntutan buruh untuk
menaikkan besaran UMP dan juga besaran kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK) setiap tahun dinilai wajar karena memang Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
juga meningkat setiap tahunnya. UMP adalah upah yang berlaku untuk seluruh
Hal ini berarti ketentuan mengenai UMP berlaku bagi seluruh kabupaten/kota di
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2013 tentang
7 Tahun 2013.
1.2. Rumusan Masalah
3. Apa dampak hari buruh terhadap para buruh pada saat ini?
3. Untuk mengetahui dampak hari buruh terhadap para buruh pada saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Kalau untuk kata “Buruh”, kita pasti sudah lama tidak asing dengannya.
Karena di bulan Mei tepatnya pada awal Mei, disetiap tahun adalah bulan yang sangat
identik dengannya. Namun perlu di Clear kan kembali disini, bahwa “Buruh”
atau
Labour itu sama halnya dengan “Pekerja” atau Workers, penulis rasa tidak ada yang
membedakan dari segi substansial, artifisial ataupun nilai, makna, serta
epistemologisnya, karena kalau pekerja ditarik definisinya kebelakang
maupun
kedepan, hasilnya akan sama. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membuktikan
itu semua. Menurut KBBI, “Buruh” adalah orang yang bekerja untuk orang
lain
dengan mendapat upah; pekerja. “Pekerja” diletakkan dengan menggunakan
tanda
baca pengganti tanda penyambung, yang artinya kalimat yang dijabarkan memiliki
arti ataupun makna yang sama dengan sebuah kalimat atau kata yang ditambahkan
didepannya dengan menggunakan tanda titik koma ( ; ). Satu-satunya
yang
membedakan hanyalah huruf dan anggapan orang-orang kebanyakan, yang
masih
berpaham diferensiasi kelas, yang kalau “Buruh” selalu dikonotasikan dengan Buruh
Serabutan atau Pekerja Kasar atau Pekerja Pabrik saja.
Padahal, Karl Marx sendiri sudah tegas dalam menyatakan bahwa hanya ada 2
jenis kelas di dunia ini, yakni borjuasi dan proletar. Tidak ada yang namanya kelas
menengah seperti yang menjadi landasan buruh dan pekerja itu berbeda dari
sifat
derajat klasnya. Padahal tidak. Kelas menengah hanyalah pecahan dari
Kaum
Proletar. Menurutnya, Kaum Borjuis adalah pemilik dari alat-alat, baik itu
alat
produksi maupun alat untuk bekerjanya para pekerja/buruh, sedangkan
proletar
adalah kaum yang bekerja kepada para pemilik alat-alat tadi atau yang
disebut
sebagai “Pemilik Modal” dengan harapan mendapat upah gaji untuk
membiayai
hidupnya.
Kalau ditilik secara legalitas, Pekerja/Buruh sendiri didalam UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, tepatnya dalam Bab 1 Tentang Ketentuan
Umum,
pasal 1 ayat 3 memiliki suatu definisi yang berbunyi “Buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Lalu kalau
mengacu pada definisi Pekerja/Buruh menurut International Labour
Organization
(ILO), dapat ditarik definisi yang agak sedikit melengkapkan, yakni Pekerja/Buruh
adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/badan hukum dan mendapatkan upah
sebagai imbalan atas jerih payahnya menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan
padanya. Dengan kata lain semua orang yang tidak memiliki alat produksi dan
Karena di bulan Mei tepatnya pada awal Mei, disetiap tahun adalah bulan yang
sangat identik dengannya. Namun perlu di Clear kan kembali disini, bahwa
“Buruh” atau Labour itu sama halnya dengan “Pekerja” atau Workers, penulis rasa
kebelakang maupun kedepan, hasilnya akan sama. Kamus Besar Bahasa Indonesia
bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah; pekerja. “Pekerja” diletakkan
yang dijabarkan memiliki arti ataupun makna yang sama dengan sebuah kalimat
( ; ).
Padahal, Karl Marx sendiri sudah tegas dalam menyatakan bahwa hanya ada 2 jenis
kelas di dunia ini, yakni borjuasi dan proletar. Tidak ada yang namanya kelas
menengah seperti yang menjadi landasan buruh dan pekerja itu berbeda dari
sifat derajat klasnya. Padahal tidak. Kelas menengah hanyalah pecahan dari
baik itu alat produksi maupun alat untuk bekerjanya para pekerja/buruh,
sedangkan proletar adalah kaum yang bekerja kepada para pemilik alat-alat
tadi atau yang disebut sebagai “Pemilik Modal” dengan harapan mendapat
upah gaji untuk membiayai hidupnya. Kalau ditilik secara legalitas, Pekerja/Buruh
Bab 1 Tentang Ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3 memiliki suatu definisi yang
berbunyi “Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
Labour Organization (ILO), dapat ditarik definisi yang agak sedikit melengkapkan,
yakni Pekerja/Buruh adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/badan hukum
pekerjaan yang dibebankan padanya. Dengan kata lain semua orang yang tidak
memiliki alat produksi dan bekerja pada pemilik alat produksi maka bisa
dikatakan sebagai buruh.3 Maka seyogyanya kita tidak boleh membedakan antar
pencari nafkah dengan suatu konotasi tersendiri, yang dalam hal ini, kaum buruh
dengan sebutan “Buruh” disertai sentiment emosional yang berbeda, maka ia akan
termarjinalisasi dengan sendirinya, dan tentu, hal itu sangat harus dihindarkan,
keberadaan golongan orang dengan sebutan buruh tidak begitu menonjol. Pada masa
itu, adanya Sistem Feodalisme mengakibatkan munculnya perbedaan kelas yang pada
akhirnya terdapat golongan orang kelas bawah, seperti Budak atau Kuli yang bekerja
pada orang-orang yang memiliki kelas lebih tinggi atau Para Bangsawan.
Berdasarkan fakta sejarah, pada waktu sebelum masa penjajahan datang dan
selama masa penjajahan itu sendiri, di Indonesia telah terdapat berbagai macam
memiliki sejarahnya 3 Sebuah tulisan oleh Narasumber Diskusi tentang May Day
dan Masalah Keburuhan pada tanggal 28 April 2017 oleh Zainudin (Ketua KSPI
Jawa Tengah Aliansi Buruh Berjuang) yang berjudul Kajian : Ambang Nasib Buruh
sendiri-sendiri dan sudah barang tentu juga memiliki sistem politik dan
Namun, diantara perbedaan tersebut ternyata ada suatu ciri khusus yang tidak
jauh berbeda di antara kerajaan satu dan lainnya. Ciri khusus tersebut adalah
adanya Kharisma dan otoritas Raja terhadap Rakyatnya, serta Rakyat yang
sumber daya produksi tersebut, bagi mereka yang tidak memiliki tanah akan
melalui pekerjaan sebagai penggarap tanah atau menjadi budak dari tuan tanah.
Dari sinilah kelas buruh tani itu muncul karena mereka harus bekerja untuk
mendapatkan upah dari tuan mereka demi mempertahankan kehidupan mereka dan
keluarganya.
Dengan bekerja pada orang lain, berarti buruh itu memberikan dirinya
diperbudak oleh orang lain atau orang yang memiliki Sumber Daya. Buruh
jadi buruk. Apabila ditarik kembali kepada makna dari suatu “Hak” itu sendiri,
harusnya, dan tuntutan pemenuhan atas haknya adalah upaya yang halal dan
bahwa yang diinginkan mereka sudah mendapat Good Will6 dari mereka yang
Komunisme adalah gerakan dan kekuatan politik partai – partai komunis yang sejak
Revolusi Oktober 1917 di bawah pimpinan V.I. Lenin menjadi kekuatan politis dan
Hak buruh adalah suatu hal yang melekat dalam konstelasi buruh dari awal
hingga saat ini. Konsep tersebut bukan sekedar hal yang tetap melainkan
nomor dua karena mereka adalah motor penggerak produksi dan konsumsi
serta bentuk dari kehadiran kebebasan manusia serta warga negara pula dalam hal
eksistensinya. Intinya adalah, paham Marxist merupakan dasar atau landasan dari
paham-paham yang nantinya muncul karena proses dialektika itu sendiri, dan
penulis rasa, Marxist sendiri muncul karena sebelumnya sudah ada paham-paham
Akan tetapi, apakah pernah akan lahir masyarakat di mana hak milik pribadi
sama sekali terhapus? Jadi, apakah komunisme, masyarakat tanpa hak milik pribadi
dan tanpa kelas-kelas sosial itu, pernah akan terwujud? Karena faktor
Itulah sebabnya Marx makin lama makin memusatkan studinya pada ilmu
manusia pekerjadan arena itu, pertentangan kelas paling tajam. Karena itu
produksi kapitalistis semakin tidak terjual karena semakin tidak terbeli oleh massa
akan melahirkan revolusi kelas buruh yang akan menghapus hak milik
pribadi atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat sosialis tanpa kelas.
Memang Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu yang paling
mendominasi dalam hal buruh sebagai suatu pergerakan, namun pergerakan ataupun
buruh yang terjadi di pelabuhan Semarang adalah atas inisiatip dan dilakukan oleh
para buruh tongkang. Pemogokan yang pertama terjadi pada tahun 1918, disebabkan
oleh upah yang rendah sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga mereka. Dalam pemogokan itu belum ada indikasi adanya intervensi atau
sehingga baik pihak majikan maupun pemerintah masih bersikap moderat dan
menjadi berbeda secara sifat,akibat, dampak serta sikap dari pemerintahan pada
waktu itu. Pemerintah tidak lagi bersikap moderat dan kompromis, yang berdampak
pula pada seluruh majikan setelahmengetahui gerakan para buruh diintervensi oleh
golongan politik yang memang padasaat itu ideologi maupun sifatnya adalah buruh
sebagai suatu gerakan. Namun tetapsaja, ada kepentingan yang bernuansa politik
disana, yang padahal, buruh melakukan gerakan-gerakan yang didasari proses sebab
sendiri sehingga menghasilkan suatu inisiatip. Diperparah lagi ketika tahun 1926
secara resmi; menurut Partai Komunis Indonesia (PKI)itu sendiri, bukan Komunis
masyarakat harus sama hak dan kesejahteraannya dan bahwa untuk mencapai
keadaan itu kekayaan harus dimiliki bersama dan pekerjaan produktif diatur
secara sentral.
Hal inilah yang menjadi dasar fundamental para kaum buruh bergerak dalam hal
“Pergerakan” menuntuk pemenuhan hak atau yang lebih luas lagi, menuntut sistem
yang sebagaimana harusnya sistem kehidupan itu berjalan, terkhusus sistem yang
suatu penghematan kembali, penulis ingin membuat suatu kesimpulan singkat namun
berujung justifikasi. Hak milik pribadi tidak melulu buruk. Hak milik pribadi yang
kotor dan kebanyakan ditentang adalah hak milik pribadi berbentuk kekayaan
ditempatkan sebagai komoditas, baik itu dalam hal ekonomi maupun politik.
Sehingga dalam segi apapun kita memandang sosok buruh, namun kalau
mengartikan buruh itu adalah Ingredients seperti yang sudah disebut diatas, atau
yang lebih parah sebagai barang yang memiliki harga jual dan ditempatkan
sebagai sesuatu yang memiliki nilai materiil; keuntungan, yang dapat disebut sebagai
komoditas atau Commodities, maka buruh dapat disebut bukan lagi manusia. Dalam
Pandangan Karl Marx, para pekerja atau kaum buruh itu teralienasi atau
sebagai berikut:
yakni upah.
misalnya pekerja- pekerja yang lebih handal ataupun lebih gesit, maka
para pekerja akan bersaing satu sama lain untuk memenuhi itu, dan secara
Ketika terjadi krisis, maka buruh bisa dengan seenaknya diganti atau
melihat Buruh sebagai sesuatu yang sama dengan alat produksi. Jadi sama-sama
diartikan dengan Ingredients, bukan sebagi manusia. Lalu apa bedanya dengan
perbudakan dan penghambahaan? Padahal sudah sangat jelas tidak boleh ada
semua itu, baik secara nasional maupun internasional, hal tersebut sudah
terabaikan.
Brill Academic Publisher. Alih Bahasa : Madayuti Pertiwi, Achmad Gusman dan
1930, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “Kerja Paksa atau Kerja Wajib” ialah
semua pekerjaan atau jasa yang dipaksakan pada setiap orang dengan ancaman
hukuman apapun dan untuk mana orang tersebut tidak menyediakan diri secara
yang salah. Asal diorganisasikan dengan tepat, suatu masyarakat tanpa konflik dapat
diciptakan.
Seperti yang sudah dikatakan diawal tulisan ini, bahwa May Day adalah
“Peringatan”, karena memang pergerakan buruh yang dibranding oleh sebutan May
menuntut pemenuhan hak dari para buruh/pekerja, yang salah satunya adalah
pengurangan jam kerja. Peringatan hari buruh sedunia selalu diperingati oleh gerakan
Peringatan hari buruh ini merupakan peristiwa bersejarah bagi perjuangan kaum
buruh di dunia yang mana pada saat itu gerakan buruh berhasil mempersingkat jam
kerja yang dulunya bekerja selama 19 sampai 20 jam sehari. Peristiwa bersejarah
itulah yang setiap tahunnya di peringati oleh gerakan buruh di dunia, bahkan 1 Mei
dijadikan sebagai hari perjuangan kelas pekerja pada Kongres 1886 oleh Federation
baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik massif di era tersebut. Tanggal
1 Mei dipilih karena pada tahun 1872, terjadinya aksi buruh yang sukses di Kanada,
yakni menuntut 8 jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.
Peringatan hari buruh di Indonesia sendiri juga disamakan dengan peringatan Hari
1948. Pasal 15 ayat 2 menyebutkan “Pada hari 1 Mei, buruh dibebaskan dari
berubah, maka peringatan Hari Buruh Internasional dilarang. Sejak saat itu,
peringatan 1 Mei tidak pernah diakui oleh pemerintah. Dan juga pada tanggal
untuk tidak bekerja/libur. Setelah Orde Baru jatuh melalui Reformasi, Hari buruh
berlangsung lagi namun masih secara informal, dan baru di legitimasi kembali pada
menghilangkan konstelasi dari May Day itu sendiri, salah satunya dengan
“Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang terbentuk dari, oleh, dan
untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat
keluarganya”.
perselisihan mengenai upah yang harus dibayarkan oleh pengusaha kepada buruh.
buruh karena selain menguntungkan, pemberian upah sedikit di atas upah minimum
Di pihak lain, buruh merasa nilai upah minimum yang dibayarkan pengusaha
terlalu kecil, sehingga mereka harus bekerja lebih keras lagi untuk dapat hidup
sejahtera (Much Nurachmad, 2009). Pada dasarnya upah diberikan oleh pengusaha
kepada buruh dalam suatu hubungan kerja yang tertuang dalam suatu perjanjian kerja.
Penentuan besarnya upah tentunya harus disesuaikan dengan standar upah minimum
yang berlaku. Pemberian upah dari pengusaha kepada buruh pada dasarnya harus
proses upah ditetapkan; 2). Aspek Ekonomis, suatu aspek yang lebih melihat pada
kondisi ekonomi, baik secara makro maupun mikro, yang secara operasional
(Abdul Hakim, 2006). Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain dan
dalam pelaksanaan pemberian upah salah satu aspek tidak dapat dihilangkan atau
menyebutkan, upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah
pokok, termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring
selanjutnya disingkat UMP adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa upah minimum yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja bersama Lembaga Tri
Partrit Nasional serta Lembaga Tri Partit Daerah, ditujukan untuk melindungi buruh.
Dalam realitanya, adanya penetapan upah minimum yang berbeda-beda ternyata telah
menimbulkan keresahan di kalangan buruh. Jika keadaan ini dibiarkan, tentunya para
pengusaha akan kesulitan memenuhi tuntutan buruh, akibatnya akan banyak PHK
Dengan adanya suatu sistem pengupahan nasioal, diharapkan nantinya ada suatu
patokan atau tolok ukur untuk menentukan besaran upah yang dapat dijadikan standar
Jika sudah tercipta suatu sistem pengupahan nasional yang disesuaikan dengan
besaran upah minimum yang disesuaikan dengan kondisi wilayah provinsi dan
tidak hanya melibatkan pihak Kementerian Tenaga Kerja saja, tetapi juga melibatkan
pihak-pihak lain yang terkait, diantaranya : Dewan Pengupahan Nasional (yang terdiri
dari para pakar, praktisi, dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan
masukan kepada Pemerintah); perwakilan dari asosiasi pengusaha, sebagai wakil dari
bersangkutan, sebagai wakil dari buruh. Pihak-pihak tersebut mempunyai tugas untuk
menentukan besarnya tingkat upah minimum yang berlaku pada suatu saat tertentu
dan mengamati apakah standar tingkat upah minimum tersebut sudah dapat menjamin
Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada 3 (tiga) fungsi upah,
yaitu mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang, menjamin kehidupan yang
layak bagi buruh dan keluarganya dan menyediakan uang insentif untuk mendorong
peningkatan produksi kerja. Salah satu permasalahan yang timbul dalam sistem
pengupahan adalah belum ada penetapan mengenai struktur dan skala upah, apalagi
belum semua perusahaan memiliki struktur dan skala upah yang seragam. Pada
dasarnya penyusunan struktur dan skala upah telah diatur dalam Keputusan Menteri
49/Men/IV/2004 menyebutkan bahwa struktur upah adalah susunan tingkat upah (dari
yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya dari yang tertinggi sampai yang
terendah). Sedangkan, skala upah adalah kisaran nilai nominal upah menurut
kelompok jabatan.
Tahun 2003 disebutkan bahwa penyusunan struktur dan skala upah dimaksudkan
sebagai pedoman penetapan upah sehingga terdapat kepastian upah tiap buruh serta
untuk mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan yang
Petunjuk Teknis Penyusunan Struktur dan Skala Upah merupakan pedoman (acuan)
dalam penyusunan struktur dan skala upah yang dilakukan (disusun) dengan
memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi kerja
uraian tersebut, tidak ada ketentuan yang mewajibkan atau mengharuskan pen
yusunan struktur dan skala upah dengan pengenaan suatu sanksi tertentu.
salah satu faktor utama bagi buruh dalam membantu mewujudkan ketenangan kerja,
menunjang hal tersebut, penetapan upah di atas kebutuhan hidup minimum buruh
menciptakan kesejahteraan sosial. Upah yang diterima buruh diharapkan tidak hanya
keluarganya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengetahui tingkat
kesejahteraan seorang buruh adalah dilihat dari sampai sejauh mana kebutuhan fisik
minimum buruh tersebut dapat terpenuhi (sandang, pangan, dan papan), maka
kesejahteraan bagi diri buruh saja, melainkan juga pemenuhan kesejahteraan bagi
keluarganya. Sebab tujuan buruh bekerja bukanlah hanya untuk dirinya sendiri,
Dengan demikian, penentuan tingkat upah minimum ini harus memjadi prioritas
utama dari pengusaha, karena upah minimum yang akan diterima buruh sangat
kesejahteran buruh sebagai prioritas utama, maka diharapkan agar dinamika, inisiatif,
dan inovasi dari kalangan buruh akan tumbuh sehingga akan tercipta iklim kerja yang
baik diantara buruh dan pengusaha. Di samping itu, jika standar upah minimum dan
sistem pengupahan nasional sudah dapat diwujudkan, maka secara otomatis buruh
akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dengan baik pula,
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
dilakukan oleh buruh, yang apabila diintervensi dengan hal-hal politis, maka dengan
buruh itu sendiri. Hal itu juga tentunya menjadi sebuah pembelajaran bagi
buruh itu sendiri, untuk lebih cerdas atau setidak-tidaknya dapat berorganisasi
dengan lebih baik dan mampu melakukan tindakan atau ajakan-ajakan yang
3.2. Saran
informasi pengetahuan tentang hari buruh internasional (May Day). Dalam hal
penulisan sebaiknya harus memberikan informasi yang akurat agar dapat dipahami