Anda di halaman 1dari 93

Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

KOMUNIKASI PENDIDIKAN BAGI KELUARGA TKI


Teknologi Komunikasi Sebagai Media Dalam Pembentukan
Karakter Anak

i
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

ii
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Titik Purwati
Harun Ahmad
Dino Sudana

KOMUNIKASI PENDIDIKAN BAGI KELUARGA TKI


Teknologi Komunikasi Sebagai Media Dalam Pembentukan
Karakter Anak

iii
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Copy right ©2020, Bildung


All rights reserved

KOMUNIKASI PENDIDIKAN BAGI KELUARGA TKI


Teknologi Komunikasi Sebagai Media Dalam Pembentukan Karakter Anak
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Editor: Dewi Kusumaningsih


Desain Sampul: Danis HP
Lay out/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


KOMUNIKASI PENDIDIKAN BAGI KELUARGA TKI Teknologi Komunikasi
Sebagai Media Dalam Pembentukan Karakter Anak /Titik Purwati, Harun
Ahmad & Dino Sudana/Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020

xiv + 80 halaman; 15 x 23 cm
ISBN: 978-623-6658-08-6

Cetakan Pertama: 2020

Penerbit:
BILDUNG
Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791
Telpn: +6281227475754 (HP/WA)
Email: bildungpustakautama@gmail.com
Website: www.penerbitbildung.com

Anggota IKAPI

Bekerja sama dengan AMCA (Association of Muslim Community in Asean)

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari
Penerbit.

iv
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

PENGANTAR

SEGALA PUJI hanya bagi Allah. Karena-Nya rahmat, taufiq


dan anugerah senantiasa terlimpahkan sehingga penulisan buku
ini dapat berhasil terselesaikan. Penulisan buku ini sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan penulis dalam
mencurahkan hasil karya pemikiran dalam rangka membantu
memberikan referensi bagi mereka yang membutuhkan pada
bidang pengembangan ilmu komunikasi Pendidikan khususnya
komunikasi pada keluarga TKI.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu
memberikan dukungan sehingga terselesaikannya penulisan dalam
bentuk monograf ini. Dukungan, baik yang berupa data maupun
sumber-sumber informasi serta segenap sumber utama sebagai
responden sehingga tercapai akurasi untuk penulisan monograf
ini. Teristimewa kepada Direktur Riset dan Teknologi Pendidikan
Tinggi (RISTEKDIKTI) yang telah memberikan dana penelitian
pada tahun anggaran 2015 dan 2016, juga kepada Rektor IKIP Budi
Utomo Malang yang telah memberikan dukungan kesempatan
dalam penelitian dan penulisan monograf sampai selesai. Tak lupa
pula penulis sampaikan terima kasih kepada Prof. Ahksanul In’am
dan Ibu Dewi Kusumastuti yang telah menginspirasi penulis

v
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

untuk menyusun buku monograf. Penulis menyadari bahwa buku


ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan untuk
itu kritik yang konstruktif demi penyempurnaan buku monograf
ini sangat penulis butuhkan. Semoga hasil penulisan ini dapat
memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu komunikasi
Pendidikan, khususnya ilmu komunikasi dalam keluarga.
Malang, 29 Mei 2020
Wassalam

Penulis

vi
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

DAFTAR ISI

Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Diagram xi
Daftar Gambar xiii

BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Penulisan 3
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 3
D. Urgensi Penulisan 4

BAB II Komunikasi dalam Konstruksi Pembentukan


Karakter Anak Keluarga TKI 5
A. Pengertian Komunikasi Pendidikan 5
B. Komunikasi Dalam Keluarga 6
C. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 8

vii
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

D. Karakter Anak 9
E. Komunikasi Melalui Media Teknologi Komunikasi 11
F.
Tulisan-Tulisan Terdahulu 13
G. Alur Penulisan 14

BAB III Telaah Untuk Membangun Komunikasi


Dalam Keluarga TKI 17
A. Telaah Model Bangunan Komunikasi 17
B.
Langkah-langkah Penulisan 18
C. Subjek dan Lokasi Penulisan 18
D. Sumber Data 18
E.
Perangkat Penulisan 19
F.
Pengumpulan Data 20
G. Teknik Analisis Data 21

BAB IV Intensitas, Isi, Teknologi dan Karakter Anak


Dalam Komunikasi Pendidikan 23
A. Gambaran Umum Keluarga TKI 23
B.
Intensitas Komunikasi 26
C.
Isi Komunikasi 28
D. Teknologi Komunikasi 30
E.
Karakter 31

viii
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BAB V Pemberdayaan Dan Pendampingan Keluarga


TKI Untuk Komunikasi Pendidikan 39
A. Gambaran Umum Lokasi Penulisan 39
B.
Perumusan Kerangka Tindakan 41
1. Perumusan Model Komunikasi Pendidikan
Untuk Keluarga 42
2. Pemberdayaan Melalui Kegiatan Pelatihan 49
3. Pendampingan 54

BAB VI Penutup 57
Daftar Pustaka 63
Glosarium 69
Indeks 71
Biodata Penulis 73

ix
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

x
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1. Alur penulisan komunikasi pendidikan


dalam keluarga dan teknologi komunikasi pendidikan
dalam keluarga 15
Diagram 3.1. Fishbone kerangka kerja pembentukan
karakter anak 17
Diagram 3.2. Alur kerja dan perlakuan komunikasi
pendidikan keluarga TKI 20
Diagram 5.1. Skema pemodelan perlakuan pemberdayaan
dan pendampingan persuasi oleh media komunikasi 45
Diagram 5.2. Skema pemodelan perlakuan isi
komunikasi pendidikan menuju pembentukan karakter anak 48

xi
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

xii
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Penggalian data dengan kuesioner dan


wawancara kepad Suami/isteri TKI 49
Gambar 5.2. Penyampaian materi pendidikan karakter pada
suami dan isteri TKI 51
Gambar 5.3. Peserta pelatihan komunikasi pendidikan
keluarga TKI di Desa Sukaurip 52
Gambar 5.4. Peserta pelatihan komunikasi pendidikan
keluarga TKI di Desa Kalianyar 52

xiii
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

xiv
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DI ERA GLOBAL, hubungan antar bangsa seperti tanpa
batas (borderless). Mobilitas penduduk telah menjadi suatu
keniscayaan. Mobilitas terjadi tidak sekedar dalam lintas batas
antar wilayah dalam suatu negara namun terjadi pula dalam skala
lintas antar negara. Bentuk mobilitas penduduk yang terjadi saat
ini, tidak saja karena dampak meningkatnya kegiatan bisnis dan
perdagangan tetapi juga bidang bidang lainnya, demikian pula
yang terjadi dalam bidang ketenagakerjaan.
Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) melaporkan, hasil sensus
penduduk Indonesia tahun 2010 telah mencapai 237.5 juta orang.
Jumlah penduduk yang demikian besar mendorong munculnya
permasalahan ketenagakerjaan. Salah satu solusi yang ditawarkan
pemerintah Indonesia adalah melalui kebijakan pengiriman tenaga
kerja ke berbagai negara yang dikenal dengan sebutan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) (Apriliana, 2013). Menurut Soepomo:
(2001) TKI adalah warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun
wanita yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial,
keilmuan, kesehatan dan olahraga professional serta mengikuti
pelatihan kerja di luar negeri baik di darat, laut maupun udara
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja

1
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat berdasarkan data resmi


dari Badan Nasional Pengiriman dan Penempatan TKI (BNP2TKI)
tahun 2011 – 2012 merupakan wilayah pemasok terbesar dari 50
daerah pengirim TKI di Indonesia. Jumlahnya mencapai 40.592
orang, belum termasuk TKI yang illegal (Ducanes & Abella,
2009). Salah satu desa pemasok tersebut adalah desa Sukaurip,
Kec. Balongan yang sebagian besar menjadi TKI di berbagai
Negara. Berdasarkan survey awal di tahun 2013, penduduk
desa Sukaurip yang tergolong usia produktif, usia lebih dari 17
tahun; Laki-laki 1500 orang, sedangkan wanita sebanyak 1600
orang. Jumlah penduduk usia produktif tersebut, yang berprofesi
sebagai TKI; 600 orang laki-laki dan 300 orang wanita (Subati &
Ismail, 2013). Selanjutnya, dari jumlah TKI yang telah memiliki
anak di usia sekolah total 650 orang, selebihnya masih berstatus
bujangan. Adapun yang menjadi negara tujuan utama TKI secara
berurutan berdasarkan jumlahnya adalah Arab Saudi, Al-Jazair,
Qatar, Malaysia, Taiwan, Brunai, Hongkong, Jepang dan Korea.
Mengapa desa Sukaurip menjadi salah satu objek penulisan ini?
Karena para orang tua yang menjadi TKI, tidak saja dengan status
sebagai TKI penatalaksana rumah tangga dengan sebutan TKW
namun juga TKI dengan bidang kerja yang beragam. Seperti
pengemudi, pekerja pabrik sampai dengan tenaga pelaksana
bidang jasa konstruksi. Berdasarkan data dari survey awal
di desa Sukaurip, lebih dari dua pertiga orang dewasa sebagai
TKI memiliki anak yang masih membutuhkan bimbingan dan
perhatian penuh dari para orang tuanya.
Sehubungan dengan kondisi yang dialami oleh orang tua
berprofesi TKI, mengakibatkan keberadaan orang tua dan anaknya
menjadi berjauhan. Perhatian orang tua terhadap anaknya agar
supaya tetap berlangsung sehingga dapat terus mengarahkan
dan memantau perkembangannya maka diperlukan media yang
bisa digunakan sebagai sarana untuk membangun komunikasi di
antara dua pihak tersebut. Media untuk mengatasi kondisi tersebut
adalah dengan menggunakan perangkat bantuan program aplikasi

2
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

dan media komunikasi untuk hubungan berjarak jauh (Long


Distance Communication) yakni dengan perangkat bantuan media
telepon dan melalui jaringan internet. Namun demikian di sisi
lain kemampuan adaptasi para TKI terhadap media komunikasi
masih lemah. Hal itu karena latar belakang pendidikan TKI yang
sebagian besar masih rendah. Informasi Deputi Ilmu Pengetahuan
Sosial dan Kemanusiaan LIPI bahwa 50% (TKI) itu berpendidikan
SD ke bawah dan berumur di bawah 21 tahun (Vivanews.com;
Rahmawati, 2018). Pada sisi lain, peran orang tua demikian
pentingnya. Hasil penulisan menunjukkan, Ayah memberikan
kontribusi penting bagi perkembangan anak, pengalaman yang
dialami bersama dengan ayah, akan mempengaruhi seorang anak
hingga dewasa nantinya. Peran serta perilaku pengasuhan ayah
mempengaruhi perkembangan serta kesejahteraan anak dan masa
transisi menuju remaja (Cabrera et al., dalam Hidayati, F, 2011).
Perkembangan kognitif, kompetensi sosial dari anak – anak
sejak dini dipengaruhi oleh kelekatan, hubungan emosional serta
ketersediaan sumber daya yang diberikan oleh ayah (Hernandez
& Brown, dalam Hidayati, F, 2011).

B. Perumusan Penulisan
Berdasarkan paparan latar belakang maka rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah (1). Bagaimana pemahaman keluarga
TKI terhadap teknologi komunikasi di Kabupaten Indramayu?
(2). Bagaimana intensitas dan isi komunikasi keluarga TKI
melalui teknologi komunikasi? (3). Bagaimana komunikasi
pendidikan keluarga TKI melalui teknologi komunikasi dalam
pembentukan karakter anak? (4). Bagaimana kemampuan
adaptasi dan penguasaan terhadap fitur-fitur aplikasi komunikasi
yang terdapat pada teknologi komunikasi?.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Sedangkan yang menjadi tujuan penulisan adalah (1).
Mendeskripsikan pemahaman keluarga TKI terhadap teknologi
komunikasi di Kabupaten Indramayu. (2). Mendeskripsikan

3
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

intensitas dan isi komunikasi keluarga TKI melalui teknologi


komunikasi. (3). Mengetahui komunikasi pendidikan keluarga TKI
dalam pembentukan karakter anak melalui teknologi komunikasi.
(4). Menganalisis kemampuan adaptasi dan penguasaan keluarga
TKI terhadap fitur-fitur aplikasi komunikasi yang terdapat pada
teknologi komunikasi.
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan adalah (1). Untuk
memberikan pengetahuan dan pilihan-pilihan terhadap fitur-fitur
aplikasi komunikasi yang terdapat pada teknologi komunikasi
sehingga efektif dalam melakukan hubungan komunikasi bagi
keluarga TKI dengan anak-anak di rumahnya. (2). Sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan dan kebijakan bagi pemerintah
khususnya Badan Nasional Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
(BNPTKI) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia, kaitan antara para orang tua yang berprofesi TKI
dalam peran pembentukan karakter bagi anak-anaknya yang
masih usia sekolah.

D. Urgensi Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dalam penulisan
ini maka urgensinya diharapkan dapat memberikan kontribusi
secara teoritis, praktis dan bernilai ekonomis. Secara teoritis
diharapkan penulisan ini dapat mengembangkan teori-teori
komunikasi pendidikan khususnya pendidikan dalam keluarga
yang terkait dengan kebutuhan perhatian anak oleh orang tua
sebagai TKI. Di lain pihak, secara finansial bagi para TKI dan
keluarganya dapat memahami fitur-fitur dari berbagai aplikasi
teknologi komunikasi dapat menghemat biaya komunikasi
dengan tetap mengedepankan kepentingan dalam pembentukan
karakter anak. Kepentingan lainnya adalah menyangkut implikasi
atas pemenuhan kebutuhan perhatian anak terhadap daya minat
belajar menuju ke arah yang positif. Perhatian dalam kepentingan
untuk proses belajar, memiliki suatu nilai sebagai interaksi sosial
yang dapat membangkitkan minat belajar (Suyanto, 2004).

4
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BAB II
KOMUNIKASI DALAM KONSTRUKSI
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK KELUARGA TKI

A. Penger�an Komunikasi Pendidikan


BERKOMUNIKASI merupakan aktifitas dasar bagi manusia,
yang sangat diperlukan saat manusia berhubungan satu
dengan lainnya. Istilah komunikasi (communication), berarti
berbagi atau menjadi milik bersama. Komunikasi diartikan
sebagai proses berbagi diantara pihak-pihak yang melakukan
aktifitas komunikasi. Pada proses komunikasi di dalamnya terjadi
penyampaian pesan, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman
kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui
saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung,
dan saling memahami makna dan bahasa yang digunakannya.
Akibat terjadinya proses komunikasi maka akan memberikan
dampak (effect ) kepada penerima sesuai dengan yang diinginkan
sumbernya.
Komunikasi dalam keluarga merupakan manifestasi dari
bentuk kasih sayang diantara suami dengan istri atau orang tua
dengan anaknya, yang dewasa dengan yang muda atau kakak
dengan adik-adiknya. Aktifitas berkomunikasi merupakan
kebutuhan mendasar untuk membangun pengertian antar
anggota keluarga. Komunikasi dalam sebuah keluarga sangat
penting karena dengan tindakan itu para angota keluarga bisa

5
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

mengekspresikan kebutuhan, keinganan dan keterikatan satu


sama lain. Komunikasi yang jujur dan terbuka akan menciptakan
atmosfir bagi para anggota keluarga untuk mengekspresikan
perbedaanya. Dengan komunikasi yang baik akan mampu
memecahkan kebuntuan dan memecahkan masalah yang muncul
dalam keluarga (Peterson & Green, 2012).

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi


kehidupan individu dari setiap anggota keluarga. Demikian
pula dalam konteks komunikasi pendidikan: adalah komunikasi
yang terjadi dengan memenuhi unsur-unsur terjadinya proses
komunikasi dalam suasana pendidikan. Proses yang terjadi dalam
komunikasi pendidikan tentu saja tidak bebas sebagaimana
komunikasi pada umumnya. Komunikasi berlangsung secara
terkendalikan dan terkondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan,
maka dari itu komunikasi  pendidikan adalah suatu tindakan
yang memberikan kontribusi yang sangat positif dalam
pemahaman dan praktik interaksi serta tindakan seluruh individu
yang terlibat dalam dunia pendidikan keluarga.

B. Komunikasi Dalam Keluarga.


Komunikasi keluarga merupakan komunikasi yang terjadi
di dalam sebuah keluarga. Hal tersebut sebagai cara bagi setiap
anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya,
sekaligus sebagai wadah untuk membentuk dan mengembangkan
nilai-nilai yang dibutuhkannya. Keluarga adalah lingkungan
terkecil dan terdekat bagi setiap individu. Orang tua harus berperan
aktif dalam memberi perhatian dan menjaga anak-anak di tengah
kesibukan mereka. Bahkan, jika dibutuhkan, anak dititipkan
kepada orang yang bertanggung jawab penuh (Mulyadi, 2010).
Menurut Hurlock (1998): komunikasi keluarga adalah
pembentukan pola kehidupan keluarga dimana di dalamnya
terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan perilaku
anak yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Di dalam
keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk

6
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

karakter, dan mengembangkan nilai-nilai melalui suatu pola


tertentu. Keluarga memiliki peran dalam proses pengembangan
diri anak selama periode-periode pembentukan kepribadian
dalam kehidupannya. Dalam proses interaksi itulah terjadi proses
komunikasi, yang merupakan inti dari proses interaksi. Tanpa
komunikasi tidak akan terjadi kegiatan saling mempengaruhi
diantara anggota keluarga. Dalam proses komunikasi, peran
orang tua (dewasa) menjadi sangat sentral keberadaannya dan
berpengaruh besar kepada anak. Ia berperan sebagai pembimbing
anak dalam pembentukan perilaku, kebiasaan, pola berbahasa dan
dialeknya. Keluarga juga memberikan persetujuan, dukungan,
ganjaran, dan hukuman yang mempengaruhi nilai-nilai yang anak
kembangkan dan tujuan-tujuan yang ingin ia capai (Mulyana
dan Jalaluddin Rakhmat, 1993). Good fathering merefleksikan
keterlibatan positif ayah dalam pengasuhan melalui aspek afektif,
kognitif, dan perilaku. Ayah bertanggung jawab secara primer
terhadap kebutuhan finansial keluarga. Ibu bertanggung jawab
terhadap pengasuhan dasar. Bermain dengan anak, dukungan
emosional, monitoring, dan hal yang berkaitan dengan disiplin
dan aturan cenderung dibagi bersama oleh ayah dan ibu. (Lamb,
et al. dalam Palkovits, 2002).
Selain uraian di atas, peran orang tua dalam membentuk
karakter anak perlu melakukan pendekatan berdasarkan
kehidupan kejiwaan seorang anak yang dihadapi dengan mengerti,
memahami watak, kepribadian mereka, karena setiap anak
masing-masing mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda
dengan anak-anak lainnya. Orang tua perlu memahami bahwa
dalam setiap pertumbuhan dan perkembangan, anak mempunyai
berbagai kebutuhan (basic needs), physical, psychological, social
individu, mental, intelektual, moral, dan sebagainya. Sulihat
(2005) untuk menumbuhkan sikap demokrasi dan tanggung jawab
terhadap anak, orang tua melakukan dialog atau komunikasi yang
terbuka, sehingga akan tercipta keterbukaan, saling menghargai,
menghormati, dan sebagainya.

7
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Wahana dalam upaya pembentukan karakter anak


sebagaimana dipaparkan di atas secara ideal ketika orang tua
dan anak berada dalam satu rumah. Komunikasi bentuk dan
pola apapun akan dapat berlangsung dengan mudah antara orang
tua dan anak dalam ruang dan waktu yang bersamaan. Namun
demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini, para orang tua yang
bekerja dan berpisah jauh dengan anak-anaknya terus meningkat.
National Agency for the Protection of children’s Rights (2006)
melaporkan bahwa ada 82464 anak tanpa orang tua. Kemudian
Soros Foundation (2007) ada 170.000 anak usia 12–16 tahun
orang tuanya di luar negeri.
Orang tua dan anak yang terpisah mengakibatkan interaksi
dan komunikasi keluarga yang berwujud face to face dan
dialogis menjadi berkurang, sebagaimana temuan Giannelli &
Mangiavacchi (2010) bahwa anak-anak di Albania yang dtinggal
orang tua untuk bekerja di luar negeri berperangai kurang baik.
(Lahaie et al,2009) di Mexico juga menemukan bahwa anak-
anak yang para orang tuanya terpisah pencapaian akademiknya
bermasalah.

C. Tenaga Kerja Indonesia


Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan
bagi warga negara Indonesia  yang bekerja di luar negeri
(seperti: Malaysia, Timur Tengah, Taiwan, Australia dan Amerika
Serikat) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu
dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali
dikonotasikan dengan pekerja kasar, dikirim dengan keahlian
sebagai pekerja domestik (dalam rumah). Hanya sedikit yang
dikirim ke luar negeri dengan ketrampilan khusus dan memadai
(Nuraeny, 2017). Padahal justru sebaliknya, TKI sering disebut
pula sebagai pahlawan devisa. Setahun, kiriman uang TKI
mencapai Rp 120 trilyun di tahun 2013 (Republika.co.id). Istilah
migrant worker memiliki perbedaan arti dan konotasi di setiap
belahan dunia. Namun definisi menurut United Nation mencakup

8
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

orang-orang yang bekerja diluar kampung halamannya. Beberapa


negara menyebut sebagai ekspatriat sedangkan beberapa negara
lain menyebut pekerja asing.
Sebutan TKI ini tidak disandang oleh para pekerja
lelaki saja namun juga terhadap kaum wanita yang bekerja
keluar negeri. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja
Wanita (TKW). Terdapat beberapa alasan yang mendorong para
wanita ini menjadi TKI. Pada umumnya adalah demi kepentingan
pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya.
Dalam kondisi yang seperti dijelaskan di atas maka terpaksa
antara orang tua, baik itu ayahnya atau ibunya atau keduanya yang
menjadi TKI mengalami kehidupan keluarga terpisah dengan
anak-anaknya yang masih dalam usia sekolah. Dengan demikian
proses komunikasi diantara anak dan orang tuanya menjadi tidak
normal sebagaimana keadaan keluarga, dimana anak, ibu dan
ayah hidup dalam satu rumah. Apalagi, sering pula terjadi kedua
orang tuanya menjadi TKI maka anak-anaknya hanya di bawah
asuhan nenek atau kakeknya atau kerabat-kerabat dekatnya.
Di Indonesia, badan yang menangani TKI ini dikelola oleh
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) yang diresmikan pada 9 Maret 2007.
Sebelumnya seluruh kegiatan operasional di bidang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri
dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga
Kerja Luar Negeri (PPTKLN) Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.

D. Karakter Anak
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yakni charassein
yang berarti membuat tajam/mendalam. (Gunawan: 2012).
Mendalam berarti sebagai ciri khas yang dimiliki suatu benda atau
individu (manusia) menjadi berbeda dengan lainnya. Karakter
sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang

9
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau


tidak dapat diterima oleh masyarakat. Berkenaan dengan atribut
kepribadian seseorang, maka ada kelemahan dan kelebihannya.
Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki
kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang
baru, inilah yang disebut dengan Karakter (Dennis Coon dalam
pendidikan karakter.com). Misalnya, seorang dengan kepribadian
yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar
dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap
serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian
fokus, itulah Karakter. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Mahaesa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan
adat istiadat. (Gunawan, 2012). Sedangkan anak adalah Individu
dibawah usia dati 18 tahun (the Convention on the rights of the
child, article). Sama dengan batasan menurut UU Perlindungan
Anak nomor 23 tahun 2002 psl 1 ayat 1 adalah seseorang yg
belum berumur 18 tahun termasuk anak masih dalam kandungan.
Mengapa seorang anak butuh pendidikan karakter?
Pada dasarnya, pada perkembangan seorang anak adalah
mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana
dunia ini bekerja, mempelajari aturan main dengan berbagai
aspek tentang dunia ini. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi
yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang
berkarakter.
Pada rentang usia pertumbuhan adalah merupakan usia
perkembangan anak yang cukup singkat dan merupakan waktu
yang dapat mempengaruhi perilaku hidup saat dewasa kelak.
Karena itu, pada masa anak usia sekolah adalah masa yang
sangat penting dalam kehidupannya. Segenap potensi yang
ada seyogyanya ditumbuhkan dan dikembangkan ke arah yang
bernilai positif. Untuk menumbuhkan karakter yang merupakan

10
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

sesuatu yang inherent dalam prosesnya untuk memahami segenap


aspek kehidupan, dan dibentuk tidak seperti mentransformasikan
pengetahuan tentang kehidupan namun perlu waktu dan
pembiasaan (habitual). Tumbuh kembangnya karakter pada diri
anak diperlukan lingkungan yang kondusif, sehingga karakter
yang tumbuh dan diharapkan itu menjadi kuat. Dengan demikian
peran orang dewasa sangat penting untuk menumbuhkan
potensinya, baik itu guru di sekolah, masyarakat sekitar, apalagi
kedua orang tuanya.
Peran orang tua di rumah yang merupakan bagian terintegrasi
dalam proses pembentukan karakter anak di usia sekolah maka
secara subtantif harus paralel dan relevan dengan karakter yang
ditumbuhkembangkan di sekolah. Terdapat 18 karakter yang
dikembangkan dalam proses pendidikan di sekolah. Antara lain
meliputi; jujur, disiplin, bertanggungjawab, percaya diri, gemar
membaca, kerja keras, demokratis, mandiri, kreatif dan inovatif,
cinta ilmu, santun dan saling menyayangi, berjiwa wirausaha,
menghargai karya, sadar hak dan kewajiban, Nasionalis dan
kebangsaan serta menghargai keberagaman. (Kemendiknas,
2011).

E. Komunikasi Melalui Media Teknologi Komunikasi.


Secara umum komunikasi adalah suatu proses pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan yang terjadi dalam diri
seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Teknologi komunikasi (Communication Technology)
adalah peralatan perangkat keras, struktur organisasi, dan nilai
sosial dengan mana individu mengumpulkan, memproses dan
terjadi pertukaran informasi dengan individu lain (Rogers, 1986).
Dalam mana aplikasinya adalah sistem elektronik yang digunakan
untuk berkomunikasi antar individu atau kelompok orang.
Teknologi komunikasi menfasilitasi komunikasi antar individu
atau kelompok orang yang tidak bertemu secara fisik dan di
lokasi yang berbeda Bentuk-bentuk teknologi komunikasi dapat

11
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

berupa telpon, telex, fax, radio, televisi, audio video electronic


data interchange dan e-mail.
Teknologi komunikasi yang lain adalah internet. Internet
dapat digunakan untuk berkomunikasi antar jarak yang berdekatan
atau antar jarak yang sangat berjauhan. Internet berasal dari kata
Interconnection Networking yang mempunyai arti hubungan
komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan
yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan
melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan
lainnya. Internet adalah kumpulan global dari orang-orang dan
jaringan komputer besar dan kecil, dimana semuanya tersambung
oleh ribuan kilometer kabel dan line telepon yang semuanya dapat
saling berkomunikasi. Internet atau jenis mobilphone cerdas
yang memiliki fasilitas fitur-fitur untuk kepentingan hubungan
komunikasi telah berkembang pesat. Internet, e-mail, webcam
atau blog dan atau website lainnya (Wilding, 2006).
Terdapat berbagai bentuk aplikasi yang terdapat dalam
komunikasi melalui jaringan internet. Mulai dari e-mail, yang
hanya mengantarkan pesan berupa text sampai dengan pesan-
pesan berbentuk grafis (gambar) dan suara. Semua itu tergantung
dari program aplikasi yang digunakannya. Program aplikasi itu
antara lain Yahoo Messengger, MSN messenger ataupun melalui
aplikasi Skype yang dapat melakukan panggilan, mengirim
pesan dan berbagi dengan orang lain dimanapun mereka berada
(www.skype.com). Pemanfaatan teknologi komunikasi untuk
tujuan-tujuan pendidikan, dalam kerangka kemitraan orang tua
siswa dengan sekolah/guru ternyata komunikasi antara guru dan
sekolah menumbuhkan keterlibatan orang tua yang telah terbukti
meningkatkan keberhasilan akademik. (Eipstein, 2005), perilaku
siswa meningkat (Constantino, 2003). Tentu saja, meski dalam
temuan tersebut tidak menunjukkan langsung pada pemanfaatan
teknologi oleh para orang tua dalam berkomunikasi dengan anak-
anaknya, namun secara prinsip bahwa teknologi komunikasi
dapat menjadi jembatan dalam membangun karakter anak dalam
jarak dan ruang yang terpisahkan.
12
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

F. Tulisan-Tulisan Terdahulu
Tulisan-tulisan yang khusus menelaah pemanfaatan
teknologi komunikasi oleh para orang tua yang berstatus TKI
atau sebagai tenaga kerja migran sebagaimana studi yang
dilakukan oleh Center for Information and Documentation
on Child Rights (CIDCR) di Moldavia (Adumietroaie, 2010).
Perangkat komunikasi sangat membantu bagi para orang tua
yang bekerja saling berjauhan tempat tinggal. Pemanfaatan
teknologi komunikasi bermakna untuk kepentingan dan
kemaslahatan pembentukan karakter anak. Teknologi telah
terbukti meningkatkan sarana komunikasi para orang tua dan
guru (Bernstein, 1998; Davenport & Eib, 2004).
Sehubungan dengan tujuan penulisan itu, maka komunikasi
yang wajar dalam situasi yang normal sangat berpengaruh
terhadap pembentukan watak dan perilaku anak. Secara
keseluruhan kehangatan yang ditunjukkan oleh ayah akan
berpengaruh besar bagi kesehatan dan kesejahteraan psikologis
anak, dan meminimalkan masalah perilaku yang terjadi pada
anak (Rohner & Veneziano dalam Hidayati, F, 2011). Intensitas
yang tinggi dalam berkomunikasi antara orang tua dan anak
yang disertai dengan pola hubungan tertentu yang dikondisikan
oleh orang tuanya maka dapat melahirkan karakter anak yang
diharapkan. Penulisan Baumrind & Black (1967), menunjukkan
bahwa anak-anak dari orang tua otoritatif menunjukkan hasil
yang paling positif. Mereka adalah anak-anak yang percaya diri
dalam menyelesaikan tugas-tugas baru dan dalam penyesuaian
emosional dan sosial. Remaja yang diasuh orang tua dengan
pendekatan otoritatif menunjukkan perkembangan yang positif,
mereka memiliki harga diri yang tinggi, kemandirian, kematangan
moral dan sosial, keterlibatan dalam pembelajaran sekolah, nilai-
nilai yang lebih baik, kepercayaan diri, berpikir dan bertanya
dengan keyakinan diri.

13
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Pada sisi lain pula, menurut Field (2010), meningkatnya


jumlah ibu yang bekerja di luar rumah, dalam waktu yang lama
cenderung akan berpengaruh negatif, yaitu berkurangnya peran
keluarga dalam pendidikan anak.

G. Alur Penulisan
Penulisan ini dimaksudkan untuk mencari temuan
komunikasi keluarga yang dijalankan oleh para orang tua yang
hidup terpisah dengan anak-anaknya yang masih memerlukan
proses pembentukan karakternya. Sebuah keluarga, lazimnya
hidup dalam satu rumah. Sehingga proses pembentukan karakter
relatif mudah. Mudah mendidik, mudah mengontrol, mudah
mengarahkan dll. Namun, oleh karena keadaan yang memaksa
demi pemenuhan kebutuhan ekonomi maka orang tua harus
meninggalkan anak-anaknya. Terdapat media komunikasi yang
diharapkan dapat menjadi jembatan diantara keduanya.
Alur penulisan berikut menggambarkan perkembangan
hubungan komunikasi dalam keluarga. Berikut bangunan
komunikasi dan interaksi antara orang tua dan anak yang
berlangsung selama ini. Pada sisi lain, terdapat kehidupan
keluarga yang terpisah antara orang tua dan anak-anaknya.
Teknologi komunikasi sesungguhnya dapat menjadi jalan keluar
agar tetap tercipta suatu bangunan komunikasi antara orang tua
dan anak-anaknya yang hidup saling berjauhan.
Telah banyak pilihan teknologi komunikasi maupun program-
program aplikasi-aplikasi untuk membangun komunikasi tetap
berjalan baik. Namun demikian, akankah kemajuan teknologi
komunikasi yang ada sekarang berkembang ini termanfaatkan
oleh para orang tua untuk kepentingan membangun komunikasi
dalam rangka pembentukan karakter anak-anaknya. Sebagaimana
peta jalan penulisan pada diagram 3.1. berikut.

14
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Karakter Anak
ORANG
Culas, Sulit dikendalikan, Pendiam,
TUA Intensitas Interaksi &
SERUMA Liar, Pecandu obat, Prestasi belajar
Komunikasi Rendah
H rendah.

ORANG
TUA Intensitas Interaksi & Karakter Anak
TIDAK Komunikasi Tinggi Jujur, Disiplin, Bermotivasi tinggi,
SERUMA dengan pesan-pesan Bertanggung jawab, Terbuka,
H konstruktif Menghargai, Menghornati, Rajin
membaca, Dialogis, Berprestasi
(Solihat, 2005)

Komunikasi Karakter Anak


Tanpa Isi Pesan Positif Early debut of sexual life.
(Soros Foundation,2007)
Problem with
MEDIA (National Agency for the
concentration and lack
KOMUNIKASI Protection Children’s Right
motivation.
(Teknologi & 2006)
Tend to abondan school.
Program-Program Behavioral & emotional
Aplikasi)
problem
(; Bernstein, 1998; Komunikasi
Davenport & Eib, Dgn Isi Pesan Positif Follow up
(Eipstein, 2005; Constantino, Research
2003; Fehrmann, Keith Research Plan (2017-2018)
thn ke 1 & thn ke 2 (2015 - Kolaborasi
and Reimers, 1987 et. al). 2016) Kementerian
Fundamental Memahamkan Tenaga Kerja
berkomunikasi yang efesien
dg program aplikasi
komunikasi yg efektif &
Efesien

Diagram 2.1. Alur Penulisan Komunikasi Pendidikan dalam Keluarga dan Teknologi
Komunikasi untuk Pendidikan

15
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

16
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BAB III
TELAAH UNTUK MEMBANGUN KOMUNIKASI
DALAM KELUARGA TKI

A. Telaah Model Bangunan Komunikasi


FISHBONE DIAGRAM berikut menampilkan serangkaian piranti
yang memungkinkan tetap berlangsungnya proses komunikasi
dengan memiliki kelebihan dan kelemahan sesuai kebutuhan.
Secara prinsip untuk menelaah bangunan komunikasi bahwa
media komunikasi yang digunakan dengan berbagai macam
program aplikasi untuk berkomunikasi membantu proses
pembentukan karakter anak usia sekolah secara interaktif maupun
monolog.

Pesawat Telepon Reguler


 Fixphone
 Mobilphone/Smartphone (dengan fitur-fiturnya)
 Blackberryphone (dengan fitur-fiturnya)
Komputer Dengan Jaringan Internet
 Facebook - Twitter – Instagram - Email
 Skype - Yahoo Mesengger – dll

Proses Pembentukan Karakter Karakter Anak


Peran Orang Tua Keluarga TKI Melalui Media Komunikasi Usia Sekolah

Intensitas dan Isi Komunikasi


Orang Tua TKI dengan Anak

Diagram 3.1. Fishbone kerangka kerja pembentukan karakter anak

17
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

B. Langkah-langkah Penulisan
Dalam perumusan langkah-langkah dalam penulisan
diawali dengan melalui tindakan survey. Sebab melalui survey
ini akan dapat memetakan telaah model komunikasi yang sesuai
dan memahami media komunikasi yang relevan serta sejumlah
program aplikasinya:
1. Program aplikasi dalam melakukan komunikasi antara para
orang tua yang menjadi TKI dengan anak-anaknya yang
masih bersekolah. Diharapkan pada tahap ini akan diperoleh
peta pola komunikasi yang digunakan diantara dua pihak
yakni orang tua berprofesi TKI dengan anak-anaknya yang
masih berusia sekolah.
2. Mendiskripsikan isi, intensitas serta aplikasi-aplikasi yang
digunakan dalam berkomunikasi antara orang tua berprofesi
TKI dengan anak-anaknya yang masih berusia sekolah.

C. Subyek dan Lokasi Penulisan


Subjek penulisan ini adalah para orang tua (Ibu atau Ayah
atau keluarga yang diserahi anak yang ditinggal oleh orang
tuanya) dan 1 (satu) dan atau 2 (dua) anak yang ditinggalkan
oleh salah satu atau kedua orang tuanya sebagai TKI di desa-desa
yang ada di Kabupaten Indramayu. Di samping para orang tua
dan anak-anaknya yang tinggal di kampung halaman juga akan
menghubungi para orang tua yang berada di tempat kerjanya baik
di luar negeri. Agar data yang dikumpulkan menjadi valid.

D. Sumber Data
Populasi penulisan ini adalah keluarga TKI di Kabupaten
Indramayu yang memiliki anak usia masa pertumbuhan (sekolah).
Karena jumlahnya sangat banyak maka dilakukan penyampelan
dengan menggunakan teknik random sampling dengan jumlah
hingga memenuhi ketentuan untuk mencapai validitas dan
realibelitas sampel. Sampel ditarik secara simple random sampling

18
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

karena subjek dengan karakteristik yang mirip dengan populasi


secara keseluruhan; beberapa tua, beberapa muda, beberapa
tinggi, beberapa pendek, beberapa bugar, beberapa tidak layak,
beberapa kaya, beberapa miskin, dll.(Cohen, 2011).

E. Perangkat Penulisan
Dalam penulisan ini akan menggunakan perangkat penulisan
berupa angket, lembar observasi dan pedoman wawancara.
Perangkat penulisan ini digunakan untuk mengetahui (1) peta
pola komunikasi antara orang tua berprofesi TKI dengan anak-
anaknya yang masih berusia sekolah. (2) data akurat tentang
pemahaman media komunikasi dan program-program aplikasi
yang digunakannya untuk berkomunikasi. (3) data akurat tentang
isi, intensitas dan aplikasi yang digunakan dalam berkomunikasi
antara orang tua berprofesi TKI dengan anak-anaknya yang masih
berusia sekolah.
Fakta
n Kajian Teoritik dan Hasil Riset
Intensitas Interaksi & Komunikasi Tinggi dengan pesan- 1. Kondisi ekonomi masyarakat.
pesan konstruktif (Solihat, 2005) 2. Lapangan kerja terbatas.
Anaknya. Tanpa Isi Pesan Positif (Soros
Komunikasi 3. Tenaga Kerja Migrant (TKI) yang
Foundation,2007) tinggi.
(National Agency for the Protection Children’s Right 2006) 4. Latar belakang pendidikan TKI
Komunikasi Dgn Isi Pesan Positif (Eipstein, 2005; rendah.
Constantino, 2003; Fehrmann, Keith and Reimers, 5. Anak-anak dalam masa peprtumbuhan
dan pembentukan karakter.

Perencanaan Penulisan Survey Awal & Studi


Dokumentasi

 Penyusunan Instrumen Uji Coba Instrumen


(Angket & Pedoman Wawancara)
 Revisi & Validasi (Angket & Wawancara)

Komunikasi Langsung dengan


Pelaksanaan Penulisan
Orang Tua Objek Penulisan
( Angket & Wawancara)

Hasil Penulisan
1. Pemahaman terhadap Teknologi Komunikasi
L
2. Intensitas dan Isi komunikasi. u
3. Informasi ttg kemampuan adaptasi & Pengusaaan terhadap a
program aplikasi dan teknologi komunikasi. r
a
n

Diagram 3.2: Alur Kerja dan Perlakuan Komunikasi Pendidikan Keluarga TKI

19
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

F. Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah ini juga ditujukan kepada beberapa orang tua
yang bertugas di luar negeri maupun di dalam negeri. Ketiga teknik
pengumpulan data tersebut dengan cara observasi, angket dan
wawancara mendalam. Wawancara yang mendalam dimaksudkan
untuk mengetahui: (1) Pola dan intensitas komunikasi antara orang
tua berprofesi TKI dengan anak-anaknya yang masih berusia
sekolah. Aspek ini meliputi: rutinitas komunikasi/pola, inisiator
komunikasi, frekuensi dan durasi komunikasi; (2) Data akurat
tentang pemahaman media komunikasi dan program-program
aplikasi yang digunakannya. Data yang digali menyangkut: alat
komunikasi, jenis handphone, penggunaan aplikasi android,
kelebihan dan kelemahan dari aplikasi; (3) Data akurat tentang
isi dalam komunikasi dan karakter yang terbentuk pada diri anak-
anak pada orang tua berprofesi TKI dengan anak-anaknya yang
masih berusia sekolah. Isi komunikasi meliputi: pendidikan,
ekonomi, kesehatan, agama dan sosial. Sedangkan data karakter
anak diukur dari aspek religius, tanggungjawab & kemandirian,
gemar belajar, kepedulian dan kedisiplinan.
Untuk membantu memberikan pemahaman yang baik
terhadap angket yang akan diisi maka penulis mendampingi
pengisiannya. Dengan tindakan ini informasi yang diperoleh dapat
menekan tingkat kesalahan dan prosentase pengembalian angket
jawaban menjadi tetap utuh. Sedangkan wawancara dilakukan
secara informal. Dengan cara seperti ini diharapkan dapat
diperoleh informasi yang mendalam dan dapat menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data bertujuan untuk membuat proses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun & Effendi, 1995).
Data dalam penulisan ini diperoleh dan dianalisis secara

20
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

kualitatif dan kuantitatif dengan menelaah seluruh data yang


berhasil dikumpulkan. Mengkategorikan, mengklasifikasi dan
mengkodifikasi. Selanjutnya merumuskan simpulan hasil analisis
yang dapat menjelaskan pemahaman Keluarga TKI terhadap
Teknologi komunikasi. Intensitas dan Isi komunikasi serta
penguasaan program-program aplikasi yang digunakan dalam
berkomunikasi antara orang tua yang menjadi TKI dengan anak-
anaknya yang masih usia sekolah.
Analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif dan
analisis statistik dengan uji koelasi product moment, F regresi
dan uji beda (t-test)

21
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

22
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BAB IV
INTENSITAS, ISI, TEKNOLOGI DAN KARAKTER
ANAK DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN

A. Gambaran Umum Kehidupan Keluarga TKI


KAJIAN terhadap “Pemahaman Keluarga Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) terhadap teknologi komunikasi untuk kepentingan
komunikasi pendidikan dalam pembentukan karakter anak
di Kabupaten Indramayu” diimplementasikan dalam wilayah
kabupaten Indramayu. Meliputi 6 (enam) wilayah kecamatan
dari 35 wilayah kecamatan di Kabupaten Indramayu. Pertama,
Kecamatan Indramayu. Lokasi kecamatan ini berada dalam
wilayah kota Indramayu. Satu desa menjadi desa sasaran yaitu
desa Singaraja. Wilayah desa ini sudah dapat tercover dengan
signal 3G sehingga handphone dengan sistim operasi berbasis
android bisa beroperasi dengan baik. Kedua, Kecamatan
Balongan. Lokasi wilayah ini berjarak sekitar 10 km dari ibukota
Kabupaten Indramayu. 5 desa menjadi desa sasaran yakni desa
Balongan, desa Sukaurip, desa Tegal Sumbadra, desa Rawadalem
dan desa Majakerta. Wilayah desa ini sudah dapat tercover
dengan signal 3G sehingga handphone dengan sistim operasi
berbasis android bisa beroperasi dengan baik. Ketiga, Kecamatan
Sliyeg. Lokasi kecamatan Sliyeg berjarak 25 km dari ibukota
Kabupaten Indramayu. Satu desa menjadi desa sasaran yakni desa
Tugu lor. Wilayah desa ini sebagian wilayah desa sudah dapat
tercover dengan signal 3G sehingga handphone dengan sistim

23
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

operasi berbasis android bisa beroperasi. Namun kondisi signal


naik turun. Dan sebagaian desa lainnya belum bisa mengcover
penggunaan handphone dengan sistim operasi berbasis android.
Keempat, Kecamatan Juntinyuat. Lokasi kecamatan Juntinyuat
berjarak 17 km dari Ibukota Kabupaten Indramayu. 4 desa menjadi
desa sasaran penulisan yakni desa Tinumpuk, desa Pondoh, desa
Segeran Lor, desa Segeran Kidul dan desa Dadap. Wilayah desa
ini sebagian wilayah desa sudah dapat tercover dengan signal 3G
sehingga handphone dengan sistim operasi berbasis android bisa
beroperasi. Namun kondisi signal naik turun. Dan sebagaian desa
lainnya belum bisa mengcover penggunaan handphone dengan
sistim operasi berbasis android. Kelima, Kecamatan Krangkeng.
Lokasi kecamatan Krangkeng berjarak 25 km dari Ibukota
Kabupaten Indramayu; 2 desa menjadi desa sasaran penulisan
yakni desa Krangkeng dan desa Kalianyar. Wilayah desa ini sudah
tercover dengan signal 3G namun signalnya amat kecil sekali.
Keenam, Kecamatan Terisi. Lokasi kecamatan Terisi berjarak
50 km dari ibukota Kabupaten Indramayu. 1 desa menjadi sasaran
penulisan yakni desa Manggungan. Wilayah desa ini belum dapat
tercover teknologi komunikasi dengan signal 3G.
Penggambaran terhadap seluruh subjek dalam kajian
“Pemahaman Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terhadap
teknologi komunikasi untuk kepentingan komunikasi pendidikan
dalam pembentukan karakter anak di Kabupaten Indramayu”
didapatkan total subjek sebanyak 122 orang. Terdiri dari 83
laki-laki yang merupakan keluarga dari TKI wanita (TKW) dan
39 wanita yang merupakan keluarga dari TKI laki-laki (TKL).
Dengan demikian ditemukan 83 TKW (Tenaga Kerja Indonesia
Wanita) dan 39 TKL (Tenaga Kerja Indonesia Laki-laki).
Telaah secara deskriptif terhadap identitasnya, pengasuh
anak-anak yang dilakukan oleh para orang tua laki-laki
tergambarkan lebih banyak atau sebanyak 68,04% adalah
responden laki-laki dari 122 total responden. Diantara responden
laki-laki, 83,13% berusia 36 tahun sampai dengan 45 tahun.

24
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Responden laki-laki bertugas mendampingi putra-putrinya yang


masih berada dalam masa pertumbuhan karena istrinya menjadi
TKW. Mereka masih termasuk dalam kelompok usia yang sangat
produktif. Sedangkan pihak perempuan (Ibu) sebagai pengasuh
hanya mencapai 31,96% dengan prosentase rentang usia relatif
merata. Sebanyak 56,41% responden ini berusia 31 tahun sampai
dengan 40 tahun. Usia seorang wanita yang sangat penting dalam
mendampingi anak-anaknya untuk membentuk kepribadian.
Tingkat pendidikan yang dimiliki para pengasuh pada
pihak laki-laki, relatif homogen. Sebanyak 32,53% pendidikan
dasar (SD) dan sebanyak 67,47% menamatkan pendidikan
menengah (SLTP,SLTA) Demikian pula tingkat pendidikan yang
dimiliki para pengasuh dari perempuan yang berpendidikan
dasar (SD) 17,94%, 61,54 berpendidikan sampai dengan SLTP/
SLTA, sedangkan sisanya 20,51% tidak menamatkan pendidikan
setingkat SD. Demikian pula tingkat Pendidikan yang dimiliki
oleh mereka yang berstatus sebagai TKW dan TKL. Bagi TKL,
tingkat Pendidikan yang dimiliki relatif lebih bagus dibanding
yang dimiliki oleh TKW dimana masih banyaknya TKW yang
belum lulus pada i tingkat Pendidikan dasar (SD)
Pekerjaan yang dimiliki oleh para pengasuh sebagai kepala
keluarga sebagian besar tidak memadai. Karena itu para suami
tak mampu menahan atas keinginan para ibu rumah tangga
yang semestinya membimbing putra-putrinya yang masih dlam
pertumbuhan. Namun karena terdesak kebutuhan ekonomi,
mereka terpaksa mengizinkan para ibu sebagai TKW. Sebanyak
83 orang tua wanita menjadi TKW ke luar negeri. Sedangkan
TKL hanya 39 orang saja. Pekerjaan para kepala keluarga dengan
status tidak menentu. Bahkan sebagai buruh tani dan atau sebagai
buruh bangunan. Keadaan yang demikian mendorongnya untuk
mencari penghasilan yang layak meskipun harus meninggalkan
putra-putrinya di tanah air. Sementara tuntutan demi memenuhi
kebutuhan ekonomi tidak bisa terelakkan. Demikian pula
pekerjaan yang diterima di luar negeri, bagi TKW adalah sebagai

25
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

penatalaksana rumah tangga dan pengasuh balita/manula.


Sedangkan bagi TKL pada umumnya sebagai pengemudi orang-
orang pribadi dan tenaga konstruksi.
Anak menjadi pendorong utama bagi orang tua, baik itu
sebagai bapak maupun sebagai Ibu, untuk melakukan apapun
demi kelangsungan hidup. Selagi masih dalam usia yang
produktif dengan tanggungan hidup pada umumnya memiliki
dua sampai tiga anak bahkan ada yang memiliki lima anak, tentu
perlu cara-cara yang luar biasa untuk memberi makanan anak-
anaknya. Terlebih lagi yang dialami para orang tua wanita, yang
senantiasa memainkan perasaannya. Itulah yang mendorong kuat
apabila ada anak-anaknya tidak memperoleh asupan gizi yang
memadai. Apalagi ada peluang, iming-iming upah yang cukup
layak, maka dari itu wanita lebih nekad untuk menjadi TKI/TKW
dengan harapan anak-anaknya bisa makan kenyang dan terpenuhi
kebutuhannya.
Gambaran umum di atas memberikan informasi dasar bahwa
kehidupan keluarga TKI dipenuhi dengan berbagai persoalan yang
merupakan dampak dari keterbatasan negara dalam melayani
untuk memberikan hak-hak dasar bagi warga negaranya. Persoalan
menjadi demikian komplek untuk menggapai sebuah keluarga
yang harmonis. Terhadap kondisi yang dialami keuarga TKI agar
tetap bisa memantau perkembangan yang dialami putra-putrinya
di kampung halaman maka diperlukannya upaya dan strategi
melalui pemanfaatan teknologi komunikasi yang berkembang.

B. Intensitas Berkomunikasi
Kemajuan teknologi komunikasi sangat membantu
ketersalinghubungan antar manusia tanpa ada pembatas.
Program aplikasi masih terbatas ketersediaannya, baru aplikasi
SMS (Short Massage Service). TKI (TKW dan TKL) telah
mampu memanfaatkan hasil kemajuan teknologi komunikasi
tersebut. Sebagian besar para TKI menggunakan kemajuan
teknologi komunikasi ini sangat membantu mempermudah

26
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

untuk berhubungan dengan keluarganya di kampung halaman.


Pemanfaatan teknologi komunikasi menjadikan para TKI
dengan keluarga seolah tanpa batas. Karena kemudahan dalam
berhubungan komunikasi maka intensitas komunikasi dapat
berlangsung tinggi.
Berlangsungnya komunikasi dengan intensitas tinggi bukan
dengan menggunakan percakapan langsung (audio call maupun
video call). Namun melalui aplikasi dengan fasilitas SMS (Short
Massage Service). Sehingga gerak mimik atau intonasi suara
tidak kentara. Penggunaan audio call dengan frekwensi yang
masih sangat terbatas. Hal itu dikarenakan biaya sambung melalui
percakapan langsung (audio call maupun video call) sangat mahal
bagi para TKI. Bagi TKI, percakapan langsung hanya digunakan
untuk waktu-waktu tertentu saja.
Rasa rindu betul-betul dirasakan oleh kedua belah pihak.
Baik oleh TKI di luar negeri maupun oleh keluarga yang ada
di kampung halaman. Karena itu masing-masing pihak saling
bertindak sebagai inisiator untuk memulai berkomunikasi.
Namun, keluarga yang ada di luar negeri lebih sering yang
memulai, karena mereka mengetahui kondisi keuangan.
Sedangkan anggota keluarga yang dari kampung halaman jarang
sekali untuk memulai berkomunikasi.
Pada saat komunikasi berlangsung, suasana keluarga
sangat menyenangkan. Meskipun hanya melalui SMS. Diantara
para anggota keluarga yang dikampung halaman mencoba
untuk saling membaca dan menuangkan isi hatinya. Dan akan
menjadi lebih menyenangkan manakala dengan menggunakan
video call. Dengan menggunakan fasilitas video call kedua belah
pihak saling melihat kondisi pisik masing-masing. Penggunnan
fasilitas video call adalah pilihan yang paling ditunggu oleh
keluarga di kampung halaman. Namun peluangnya sedikit sekali
karena biaya sambung yang mahal. Semua anggota keluarga di
kampung halaman diberi kesempatan berkomunikasi baik itu

27
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

saat menggunakan fasilitas SMS maupun dengan menggunakan


fasilitas percakapan langsung. Fasilitas-fasilitas yang berupa
aplikasi untuk percakapan langsung yang bersifat long distance
belum bertebaran yang menempel (embedded) pada handphone.
Intensitas komunikasi dengan fasilitas SMS tidak terbatas
waktu. Biasanya komunikasi itu bisa berlangsung inten manakala
kegiatan orang tua (TKW/TKL) yang bekerja di luar negeri,
kegiatannya sedang mandeg. Baik itu malam hari maupun saat di
hari libur. Oleh karena frekwensi dan intensitas komunikasi yang
cukup inten itu sehingga durasi waktu yang digunakan untuk
berkomunikasi tidak berlangsung lama. Lama komunikasi rata-
rata hanya sekitar satu sampai dengan sepuluh menit saja.

C. Isi Komunikasi
Komunikasi menjadi bermakna manakala isi komunikasi
mengandung pesan-pesan tertentu. Intensitas komunikasi yang
tinggi apabila tidak dibarengi dengan isi komunikasi yang berupa
nasehat-nasehat, berarti komunikasi itu tidak mengandung
pesan-pesan tertentu maka yang terjadi adalah sebuah kegiatan
komunikasi yang memboroskan. Dari kajian yang dilakukan
dalam konteks komunikasi untuk membangun karakter anak
oleh keluarga TKI, ternyata, komunikasi yang terjadi kurang
memberikan arah dan pesan tertentu yang mengandung pesan
dalam upaya pembentukan karakter anak di kampung halaman.
Bahkan dalam komunikasi yang dilakukan, masih ada yang
tidak memberikan nasehat sama sekali. Artinya komunikasi
yang terjadi hanya berisi hal-hal lain dan atau komunikasi yang
bertujuan untuk kepentingan pemenuhan ekonomi keluarga di
kampung halaman.
Namun demikian masih terdapat sejumlah TKI yang peduli
terhadap kegiatan belajar setelah pulang sekolah atau kegiatan
belajar di malam hari anak-anaknya yang di kampung halaman.
Terdapat sejumlah TKI manakala berlangsung komunikasi
menanyakan juga kegiatan belajar di rumah anak-anaknya.

28
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Tentang kegiatan belajar anak di rumah, tentang kegiatan belajar


di sekolah. Tentang kerajinan anak-anaknya dalam belajar. Tetapi
ada juga para TKI yang mengabaikan soal-soal kegiatan belajar
baik saat anaknya di rumah maupun saat sedang di sekolah.
Kepedulian orang tua yang berstatus sebagai TKI terhadap
anaknya semestinyalah tidak hanya membincangkan kebutuhan
ekonomi keluarga di kampung tetapi juga harus memperhatikan
kebutuhan anak-anaknya terkait dengan kebutuhan untuk kegiatan
belajarnya. Ternyata pada umumnya, para orang tua berstatus TKI
ini banyak yang tidak terlalu memperhatikan kebutuhan anak terkait
dengan sarana untuk belajarnya. Masih banyak dari mereka yang
berprofesi sebagai TKI belum memperhatikan untuk menanyakan
kebutuhan terkait dengan sarana belajar anaknya. Demikian
pula halnya memperbincangkan tentang kemajuan akademik
ana-anaknya. Masih banyak para orang tua berstatus TKI ini
yang membincangkan atau mempertanyakan tentang kemajuan
akademik anak-anaknya.
Isi komunikasi antara anak-anak atau pengasuhnya di
kampung halaman dalam pembahasan ini terungkap bahwa
komunikasi yang terjadi, sangat sering memperbincangkan soal
kebutuhan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan harian keluarga
di kampung halaman. Hal lainnya, isi dalam komunikasi itu
berkisar pada kondisi rumah. Misalnya tentang perbaikan rumah,
pengecatan tembok, pilihan-pilihan corak lantai rumah.
Isi pembicaraan tentang kegiatan ibadah yang dijalankan
oleh anak-anaknya, tetap menjadi perhatian bagi para orang
tua berstatus TKI. Baik itu TKI wanita maupun TKI laki-laki.
Sebagai orang tua, mereka khawatir jika kelak di kemudian hari
anak-anaknya tidak mengenal agama dengan baik. Karena itu,
selama hidup berjauhan dalam kurun waktu tertentu itu aktifitas
untuk belajar ibadah tetap menjadi perhatian.
Demikian halnya pergaulan anak-anak dengan teman-teman
di sekitar rumah tinggal, manakala berlangsung komunikasi maka

29
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

para orang tua tetap memberi perhatian. Pertanyaan-pertanyaan


diseputar pergaulan dengan teman-teman putra-putrinya menjadi
isi komunikasi. Sebagian besar para orang tua tetap memberikan
porsi perhatian tentang hubungan-hubungan sosial dengan teman-
teman di kanan-kiri sekitar rumah tinggalnya.

D. Teknologi Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi
telah menggunakan telepon genggam (handphone/HP). Masih
terdapat sejumlah penggunaan HP yang memiliki dengan
kemampuan komunikasi yang terbatas. Fasilitas yang murah
dengan melalui fasilitas SMS. Sedangkan sebagian lagi HP yang
telah memiliki berkemampuan dengan basis android dan masih
cukup mahal. Terhadap HP dengan kemampuan dan fasilitas
layanan yang masih terbatas pilihan aplikasi komunikasi yang
dilakukan oleh para TKI dengan menggunakan fasilitas SMS
Penggunaan aplikasi untuk berkomunikasi yang dioperasikan
oleh TKI, yang di luar negeri dan anak atau orang tua pengasuh
anak di kampung halaman dengan menggunakan dua fasilitas saja
(telepon dan SMS) sesuai kepemilikan terkait dengan kemampuan
dan fasilitas yang tersedia dalam HP yang dimilikinya. Fasilitas
itu yakni fasilitas audio call dan fasilitas SMS Sedangkan yang
sebagian lagi yang penggunaan berbasis sistim android dengan
sekian banyak layanan fitur/aplikasi. WhaatsApp, Instagram,
Facebook, line, telegram dan lainnya. Namun kepemilikan
smartphone terkait langsung dengan kemampuan keluarga yang di
kampung halaman. Alasan yang dikemukakan oleh keluarga TKI
yang masih menggunakan teknologi komunikasi berbasis analog,
di samping harga yang mahal juga pengguasaan aplikasi-aplikasi
komunikasi yang lemah. Meskipun diketahui bahwa dengan
menggunakan teknologi komuniasi berbasis android/smartphone
itu lebih murah namun mindset yang ada dalam keluarga para
TKI juga karena belum familiar dalam mengoperasikannya.

30
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

E. Karakter
Karakter terbentuk karena proses pembiasakan. Hal itu
terbentuk karena faktor internal atau faktor eksternal. Faktor
internal terdorong karena kehendak yang muncul dari diri sendiri
dan faktor eksternal terbentuk karena pembiasaan yang dibentuk
atau dicipta oleh lingkungan diri anak berada.
Lingkungan tempat tinggal anak berada, meskipun di
rumah orang tua kandung tidak lengkap karena berstatus TKI
ke luar negeri maka kebiasaan anak mengikuti kegiatan mengaji
al-Qur’an di Mushalla atau di rumah sendiri tetap dijalankan
oleh anak yang bersangkutan. Kegiatan mengaji di Mushalla
merupakan kegiatn yang baik karena itu perlu dipertahankan oleh
pengasuh yang tinggal bersamanya, baik itu ibu atau bapaknya
yang bertindak sebagai pengasuh. Sebagian besar anak-anak
TKI telah memiliki kebiasaan mengaji sebagaimana kebiasaan
kampung tempat tinggalnya. Aktifitas mengaji merupakan salah
satu isi ketika ada kesempatan proses komunikasi. Namun
demikian, ada sebagian kecil yang tidak memiliki kebiasaan
mengaji. Demikian halnya kegiatan keagamaan lain, dalam urusan
menjalankan shalat lima waktu, Sebagian besar putra-putri TKI
yang masih dalam pertumbuhan kurang rajin dalam menunaikan
kewajiban shalat lima waktu. Di sini diperlukan peran orang
tua sebagai pendamping untuk mengingatkan dan membimbing
anak-anak secara teratur dan kontinu agar anak-anak menyenangi
untuk menjalankan sholat lima waktu dengan tertib.
Dalam pembentukan karakter kegiatan kebiasaan setelah
bangun tidur, Sebagian besar kurang terlatih untuk dibiasakan
membereskan tempat tidurnya. Sedikit sekali anak-anak TKI
yang memiliki kebiasaan membereskan tempat tidurnya. Tempat
tidur yang ada merupakan tempat tidur bersama dengan adik atau
kakaknya sehingga rasa memiliki terhadap tempat tidur yang
telah digunakan tidak ada tanggungjawabnya.

31
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Pada karakter kepatuhan anak-anak TKI yang ditinggal


salah satu orang tuanya, karakter yang dominan yang dijalaninya
adalah ketidakpatuhan apa yang diperintahkan kepadanya. Hanya
sedikit saja diantara mereka yang mudah mematuhi apa yang
diminta untuk mengerjakan sesuatu. Bahkan terdapat anak-anak
yang tidak mematuhi sama sekali apa yang diperintahkan atau
diminta untuk mengerjakan sesuatu.
Tugas-tugas sekolah yang menjadi pekerjaan rumah
(PR) untuk dikerjakan di rumah. Terdapat anak-anak TKI yang
bertanggungjawab atas tugas-tugas sekolah yang menjadi PR.
Akan tetapi pada umumnya banyak yang meminta tolong atau
minta bantuan ornag dewasa untuk mengerjakan PR. Pada sisi
lain, meski dalam tugas PR banyak yang meminta bantuan orang
dewasa namun hampir tidak ada yang tidak mengerjakan apabila
ada tugas-tugas atau PR dari sekolah.
Banyaknya tugas-tugas sekolah dalam pengerjaannya
masih meminta bantuan dari orang dewasa berkait dengan
kurang/belum dimilikinya karakter mandiri oleh anak-anak
TKI. Peran orang dewasa masih dominan dalam melakukan hal-
hal yang semestinya telah bisa dilakukan oleh anak-anak TKI.
Meskipun terdapat beberapa yang mampu mandiri terhadap apa
yang memang bisa dikerjakan oleh dirinya.
Dalam kegiatan belajar harian di rumah, Sebagian besar
masih sama ketika masih bersama orang tua lengkap di kampung
halaman. Saat setelah ditinggal salah satu orang tua kebiasaan
rajin atau tiak rajin belajar masih sama, karena itulah pencapaian
akademik tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Pencapaian prestasi secara akademik dalam kondisi stabil,
meski terdapat sebagian kecil, ada yang justru meningkat setelah
ditinggal salah satu orang tuanya dan ada pula yang menurun
saat ditinggal jauh salah satu orang tuanya sebagai TKI. Bahkan
lebih dari itu bahwa anak-anak dari orang tua berstatus TKI
sebagian besar tidak mengalami kebiasaan belajar yang rutin.

32
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Apalagi setelah ditinggal salah satu orang tua maka malas belajar
semakin menjadi jadi. Walaupun tetap ada yang masih rutin dan
rajin belajar sendiri di rumah namun justru mereka yang sejak
keberadaan orang tua masih lengkap, untuk melakukan kegiatan
belajar di rumah itu sangat terpaksa untuk belajar, malah setelah
ditinggal oleh salah satu orang tuanya bahkan semakin malas.
Kehadiran untuk sekolah, dari hasil kajian bahwa anak-
anak dengan stanstus orang tua sebagai TKI, hanya separuh saja
yang rajin bersekolah separuhnya suka membolos dan bahkan
tidak mau hadir ke sekolah. Meskipun didorong-dorong betul
untuk bersekolah. Bahkan ada yang sampai sering membolos
tidak hadir ke sekolah sama sekali. Karena itulah Sebagian besar
kegiatan belajar hanya terbatas di sekolah saja. Kesediaan belajar
untuk membuka buku-buku pelajaran hanya terkait dengan tugas-
tugas dari sekolah. Bahkan seringkali harus dibantu oleh orang-
orang dewasa.
Pergaulan di rumah dengan teman sebaya sebagaian besar
biasa saja. Sama seperti ketika orang tua masih lengkap. Pada
Sebagian kecil kemudian menjadi minder namun Sebagian kecil
lain justru menjadi semakin tak mampu mengendalikan diri.
Segala tindakan senantiasa ingin menang sendiri baik itu dengan
saudara sekandung maupun dengan sebaya di sekitar rumah
tinggalnya. Perilaku lain setelah ditinggal oleh salah satu orang
tuanya dan bahkan ada yang ditinggal oleh kedua orang tuanya,
terutama anak-anak yang masih Balita (Bawah Lima Tahun),
mereka kemudian senantiasa bertanya-tanya tentang keberadaan
Ayah atau Ibunya atau bahkan sering mempertanyakan kedua
orang tuanya saat di awal-awal kepergiannya. Kemudian ada
yang jadi pendiam atau sering murung, jumlahnya 18,03%
bahkan ada yang kemudian menjadi berperilaku nakal, mereka
yang berperilaku nakal seperti ini jumlahnya sedikit yaitu 2,46%.
Setelah ditinggal oleh Ibu atau Ayahnya sebagian besar
anak-anak masih tetap memiliki perhatian dan kepedulian dengan

33
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

anggota lain yanga ada dalam rumah tinggalnya, akan tetapi


ada juga yang tidak memiliki perhatian dan kepedulian kepada
anggota keluarga yag lain. Pada sisi lain, meski tanpa kehadiran
orang tua yang lengkap di rumahnya, namun semangat untuk
bersekolah tetap tinggi. Namun demikian juga bisa dimaknai
karena di sekolah lebih menyenangkan bisa bertemu dengan
banyak teman-temannya.
Sajian data secara kuantitatif diperoleh melalui angket
dan bersifat kualitatif melalui wawancara. Informasi yang dapat
dipaparkan dari hasil penelitian ini menggambarkan serangkaian
penjelasan tentang pemahaman keluarga TKI terhadap teknologi
komunikasi untuk kepentingan pendidikan dalam upaya
pembentukkan karakter anak.
Intensitas berkomunikasi yang dilakukan oleh para TKI di
luar negeri dengan keluarga di kampung halaman, terjadi cukup
tinggi. Intensitas komunikasi yang tinggi itu bisa berlangsung
secara timbal balik. Karena komunikasi itu bisa diawali oleh
keluarga di kampung halaman maupun dari para TKI di luar
negeri. Intensitas yang tinggi itu tidak saja dialami oleh mereka
yang sudah memiliki smartphone namun juga oleh mereka
yang masih memiliki handphone jenis biasa. Namun demikian,
bagi keluarga TKI yang masih memiliki jenis handphone biasa
durasinya cukup pendek setiap kali berlangsung komunikasi,
karena alasan-alasan beban biaya pemakaian pulsa.
Isi komunikasi antara keluarga di kampung halaman
dengan TKI di luar negeri, berdasarkan paparan data kuantitatif
menjelaskan bahwa isi komunikasi banyak didominasi dengan
pesan-pesan berisi informasi tentang kebutuhan harian di
kampung halaman dan ekonomi rumah tangga. Juga isi pesan
yang terkandung dalam komunikasi oleh keluarga TKI yang
sudah menggunakan pesawat jenis smartphone. Masih didominasi
kandungan pesan untuk pemenuhan kebutuhan harian keluarga.
Dengan menggunakan smartphone melalui program-program

34
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

aplikasi komunikasi, seperti whatsapp, messenger, line, telegram


dan lainnya. Komunikasi chatting (obrolan) teks atau melalui
video call durasi berkomunikasi bisa menjadi lebih lama tanpa
dihantui beban biaya yang mahal. Dengan memakai handphone
jenis lama dalam durasi komunikasi yang berlangung menjadi
cukup singkat. Sebaliknya, untuk responden yang sudah memiliki
smartphone mereka bahwa berkomunikasi cenderung lebih lama.
Namun demikian, komunikasi yang lama, sebagaimana data di
atas pada umumnya menjadikan proses komunikasi lebih akrab
dan santai. Tidak terburu-buru. karena tidak ada kekhawatiran
dalam penggunaan pulsa. Dari wawancara yang mendalam,
alasan yang dikemukakan dengan menggunakan smartphone itu
agar bisa berkomunikasi dengan waktu yang lama. Walaupun
harganya relatif masih mahal. Namun mereka mempertimbangkan
segi kemanfaatannya.
Pemahaman keluarga TKI terhadap teknologi komunikasi
masih terbatas. Di samping karena diperlukan pamahaman yang
terpadu, semisal soal jaringan yang tersedia di wilayah tempat
tinggal responden. Bahwa untuk bisa menggunakan pesawat jenis
smartphone harus sudah tersedia jaringan minimum 3G namun
ada pula karena alasan yang sangat sederhana yakni karena
persoalan harga pesawat jenis smartphone. Mereka menganggap
jenis smartphone itu mahal. Memandang mahal harga pesawat
tidak menimbang pada fungsi dan manfaatnya.
Telaah lebih lanjut berdasarkan data yang terdapat dalam
angket yang masuk, faktor latar belakang pendidikan responden,
atau lingkungan responden (kerabat dekat) berpengaruh pada
hubungan dalam kepemilikan jenis smartphone. Responden,
apakah itu dirinya, TKI yang di luar negeri atau kerabat dekatnya
telah berpendidikan relatif baik maka responden itu memilih
jenis pesawat yang smartphone. Kendati demikian, terdapat
pula responden yang memiliki pesawat jenis smartphone namun
jaringan 3G belum tersedia di wilayah tersebut.

35
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Berdasarkan telaah gender, dari data yang ada dalam


angket dan wawancara mendalam tahap kedua terhadap beberapa
orang TKW dan TKL maka data yang terhimpun, TKW lebih
cenderung mencerminkan komunikasi yang mendorong dan
berusaha mendengarkan keluhan anak-anaknya. Misalnya dengan
memunculkan pertanyaan-tentang bagaimana teman-temannya,
tentang Ibu gurunya di sekolah, tentang guru-guru ngajinya di
mushalla, tentang tidur siang. tentang perlakuan kakak-kakaknya.
Sedangkan TKL cenderung bersifat otoritatatif, serta cenderung
bernada memerintah kepada anak-anaknya, sehingga, Ibunya
yang di rumah lebih banyak berkomunikasi dengan suami yang
menjadi TKL. Sementara anak-anaknya lebih banyak “say hello”
saja.
Analisis korelasional dengan Pearson correlation diperoleh
hasil r = 0,892, dengan signifikansi 0,000 maka penggunaan
teknologi komunikasi berkorelasi dengan intensitas komunikasi.
Selanjutnya diperoleh r = 0,097 dan taraf signifikan 0,287 yang
berarti penggunaan teknologi komunikasi dengan isi komunikasi
tidak berkorelasi. Sedangkan dengan analisis regresi ditemukan
nilai F regresi = 1,930 dan signifikansi = 0,000 maka intensitas
komunikasi dan isi pesan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap karakter anak. Secara individual diperoleh nilai t =
3,869 dan signifikan 0,000 berarti intensitas komunikasi terhadap
karakter anak berpengaruh secara signifikan. Diperoleh t =
3,224 dengan taraf sigifikansi 0,000 yang berarti isi komunikasi
terhadap karakter anak berpengaruh.
Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa penggunaan
teknologi akan menentukan intensitas tetapi tidak menentukan
pada isi komunikasi. Namun intensitas komunikasi dan isi
komunika berpengaruh terhadap karakter anak. Analisis ini
bermakna bawa pemilihan teknologi haruslah yang tepat agar
intensitas pemanfaatannya bisa tinggi yang akan berimplikasi pada
intensitas komunikasi dengan frekuensi yang sering, sehingga
dengan dukungan isi komunikasi yang berkualitas dengan

36
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

syarat nilai-nilai pendidikan, agama dan moral, sosial, ekonomi,


keadilan, budaya serta kesehatan dengan baik akan mendorong
penanaman nilai-nilai positip dalam membentuk karakter anak
yang religius, tanggung jawab & mandiri, kepedulian, gemar
baca serta disiplin.
Mengingat uraian di depan memaparkan data yang
diperoleh dari lapangan bahwa isi komunikasi para TKI dan
keluarganya khususnya dengan putra putrinya masih minim
nilai-nilai pendidikan, demikian juga karakter anak yang berada
dalam pengasuhan Bapak/Ibu/ Nenek atau pengasuh di kampung
halaman belum menghasilkan anak-anak sesuai harapan maka
langkah berikutnya diperlukan pemberdayaan dan pendampingan
bagi mereka.

37
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

38
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BAB V
PEMBERDAYAAN DAN PENDAMPINGAN
KELUARGA TKI UNTUK KOMUNIKASI
PENDIDIKAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penulisan


PENULISAN tentang deskripsi di 6 (enam) desa pada 2 (dua)
wilayah kecamatan yaitu kecamatan Balongan dan kecamatan
Krangkeng. Secara umum penduduk kabupaten Indramayu
memiliki latar belakang pendidikan yang masih rendah.
Sebagaimana yang ditemukan penulis bahwa keluarga yang
menjadi TKI, 86% berpendidikan setingkat SD. Ditinjau dari
pencapaian index pembangunan manusia (IPM) Kabupaten
Indramayu menempati posisi terendah, yakni hanya mencapai
65,58 di tahun 2017, masih berada di bawah rata-rata capaian IPM
dari 27 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Jawa Barat.

1. Desa Sukaurip
Desa yang terbanyak jumlah penduduknya yakni mencapai
6.545 jiwa dari 10 desa yang ada di wilayah kecamatan Balongan
sebanyak 40.334 jiwa. Terletak di tengah wilayah administratif
kecamatan Balongan. Kondisi perekonomian relatif paling mapan
diantara desa-desa di sekitarnya. Setiap bulan remmittan (kiriman
uang dari luar negeri) berjumlah milyaran rupiah masuk ke desa
Sukaurip. Sebagai konsekuensi profesi penduduk desa Sukaurip
sebagian besar menjadi tenaga migran, khususnya bagi laki-laki
dengan profesi yang menangani pekerjaan-pekerjaan sipil di

39
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

bidang jasa konstruksi/instalasi proyek-proyek pertambangan


dan bangunan instalasi pengolahan lainnya di berbagai negara.
Latar belakang pendidikan yang telah ditempuh rata-rata sudah
setingkat SMP - SMA.

2. Desa Tegal Sembadra


Desa Tegal Sembadra terletak di sebelah selatan desa
Sukaurip. Memiliki areal persawahan yang luas namun sarana
irigasi yang ada tidak berfungsi memadai, karena itu produktifitas
rendah. Sebagian besar mata pencaharian penduduk sebagai petani.
Namun karena pekerjaan sebagai petani kurang menjanjikan
sehingga banyak yang bekerja sebagai tenaga musiman di kota-
kota besar seperti Jakarta, Bandung atau kota-kota lainnya.
Sedangkan bagi penduduk wanita banyak yang menjalani profesi
menjadi penatalaksana rumah tangga (PRT) sebagai TKI wanita
ke luar negeri. Bagi TKI berprofesi PRT, rata-rata lulusan SD/MI
dan SMP/MTs.

3. Desa Rawadalem
Kondisi desa Rawadalem hampir sama dengan desa
Tegal Sembadra. Mayoritas penduduk hidup dari bertani,
memiliki areal persawahan yang luas. Areal persawahan yang
luas kurang dilengkapi dengan irigasi yang memadai, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan air di areal persawahan banyak
mengandalkan air di saat musim hujan atau disebut sebagai sawah
tadah hujan. Bagi TKI berprofesi PRT, rata-rata lulusan SD/MI
dan SMP/MTs.

4. Desa Balongan
Desa Balongan terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa
di wilayah Kabupaten Indramayu. Lebih dari separuh wilayah
desa Balongan menjadi kawasan proyek instalasi PT. (persero)
Pertamina. Sebagian besar mata pencaharian penduduk desa
Balongan sebagai nelayan. Diantara istri-istri nelayan di desa
Balongan banyak yang menjalani profesi sebagai penatalaksana

40
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

rumah tangga (PRT) TKI wanita (TKW). Bagi TKI berprofesi


PRT, rata-rata lulusan SD/MI dan SMP/MTs.

5. Desa Krangkeng dan desa Kalianyar,


Desa Krangkeng dan Kalianyar merupakan 2 (dua) desa yang
ada di wilayah kecamatan Krangkeng yang meliputi; Tanjakan,
Kapringan, Purwajaya, Singakerta, Dukuh Jati, Kedung Wungu,
Tegal Mulya, Srengseng dan Luwung Gesik. Secara grografis
berada di kawasan pantai. Sedangkan secara sosio-kultural
kehidupan masyarakat di dua desa ini relatif masih homogen,
cara hidup kaum santri. Hubungan kekeluargaan mencerminkan
hubungan kekerabatan. Tampilan busana bagi lelaki, senantiasa
bersarung sedangkan bagi wanita dengan pakaian berjarik.
Dengan demikian menandakan warna kehidupannya masih
terpola dengan kehidupan tradisional. Corak kehidupan yang
belum banyak berubah ala pakaian masa kini. Mata pencaharian
sebagian besar dengan cara bertani tradisional, petambak udang
dan nelayan. Adapun latar belakang pendidikan masyarakat desa
Kalianyar dan Krangkeng sebagian besar hanya SD/MI.
Penggambaran tentang kehidupan di desa-desa, yang
menjadi sasaran dalam penulisan ini, penting. Mengingat
kondisi kehidupan yang mengitari para keluarga TKI ini, peneliti
berasumsi bahwa latar belakang dan lingkungannya memberi
pengaruh pada pemahaman keluarga TKI terhadap perkembangan
teknologi komunikasi saat ini. Dengan demikian langkah-langkah
yang ditempuh untuk menerapkan perlakuan dapat efektif.

B. Perumusan Kerangka Tindakan


Kegiatan penulisan ini merupakan kelanjutan tahap pertama
dari tahun 2015. Penulisan tahap pertama menghasilkan (1)
temuan yang menguatkan bahwa sebagian besar latar belakang
pendidikan TKI, khususnya dari kalangan TKW tergolong masih
rendah. (2) temuan bahwa sebagian besar keluarga TKI belum
memiliki media komunikasi jenis Smartphone. (3) bahwa pada

41
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

sebagian besar isi komunikasi para orang tua TKI dengan anak-
anaknya, belum secara sengaja mengandung pesan-pesan yang
bermakna dalam rangka pembentukan karakter yang diharapkan
sebagaimana rumusan yang merujuk pada panduan dari
Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2011. Sehingga penulisan
tahun kedua dilakukan untuk menjawab permasalahan tahun
pertama. Pada penulisan tahun kedua dirumuskan tindakan (1).
Perumusan model pemahaman terhadap teknologi komunikasi
dan, (2) Melakukan pemberdayaan terhadap keluarga TKI yang
ada di kampung halaman maupun para orang tuanya yang berada
di luar negeri. (3) Melakukan pendampingan kepada para keluarga
TKI.
Data diperoleh setelah melalui serangkaian kunjungan
kepada para keluarga TKI yang ditinggalkan di kampung halaman.
Rumusan hasil kajian Tim peneliti berupa kerangka tindakan yang
applicable dan reliable.

1. Perumusan Model Komunikasi Pendidikan Untuk


Keluarga TKI
Deskripsi yang tertuang dalam gambaran umum tentang
sosio–budaya masyarakat sasaran penulisan terdapat keragaman,
meskipun mereka dalam satu wilayah kabupaten Indramayu.
Namun untuk kondisi ekonomi masyarakat relatif seragam yakni
kondisi kehidupan ekonomi yang umumnya bertumpu pada hasil-
hasil pertanian dan nelayan. Oleh karena kehidupan ekonomi
dari pertanian inilah yang menjadikan kehidupan sosial dan
ekonominya pun tergolong terbelakang. Menurut Badan Pusat
Statistik tahun 2012 capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Indramayu hanya 68,8. Berada di bawah rata-
rata capaian dari Propinsi Jawa Barat.
Faktor ketidakcukupan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
yang dialami oleh masyarakatnya mendorong melakukan migrasi
untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Meskipun Kabupaten
Indramayu dikenal sebagai wilayah penghasil beras utama di

42
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Propinsi Jawa Barat namun bagi masyarakatnya sendiri dari aspek


ekonomi dirasakan tidak memberikan kelayakan yang memadai
untuk hidup. Migrasi sebagai jalan keluar bagi setiap orang untuk
mengatasi persoalan kebutuhan hidupnya. Menjalani profesi
sebagai TKI ke luar negeri. Profesi TKI menjadi kehidupan
rumah tangga antara anak-anak dan Ibu atau Bapaknya harus
hidup terpisah.
Persoalan yang ada kemudian adalah komunikasi pendidikan
diantara mereka menjadi terkendala. Memperhatikan kondisi di
lapangan yang dialami masyarakat Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Kabupaten Indramayu khususnya maka diperlukan
rumusan bangunan komunikasi pendidikan bagi keluarga TKI
antara anak-anak dan Ibu atau Bapaknya yang efektif.

1.a. Pemahaman Keluarga TKI Terhadap Media/Teknologi


Komunikasi
Perkembangan kemajuan teknologi komunikasi saat ini
telah demikian pesat. Khusus teknologi komunikasi dengan
basis nirkabel telah menjadi kecenderungan. Pada bidang
telekomunikasi, penggunaan teknologi pesawat telepon telah
terjadi lompatan-lompatan, baik itu pada hardware maupun
software yang berupa program-program aplikasi.
Handphone atau disebut telepon genggam merupakan salah
satu bentuk produk dari perkembangan bidang telekomunikasi.
Handphone merupakan solusi atas kendala yang dialami oleh
masyarakat dengan mobilitas tinggi saat ini. Perkembangan
teknologi komunikasi paling mutakhir dalam beberapa tahun
terakhir ini adalah lahirnya telepon genggam tipe smartphone.
Demikian halnya persoalan yang dihadapi keluarga TKI. Jarak
yang sangat jauh, yang dialami TKI sudah bukan menjadi
persoalan lagi untuk bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya,
dengan Para TKI dan keluarganya.

43
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Keluarga TKI yang memiliki telepon genggam tipe


smartphone belum memiliki kemampuan dengan daya adaptasi
memadai. Sehingga status kepemilikan smartphone yang tinggi
itu masih berfungsi sebagai accessories. Banyak fitur-fitur
yang belum terfungsikan semestinya. Kegiatan berkomunikasi
dengan keluarga yang ada diluar negeri baru digunakan sebatas
berkomunikasi an sich. Komunikasi yang terjadi belum tersadari
dan disengaja sebagai media komunikasi yang mengandung nilai-
nilai mendidik.
Pada sisi lain, terdapat keluarga TKI yang masih
menggunakan telepon genggam dengan kemampuan yang
minimal atau sebagai handphone biasa. Pemahaman yang dimiliki
terhadap perkembangan teknologi komunikasi tipe smartphone,
sebagian keluarga TKI terperangkap dengan bayang-bayang
harga telepon genggam tipe smartphone yang mahal dan repot
dalam penggunaan. Skrip terdapat dalam lampiran.
Presentasi yang menggambarkan alur pemecahan untuk
permasalahan dalam penggunaan media komunikasi oleh keluarga
TKI di kampung halaman dalam bentuk skema pemodelan
perlakuan sebagaimana digambarkan pada diagram 5.1.

44
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Keluarga TKI
Ber- Pendampingan
Smartphone Oleh Tim Peneliti

Isi Komunikasi

Pemberdayaan
1. Pelatihan Karakter
2. Pendampingan
Materi: Anak
Media
Komunikasi 1. Teknologi Komunikasi
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan
Metode
1. Role Playing
2. Simulation

1. Media
Komunikasi
2. Isi Komunikasi
Pendampingan
Keluarga TKI Peneliti bersama
Handphone seorang model
(Keluarga TKI yg bersmartphone}

Diagram 5.1: Skema Pemodelan Perlakuan Pemberdayaan dan Pendampingan


Mempersuasi Alih Media Komunikasi

Langkah–Langkah dan Identifikasi dalam implementasi


skema pemodelan perlakuan dan pendampingan untuk
mempersuasi agar pengguna handphone biasa beralih ke jenis
smartphone :
1. Memotret sasaran melalui tindakan kunjungan sasaran
program.
2. Memetakan sasaran, khususnya yang akan menjadi wilayah
kerja operasional program.
3. Temukan sumber/fokus masalah di lapangan sebagai sumber
bahan kegiatan pemberdayaan:
a. TKI pemilik smartphone
b. TKI pemilik Handphone biasa.

45
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

4. Identifikasi Kebutuhan (a) Kegiatan pelatihan (b)


Pendampingan
5. Perumusan Rencana kegiatan Pelatihan
a. Menentukan materi; Sekilas Perkembangan Teknologi
Komunikasi, Mengenal program-program aplikasi.
b. Menentukan metode; Role playing, Simulation, Video
Conference
c. Menentukan strategi alih media komuniaksi; persuation,
promotion.
d. Evaluasi
6. Tindak lanjut:
a. Menentukan sasaran lanjutan program pelatihan melalui
kegiatan pendampingan (kunjungan lanjut):
• TKI pemilik smartphone; dengan target Pemerkayaan isi
komunikasi
• TKI pemilik Handphone biasa; Alih media komunikasi.
b. Menyertakan seorang yang dikenalnya sebagai Modeling.

1.b. Pemahaman Keluarga TKI Terhadap Isi Komunikasi


Pendidikan
Intensitas berkomunikasi yang tinggi dengan smartphone
yang dilakukan keluarga TKI pada umumnya responden menjawab
untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga,
menanti khabar dan atau seputar canda ria. Kemudahan acces
dan kecanggihan yang dimiliki smartphone hanya optimum pada
penggunaan yang bersifat artificial, consumeritic dan hedonis.
Sedangkan terkait penggunaan telephon dengan tujuan dan
maksud secara sengaja untuk berkomunikasi yang mengandung
nilai-nilai educatif minimum sekali. Pada sisi lain, mereka yang

46
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

masih menggunakan handphone biasa pemakaiannya dihantui


oleh biaya pulsa yang tinggi.
Sebagaimana temuan yang ada bahwa isi komunikasi
yang terjadi lebih banyak untuk kepentingan pemenuhan hidup
keseharian dan atau khabar yang sepintas. Kondisi demikian tidak
terlepas karena faktor latar belakang pendidikan sebagaimana
kondisi umum pencapaian kesempatan bersekolah bagi masyarakat
Kabupaten Indramayu pada umumnya. Memahami kondisi
yang demikian maka diperlukan tindakan yang memberikan
mencerahkan bagi para keluarga TKI di Kabupaten Indramayu.
Presentasi yang menggambarkan alur pemecahan
permasalahan terhadap isi komunikasi yang dilakukan oleh
keluarga TKI, baik komunikasi yang dilakukan oleh keluarga
di kampung halaman TKI sendiri maupun yang dilakukan
oleh keluarga yang ada di luar negeri sebagai tenaga kerja.
Sebagaimana hasil temuan penulisan tahap pertama bahwa setiap
terjadi sambung komunikasi diantara anak dan atau keluarga
TKI yang ada di kampung halaman dengan keluarga yang di
luar negeri lebih besar atau cenderung isi komunikasinya untuk
membicarakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Adapun penggambarannya adalah sebagaimana diagram
5.2. berikut:

47
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Keluarga TKI Pendampingan


ber-Smartphone Oleh Tim Peneliti
(Kampung halaman) Isi Pesan Pendidikan:
Versus 1. Visualisasi pesan bentuk
Ibu/Bpk Sbg TKI gambar.
(Luar Negeri) 2. Calling Voice.
3. Life Gestur Visualisation

Karakter
Anak
Isi Isi Komunikasi
Komunikasi

Keluarga TKI
Pendampingan
Handphone Biasa
Oleh Tim Peneliti
(Kampung halaman)
Isi Pesan Pendidikan:
Versus
1. Short Calling Voice
Ibu/Bpk Sebagai TKI
2. Short Massage Service
(Luar Negeri)

Diagram 5.2: Skema Pemodelan Perlakuan Isi Komunikasi Pendidikan Menuju


Pembentukan Karakter Anak.

Langkah–Langkah dan Identifikasi untuk tahapan pemodelan


perlakuan menuju pembentukan isi dalam berkomunikasi:
1. Memotret sasaran untuk kegiatan pendampingan.
2. Memetakan sasaran, khususnya yang menjadi wilayah kerja
operasional program.
3. Identifikasi kebutuhan pendampingan
4. Perumusan rencana kegiatan pendampingan:
a. TKI pemilik smartphone; Pemerkayaan isi komunikasi
melalui visualisasi bentuk gambar, Calling Voice dan
Visualisasi life gestur
b. TKI pemilik Handphone;

48
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

c. Alih media komunikasi; Short Calling Voice, SMS.


d. Evaluasi
2. Pemberdayaan Melalui Kegiatan Pelatihan
2.a. Tahapan Awal
Serangkaian rumusan dan tindakan dari hasil kajian Tim
peneliti agar implementasi pemodelan perlakuan pemahaman
terhadap teknologi komunikasi dan Isi dalam berkomunikasi
perlu diberikan wacana melalui kegiatan pemberdayaan. Adapun
langkah-langkah itu:
1. Penjaringan dan penggalian informasi awal untuk diproses
agar bisa menjadi data dengan cara turun langsung door to
door ke rumah-rumah keluarga TKI.
Berikut contoh gambar dalam penggalian informasi ke rumah
para TKI:

Gambar 5.1. Penggalian data dengan kuisioner & wawancara kepada suami/isteri TKI
di desa Balongan dan desa Dadap
2. Memetakan kebutuhan keluarga TKI tentang gambaran
keadaan pemahaman keluarga TKI terhadap teknologi
komunikasi yang berkembang.
• Terdapat keluarga TKI yang sudah familiar teknologi
komunikasi pada jenis smartphone.
• Terdapat keluarga TKI yang masih familiar dengan
teknologi komunikasi pada jenis handphone biasa.

49
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

3. Keluarga TKI diikutsertakan dalam kegiatan pemberdayaan


tentang kemajuan, nilai guna, fungsi teknologi komunikasi
dan kontribusi yang bisa didayagunakan terhadap proses
pembentukan karakter anak sehubungan kondisi orang tua
yang hidup secara saling berpisah.
• Terhadap keluarga TKI yang sudah memiliki smartphone;
diberikan wawasan tentang sumbang cara yang bisa
dimanfaatkan melalui teknologi komunikasi itu dalam
proses komunikasi yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
• Terhadap keluarga TKI yang masih menggnakan handphone
biasa, diberikan wawasan secara persuasif agar beralih ke
jenis smartphone.
4. Pendampingan pasca kegiatan pemberdayaan. Pendampingan
diberlakukan kepada kedua kelompok keluarga TKI dalam
memahami nilai guna dan manfaat yang bisa diambil atas
keberadaan media teknologi komunikasi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.

2.b. Pelaksanaan
Kegiatan pemberdayaan dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi,
meliputi:
1. 1).Tanggal 23 Juli, di balai desa Sukaurip, Kecamatan
Balongan, Indramayu. Sasaran peserta dari desa Sukaurip
dan Tegal Sembadra. Diikuti sebanyak 33 peserta. Peserta
lelaki 12 orang dan perempuan 21 orang. Peserta pemilik
Smartphone berjumlah 25 orang sedangkan handphone biasa
8 orang.
2. 2).Tanggal 24 Juli, di balai desa Rawadalem, Kecamatan
Balongan, Indramayu. Sasaran peserta dari desa Rawadalem
dan Balongan. Diikuti sebanyak 31 peserta. Peserta lelaki
berjumlah 19 orang sedangkan yang perempuan 12 orang.
Pemilik smartphone terdapat 14 orang. Pemilik handphone
biasa berjumlah 17 orang.

50
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

3. Tanggal 25 Juli di balai desa Kalianyar, Kecamatan


Krangkeng, Indramayu. Sasaran peserta dari desa Kalianyar
dan Krangkeng. Diikuti sebanyak 27 peserta. Peserta lelaki
terdapat 23 orang sedangkan perempuan hanya 4 orang.
Pemilik telepon genggam tipe smartphone baru 5 orang dan
handphone biasa mencapai 22 orang.
Berikut gambar peserta kegiatan pelatihan yang dilaksanakan
di desa Sukaurip Kecamatan Balongan dan desa Kalianyar
kecamatan Krangkeng nampak dalam gambar perbedaan yang
mencolok jika di desa Sukaurip pesertanya mayoritas wanita dan
di Kalianyar pesertanya laki-laki. Hal ini karena di desa Sukaurip
yang menjadi TKI adalah para laki-laki yang mayoritas kerja di
intalasi. Sedangkan di desa Kalianyar yang menjadi TKI adalah
para wanita (TKW) sebagai besar sebagai penata laksana rumah
tangga.

Gambar 5.2. Penyampaian materi pendidikan karakter pada suami/isteri TKI

51
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Gambar 5.3. Peserta Pelatihan Komunikasi Pendidikan Keluarga TKI


di Desa Sukaurip

Gambar 5.4. Peserta Pelatihan Komunikasi Pendidikan Keluarga TKI


di Desa Kalianyar

52
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Materi kegiatan pelatihan yang disampaikan meliputi (1)


pemahaman tentang perkembangan teknologi komunikasi dan (2)
memahami dan membentuk karakter anak-anak kita untuk masa
depan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan menerapkan metode-
metode; Bermain peran (role playing), simulasi dan demonstrasi
melalui antara lain video conference atau video calling. Dalam
sesi video conference atau video calling, dengan melakukan
komunikasi langsung dengan keluarga yang ada di luar negeri
untuk dipertontonkan kepada peserta lainnya. Demonstrasi
utamanya ditujukan dan dimasudkan sebagai tindakan persuasi
kepada peserta yang masih belum beralih menggunakan
smartphone untuk kepentingan proses pembentukan karakter
anak yang baik. Dalam pada itu, yang bersangkutan diminta untuk
menceritakan keuntungan-keuntungan yang bisa didapatkan
dengan menggunakan smartphone. Media komunikasi jenis
smartphone bagi keluarga TKI sangat penting. Karena bisa
menampilkan antar wajah dari masing-masing pihak sekalipun
maya namun real time.
Pada saat sesi video calling terdapat beberapa orang yang
memutuskan untuk beralih menggunakan smartphone. Alasan
yang mengemuka setelah mendengar cerita dari peserta lain yang
mendemonstrasikan smartphonenya, karena berbiaya hemat dan
bisa saling berhadapan wajah secara real time.

2.c. Evaluasi
Bagian akhir dari kegiatan pelatihan adalah dilakukan
evaluasi kegiatan sekaligus mengukur tingkat kepuasan dalam
penyelenggaraan kegiatan. Dari hasil responsi dengan peserta
pelatihan diperoleh hasil bahwa penyelenggaraan kegiatan
pelatihan dirasakan memberi manfaat dan memperoleh
wawasan baru tentang teknologi komunikasi, khususnya tentang
perkembangan telepon genggam. Selama memiliki telepon
genggam, sejak tipe handphone biasa dan smartphone (bagi

53
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

mereka yang sudah memilikinya) tidak pernah berpikir seluk beluk


tentang handphone/smartphone. Dalam kesehariannya cukup
bisa dipakai. Materi yang lain tentang bagaimana berkomunikasi
dengan anak-anak yang mengandung nilai mendidik dan wawasan
tentang pendidikan karakter bagi anak-anak.
Dari kegiatan pelatihan pula ditemukan sejumlah keluarga
TKI yang menjadi catatan dan perlu ditindaklanjuti dalam kegiatan
pendampingan. Langkah tindak lanjut dalam bentuk kegiatan
pendampingan. Catatan-catatan terhadap beberapa keluarga TKI
itu meliputi hal-hal: (a) Bagi yang telah memiliki smartphone,
lebih menekankan optimalisasi dalam berkomunikasi yang bernilai
pendidikan di samping memberikan wawasan kewaspadaan
dampak negatif memiliki smartphone. Dan, (b) Bagi yang masih
menggunakan handphone biasa ditekankan pada pemberian
tindakan persuasi agar memutuskan untuk beralih ke jenis
smartphone. Khusus bagi yang masih menggunakan handphone
biasa perlu dipikirkan tindakan lain untuk “membongkar mindset“
yang ada di beberapa orang keluarga TKI.

3. Pendampingan
Pendampingan merupakan langkah lanjut setelah kegiatan
pelatihan. Tindakan-tindakan dalam kegiatan pendampingan
antara lain memantau implementasi dari apa yang sudah
disampaikan dalam kegiatan pelatihan untuk dapat digunakan
sehari-hari. Di samping itu hal yang menjadi perhatian khusus
dalam kegiatan pendampingan yakni tentang sisi-sisi khusus
dalam berkomunikasi yang memiliki muatan pendidikan
dan adanya keputusan dari beberapa keluarga TKI pengguna
handphone biasa untuk memilih smartphone.
Terhadap mereka yang masih memiliki persepsi bahwa
menggunakan smartphone itu ruwet dan njlimet, maka diberikan
perlakuan khusus melalui pendekatan personal figure sebagai
seorang modeling. Personal figure ini mendampingi peneliti
berkunjung ke rumah tiap keluarga TKI yang sudah dalam catatan.

54
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Namun demikian, untuk maksud perubahan seringkali


ditanggapi dengan nada minor. Apalagi karena latar belakang;
sosial, pendidikan dan lingkungan dalam masyarakat pedesaan
yang masih relatif tertutup, sikap resisten senantiasa muncul.
Untuk mengatasi kondisi yang ada maka dirumuskan jalan
keluar, dengan cara pemberian seorang model. Melalui jalan
seorang model, seseorang yang telah dikenali oleh keluarga TKI
yang menjadi sasaran, orang dari daerah tempat tinggal yang
bersangkutan. Seorang model dari keluarga TKI juga namun
sudah akrab dalam menggunakan smartphone. Kondisi yang
dialami peneliti di lapangan, seringnya terjadi hambatan teknis
yakni saat mengunjungi sasaran keluarga TKI, yang bersangkutan
tidak berada di tempat karena alasan-alasan bekerja. Terutama
keluarga TKI dari desa Kalianyar dan Krangkeng. Terhadap
kondisi demikian, dapat dipecahkan dengan jalan kunjungan di
waktu malam hari.

55
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

56
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BAB VI
PENUTUP

BUKU INI disusun berdasarkan kajian mendalam tentang perilaku


dan karakteristik para orang tua di Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat yang berstatus sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
berbagai mancanegara. Selama menyandang status TKI, tidak ada
perubahan yang signifikan dalam pola komunikasi yang dibangun
antara para orang tua dengan anaknya. Perilaku demikian tidak
bisa dipungkiri karena latar belakang kehidupan yang dimiliki
oleh para orang tua yang berstatus TKI.
Ditemukan fakta bahwa para TKI (Pria maupun Wanita)
bahwa: (1) Sebagaian besar latar belakang pendidikan TKI,
khususnya dari kalangan TKW tergolong rendah. Fakta ini sangat
mendukung sebagaimana informasi yang sudah berkembang
selama ini. (2). Pesawat handphone menjadi alat komunikasi
utama yang digunakan oleh para keluarga TKI untuk bisa
berkomunikasi antara anak dan Bapak/Ibunya yang ada di luar
negeri. (3).Sebagian dari keluarga TKI di Kabupaten Indramayu
memiliki pesawat handphone yang belum memiliki sistim operasi
basis android karena alasan-alasan harga pesawat handphone. (4).
Sebagian dari keluarga TKI di Kabupaten Indramayu memiliki
pemahaman terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang
relatif terbatas.

57
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Perkembangan teknologi komunikasi yang sudah


berlangsung tidak diikuti olehnya yang pada galibnya menjadikan
proses komunikasi dapat dilakukan secara efisien tidak
termanfaatkan oleh para keluarga TKI. Padahal alat itu sangat
penting bagi keluarga TKI yang hidup berjauhan antara anak
dengan Bapak/Ibunya atau bahkan kedua orang tuanya menjadi
TKI.
Kepemilikan jenis pesawat handphone berbanding lurus
dengan latar belakang pendidikan dari pihak-pihak dalam
keluarga TKI. Apabila ada diantara anggota keluarga TKI itu
memiliki latar belakang atau terdapat anggota keluarga yang telah
mencapai tingkat pendidikan SMA/MA/SMK. Dari latar belakang
pendidikan orang tua itu sendiri ataupun dari pihak anaknya
maka kepemilikan jenis pesawat handphone telah mengikuti
perkembangan teknologi komunikasi. Pesawat handphone yang
telah menggunakan sistim operasi basis android.
Kepemilikan jenis pesawat handphone mempengaruhi
intensitasnya dalam berkomunikasi. Keluarga TKI yang telah
memiliki pesawat handphone dengan sistim operasi basis android
intensitas berkomunikasi sangat tinggi sekali dibandingkan
keluarga TKI yang belum memiliki jenis pesawat sistim operasi
basis android/smartphone lainnya.
Isi komunikasi sebagian besar adalah pesan-pesan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kebutuhan sehari-hari
untuk kehidupan keluarga di kampung halaman. Sebagian besar
isi komunikasi tidak banyak yang mengandung pesan-pesan dan
bernilai pendidikan.
Tingginya intensitas komunikasi antara keluarga di kampung
halaman dengan pihak Bapak/Ibunya yang ada di luar negeri
melalui penggunaan pesawat dengan sistim operasi basis android
dalam berkomunikasi tidak berbanding lurus isinya mengandung
pesan-pesan yang bernilai pendidikan. Namun demikian bahwa
hubungan diantara keduanya sangat inten. Karena setiap saat,

58
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

setiap waktu bisa berkomunikasi tanpa dihantui besarnya beban


biaya pemakaian pula akibat durasi waktu yang lama.
Adanya sikap resistensi yang masih tinggi dari para keluarga
TKI terhadap perubahan, terutama sebagian besar dari keluarga
TKI dalam menerima informasi dalam perkembangan teknologi
informasi dari desa Kali Anyar dan Krangkeng, Kabupaten
Indramayu. Peran seorang model sebagai agent of change yang
datang dari orang yang terdekat dan dikenal baik, menjadi sangat
penting dalam pendidikan untuk memberikan pengaruh dalam
suatu maksud untuk mengubah sebuah pandangan masyarakat.
Dalam setahun terakhir telah terjadi proses alamiah
perubahan pandangan dalam kepemilikan handphone. Dari
pemakaian model telepon biasa beralih ke pesawat jenis
smartphone. Perubahan pandangan terjadi karena interaksi
setiap hari diantara mereka sendiri. Kepemilikan jenis pesawat
smartphone mempengaruhi intensitasnya dalam berkomunikasi.
Keluarga TKI yang telah memiliki pesawat smartphone intensitas
komunikasi sangat tinggi. Intensitas komunikasi yang tinggi, yang
bisa dilakukan kapanpun dan dari manapun, antara keluarga yang
ada di dalam negeri dengan keluarga yang menjadi TKI di luar
negeri menjadi semakin tinggi namun isi komunikasi sebagian
besar tidak banyak yang mengandung pesan-pesan dan bernilai
pendidikan.
Dengan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan secara
masal, bagi keluarga TKI yang telah memiliki smartphone, telah
memunculkan wawasan baru tentang cara berkomunikasi yang
mengandung nilai-nilai pendidikan. Sedangkan bagi mereka yang
belum menggunakan jenis smartphone, memperoleh wawasan
tentang kemanfaatan memiliki jenis smartphone dan cara
berkomunikasi yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Berdasarkan kesimpulan di atas perlu disarankan oleh
penulis sebagai berikut:

59
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

1. Pihak yang berwenang (Dinas Tenaga Kerja) perlu


memberikan pemahaman kepada pengelola PJTKI
(Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) hal-hal terkait: (a).
Pentingnya memberikan pengetahuan tentang komunikasi
dalam keluarga yang mengandung pesan-pesan dan bernilai
pendidikan saat mereka mengikuti pembekalan pelatihan
bekerja di luar negeri. Khususnya bagi mereka yang telah
memiliki anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
(b). Pengenalan terhadap perkembangan alat dan teknologi
komunikasi yang dapat digunakan berkomunikasi bagi dirinya
dengan keluarganya di kampung halaman yang efisien (biaya
terjangkau) dan efektif. (c). Pihak berwenang mendorong
para operator jasa telekomunikasi untuk melakukan kegiatan
promosi yang memberikan pesan-pesan dan mengandung
nilai pemberdayaan untuk memberikan literasi informasi
kepada masyarakat luas di kawasan pedesaan yang minim
dari jangkauan informasi.
2. Pemerintah daerah yang memiliki jumlah TKI yang banyak,
dengan latar belakang pendidikan yang rendah perlu
melakukan tindakan pemberdayaan melalui berbagai media
elektronik, media panggung hiburan atau media lainnya yang
sesuai dengan kondisi masyarakat atau dengan cara kerjasama
dengan pihak penyelenggara jasa telekomunikasi. Substansi
pemberdayaan itu antara lain : (a). Tentang perkembangan
teknologi komunikasi yang pemanfaatannya bisa efisien
bagi para TKI sehingga bisa berkomunikasi dengan lancar
dan murah. (b). Demi perkembangan anak-anak di kampung
halaman yang di tinggal oleh Bapak/Ibunya, maka diperlukan
pemahaman tentang cara berkomunikasi yang bermakna
pendidikan. Adalah komunikasi yang mengandung pesan-
pesan dan bernilai pendidikan dalam keluarga.
3. Bagi Instansi terkait (Kemenaker/Disnaker, PJTKI). Khusus
bagi TKI yang telah memiliki anak perlu menjadi perhatian
tersendiri. Bagi mereka ini perlu diberikan kegiatan tentang

60
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

bagaimana membangun komunikasi dari jarak jauh kepada


keluarganya, khususnya kepada anak-anaknya melalui
pesawat handphone/smartphone sehingga komunikasi yang
berlangsung menjadi bermakna edukatif.

61
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

62
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

DAFTAR PUSTAKA

Adumitroaie, Elena, 2010, New Information Technologies


And Labor Migration, iec.psih.uaic.ro/ciea/
file/2010/36Adumitroaie_Elena.pdf.
Apriliana, D., Meydianawathi, L.G., 2013, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengirimam Remitansi TKI Asal Bali di
Amerika Serika, E-Jurnal Ekonomi Pembangunan, Univ.
Udayana, 2 [8] :373-383
Bernstein, A. (1998, May). Using electronic mail to improve school
based communications. The Journal, Retrieved October 25,
2006, from http://thejournal.com/ articles/14087
BPS. 2010,.Sensus Penduduk Indonesia 2010. http://www.bps.
go.id
Cabrera, N., et. al & Lamb, M., 2000, Fatherhood in the 21st
Century, Child Development, 71, 12 – 136.
Cohen, Louis, Lawrence Manion,, & Keith Morrison, 2011,
Research Methods In Education, 7th, New York, Routledge.
Constantino, S. (2003). Emerging Families. Lanham: Scarecrow
Press, Inc

63
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Davenport, M., & Eib, B. J. (2004). Linking home and school


with technology. Principal Leadership (High School Ed.),
4 (9) , 54 - 56.
Ducanes J & Abella M 2009. The future of international
migration to OECD countries: Regional note China and
South East Asia. Paris: OECD. http://www.oecd.org/
dataoecd/3/40/43484270.pdf
Epstein, J. L. (2005). A case study of the partnership schools
Comprehensive School Reform (CSR) Model. The
Elementary School Journal,
Giannelli, Gianna Claudia & Lucia Mangiavacchi, 2010,
Children’s Schooling and parental migration; Empirical
evidence on the left-behind generation in Albania, Labour,
24: 76-92.
Gunawan, Heri, 2012, Pendidikan Karakter, Konsep dan
Implementasi, Bandung, Alfabeta. Cetakan kedua.
Hidayati, F., dkk. 2011. e-journal.undip.ac.id/index.php/
psikhologi/article. Vol. 9 no. 1 April 2011
Hurlock, 1998, Perkembangan Anak, Alih bahasa oleh Soedjarwo
& Istiwidayanti, Jakarta, Erlangga
Hurlock, EB. 2008. Psikhologi Perkembangan, Suatu Pengantar
Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi V), Jakarta, Erlangga.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan
Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Penulisan dan
pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Lahaei, et. al., 2009, Work and Family Divided Across Borders:
The Impact of Parental Migration on Mexican Children
in Transnational Families, Community, Work and Family,
12(3): 299-312.

64
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Lamb, M. dkk (dlm Palkovits, 2002), e-journal.undip.ac.id/index.


php/ psikhologi/ article/
Singarimbun, M, S.Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai,
Edisi Revisi, Jakarta, LP3ES
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, 1993, Komunikasi
Antarbudaya : Bandung Remaja Rosdakarya, Edisi, Cet.2
Mulyadi, Seto, 2010, Pentingnya Komunikasi antara Orang Tua
dan Anak, Majalah Gontor, April 2010
Nuraeny, Heny, 2017, Trafficking of Migrant Workers in
Indonesia: A Legal Enforcement and Economic Perspective
of Prevention and Protection Efforts, European Research
Studies Journal. Volume XX, Issue 4B, pp. 16 – 26.
Peterson & Green, 2012, Virginia Cooperative Extension, www.
pubs.ext.vt. ed/350/ 350.092 /350.092.html
______, www.republika.co.id, Setahun, kiriman uang TKI
mencapai Rp 120 trilyun, 7 Januari 2014.
Rahmawati, M., 2019, Indonesian Worker Protection from Labour
Exploitation in Singapore, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.
19, No. 1 (2019). Fak. Hukum, Univ. Trisaksi. pp. 169 –
185.
Rogers, Everrett, M., 1986, Communication Technology, The new
Media in Society, The Free Press, Mc Millan Inc., London.
Soepomo, Imam, 2001. Hukum Perburuan, Undang-Undang
Dan Peraturan-Peraturan Ketenagakerjaan. Jakarta,
Djambatan, 380.
Soros Foundation, 2007, Politics and Institutions In International
Migration: Migration for Work from Romania, 1990 – 2006.
Subadi, T., Ismail, R, 2013, Indonesian Female Migrants And
Employers’ Mistreatment In Malaysia: A Case Of Domestic

65
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Servants From Central Java Jurnal Internasional, Research


Humanities and social science Internasional, ISSN : 222-
1719,Vol.3.No.6, Mei 2013.
Sulaksono, E., 2018, The Patterns of Human Trafficking of
Indonesian Migrant Workers: Case Study of the Riau Islands
and Johor Border Crossing, Masyarakat Jurnal Sosiologi,
Vol. 23. No. 2, Juli 2018, pp. 167 - 186.
Sulihat, Manap, 2005, Komunikasi Orang Tua dan Pembentukan
Kepribadian Anak, Mediator, Vol. 6, no. 2, Desember 2005
Suyanto, K. K. E. 2004. Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Dasar: Kebijakan, Implementasi, dan Kenyataan. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Bidang Metodologi.
Pengajaran Bahasa Inggris Pada Fakultas Satra. Senat
Universitas Negeri Malang
Wilding, R., 2006, Virtual Intimacies? Families Communicating
Across Transnational Context, Global Network 6 (2): 125
– 142.
______, 2002, Undang Undang Perlindungan Anak no. 23.
______, 2006, Children’s Schooling and parental migration;
National Agency for the Protection of Children’s Rights.
______, http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-
pendidikan-karakter
______, http://www.republika.co.id.
_____, http://www.skype.com
______,http://www.ac-greenoble.fr/ comunius/berges//
document/Romania. The Impact of Labour Migration on
Children.

66
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

______, http://id.wikipedia.org/wiki.internet.
______ http://nasional. viva.co.id /news/read/,2011, 50% TKI
Berpendidikan SD. 14 Juli 2011.

67
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

68
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

GLOSARIUM

Fishbone Diagram
Tampilan diagram yang menggambarkan seperti tulang-tulang
ikan. Rangkaian tulang belulang yang menggambarkan arah
untuk menuju suatu tujuan.

Good Fathering
Perilaku kebapakan (orang tua) yang sejalan dengan norma-
norma yang berlaku dalam keluarga dan di masyarakat dengan
dipertontonkan kepada anak-anaknya sebagai contoh agar ditiru.

Habbitual
Pola perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari dalam suatu
komunitas. Perilaku ini perlu upaya melalui tindakan yang
disengaja maupun tidak disengaja untuk dijalankan.

Handphone Basis Android


Perangkat komunikasi yang mendasarkan pada sistem operasi
bergerak yang bersifat open source (terbuka terhadap aplikasi
apapun).

69
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

Homogen
Keadaan yang dimiliki oleh sekelompok komunitas yang relatif
sama karakteristiknya.

Intensitas
Suatu perilaku/keadaan yang senantiasa berulang-ulang dengan
banyak sekali.

Media
Perangkat yang digunakan atau menjadi sarana untuk
mengantarkan suatu pesan dari satu pihak tertentu kepada pihak
lainnya.

Mindset
Kerangka berpikir seseorang yang telah terbentuk sedemikian
lama pada dirinya.

Nada Minor
Sebuah pernyataan sumbang/kurang menghargai dari seseorang
terhadap objek atau pihak tertentu tentang sebuah keadaan.

Sikap Resisten
Perilaku seseorang atau dalam sebuah komunitas yang cenderung
menolak terhadap informasi/perubahan baru yang masuk dalam
dirinya.

70
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

INDEKS

B K
Balongan 16, 37, 53, 54, 63, KARAKTER 19, 37
64, 65 komunikan 19
komunikasi 5, 6, 11, 13, 16,
D
17, 18, 19, 20, 21, 22,
data 5, 13, 16, 26, 32, 33, 34, 23, 25, 26, 27, 28, 31,
35, 48, 49, 50, 51, 63 32, 33, 34, 35, 37, 38,
40, 41, 42, 43, 44, 45,
F
48, 49, 50, 51, 55, 56,
Fishbone 11, 31, 83 57, 58, 60, 61, 62, 63,
64, 67, 71, 72, 73, 74,
H
75, 83
habitual 25 komunikator 19
I kreatif 25

Individu 24 P
inovatif 25 physical 21
intelektual 21 psychological 21
intensitas 17, 18, 32, 33, 34,
41, 42, 50, 72, 73
interchange 26

71
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

72
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

BIODATA PENULIS

Titik Purwati. Menamatkan S-1 nya dari


Pendidikan Ekonomi IKIP Malang, Lulus S-1
diterima sebagai dosen tetap yayasan di IKIP
Budi Utomo (IBU). Dua tahun berikutnya 1989
lulus tes sebagai dosen PNS Kopertis VII DPk
pada Prodi Pendidikan Ekonomi IBU. Tahun
1999 memperoleh gelar Magister Manajemen
dari Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya dengan judul
Tesis: Economic Value Added dan Market Value Added untuk
Membedakan Kinerja Keuangan (Perbandingan dengan Analisis
Rasio) pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEJ.
Tesis tersebut telah terpublikasi dalam Jurnal WACANA Jurnal
Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Program Pasca Saarjana Volume
2, Nomor 1, Juni 1999. ISSN: 1411-0199. Gelar Doktornya di
peroleh tahun 2018 dari Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi
Pasca Sarjana Universitas Merdeka dengan judul disertasi:
Analisis Orientasi Pembelajaran dan Kepemimpinan dalam
Menghasilkan Kinerja Usaha Melalui Inovasi pada Industri Kecil
Menengah.
Sumber Dana penelitian selain berasal dari hibah internal PT
dan mandiri, beberapa penelitian dan pengabdian pada masyarakat
telah dilaksanakan dengan pendanaan hibah Ristek Dikti baik

73
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

mono tahun untuk pengabdian pada masyarakat maupun multi


tahun untuk pengabdian pada masyarakat dan penelitian. Seminar
nasional dan internasional telah diikuti baik sebagai peserta
maupun pemateri yang bersifat paralel demikian juga publikasi
hasil-hasil penelitian telah dilakukan pada jurnal nasional tidak
terakreditasi maupun terakreditasi juga pada jurnal internasional
serta beberapa HAKI telah diperolehnya. Universitas Luar Negeri
yang pernah dikunjungi adalah Universitas Pendidikan Sultan
Idris Malaysia dan Yala University Thailand.
Selain menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi,
juga sebagai reviewer jurnal ECODUCATION, Economic &
Education Journal dan juga Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
JPM Pambudi.
Tugas tambahan telah diemban sejak Titik masih muda,
berawal 1988 s.d 1992 sebagai Sekretaris Prodi Pendidikan
Ekonomi, tahun 1992 s.d 1996 sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi, tahun 1998 s.d 2003 menjabat Dekan
Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial, tahun 2004 s.d 2009 sebagai
Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial dan Humaniora, periode
2010 s.d 2015 terpilih kembali sebagai Dekan. Sejak bulan
Agustus 2015 telah dipercaya sebagai Kepala Pusat Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat yang membidangi penelitian,
pengabdian kepada masyarakat dan publikasi (jurnal) baik jurnal
bidang ilmu maupun jurnal pengabdian kepada masyarakat. Ketika
awal menjabat kepala P2M kluster penelitian IBU adalah kluster
Binaan. Alhamdulillah bermodal kerja keras, penuh semangat
dan kesabaran dengan berbagai strategi dan dinamika dalam
menjalankan pengelolaan P2M tahun 2019 kluster penelitian
IBU terkategori kluster Utama.
Korespondensi HP:081334969697, Email: titikpurwati62@
gmail.com.

74
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

HARUN AHMAD

PERSONAL PROFILE:
Anak petani kepulauan di Halma-
hera Selatan, Maluku Utara, yang se-
jak 1995 menjadi dosen di IKIP Budi
Utomo Malang dalam jabatan Lektor
Kepala.
EXPERIENCE : Sekretaris UPT PPL & KKN, 1996
– 1999
: Ketua UPT PPL & KKN, 1999 –
2010
: Kepala Pusat Pengembangan Profesi
dan Praktik Keguruan (P3G), 2010 –
2017
: Redaktur Pelaksana PARADIGMA:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teori dan
Penelitian, 1997 - 2015
: Kepala Pusat Pengembangan Sum-
ber Daya Manusia & MKU (P2SDM-
MKU), 2017 – sekarang
ACADEMIC HIS- : Universitas Muhammadiyah Malang,
TORY Pendidikan Bahasa dan Sastra Indo-
nesia, 1989
: Universitas Negeri Malang, Pendi-
dikan Luar Sekolah, 2008
: Universitas Muhammadiyah Malang,
Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
2018

75
Komunikasi Pendidikan bagi Keluarga TKI

EXPERTISE : Pengajaran Bahasa dan Sastra


: Filsafat Ilmu
: Pengantar Pendidikan
: Kebudiutamaan
: Peneliti Sosial Humaniora

DINO SUDANA.

Lahir di Indramayu, 6 Juni


1962.
Pendidikan:
1. SD & MI s.d. SMTA di Kab. Indra-
mayu, Jawa Barat. 1969 - 1982
2. Strata 1 Prodi Administrasi/Manaje-
men Pendidikan, IKIP Malang. Lu-
lus 1986.
3. Strata 2 (dua) Prodi Manajemen,
Universitas Muhammadiyah Ma-
lang. Lulus 2010.
4. Strata 3 (tiga) Manajemen Pendidi-
kan, Universitas. Negeri Malang.

Riwayat Pekerjaan :
1. Lembaga Manajemen MULTIMA Jakarta. 1988 s.d. 1991
2. General Manajer pada Lembaga Pendidikan El-Rahma,
Malang. 1991 s.d. 2000
3. Staf Pengajar di IKIP Budi Utomo. 2000.
4. Direktur Politeknik Kota Malang, sejak 2020.

76
Titik Purwati, Harun Ahmad & Dino Sudana

Lain-lain :
1. Sekretaris Umum (Org. Profesi) Ikatan Sarjana Manajemen
Pendidikan Indonesia (ISMAPI) Jawa Timur. 2006 s.d.
sekarang.
2. Ketua Umum Yayasan Al-Fatih Insan Muda, Kota Malang.
2014 s.d sekarang.
(Organisasi Nirlaba yang menaungi Lembaga Pendidikan Non
formal dan Penggagas penyelenggaraan Kuttab al-Fatih, Kota
Malang. Fillial Kuttab al-Fatih, Kota Depok).

77

Anda mungkin juga menyukai