Anda di halaman 1dari 6

PAPER PEMULIAAN TANAMAN

PERSILANGAN TANAMAN TEBU VARIETAS LOKAL (Saccharum Officinarum L)


DENGAN KERABAT DEKAT (Saccharum robusrum) UNTUK MENGHASILKAN
VARIETAS BARU DENGAN UKURAN TINGGI DAN KAYA SUKROSA

Oleh :

Riadatul Amani

C1M020116

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
PENDAHULUAN

Tebu merupakan salah satu komoditas pangan yang cukup strategis dan penting di
Indoneisa karena tanaman ini menjadi sumber utama penghasil gula, kebutuhan gula setiap tahun
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Tanaman tebu adalah salah
satu komoditas vital strategis dalam ekonomi pangan Indonesia, dan sebagai bahan baku industri
makanan atau minuman. Salah satu indikasi turunnya produktivitas gula di Indonesia adalah
karena semakin rendahnya perolehan rendemen yang dicapai oleh beberapa varietas unggul yang
ditanam pada saait ini. Beralihnya pengeloaan tebu menjadi tebu rakyat intensifikasi membawa
perubahan mendasar pada program perkaitan varietas. Semakin beragamnya pola pengelolaan
dan lingkungan tumbuh pertanaman tebu membawa konsep perubahan dalam strategi pemuliaan
tebu, yaitu merakit varietas tebu untuk daya adaptasi khusus sesuai dengan kendala setempat,
varietas yang demikian disebut sebagai unggul spesifik lokasi.

Perubahan tersebut menuntut pemahaman bahwa untuk mencapai efisiensi teknis yang
tinggi dari suatu varietas unggul harus ditempatkan pada lingkungan tipologi yang sesuai. Setiap
wilyah pengembangan pertanaman tebu diarahkan untuk menanam varietas-varietas unggul yang
sesuai dengan ekolokasinya. Analisis lebih lanjut, varietas tidak hanya berinteraksi dengan
faktor-faktor lingkungan tempat tumbuh, tetapi juga dengan waktu dan cara pengelolaan. Pada
perkembangannya tidak tertutup kemungkinannya didapatkan varietas unggul yang mampu
beradaptasi dibanyak lokasi (regional universal).

Tebu asli (Saccharum officinarum ) dan kerabat dekatnya (S. barberi, S. sinense, S. edule,
S. robustum, S. spontaneum, Erianthus, Mischanlus, Narenga dan Schlerotachya), merupakan
bahan yang berguna sebagai sumber gen penyusun genotipe tebu hibrida yang dibudidayakan
sekarang ini. Pada umumnya sifat-sifat penting yang dikehendaki seperti kemampuan daya
kepras, ketahanan terhadap hama, penyakit dan gulma, daya adaptasi terhadap cekaman
kekeringan jarang ditemukan dalam varietas tebu komersial. Sifat-sifat tersebut harus dicari dari
kerabat dekat yang merupakan donor gen. Salah satu indikasi turunnya produktivitas gula di
Indonesia adalah semakin rendahnya perolehan rendemen yang dicapai oleh beberapa varietas
unggul saat ini. Oleh karena itu pemuliaan dan seleksi terhadap varietas unggul rendemen tinggi
menjadi perhatian yang penting.

TUJUAN

Untuk mendapatkan varietas tebu unggul baru yang merupakan hasil persilangan dari
spesies tebu asli lokal (Saccharum officinarum) dengan kerabat (Sacharum robustum ) dimana
karakteristik tanaman baru yang dihasilkan diharapkan memiliki kandungan sukrosa yang tinggi
diambil dari Saccharum officinarum dan ukuran tanaman yang tinggi diambil dari sifat
Saccharum robustum.
METODE PEMULIAAN

A. Dasar Genetik Pemilihan Tetua

Menurut hukum Hardy-Weinberg frekuensi gen dan genotipe akan konstan dari
generasi ke generasi jika pada populasi kawin acak selama tidak terjadi mutasi, seleksi,
dan migrasi. Dengan pedoman heterozigot homogen Saccharum officinarum L. (2n= 80)
merupakan spesies yang dibudidayakan dengan sifat batang berwarna terang, lunak,
tebal, kandungan sukrosa tinggi, kandungan serat rendah, dan daun lebar. Samgat peka
terhadap penyakit –penyakit utama kecuali penyakit gummosis dan jelaga. Saccharum
robustum (2n=60-148) merupakan tebu liar, tumbuh 9 meter, batangnya keras berkayu
dengan lubang ditengahnya, kandungan sukrosanya rendah, resistem terhadap merah.

B. Penentuan Populasi Dasar

Pembentukan populasi dasar pemuliaan tanaman tebu menggunakan sistem


persilangan, kawin antara tanaman yang secara fenotipe sejenis yang memanfaatkan
pengaruh peristia dominan yang bertujuan untuk mengembangkan tipe ekstrim.

C. Metode seleksi

Metode yang digunakan dalam pemuliaan tebu antara dan dengan seleksi ulang
fenotipe. Seleksi didasarkan pada fenotipe per individu. Pada setiap daur seleksi
bertujuan untuk mengidentifikasi tanaman unggul secara individu dan agar terjadi acak
antar tanaman terseleksi pada tiap spesies, mengingat tebu merupakan tanaman yang
menyerbuk silang. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan heterabilitas tanaman tebu
yang tinggi.

Pada tiap tanaman tebu yang dipilih untuk ditanam pada satu baris untuk
mendukung terjadinya selfing atau penyerbukan dalam satu spesies (daur 1) telah
terbentuk biji, maka biji tersebut ditanaman dan disilangkan ( daur 2), selanjutnya
tanaman hasil dari daur dua ditanaman dan disilangkan dengan pembeda antara jantan
dan betina, untuk memungkinkan terjadinya kawin silang (daur 3).

A B

A B

A B {Daur 1}

A B
AxB

AxB

AxB {Daur 2}

AxB

A B A B

AB AB {Daur 3}

A B A B

A B A B

Hasil dari daur 3 kemudian diseleksi menggunakan seleksi massa.

D. Prosedur Persilangan

1. Pengendalian Pembungaan ( menggunakan metode latern (metode selubung))

Diketahui salah satu tetua yang memiliki sifat male sterilty yang dapa
digunakan sebagai induk betina yang dapat dbuahi dengan pollen dari induk
jgahantan yang diinginkan untuk memperoleh keturunan yang diketahui tetuanya.
Pada metode persilangan dilakukan dilapangan dimana bunga arrow diselubungi
dengan latern untuk mencegah masuknya pollen yang tidak diinginkan dan pada saat
yang bersamaan pollen dari tetua jantan yang telah ditetapkan juga dimasukkan ke
dalam latern. Biji dibiarkan masak dan setelah lebih dari tiga minggu, panikel yang
terdiri biji yang masak (tidak lagi disebut arrow) dikumpulkan, diekstrak, dan
disemai. Latern dapat dibuat dengan berbagai ukuran bentuk

2. Emaskulasi

Emaskulasi untuk mendapatkan heterosis harus dihindari terjadinya silang


dalam (selfing), karena biologi bunga tebu dengan banyak sekali spikelet dalam satu
malai bunga dengan ukuran yang sangat kecil, maka emaskulasi konvensional sangat
sulit dilakukan. Beragai cara emaskulasi pollen tebu antara lain dengan uap panas 54
derajat Celsius, perendaman air panas 50 derajat celsius, perendaman air dingin 4
derajat celsius atay perendaman Ethyl Alkohol. Perendaman ethyl alkohol 63%
selama 9 menit yang mampu mematikan pollen tanpa terjadi kerusakan stigma,
dengan teknik tersebut diperoleh cara emaskulasi yang praktis, cepat dan sederhana.
Sedangkan untuk menetapkan kelamin tebu, prinsipnya digunakan evaluasi daya
hidup pollen yang sangat beragam tergantung genotipe dan lingkungan tumbuhnya.
Cara mengukur pollen dapat dilakukan dengan pewarnaan jodium, tetua sebagai
jantan harus menunjukkan daya hidup pollen yang tinggi (> 50%) sedangkan tetua
sebagai betina harus dilakukan emaskulasi.

3. Melting pot

Melting pot ini adalah persilangan polycross dimana sejumlah besar jantan
dan betina dikumpulkan dalam satu ruang isolasi untuk saling disilangkan.
Penempatan tetua dilakukan secara acak dan secara periodik dipindah tempat
sehingga dapat diperoleh pollen dari banyak jantan pada satu malai betina. Setelah
penyerbukan hanya betina nya saja yang dipanen.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto dan siti S. 1982.Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukam Silang Buatan.

Gramedia. Jakarta.

Hegedoorn, L. 2008. Plant Breeding. Fournier Press.

Hamida, ruly dan Paridi.2019. Kekerabatan Plasma Nutfah Tebu Berdasarkan

Karakter Morfologi. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat.

Malang. Vol 11 (1). 24-32.

Herwati, Anik dan Abdurrahman. 2016. Seleksi Tahap Pertama Hasil Persilangan

Tebu Dengan Kerabat Luar Untuk Produktivitas dan Nilai Brix Tinggi.

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Malang, Vol 2.

Lahay, Ratna Rosanty.2009. Makalah. Pemuliaan Tanaman Tebu. Departmen

Budidaya Pertanian Faperta Universitas Sumatra Utara. Medan.

Mangoenendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.

Yogyakarta.

Syukur, Muhammad dkk. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai