Anda di halaman 1dari 8

BAB VIII

KLASIFIKASI TANAH

8.1. Maksud Dan Tujuan Praktikum


Maksud dan tujuan praktikum ini adalah untuk mengklasifikasikan tanah
berdasarkan sifat – sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran
dan plastisitas. Klasifikasi tersebut disusun dalam sistem klasifikasi berdasarkan
AASHTO dan USCS.

8.2. Dasar Teori


Sistem klasifikasi tanah adalah suatu system pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang sama kedalam kelompok dan sub
kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sebagian besar system klasifikasi tanah
telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks
tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butir dan plastisitas.

8.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur ( Sistem USDA)


Tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah yang besagkutan. Tekstur tanah
dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada didalam tanah, umumnya tanah
asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda.
Dalam sistem klasifikasi berdasarkan teksturnya tanah diberi nama atas
komponen-komponen utama yang dikandungnya misalnya : lempung berpasir
( sandy clay ), lempung berlanau ( silty clay ) dan sebagainya.
Sistem ini berdasarkan pada ukuran batas butiran tanah yaitu :
 Pasir : butiran dengan diameter 2 mm – 0,05 mm.
 Lanau : butiran dengan diameter 0,005 mm – 0,002 mm.
 Lempung : butiran dengan diameter < 0,002 mm.

8.2.2. Sistem Klasifikasi AASHTO


Sistem klasifikasi ini dikembangkan pada tahun 1929 dan telah mengalami
berbagai perbaikan seperti yang diajukan oleh Committee on Classification Of

76
Materials For Subgrade And Granular Type Road Of The Highway Research
Board pada tahun 1945.

Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini dapat dilihat pada tabel 8.2.2.
pada sistem ini tanah diklasifikasikan dalam kelompok A – 1, A – 2 dan A – 3.
Didalam tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah
tersebut lolos ayakan No. 20 dari klasifikasi kedalam kelompok A – 4, A – 5, A –
6 dan A – 7. Butiran dalam kelompok A – 4 sampai dengan A – 7 tersebut
sebagian besar adalah lanau dan lempung.
Sistem klasifikasi AASHTO didasarkan atas kriteria sebagai berikut
1. Ukuran butir
Kerikil adalah bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm
dan yang tertahan pada ayakan No.10 ( 2 mm ). Sedangkan pasir
adalah bagian tanah yang lolos ayakan No.10 (2 mm ) dan tertahan
pada ayakan No.200 ( 0,075mm ).
2. Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas ( PI ) ≤ 10. Nama berlempung dipakai
bila tanah mempunyai PI > 11.
3. Apabila batuan ( ukuran > 75 mm ) ditemukan dalam contoh tanah
yang akan diklasifikasikan, maka batuan-batuan tersebut harus
dkeluarkan terlebih dahulu. Tetapi persentasenya harus dicatat.

Untuk mengevaluasi kualitas tanah sebagai ( Sub Grade ) untuk jalan raya
diperlukan suatu angka yang dinamakan indeks group dengan rumus :
GI = (F-35) [0,2+0,005 (LL-40)] + 0,01 (F-15) (PI-10)
Dimana :
GI = indeks group. LL = batas cair
F = persentase butiran yang lolos ayakan No.200. PI = indeks plastis.
Prosedur menentukan nilai GI:
1. Apabila nilai GI negatif maka harga GI dianggap nol.
2. GI dibulatkan ke angka yang lebih dekat.

77
3. GI untuk tanah yang masuk dalam kelompok A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5
dan A-3 selalu sama dengan nol.
4. idak ada batas ata untuk GI.

Untuk tanah yang masuk kelompok A-2-6 dan A-2-7, nilai indeks grup ditentukan
dengan rumus: GI = 0,01 (F – 15)(PI – 10)
Makin tinggi nilai GI, makin kurang sesuai bahan tersebut sebagai lapis dasar
jalan raya. GI = 0 menunjukkan suatu material lapis dasar yang bagus, dan GI ≥ 0
menunjukkan suatu material lapis dasar jalan yang sangat jelek.
.
8.2.3. Sistem Klasifikasi Berdasarkan Unifield (Sistem USCS)
Pada awalnya sistem ini diperkenalkan oleh casagrade ( 1942 ) untuk digunakan.
Pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang pada tahun 1952, setelah
disempurnakan sistem ini dipakai secara luas oleh para ahli teknik.

Sistem ini mengelompokkan tanah kedalam 2 kelompok besar yaitu tanah berbutir
kasar ( coarse gramed soil ) dan tanah berbutir halus ( fine graned soil ) tanah
yang berbutir kasar adalah tanah yang lebih 50 % bahannya ayakan No.200
( 0,075 mm ). Tanah ini dibagi atas kerikil dan pasir kerikil dan pasir
dikelompakkan sesuai dengan gradasinya baik, bergradasi jelek, mengandung
material lanau dan mengandung material lempung.

Tanah berbutir halus adalah tanah yang lebih dari 50% bahannya lolos ayakan
No.200, tanah bebutir halus ini dibagi menjadi lanau ( m ), lempung ( c ), serta
lanau dan lempung organik ( o ) disamping itu dikelompokkan atas tingkat
plastisnya yaitu platisnya rendah ( L ) dan platisnya tinggi ( H ). Tanah yang
anorganik ( gambut ) dapat didefenisikan secara visual.

Klasifikasi tanah berbutir halus diperoleh dengan menggunakan diagram


plastisitas garis diagonal pada bagian plastisitas dinamakan garis A dan satu garis
tegak lurus ditarik pada batas cair 50. Garis A adalah batas empiris antara
lempung organik yang khas ( mL dan mH ) atau tanah -tanah organik ( oL dan oH

78
) dibagian bawah diagram dimana batas air kurang dari 29 dan indeks platisitas
sebesar 4 – 7, sifat tanah menunjukkan gejala berhimpitan, klasifikasi analis CL –
ML dipakai untuk tanah yang benda didaerah ini.

Bila persentase butiran yang lolos ayakan no 200 antara 5 % sampai 12 %


digunakan simbol ganda: GW – GM, GP – GM, GW – GC, GP – GC, SW – SM,
SW – SC, SP – SM, dan SP – SC.
Tabel 9.2 Sistem Klasifikasi Berdasarkan Unifield (Sistem USCS)
Divisi Utama Simbol Kelompok Nama Umum
- Kerikil berpasir baik dan campuran.
Pasir lebih dari 50 % fraksi kasar lolos

(hanya kerikil.)

GW - Kerikil pasir, sedikit atau sama sekali


Kerikil bersih

tidak mengandung butiran halus.


Tanah Berbutir Lebih Dari 50 % Butiran Tertahan Pada Ayakan No. 200

- Kerikil bergradasi buruk dan


campuran.
GP
- Kerikil – pasir, sedikit atau sama
ayakan No. 4

sekali tidak mengandung butiran halus


- Kerikil berlanau, campuran kerikil –
GM pasir lempung
Kerikil dengan
butiran hakus

- Kerikil berlempung campuran kerikil


pasir lempung
GC

- Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil,


(hannya pasair)

sedikit atau sama sekali tidak mengandung


Kerikil 50 % atau lebih dari fraksi

SW
Pasir bersih
kasar tertahan pada ayakan No.4

butiran halus

- Pasir bergradasi buruk dan pasir


SP berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus.
- Pasir berlanau, campuran pasir lanau
SM
butiran halus
Pasir dengan

- Pasir berlempung, campuran pasir


lempung
SC

- Lanau anorganik, Pasir halus sekali,


Lanau dan Lempung batas cair

ML Serbuk batuan, Pasir halus, berlanau atau


kurang 50 % atau lebih
Tanah berbutir halus

berlempung
50 % atau kurang

- Lempung anorganik dengan plastisitas


rendah sampai dengan sedang, Lempung
CL
berkerikil, Lempung berpasir, Lempung
berlanau “kurus” (lean elays)
- Lanau organik dan lempung berlanau
OL
organik dengan plastisitas rendah.

79
- Lanau anorganik atau pasir halus

Lanau dan Lempung Batas


MH diatomea atau lanau diatomea, lanau yang

lolos ayakan No. 200

cair lebih dari 50 %


elastis.

- Lanau anorganik dengan plastisitas


CH tinggi, Lempung “gemuk” (fat elays)

- Lempung organik dengan plastisitas


OH sedang sampai dengan tinggi

Tanah – tanah dengan - Peat (gambut), muck dan tanah – tanah


kandungan organik PT lain dengan kandungan organik tinggi.
sangat tinggi.

Tabel 9.3. Klasifikasi Ganda

KRITERIA KLASIFIKASI

Cu > 4
5 % sampai 12 % lolos ayakan no. 200 : Klasifikasi perbatasan yang
memerlukan sumbol ganda.

Cc antara 1 dan 3

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW


Kurang dari 50 % lolos ayakan no. 200 : GM, GC, SH, SC

Batas – batas atterberg Batas – batas atterberg dalam


Kurang dari 50 % lolos ayakan no. 200 : GW,GP,SW,SP

dibawah garis – A atau PI > daerah diarsir adalah


4 peralihan klasifikasi perlu
Klasifikasi berdasarkan persentase fraksi halus

Batas – batas atterberg diatas menggunakan simbol ganda


garis – A atau PI > 7

Cu > 6
Cc antara 1 dan 3

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW

Batas – batas atterberg Batas – batas atterberg


dibawah garis – A atau PI < 4 dalam daerah diarsir adalah
peralihan klasifikasi perlu
menggunakan simbol
Batas – batas atterberg diatas
garis – A atau PI > 7 ganda

80
Tabel 9.4 Klasifikasi tanah menurut AASHTO

81
8.3. Pembahasan
Diketahui hasil uji analisis distribusi butir suatu tanah dari seluruhnya 100
% adalah:
Persentase butiran yang lolos ayakan no. 10 = 40,42 %
Persentase butiran yang lolos ayakan no. 40 = 44,15 %
Persentase butiran yang lolos ayakan no. 200 = 5 %
Nilai LL = 48,62 %, sedangkan nilai PI adalah 12,785 %.

Pada klasifikasi unifield, tanah tersebut masuk dalam tanah berbutir kasar karena
5 % yang lolos yakan no. 200. dengan criteria 5 % - 12 % maka mempunyai
symbol ganda yaitu SM – SC.

8.4. Kesimpulan dan Saran


8.4.1. Kesimpulan
 Dalam pengklasifikasikan tanah data diambil dari percobaan sieve analisis
seta batas cai dan batas plastis untuk nilai PI dan LL.
 Sistem klasifikasi tanah ada 2 macam yang kita gunakan yaitu
- Klasifikasi tanah menurut AASHTO ; A – 2 – 7, berupa kerikil dan pasir
yang berlanau atau berlempung.
- Klasifikasi tanah menurut USCS atau ASTM,pada klasifikasi ini tanah di
klasifikasikan dengan simbol ganda yaitu SM-SC berupa pasir
berlempung, dan campuran pasir berlempung.
8.4.2. Saran
Untuk kemajuan kedepan agar data untuk % lolos yakan langsung diambil
dari percobaan sieve analisis atau dilakuakn percoaan tersendiri. Kemudian alat –
alat dilaboratorium mekanika tanah ini diperlengkap dan alat yang telah ada
dilakuakan pewrawatan secara teratur.

82
83

Anda mungkin juga menyukai