Anda di halaman 1dari 120

ANALISA KINERJA BENDUNG BERDASARKAN

ASPEK FUNGSI STRUKTUR BANGUNAN


( STUDI KASUS BENDUNG PEKATINGAN )

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh : MUHAMMAD

WAHYUDI NIM.

122510007

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017

i
22
33
44

MOTTO

“Selama Kamu Yakin Bisa, Tidak Ada Yang Tidak Mungkin.”

“Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi


orang lain”

(5 cm, Donny Dhirgantoro)

“Cintai impianmu, Cintai kerja kerasmu, Cintai hidupmu dengan berani, Jangan

menyerah dan jangan pernah berputus asa.”


55

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim
Dengan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Hamba
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpah keharibaan Rasulullah S.A.W.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat ku kasihi dan ku
sayangi.
Kedua Orang Tua ku Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada Ibu Sopiyati dan Bapak Sutarjo yang telah memberikan kasih
sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga.
Kakak ku Tercinta
Untuk kakakku Eka Trianingsih, S.Pd. walaupun kita sering bertengkar tapi hal itu selalu
menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuannya
selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku persembahkan.
Teman-Teman ku Tercinta
Terima kasih untuk Didik, Galuh, Gita, Johan, Panggah, Usman,Triyanto, Wahid, Yulis,
dan teman-teman di Teknik Sipil Ump yang mau menerimaku apa adanya. Terima kasih
juga atas semua bantuan yang kalian berikan selama ini. Semoga keakraban di teknik sipil
selalu terjaga.
Dosen pembimbing Tugas Akhirku
Bapak Agung Setiawan, M.T. dan Bapak Muhamad Taufik, M.T. selaku dosen
pembimbing tugas akhir saya, terima kasih atas bantuan, nasehat dan kesabaran yang
diberikan dalam pengerjaan tugas akhir saya.
Terima kasih Pula saya ucapkan kepada seluruh Dosen Pengajar dan Staf akademik di
Prodi Teknik Sipil atas semua Ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang
telah kalian berikan kepada kami.
Serta semua pihak yang sudah membantu selama penyelesaian Tugas Akhir ini.
66
77
88

ABSTRAK

Muhammad Wahyudi. “Analisa Kinerja Bendung Berdasarkan Aspek Fungsi


Struktur Bangunan (Studi Kasus Bendung Pekatingan)”. Skripsi. Teknik Sipil.
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2017
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh: (1) bobot komponen bendung
yang dapat digunakan sebagai indikator kinerja bendung berdasarkan kondisi dan
keberfungsian bangunannya, (2) menganalisa kinerja bendung berdasarkan
kondisi dan keberfungsian bangunannya, (3) menghitung nilai kondisi Bendung
Pekatingan saat ini berdasarkan desain penilaian kondisi dan fungsi bangunan
bendung.
Studi ini mengambil lokasi di Bendung Pekatingan yang terletak di Desa
Butuh, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan Pengamatan langsung si lapangan yang
kemudian data diolah. Dari hasil pengolahan data tersebut, kondisi dan
keberfungsian bendung Pekatingan dianalisis dan diinterprestasikan. Analisis Data
Menggunakan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process).
Hasil Analisis data Hasil analisa yang dilakukan dari data survei bendung
menghasilkan kinerja bendung berdasarkan kondisi kerusakan komponennya yang
berupa bobot debit sebesar 9.91%, bobot sedimen sebesar 3.63%, bobot mercu
sebesar 12.46%, bobot bangunan pengambilan sebesar 4.15%, bobot bangunan
penguras sebesar 1.05%, bobot bangunan pembilas sebesar 1.45%, dan bobot
kantong lumpur sebesar 0.38%. Sedangkan untuk hasil analisa kinerja bendung
berdasarkan fungsi komponen yaitu berupa bobot debit sebesar 34.58%, bobot
sedimen sebesar 8.31%, bobot mercu sebesar 19.26%, bobot bangunan
pengambilan sebesar 4.96%, bobot bangunan penguras sebesar 3.54%, bobot
bangunan pembilas sebesar 3.93%, dan bobot kantong lumpur sebesar 1.97%.
Kondisi komponen kinerja bendung Pekatingan adalah kerusakan komponen pada
bendung Pekatingan sebesar 33.02% dan kondisi bendung mengalami RUSAK
SEDANG. Fungsi kinerja komponen pada bendung Pekatingan sebesar 76.55%
dan keberfungsian bendung dalam kondisi CUKUP.

Kata kunci: Kinerja Bendung, Analityc Hierarchy Process, Bendung Pekatingan


99

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………..... i
Halaman Persetujuan ……...................................................................... ii
Halaman Pengesahan …… ..................................................................... iii
Motto …………………. ......................................................................... iv
Persembahan …………….. .................................................................... v
Lembar Pernyataan ……......................................................................... vi
Prakata …………………………............................................................ vii
Abstrak ……………… ....................................................................... viii
Daftar isi ………. ……………. ............................................................. x
Daftar Tabel………………. ................................................................... xi
Daftar Notasi …………. ......................................................................... xii
Daftar Gambar ………………................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1


B. Identifikasi Masalah ........................................................ 2
C. Batasan Masalah ............................................................. 2
D. Perumusan Masalah ......................................................... 3
E. Tujuan Penelitian ............................................................. 3
F. Manfaat Penelitian ........................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS 5
A. Kajian Teori ..................................................................... 5
1. Bendung .................................................................... 5
2. Sedimen .................................................................... 11
3. Debit ......................................................................... 12
4. AHP ......................................................................... 15
5. Pengambilan Sampel ................................................ 13
11

B. Tinjauan Pustaka ............................................................ 23


C. Rumusan Hipotesis .......................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 25
A. Desain Penelitian ............................................................. 25
B. Tempat Penelitian ............................................................ 25
C. Jadwal Penelitian/Time Schedule .................................... 26
D. Alat Penelitian ................................................................. 26
E. Pengumpulan Data........................................................... 27
F. Analisis Data ................................................................... 28
G. Bagan Alir Penelitian ...................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 32
A. Data dan Hasil Analisis ................................................... 32
B. Komponen Kinerja Bendung ............................................ 32
C. Kriteria Penilaian Fungsi dan Kondisi.............................. 33
D. Pembobotan Kriteria Penilaian kondisi dan fungsi bendung 36
1. Perhitungan AHP ....................................................... 36
2. Distribusi Bobot Komponen ...................................... 45
E. Penilaian Kinerja Bendung Pekatingan ............................ 46
BAB V PENUTUP…….......................................................................... 53
A. Simpulan ......................................................................... 53
B. Saran ……. ....................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA… ......................................................................... 55
LAMPIRAN
11

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skala penilaian Perbandingan Berpasangan AHP .................... 17


Tabel 2 Tabel Indeks Konsistensi Random ............................................ 18
Tabel 3 Penjumlahan BobotRelatif ........................................................ 19

Tabel 4 Bobot Relatif Ternormalisasi ..................................................... 19


Tabel 5 Perhitungan Bobot Eigen Faktor................................................ 20
Tabel 6 Time Schedule ......................................................................... 26
Tabel 7 Perhitungan Survei Bendung ..................................................... 29
Table 8 Perhitungan Survei Keberfungsian Bendung ............................. 29
Tabel 9 Perhitungan Survei Kondisi Bendung........................................ 30
Tabel 10 Komponen Penyusun Kinerja Bendung ................................... 33
Tabel 11 Kriteria Kerusakan Struktur Komponen Bendung................... 34
Table 12 Klasifikasi Kondisi Komponen Aset........................................ 35
Tabel 13 Klasifikasi Keberfungsian Komponen Aset............................. 35
Table 14 Hasil Pairwire Comparison Kinerja Bendung......................... 38
Tabel 15 Matriks Penjumlahan Bobot Relatif Kinerja Bendung ............ 39
Tabel 16 Matriks Penjumlahan Bobot Ternormalisasi............................ 40

Tabel 17 Nilai Eigen Dan Bobot Komponen Kinerja Bendung.............. 41


Tabel 18 Nilai Weighted Sum Factor ...................................................... 42
Tabel 19 Nilai Consistency Vector.......................................................... 43
Tabel 20 Indeks Konsisten Random ....................................................... 44
Tabel 21 Kondisi Komponen Kinerja Bendung Pekatingan .................. 47
Tabel 22 Keberfungsian Komponen Kinerja Bendung Pekatingan ....... 48
11

DAFTAR NOTASI

AHP = Analytic Hierarchy Process

BA = Bangunan Pengambilan

BB = Bangunan Pembilas

BK = Bangunan Penguras

CI = Konsistensi Indeks

CR = Konsisten Rasio

CV = Vektor Konsisten

D = Debit

DI = Daerah Irigasi

KL = Kantong Lumpur

M = Mercu

nrbk = Nilai Relatif

nbk = Nilai Ternormalisasi

RI = Random Indeks

S = Sedimen

Xn = Nilai Eigen Faktor WSF

= Weighted Sum Factor λmaksimum=

Nilai Lamda Maksimum

∑nrb,k-bk = Jumlah nilai matriks bobot relatif


xi
1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Hierarki ................................................................... 16


Gambar 2. Skala Pairwise Comparison Antara Dua Kriteria ................. 17
Gambar 3. Peta Lokasi Bendung Pekatingan .......................................... 25
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian ............................................................ 31
Gambar 5. Skala Pairwise Comparison Antara Dua Kriteria ................. 37
Gambar 6. Distribusi Bobot Komponen.................................................. 46
Gambar 7. Grafik Kinerja Bendung Pekatingan ..................................... 49
Gambar 8. Kerusakan Pada Mercu ……................................................. 50
Gambar 9. Kebocoran Pada Kantong Lumpur…………. ....................... 51
Gambar 10. Sedimen di Hulu bendung………………… ....................... 51

Gambar 11. Kebocoran Pada Pintu Pembilas ......................................... 52


Gambar 12. Kondisi Bangunan Pengambilan ......................................... 52
xi
1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Survei Kinerja Bendung Pembobotan Variabel Terseleksi


Lampiran 2. Formulir Survei Kondisi dan Fungsi Bendung
Lampiran 3. Perhitungan Kerusakan dan Kondisi Komponen Kinerja Bendung
Lampiran 4. Perhitungan Keberfungsian Komponen Kinerja Bendung
Lampiran 5.Data Teknis Bendung Pekatingan

Lampiran 6. Data Debit Harian Bendung Pekatingan


Lampiran 7. Foto Dokumentasi Survei Bendung Pekatingan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bendung Pekatingan merupakan salah satu dari beberapa bendung

yang ada di DAS Wawar, berlokasi di Desa Butuh, Kecamatan Butuh,

Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Bendung ini adalah

bangunan bendung yang dibangun melintang pada Sungai Bedono untuk

mengaliri Daerah Irigasi (DI) Pekatingan kanan dan (DI) Pekatingan kiri

dengan area seluas 1223 Ha. Pada bulan juli 2016 tanggul Intake Bendung

Pekatingan bagian sebelah kiri amblas karena gerusan air irigasi.

Sebagai bangunan prasarana irigasi struktur bangunan bendung

dipengaruhi oleh debit aliran dan volume air sungai yang fluktuasi.

Kondisi debit yang tidak stabil tersebut membuat diperlukan perhitungan

hidroulika dan hidrologi pada daerah aliran sungai untuk perancangan

struktur bangunan bendung, sehingga bendung didesain bertahan dalam

jangka waktu yang lama dalam kondisi yang ditentukan. Meskipun begitu,

kondisi debit banjir yang ekstrim maupun faktor-faktor eksternal pada

bendung yang tidak diperkirakan dapat merusak struktur bangunannya.

Karena kondisi tersebut maka diperlukan suatu penilaian kondisi bendung

berdasarkan struktur bangunannya, sehingga dapat dilakukan sebuah

penanganan yang tepat untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan

bendung sebelum terjadi kerusakan bangunan secara permanen.

1
2

Bermula dari hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai

desain kriteria bendung yang berdasarkan aspek fungsi struktural

bangunannya. Beberapa bagian bangunan bedung akan diteliti lebih lanjut

secara visual dan teoritis untuk menghasilkan suatu kriteria bendung,

Kriteria bendung tersebut akan dianalisa menggunakan metode AHP

(Analytic Hierarchy Process) untuk kemudian diterapkan pada Bendung

Pekatingan. Hasil yang diperoleh nanti dapat menunjukkan bagaimana

kondisi kinerja Bendung Pekatingan dari kriteria yang dibuat sebelumnya.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi masalah

yang ada, sebagai berikut:

1. Pada bulan juli tahun 2016 tanggul Intake sebelah kiri bendung

pekatingan mengalami amblas karena gerusan air irigasi.

2. Kondisi debit banjir yang ekstrim maupun faktor-faktor lain dapat

merusak struktur bangunan bendung.

3. Penggunaan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk

menganalisa kinerja dari Bendung Pekatingan.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan ini adalah:

1. Lokasi yang akan ditinjau adalah Bendung Pekatingan.

2. Cakupan penelitian hanya difokuskan pada penilaian fungsi dan

kondisi bendung dari segi struktur bangunan prasarana bendung saja.


3

3. Penyusunan kriteria penilaian bendung difokuskan pada aspek struktur

bangunan yang dapat diamati secara langsung di lapangan, tidak

memerlukan analisa khusus seperti perhitungan Hidrolika dan

Hidrologi.

4. Penilaian kriteria bendung tidak ditinjau dari penyebab kerusakan yang

terjadi.

5. Penentuan skor pada matriks perbandingan berpasangan (pairwise

comparison) berdasarkan hasil keputusan bersama dari pihak Unit

Pelaksana Teknis Wilayah Kutoarjo dan Mantri Pengairan yang

menangani Bendung Pekatingan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, permasalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kriteria penilaian fungsi dan kondisi bendung berdasarkan

struktur bangunannya ?

2. Bagaimanakah pembobotan kriteria penilaian fungsi dan kondisi

bendung berdasarkan struktur bangunannya ?

3. Bagaimana kinerja Bendung Pekatingan berdasarkan kriteria penilaian

fungsi dan kondisi bangunannya ?


4

E. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini antara lain yaitu:

1. Memperoleh bobot komponen bendung yang dapat digunakan sebagai

indikator kinerja bendung berdasarkan kondisi dan keberfungsian

bangunannya.

2. Menganalisa kinerja bendung berdasarkan kondisi dan keberfungsian

bangunannya.

3. Menghitung nilai kinerja Bendung Pekatingan saat ini berdasarkan

desain penilaian kondisi dan fungsi bangunan bendung.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai peneliti adalah :

1. Memberikan tambahan wawasan keilmuan mengenai penilaian kinerja

bendung, khususnya pada aspek-aspek kondisi dan keberfungsian

bangunannya.

2. Membantu pengambilan keputusan dalam masalah penilaian kinerja

bendung berdasarkan aspek kondisi dan keberfungsian bangunannya.

3. Sebagai refrensi untuk mengetahui kondisi Bendung Pekatingan agar

dapat menjadi peningkatan kualitas kinerja Bendung Pekatingan.


BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA DAN
RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Bendung

Bendung adalah kontruksi bangunan air yang diletakkan

melintang, untuk mengatur aliran air sungai melalui bendung tersebut.

Ada beberapa jenis bendung berdasarkan fungsi dan berdasarkan tipe

konstruksinya (Sosrodarsono, 2008).

a. Jenis bendung berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut:

a. Bendung pembagi banjir

Didirikan pada percabangan sungai untuk mengatur muka air,

sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah

sesuai dengan kapasitas yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Bendung penahan air pasang

Dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang-surut air

laut untuk mecegah masuknya air asin dan menjamin agar

aliran air sungai senantiasa dalam kondisi normal.

c. Bendung penyadap

Digunakan untuk mengatur muka air sungai agar memudahkan

penyadapan air untuk kebutuhan irigasi, pembangkit listrik, dan

sebagainya.

5
66

b. Jenis bendung berdasarkan tipe konstrusinya, yaitu sebagai berikut:

1) Bendung tetap

Bendung ini tidak dapat mengatur tinggi dan debit air sungai.

2) Bendung gerak

Bendung ini dapat dipergunakan untuk mengatur tinggi dan

debit air sungai dengan pembukaan pintu-pintu air yang

terdapat pada bendung tersebut.

3) Bendung kombinasi

Bendung ini berfungsi ganda, yaitu sebagai bendung tetap dan

bendung gerak.

Desain bangunan bendung sendiri memiliki berbagai macam

bentuk ditinjau dari peletakannya, antara lain:

a. Bandung Cerucut Sederhana

Umumnya digunakan di desa karena pembuatannya dapat

dilakukan sendiri oleh masyarakat dan biayanya murah. Bendung

cerucut tersusun dari kayu atau bambu yang disusun sebagai tubuh

bendung dan sayap bendung.

b. Bendung Bronjong

Sama seperti bendung cerucut, bendung bronjong dapat diterapkan

di daerah pedesaan karena mudah dan tidak mahal. Material

penyusunannya berupa bronjong kawat yang diisi batu kali.


77

c. Bendung Tyrol

Umumnya digunakan untuk penyadapan air sungai, bendung Tyrol

hanya cocok digunakan untuk sungai yang angkutan sedimennya

didominasi fraksi kasar (batu gelundung) dan fluktuasinya tinggi.

d. Bendung Pelimpah Mercu Bulat

Salah satu model bendung yang sering dijumpai, bendung

pelimpah mercu bulat dapat diterapkan pada sungai yang tidak

rawan gerusan dan material yang hanyut disungai berfluktuasi.

e. Bendung Pelimpah Tipe Gergaji

Model ini tidak cocok untuk diterapkan pada sungai yang angkutan

material dapat sungainya besar-besar (batu gelundung, gelombang

kayu besar) karena kontruksinya yang ramping.

f. Bendung Gerak dengan Pintu

Bendung gerak digunakan jika debit air sungai tidak bisa

dilewatkan dengan aman melalui bendung tetap. Selain itu,

bendung gerak dengan pintu umumnya diletakkan pada sungai

yang kemiringannya relatif kecil atau datar.

g. Bendung Karet

Merupakan alternatif desain bendung jika model bendung lain tidak

dapat mencegah ancaman banjir. Bendung karet dibangun dilokasi

yang sedimentasinya tidak terlalu berat sehingga tidak menggagu

mekanisme kembang-kempis karet.


88

Komponen bendung yang menjadi penyusun utama bangunan

bendung sehingga dapat menjalankan fungsi bendung secara ideal

adalah:

a. Mercu bendung

Mercu bendung merupakan salah satu komponen bendung yang

memiliki fungsi utama pada bendung. Mercu bendung di bangun

melintang pada sungai yang berfungsi untuk menaikan muka air.

Secara umum, mercu bendung dibangun dengan konstruksi beton

dan pasangan batu.

b. Sayap Bendung

Sayap bendung merupakan bangunan yang berfungsi untuk

mengarahkan arus air sungai mercu bendung sehingga tidak terjadi

aliran samping yang berpotensi menggerus tebing pondasi tubuh

bendung. Sayap bendung ini terdapat pada kedua sisi mercu

(mengapit mercu). Untuk menjaga stabilitas mercu bendung, sayap

bendung difungsikan sebagai penahan tanah dalam mengamankan

bendung mengamankan bendung dari longsoran tebing.

c. Kolam Olak

Air yang jatuh dari mercu bendung memiliki perubahan kecepatan

aliran air yang diakibatkan kemiringan mercu bendung. Perubahan

tersebut dapat menimbulkan penggerusan pada dasar sungai.

Kolam olak merupakan bangunan yang berfungsi untuk meredam


99

energi air limpasan dari mercu bendung sehingga kerusakan dasar

sungai dapat dihindari.

d. Tanggul

Keberadaan bangunan bendung di sungai akan menyebabkan aliran

normal menjadi terganggu, sehingga dapat menimbulkan pola

aliran baru di sungai bagian hulu maupun hilir bangunan. Pola

tersebut dapat menyebabkan penggerusan di didasar dan tepi

sungai. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan perlindungan

terhadap bagian sungai tersebut dari pengaruh penggerusan. Selain

itu, keberadaan tanggul pada sungai akan mampu meningkatkan

kestabilan dari alur sungai.

e. Bangunan Pengambilan

Bangunan pengambilan merupakan bangunan yang berfungsi untuk

mengambil air dari alur sungai untuk mencukupi kebutuhan air

tanaman. Pintu perngambilan merupakan bagian utama dari

bangunan pengambilan. Pengaturan jumlah debit air yang dialirkan

ke saluran dilakukan dengan pengaturan pintu pengambilan. Selain

untuk kepentingan pengaturan jumlah debit air yang masuk ke

saluran, pintu pengambilan juga difungsikan sebagai pencegah

endapan dan air banjir masuk ke dalam saluran.

f. Bangunan Penguras

Bangunan penguras merupakan bagian dari bendung yang

berfungsi mencegah endapan masuk ke dalam saluran irigasi.


11

Bangunan penguras dilengkapi dengan pintu penguras yanga

dibangun sebagai terusan dari tubuh bendung dan terletak di

sebelah hilir ambang pintu pengambilan. Tinggi pintu penguras

dikondisikan sama dengan tinggi mercu sehingga dapat

dilimpaskan air banjir. Ketika endapan yang terdapat di hulu mercu

mengganggu jumlah air yang masuk ke pintu pengambilan, maka

dilakukan pengurasan dan pembilasan endapan dengan cara

pembukaan pintu penguras.

g. Bangunan Ukur

Pengukuran debit air yang masuk ke saluran primer merupakan hal

yang perlu dilakuan sehingga pengelolaan air irigasi menjadi

efektif. Oleh karena itu pengukuran debit dilakukan lakukan

menggunakan bangunan ukur.

h. Bangunan pembilas dan kantong lumpur

Agar sedimen tidak masuk dalam saluran irigasi tindakan

pencegahan perlu dilakukan dengan menyediakan kantong lumpur.

Kantong lumpur ditempatkan pada bagian awal saluran primer,

yaitu setelah pengambilan dari sungai. Pada kantong lumpur,

kecepatan aliran dikondisikan cukup rendah sehingga proses

pengendapan sedimen menjadi optimal. Pembersihan kantong

lumpur dilakukan dengan menggelontorkan air ke kantong lumpur

sehingga endapan dapat kembali ke sungai melalui bangunan

pembilas.
11

Berdasarkan kajian mengenai bendung tersebut dapat diketahui

bahwa setiap komponen bendung memiliki intensitas keberfungsian

yang berbeda pada kompleks bangunan bendung, sehingga dapat

berfungsi sesuai perencanaan yang sudah direncanakan. Intensitas

keberfungsian tersebut ditunjukan melalui bobot fungsi dan kondisi

bendung .

2. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan yang dihasilkan oleh

proses erosi yang terbawa oleh suatu aliran pada suatu tempat yang

kecepatannya lambat atau berhenti. Pada bendung pengendapan terjadi

pada hulu bendung. pengendapan yang terjadi dapat mempengaruhi

debit air yang masuk ke saluran irigasi. Untuk mengatasi agar endapan

berkurang biasanya endapan pada hulu bendung akan dibilas dengan

cara membuka pintu pembilas yang ada pada bendung tersebut.

Pembilasan biasanya dilakukan saat debit air sungai dalam kondisi

besar, hal ini biasanya terjadi pada musim penghujan. Sementara untuk

endapan yang yang terbawa masuk dalam saluran pengambilan akan

diendapkan pada kantong lumpur dan saat debit banjir tinggi maka

endapan akan dibuang melalui pintu penguras. Endapan dikembalikan

ke sungai melalui bangunan penguras yang berada di hilir bendung.


11

3. Debit

Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air

yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya dalam

sistem satuan SI besar debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per

3
detik (m /dt)

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, debit air harus lebih

cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah disiapkan. Pada dasarnya

debit air yang dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh

beberapa faktor yaitu:

a. Intensitas Hujan

Curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki

komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit

air, dan siklus tahunan. Intensitas hujan juga mempengaruhi

dengan karakteristik musim hujan pajang (kemarau pendek), atau

kemarau panjang (musim hujan pendek).

b. Penggundulan Hutan

Fungsi utama hujan dalam kaitanya dengan hidrologi adalah

sebagai penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi,

sehingga air hujan yang jatuh di daerah tersebut tertahan dan

meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air tanah.

Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber air

sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan

memberi manfaat berupa ketersediaan air pada musim kemarau.


11

Sebaliknya hutan yang gundul akan menjadi menjadi malapetaka

bagi penduduk dibagian hulu maupun hilir. Pada musim hujan, air

hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah

yang kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi

aliran permukaan dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah

terjadi tanah longsor dan banjir bandang yang membawa

kandungan lumpur.

c. Pengalihan Lahan dari Hutan menjadi Lahan Pertanian

Resiko penebangan hutan untuk menjadi lahan pertanian sama

besarnya dengan panggundulan hutan. Penurunan debit air sungai

dapat terjadi akibat erosi. Selain akan meningkatkan kandungan zat

padat tersuspensi (suspended solid) dalam air sungai sebagai akibat

dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh meningkatnya kandungan

hara dalam air sungai.

Pengukuran debit dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Pengukuran volume air sungai

Biasanya dilakukan untuk aliran air sungai lambat. Pengukuran

debit dengan cara ini dianggap paling akurat, terutama untuk debit

aliran lambat seperti pada aliran mata air. Cara pengukurannya

dilakukan dengan menentukan waktu yang diperlukan untuk

mengisi wadah yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang

biasanya dilakukan untuk pengukuran debit dengan cara

pengukuran volume adalah dengan membuat dam kecil atau alat


11

semacam weir di salah satu badan aliran air yang akan diukur.

Gunanya adalah agar aliran air dapat terkonsentrasi pada satu

outlet. Ditempat tersebut pengukuran air dilakukan.

b. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan

menentukan luas penampang sungai.

Yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter

atau sering disebut sebagai pengukuran debit melalui pendekatan

velocity-area method, pengukuran ini paling banyak dipraktikan

dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai.

c. Pengukuran menggunakan bahan kimia yang dialirkan dalam

sungai.

Pengukuran ini sering digunakan untuk jenis aliran airnya tidak

beraturan (turbulence). Untuk maksud pengukuran hidrologi.

d. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit.

Persoalan yang paling sering muncul ketika melakukan pengukuran

debit sungai mendorong para ahli hidrologi mengembangkan alat

atau bangunan pengontrol aliran sungai untuk tujuan pengukuran

debit debit. Bangunan tersebut antara lain, weir dan flume. Cara

kerja bangunan pengukur debit tersebut diatas adalah dengan

menggunakan kurva aliran untuk diubah kedalam aliran air menjadi

debit. Perbedaan pemakaian kedua alat tersebut adalah bahwa

flume digunakan untuk mengukur debit pada sungai dengan aliran

besar, sering disertai banyak sampah atau kotoran lainnya.


11

Sedangkan aliran air kecil atau dengan ketinggian aliran (h) tidak

melebihi 50 cm, biasanya dipakai weir. Aliran yang melewati

lempengan weir akan menunjukan besar kecilnya debit di tempat

tersebut. Kegunaan utama alat tersebut untuk mengurangi

kesalahan dalam menentukan hubungan debit (Q) dan tinggi muka

air.

4. AHP (Analytic Hierarchy Process)

AHP adalah suatu metode pengambilan keputusan yang

dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty. Metode AHP adalah

metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu keputusan (decision

maker) dari beberapa parameter yang bersifat kualitatif maupun

kuantitatif. Pada metode ini, suatu permasalahan dipecah menjadi

beberapa kelompok parameter dan disusun ke dalam suatu hierarki. Di

dalam penelitian ini, permasalahan multikriteria yang merupakan

permasalahan penempatan bobot komponen bendung. Penentuan

alternatif solusi dapat dibuktikan secara kuantitatif sehingga dapat

ditetapkan komponen bendung yang memiliki tingkat kepentingan

tertinggi berdasarkan kondisi dan fungsi komponen bendung. Terdapat

tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam pengambilan keputusan dengan

AHP, yaitu:

a. Penyusunan Hierarki

Penyusunan hierarki bertujuan untuk memecah permasalahan

kompleks di dalam suatu hierarki. Struktur hierarki dapat dibentuk


11

berdasarkan ide, pengalaman, ataupun pendapat orang lain (saaty,

dalam Paryogi 2015). Struktur hierarki tersebut tersusun oleh

beberapa kriteria yang dibutuhkan dalam proses pengambilan

keputusan. Setelah kriteria ditetapkan, langkah selanjutnya adalah

menentukan alternatif atau pilihan penyelesaian masalah.

Gambar 1. Struktur Hierarki

b. Penilaian pembobotan untuk membandingkan elemen-elemen

Penilaian prioritas dari setiap elemen dilakukan apabila proses

penyusunan hierarki telah tersusun dengan baik, penilaian menggunakan

perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar parameter pada

setiap elemen berdasarkan tingkat kepentingan relatifnya. Perbandingan

tiap elemen dinyatakan dalam bentuk angka-angka yang menunjukan

skala penilaian (tabel 1).


11

Tabel 1
Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan AHP

Intensitas
Definisi Penjelasan
Prioritas
Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu
1 Kedua elemen sama penting

Elemen yang satu sedikit lebih penting Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu
3
dibanding elemen lain elemen diatas yang lain
Elemen yang satu lebih penting dibanding Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong sat
5
elemen lain elemen diatas yang lain
Elemen yang satu lebih sangat penting Satu elemen disokong dengan kuat dan dalam praktek terlih
7
dibanding elemen lain dominan
Bukti yang menyokong elemen satu dengan
Elemen yang satu mutlak penting yang lain memiliki penegasan tertinggi yang mungkin
9
dibanding elemen lain menguatkan
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang Kompromi dibutuhkan dalam dua pertimbangan
2,4,6,8
berdekatan

Kebalikan Jika elemen A dibandingkan elemen B menggunakan salah satu angka diatas, maka perbandingan B dengan
I mempunyai nilai kebalikannya.
Sumber: Saaty, dalam Paryogi(2015)

Dalam tahapan ini, dilakukan perbandingan antara parameter-

parameter yang terkait. Perbandingan dilakukan dengan skala 1-9

ke kiri dan kanan, dimana angka yang lebih besar disalah satu sisi

menentukan tingkat kepentingan lebih tinggi pada parameter yang

berada di sisi tersebut. Jika perbandingan bernilai 1, maka kedua

kriteria memiliki kepentingan yang sama.

Gambar 2. Skala Pairwise Comparison antara Dua Kriteria


11

c. Penyusunan matriks dan uji konsistensi

Apabila proses pembobotan telah selesai, langkah berikutnya

adalah normalisasi bobot tingkat kepentingan pada tiap-tiap elemen

pada hierarkinya masing-masing.

Sebelum melakukan penetapan prioritas, sebelumnya dilakukan

terlebih dahulu uji konsistensi. Uji konsistensi dilakukan

menggunakan tolak ukur CI (Consistency Index) Berbanding RI

(Ratio Index) atau CR (Consistency Ratio). Ratio index (RI) yang

digunakan untuk matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai

berikut:

Tabel 2
Tabel Indeks Konsistensi Random (RI)

Urutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Matriks
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45

Sumber: Saaty, dalam Paryogi(2015)

Ketidak konsistenan pendapat dianggap dapat diterima bila nilai

CR lebih kecil dari 10% (CR < 10%). Jika CR > 10% maka

terdapat ketidak konsistenan saat menetapkan skala perbandingan

berpasangan pada kriteria. Jika hal ini terjadi, dapat dipastikan

solusi hasil metode AHP menjadi tidak berguna (Saaty, dalam

Paryogi 2015).

Uji konsistensi terlebih dahulu dilakukan dengan menyusun tingkat

kepentingan relatif pada masing-masing kriteria atau alternatif

yang dinyatakan sebagai bobot relatif ternomalisasi (normalized


11

relative weight). Bobot relatif yang dinormalkan ini merupakan

suatu bobot nilai relatif untuk masing-masing elemen pada setiap

kolom yang dibandingkan dengan jumlah masing-masing elemen

(Bagas Mahardika Abri Putra, 2016).

Dalam pembobotan tingkat kepentingan atau penilaian

perbandingan berpasangan ini berlaku hukum reciprocal axiom,

artinya apabila suatu elemen A dinilai lebih esensial (5)

dibandingkan dengan elemen B, maka B lebih esensial 1/5

dibandingkan dengan elemen A. Apabila elemen A sama

pentingnya dengan B maka masing-masing bernilai 1.

Tabel 3
Penjumlahan Bobot Relatif

Kriteria /
A B C N
Alternatif
A 1 nr12 nr13 nrik

B nr21 1 nr23 nr2k

C nr31 nr32 1 nr3k

N nrbk nrbk nrbk 1

∑ nr11-bk nr12-bk nr13-bk nrik-bk

Maka bobot relatif ternormalisasi adalah:

Tabel 4
Bobot Relatif Ternormalisasi

Kriteria /
A B C N
Alternatif
A 1/ nr11-bk nr12/ nr12-bk nr12/ nr13-bk nr1k / nrik-bk

B nr21/ nr11-bk 1/ nr12-bk nr23/ nr13-bk nr2k/ nrik-bk

C nr31/ nr11-bk nr32/ nr12-bk 1 / nr13-bk nr3k/ nrik-bk

N nrbk/ nr11-bk nrbk/ nr12-bk nrbk/ nr13-bk 1 / nrik-bk


22

Selanjutnya dicari eigen faktor hasil normalisasi dengan merata-

rata penjumlahan dari tiap baris matriks diatas.

Tabel 5
Perhitungan Bobot Eigen Faktor
Kriteria / Eigen F
A B C N
Alternatif Xn

A 1/ nr11-bk nr12/ nr12-bk nr12/ nr13-bk nr1k / nrik-bk ∑ baris A /

B nr21/ nr11-bk 1/ nr12-bk nr23/ nr13-bk nr2k/ nrik-bk ∑ baris B /

C nr31/ nr11-bk nr32/ nr12-bk 1 / nr13-bk nr3k/ nrik-bk ∑baris C /

N nrbk/ nr11-bk nrbk/ nr12-bk nrbk/ nr13-bk 1 / nrik-bk ∑ baris N /

Selanjutnya tentukan nilai CI (Consistensy Index) dengan

mengunakan persamaan:

…………………………………………….(1)

Dengan :

CI = Konsistensi indeks

λ maksimum = Nilai maksimum Eigen

n = Jumlah kriteria

Dimana CI adalah indeks konsistensi dan λ maksimum adalah nilai

eigen terbesar dari matriks berordo n. Nilai eigen terbesar adalah

jumlah hasil kali perkalian jumlah kolom dengan eigen factor

utama, yang dapat diperoleh dengan persamaan:

∑ ∑
λmaksimum = x ∑
22

Dengan:

λ maksimum = Nilai maksimum eigen

∑nrb,k-bk = Jumlah nilai matriks bobot relative

Xn = Eigen faktor

Setelah memperoleh nilai λ maksimum selanjutnya dapat

ditentukan nilai CI. Apabila nilai CI bernilai nol (0) berarti matriks

konsisten. Jika nilai CI yang diperoleh lebih besar dari 0 (CI>0)

selanjutnya diuji batas ketidak konsistenan yang diterapkan oleh

Saaty. Pengujian diukur dengan menggunakan Consistency Ratio

(CR), yaitu nilai indeks, atau perbandingan antara CI dan RI

……………………………………………………..(3)

Dengan :

CR = Konsisten Rasio

CI = Konsistensi Indeks

RI = Random Indeks

Nilai RI yang digunakan sesuai ordo n matriks. Apabila CR

matriks lebih kecil dari atau 10% (0,1) berarti bahwa ketidak

konsistensian pendapat masih dianggap diterima.

d. Penetapan prioritas dan sintetis pada masing-masing hierarki

Penetapan prioritas dan sintesis pada tiap-tiap hierarki dilakukan

melalui proses iterasi (perkalian matriks). Langkah pertama yang

dilakukan adalah mengubah bentuk fraksi nilai-nilai pembobotan

pada matriks sebelumnya kedalam bentuk desimal. Setelah itu,


22

lakukan iterasi 1 dengan mengkuadratkan matriks pada langkah

pertama. Selanjutnya jumlahkan akan dalam matriks menurut

barisnya. Langkah berikutnya adalah melakukan iterasi 2 pada

matriks lainnya, kemudian jumlahkan kembali hasil perkalian

silang matriks berdasarkan baris.

Selanjutnya dihitung selisih antara vector matriks 1 dan 2 dalam

iterasi 2. Lakukan iterasi untuk metriks 3. Langkah ini diulang,

hingga nilai selisih antar iterasi tidak mengalami perubahan (= 0),

nilai iterasi yang diperoleh tersebut selanjutnya menjadi urutan

prioritas.

e. Pengambilan atau penetapan keputusan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mengakumulasi nilai atau

bobot global yang merupakan nilai sensitivitas masing-masing

elemen.

5. Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh objek yang akan diteliti. Apa yang dipelajari dari sempel,

kesimpulanyan akan dapat diberlakukan untuk objek yang diteliti.

Untuk itu sampel yang diambil dari objek yang diteliti harus betul-

betul mewakili si objek tersebut.

Pengambilan sempel dalam penelitian ini dengan melakukan

survei di lapangan dan hasil survei itu dimasukan kedalam formulir

survei yang sudah disediakan oleh peneliti.


22

B. Tinjauan Pustaka

1. Permasalahan utama dari sistem sungai adalah kurangnya deteksi dini

terhadap penurunan kinerja sungai secara menyeluruh. Untuk itu

penting dilakukan suatu penyusunan disain kriteria yang digunakan

untuk menilai kinerja sungai dari segi fungsi bangunan sebagai

pematus banjir. Hasil penelitian yang dilakukan di sungai Pepe Baru

dengan menggunakan metode Analytical Hierarcy Proses (AHP)

dalam menetapkan bobot komponen, didapat bahwa kondisi sungai

Pepe Baru berdasarkan struktur bangunan prasarananya adalah 83,71%

dan termasuk dalam kategori BAIK, dengan kondisi bangunan

pelindung 85,82%, bangunan pengaturan 78,49% dan bangunan

pendukung 87,66% (Bagas Mahardika Abri Putra, 2016).

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Paryogi (2015) tentang Model

Penetapan Prioritas Rehabilitasi Berbasis Metode Analytical Hierarcy

Process (AHP) Studi Kasus Di Wilayah Kerja UPT Pengairan Kalisat

Kabupaten Jember. Bobot kondisi komponen bendung berbasis metode

AHP mendapatkan bobot komponen mercu (39,4591%), sayap

bendung (15,3542%), bangunan pengambilan (11,4412%), tanggul

(11,2638%), bangunan ukur dan saluran ukur (11,1269%), bangunan

penguras (6,23154%), kolam olak (2,2270%), dan bangunan pembilas

dan kantong lumpur 2,4744%) dengan konsistensi rasio 7,6% (≤10%).

Sedangkan bobot fungsi komponen bendung berbasis AHP

mendapatkan bobot komponen mercu (39,6998%), sayap bendung


22

(15,4915%), bangunan Pengambilan (14,2897%), bangunan ukur dan

saluran ukur (10,8678%), tanggul (9,0437%), bangunan penguras

(6,0495), bangunan pembilas dan kantong lumpur (2,3309%), dan

kolam olak (2,2270%) dengan konsistensi rasio 6,4% (≤10%).

Pengujian penetapan nomor pioritas rehabilitasi bendung berdasarkan

penilaian kondisi dan keberfungsian komponen bendung berbasis AHP

sama dengan penetapan nomor prioritas rehabilitasi bendung berbasis

penilaian juru pengairan dengan koefisien korelasi spearman 0,863445

dan nilai Z hitung sebesar 5,034708.

C. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan kajian teori sebagaimana yang disebutkan sebelumnya,

maka hipotesis atau dugaan sementara yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu bahwa Bendung Pekatingan mengalami penurunan kinerja, karena

faktor debit banjir yang tidak menentu (fluktuatif) dan terjadi kerusakan

pada bangunan prasaranannya.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian diskriptif adalah penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

dengan variabel yang lain. Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah

pendekatan yang berlandaskan pada filsafat positifme, digunakan untuk

meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrument penelitian, analisa data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Bendung Pekatingan Kecamatan

Butuh, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

Gambar 3. Peta Lokasi Bendung Pekatingan

25
2

C. Jadwal Penelitian/Time Schedule

Jadwal penelitian dilaksanakan berdasarkan mulainya pengerjaan

skripsi hingga berahir pada seminar hasil dari laporan hasil penelitian

dilaksanakan. Jadwal penelitian/Time Schedule dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6
Time Schedule

Bulan/Minggu
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

Pengumpulan
2
Data
Penyusunan
3
Proposal
Seminar
4
Proposal

5 Analisa Data

Penulisan
6
Laporan

7 Seminar Hasil

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai

berikut:

1. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan data primer

dilapangan. Alat yang diperlukan untuk mengumpulkan data fisik

antara lain:

a. Meteran gulung (pita ukur)

b. Alat tulis untuk mencatat data

c. Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan survei dilapangan


2

2. Alat Pengelolaan Data

Alat pengolahan data digunakan untuk mengolah data mentah dan

sekunder agar menjadi data yang siap disajikan. Alat yang digunakan

berupa software, antara lain:

a. Microsof Office 2007, untuk pengolahan data secara umum dan

pembuatan laporan

b. Google Maps untuk mengambil peta lokasi

c. AutoCAD 2007 untuk membuat denah Bendung Pekatingan.

E. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian dikelompokan kedalam dua

kategori yaitu data primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan

perlu diolah lebih lanjut sesuai dalam peruntukannya, agar dapat

menghasilkan kesimpulan yang diharapkan.

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

lapangan, melalui proses pengamatan langsung dan pengumpulan

langsung. Data primer yang diperlukan pada penelitian ini antara lain:

1. Data fisik bendung meliputi ukuran bendung dan jenis bangunan

Bendung Pekatingan.

2. Data fisik bangunan prasarana bendung meliputi kondisi visual dari

bangunan prasarana Bendung Pekatingan.

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung

dari lapangan, melainkan melalui data-data yang dikumpulkan peneliti


2

sebelumya. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara

lain :

1. Data teknis Bendung Pekatingan

2. Peta lokasi Bendung Pekatingan.

3. Informasi mengenai kualitas struktur bangunan bendung yang

didapatkan dari studi literatur.

Setelah data primer dan sekunder diperoleh, maka dilakukan

pengolahan data untuk memperoleh komponen bangunan bendung yang

ada di Bendung Pekatingan. Setiap komponen tersebut diolah untuk

mengetahui funggsi dan kondisi Bendung Pekatingan, khususnya yang

berkaitan dengan kinerja bendung.

F. Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan mengujicobakan teknik penilaian

kondisi dan fungsi bangunan bendung pada Bendung Peketingan.

Penilaian dilakukan dengan memberi nilai pada masing-masing kriteria

yang telah disusun berdasarkan metode AHP dengan penyusunan hierarki

berdasarkan pendapat bersama peneliti dengan pihak UPT sebagai pihak

ahli , untuk kemudian diolah sesuai dengan metode AHP. Setelah didapat

bobot komponen bendung. Data hasil penelitian dimasukan kedalam hasil

analisa komponen kinerja bendung. Hasil akhir akan berupa kondisi

kinerja Bendung Pekatingan berdasarkan kondisi dan fungsi

bangunannya.
2

Tahapan dalam menganalisa data yaitu:

1. Survei bendung

Survei bendung dilakukan untuk mengidentifikasi komponen dari

kinerja, kondisi dan keberfungsian bendung. Identifikasi komponen

dilakukan dengan mengisi formulir penilaian bendung yang sudah

disusun oleh peneliti.

Tabel 7
Perhitungan Survei Bendung

Dimensi Persentase

Kerusakan
Komponen Luas Jenis Persentase Total Penilaian
Bendung Panjang Lebar Total Kerusakan Kerusakan Kerusakan Kondisi
Bangunan

(i) (p) (l) (L) (%) KS (%)


(1) (2) (3) (4) : (2)*(3) (5) (6) (7) : (6)/(4)*100 (8) : K1+K2+K3 (9) : !00-(8)

Runtuh K1

Mercu Bocor K2

Lapisan Terkelupas K3

Runtuh K1
Bangunan
Pengambilan Bocor K2

Lapisan Terkelupas K3

Runtuh K1

Bangunan Penguras Bocor K2

Lapisan Terkelupas K3

Runtuh K1

Bangunan Pembilas Bocor K2

Lapisan Terkelupas K3

Runtuh K1

Kantong Lumpur Bocor K2

Lapisan Terkelupas K3

Tabel 8
Perhitungan Survei Keberfungsian Bendung

Komponen Keberfungsian (F) Skor Bobot FxBobot


Indikator Keberfungsian F AHP
Bendung
<20% +40% +75% >90%
(i) (Fi) (Di) (FixDi)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) : (4)*(5)
Debit Kemampuan mengairi daerah irigasi

Sedimen Kemampuan pengaturan sedimen

Mercu Kemampuan menaikan muka air sungai


Bangunan
Pengaturan air yang masuk ke saluran
Pengambilan
Bangunan
Pengurasan lumpur di hulu mercu
Penguras
Bangunan
Pembuangan endapan di kantong lumpur
Pembilas
Kantong
Pengendapan endapan sungai
Lumpur
Jumlah
F Uraian
Kondisi Komponen : ∑ (5) / ∑ (4) AHP
3

Tabel 9
Perhitungan Survei Kondisi Bendung
Kerusakan
Komponen Bendung Komponen Skor KS Bobot AHP KS x Bobot AHP
(i) (Ki) (Ci) (Ki x Ci)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) : (3)*(4)

Mercu
Debit
Sedimen
Bangunan Pengambilan
Bangunan Penguras
Bangunan Pembilas
Kantong Lumpur
Jumlah
K AHP Uraian
Kondisi Komponen : ∑ (5) / ∑ (4)

2. Penentuan bobot komponen bendung.

Penentuan bobot komponen bendung dilakukan menggunakan metode

AHP (Analytic Hierarchy Process). Penentuan bobot komponen

bendung berbasis metode AHP dilakukan dengan menentukan skor

pada matriks berpasangan (Pairwise comparison), Penentuan skor

diambil bersama pihak UPT Kutoarjo dan Mantri Pengairan yang

menangani Bendung Pekatingan.

3. Penilaian kinerja, kondisi dan fungsi komponen bendung

Penilaian dilakukan dengan menganalisa data hasil pengamatan yang

diperoleh dilapangan dan perhitungan bobot komponen bendung

dengan metode AHP yang telah dilakukan untuk memperoleh nilai

sebernarnya dari Bendung Pekatingan.


3

G. Bagan Alir Penelitian

MULAI

Survei Bendung

Penentuan Komponen:
1. Debit
2. Sedimen
3. Mercu
4. Bangunan Pengambilan
5. Bangunan Penguras
6. Kantong Lumpur
Penentuan Bobot Kondisi 7. Bangunan Pembilas
dan
Fungsi Komponen Bendung

TIDAK Penilaian
Perandingan
Penilaian Kondisi dan Fungsi
Berpasangan
Komponen Bendung

Uji Konsistensi

CR ≤ 10%

YA Penilaian Persentase Kondisi dan


Fungsi
Komponen Bendung

Solusi Penanganan Kerusakan pada


Bendung

Selesa

Gambar 4. Bagan Alir Penelitian


BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data dan Hasil Analisis

Data penelitian didapat dari pengamatan visual dan studi pustaka.

Pengamatan visual diperlukan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari

komponen bendung di lapangan. Studi pustaka diperlukan untuk

menentukan kriteria-kriteria yang diperlukan untuk melakukan penilaian

kondisi bendung, khususnya berdasarkan struktur bangunan bendung. Data

visual diambil di Bendung Pekatingan yang berlokasi di Desa Butuh,

Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Langkah-

langkah dalam penelitian ini mengacu pada desain kriteria penilaian

kondisi bendung yang disusun oleh Prayogi (2015).

B. Komponen Kinerja Bendung

Komponen kinerja bendung adalah suatu yang menjadi faktor yang

menunjang kinerja dari suatu bendung, yang berfungsi untuk perbaikan,

pengaturan, pemanfaatan maupun pemeliharaan bendung. Komponen

kinerja bendung sebagai indikator kondisi bendung dibagi menjadi tujuh

komponen, yaitu Debit, Sedimen, Mercu, Bangunan Pengambilan,

Bangunan Pembilas, Kantong Lumpur, dan Bangunan Penguras.

Pemilihan komponen ini didasarkan atas faktor yang dominan

terhadap kinerja dan kondisi bendung, kemudahan dalam pengamatan

32
3

visual di lapangan dan keberadaan komponen bendung yang mudah

ditemui pada bendung-bendung di Indonesia.

Tabel 10
Komponen Penyusun Kinerja Bendung

No Komponen

1 Debit

2 Sedimen

3 Mercu

4 Bangunan Pengambilan

5 Bangunan Pembilas

6 Kantong Lumpur

7 Bangunan Penguras
Sumber :Survei Lapangan

C. Kriteria Penilaian Fungsi dan Kondisi Bendung

Kriteria penilaian kondisi bendung dibuat untuk masing-masing

komponen bendung. Kriteria pada masing-masing komponen bendung

kemudian dikelompokan berdasarkan tinjauan kerusakan struktur

komponennya, yang disebut Indikator. Setiap indikator memiliki beberapa

kondisi yang dapat dibedakan menjadi tiga kriteria kerusakan yang

disajikan pada tabel 11.


3

Tabel 11
Kriteria Kerusakan Struktur Komponen Bendung

Kriteria Uraian
Struktur aset tidak utuh, sebagian terlepas dari struktur
Runtuh
asset
Struktur aset utuh, terdapat kerusakan berupa kebocoran
Bocor
pada struktur aset.
Struktur aset utuh, terdapat retakan atau lapisan terkelupas
Lapisan Terkelupas
pada struktur aset.
Sumber :Skripsi Paryogi (2016)

Penilaian kerusakan pada jenis bocor dan lapisan terkelupas

dilakukan dengan melihat presentase luas kerusakan dari luas desain awal

bangunan. Sedangkan pada jenis kerusakan runtuh, merupakan persentase

panjang bangunan yang rusak dari total panjang bangunan. Kriteria

penilaian kerusakan strukur komponen bendung diambil berdasarkan OP-

01 (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Nomor, 05/SE/D/2016). Setelah

persentase kerusakan di analisa, hasil dari analisa tersebut kemudian

dimasukan dalam klasifikasi kondisi komponen. Klasifikasi kondisi

komponen mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

32/PRT/M/2007, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

13/PRT/M/2012.

a. Kondisi Aset

Penilaian kondisi aset dilakukan dengan memisahkan komponen-

komponen bendung sehingga bendung dapat dinilai per komponen

aset. Penilaian kondisi banyak bergantung pada pengamatan visual

(foto berwarna). Penggunaan foto yang menggambarkan kelas kondisi

bendung tersebut dapat meminimalkan subjektifitas dalam menilai


3

kondisi aset. Klasifikasi kondisi aset di Indonesia disajikan pada tabel

12.

Tabel 12
Klasifikasi Kondisi Komponen Aset

Presentase
Kondisi Skor Uraian
Kerusakan

Aset menujukan kerusakan yang kecil, diperlukan pemeliharaan rutin atau perbaikan
Baik 4 < 10%
kecil.

Rusak Aset pada kondisi rata-rata parah, diperlukan pemeliharaan Berkala atau perbaikan
3 10%-20%
Ringan kecil.

Rusak Aset pada kondisi parah, pelayanan masih dapat dilakukan, membutuhkan
2 21%-40%
Sedang pekerjaan pemeliharaan cukup besar.

Aset yang mengalami kerusakan parah, permasalahan struktur serius, pelayanan tidak
Rusak Berat 1 > 40% dapat dilakukan sepenuhnya. diperlukan perbaikan besar atau penggantian.

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007

b. Fungsi Aset

Hasil yang diharapkan dari pekerjaan pemeliharaan adalah

keberfungsian aset. Penilaian keberfungsian aset dimaksudkan untuk

menunjukan bagaimanan aset dapat berfungsi sesuai dengan rencana

dan pengaruh keberfungsian aset terhadap kinerja sistem irigasi.

Klasifikasi keberfungsian aset di Indonesia disajikan pada tabel 13.

Tabel 13
Klasifikasi Keberfungsian Komponen Aset

Presentase
Kondisi Skor Uraian
Keberfungsian
Aset mempunyai keberfungsian lebih dari 80% ;
Baik 4 > 80%
seluruh daerah layanan terfasilitasi.
Aset mempunyai keberfungsian antara 40% sampai
Cukup 3 80%-40% 80% ; kesulitan dalam pembagian air, namun masih dapat teratasi
dengan giliran.
Aset mempunyai keberfungsian antara 20% sampai
Kurang 2 20%-40% 40% , giliran pembagian air tdak mencukupi kebutuhan.

Tidak
1 <20 % Aset tidak berfungsi, daerah layanan tidak terairi.
Berfungsi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2012
3

D. Pembobotan Kriteria Penilaian Kondisi dan Fungsi Bendung

Setelah kriteria penilaian bendung disusun, perlu dilakukan

pemberian bobot untuk masing-masing komponen. Pemberian bobot

dilakukan berdasarkan pengaruh struktur komponen tersebut terhadap

keseluruhan kondisi bendung. Struktur komponen yang diberikan

pembobotan pada setiap sub komponen yang menyusun keseluruhan

kondisi komponen. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan metode

AHP (Analytic Hierarchy Process), yaitu metode pengambilan keputusan

berdasarkan parameter (Kriteria) yang bersifat kualitatif maupun

kuantitatif. Perhitungan AHP dilakukan dari indikator pada suatu struktur

yang telah ditentukan sebelumnya.

1. Perhitungan AHP

AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan metode yang

digunakan dalam pengambilan keputusan (decision making)

berdasarkan parameter kualitatif maupun kuantitatif. Prinsip dari AHP

adalah penggunaan matriks pairwise comparison (matriks

perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antara

dua kriteria. Kriteria tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria

lainnya dalam hal seberapa penting atau berpengaruh terhadap tujuan

yang akan dicapai.

Pada kriteria penilaian ini, perhitungan AHP digunakan pada

komponen yang menyusun kinerja bendung. Bobot yang diperoleh

dari perhitungan AHP pada masing-masing komponen kemudian


3

dikalikan dengan bobot dari penilaian kondisi bangunannya. Semua

bobot ditulis dalam bentuk persentase (%).

Berikut adalah perhitungan AHP dalam menentukan bobot masing-

masing komponen pada komponen bendung:

a. Melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison)

antar parameter.

Dalam tahapan ini, dilakukan perbandingan antara parameter-

parameter yang terkait. Perbandingan dilakukan dengan skala 1-9

ke kiri dan kanan, dimana angka yang lebih besar disalah satu sisi

menentukan tingkat kepentingan lebih tinggi pada parameter yang

berada di sisi tersebut. Jika perbandingan bernilai 1, maka kedua

kriteria memiliki kepentingan yang sama.

Gambar 5. Skala Pairwise Comparison antara Dua Kriteria

Pada kriteria kinerja bendung, ada tujuh parameter utama

(komponen) yang dihitung sesuai dengan tabel 10. Parameter

tersebut kemudian dilakukan perbandingan berpasangan untuk

mendapatkan presentase bobot dari setiap parameter yang

menyusun kinerja suatu bendung. Dalam penentuan skala

Pairwise Comparison dalam penelitian ini penulis berkerja sama

dengan pihak UPT Wilayah Kutoarjo dan Mantri Pengairan yang


3

bertugas di Bendung Pekatingan untuk menentukan skala

Pairwise comparison antar komponen.

Tabel 14
Hasil Pairwise Comparison Kinerja Bendung

No Perbandingan Skala
1 D vs M 3 terhadap D (kiri)
2 D vs S 5 terhadap D (kiri)
3 D vs BA 5 terhadap D (kiri)
4 D vs BB 7 terhadap D (kiri)
5 D vs KL 9 terhadap BK (Kiri)
6 D vs BK 7 terhadap D (kiri)
7 S vs M 5 terhadap M (kanan)
8 S vs BA 3 terhadap BA (kanan)
9 S vs BB 3 terhadap S (kiri)
10 S vs KL 7 terhadap S (kiri)
11 S vs BK 3 terhadap S (kiri)
12 M vs BA 3 terhadap M (Kiri)
13 M vs BB 7 terhadap M (kiri)
14 M vs KL 9 terhadap M (kiri)
15 M vs BK 5 terhadap M (kiri)
16 BA vs BB 5 terhadap BA (kiri)
17 BA vs KL 7 terhadap BA (kiri)
18 BA vs BK 3 terhadap BA (kiri)
19 BB vs KL 3 terhadap BB (kiri)
20 BB vs BK 1 terhadap BB (kanan)
21 KL vs BK 3 terhadap BK (kiri)
Sumber: Lampiran 1

Catatan :

BA : Bangunan Pengambilan

BB : Bangunan Pembilas

BK : Bangunan Penguras

D : Debit

KL : Kantong Lumpur

M : Mercu

S : Sedimen
3

Setelah itu data hasil perbandingan berpasangan kemudian

dimasukan kedalam perhitungan matriks penjumlahan bobot

relatif dari kinerja bendung.

Tabel 15
Matriks Penjumlahan Bobot Relatif Kinerja Bendung.

Kriteria /
D S M BA BK BB
alternatif
D 1.00 5.00 3.00 5.00 7.00 7.00

S 0.20 1.00 0.20 0.33 3.00 3.00

M 0.33 5.00 1.00 3.00 5.00 7.00

BA 0.20 3.00 0.33 1.00 3.00 5.00

BK 0.14 0.33 0.20 0.33 1.00 1.00

BB 0.14 0.33 0.14 0.20 1.00 1.00

KL 0.11 0.14 0.11 0.14 0.33 0.33

∑ 2.13 14.81 4.99 10.01 20.33 24.33


Sumber: Perhitungan

b. Mengubah matriks penjumlahan bobot relatif menjadi

ternormalisasi.

Setiap nilai pada matriks perlu dinormalisasikan dengan cara

menbagi nilai relatif (nrbk) tersebut dengan jumlah nilai relatif tiap

kolom. Misalkan pada Tabel 15.didapat nr13 = 3, maka untuk

menormalisasikan (nbk) perlu dibagi dengan penjumlahan kolom 3

sehingga:

n13 =

=0.60
4

Normalisasi dilakukan pada setiap nilai relatif sehingga didapat

hasil pada Tabel 16.

Tabel 16
Matriks Penjumlahan Bobot Ternormalisasi
Kriteria /
D S M BA BK BB
alternatif
D 0.47 0.34 0.60 0.50 0.34 0.29 0.

S 0.09 0.07 0.04 0.03 0.15 0.12 0.

M 0.16 0.34 0.20 0.30 0.25 0.29 0.

BA 0.09 0.20 0.07 0.10 0.15 0.21 0.

BK 0.07 0.02 0.04 0.03 0.05 0.04 0.

BB 0.07 0.02 0.03 0.02 0.05 0.04 0.

KL 0.05 0.01 0.02 0.01 0.02 0.01 0.

∑ 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.


Sumber: Perhitungan

c. Mencari nilai Eigen dan Bobot Komponen

Nilai Eigen (Xn) didapat dari merata-rata masing-masing baris

pada matriks ternormalisasi. Nilai eigen yang didapat kemudian

diubah ke dalam persentase dan dikalikan dengan bobot kinerja

bendung itu sendiri untuk mendapatkan bobot masing-masing

komponen. Misalkan untuk mengetahui bobot komponen debit,

maka perlu dicari rata-rata bobot ternormalisasi pada baris

pertama dan dikalikan dengan bobot dari debit.

(XD) =

= 0.3958
4

Bobot Debit = XD x 100%

= 0.3958 x 100%

= 39.58%

Hasil dari perhitungan nilai eigen dan bobot komponen dapat

pada tabel 17.

Tabel 17
Nilai Eigen Dan Bobot Komponen Kinerja Bendung
Kriteria / Bobo
D S M BA BK BB KL Eigen
alternatif Kompon
D 0.47 0.34 0.60 0.50 0.34 0.29 0.23 0.3958 39.58%
S 0.09 0.07 0.04 0.03 0.15 0.12 0.18 0.0979 9.79%
M 0.16 0.34 0.20 0.30 0.25 0.29 0.23 0.2512 25.12%
BA 0.09 0.20 0.07 0.10 0.15 0.21 0.18 0.1422 14.22%
BK 0.07 0.02 0.04 0.03 0.05 0.04 0.08 0.0472 4.72%
BB 0.07 0.02 0.03 0.02 0.05 0.04 0.08 0.0436 4.36%
KL 0.05 0.01 0.02 0.01 0.02 0.01 0.03 0.0220 2.20%
∑ 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 100%
Sumber: Perhitungan

d. PerhitunganWeighted Sum Factor (WSF)

Nilai WFS didapat dari penjumlahan hasil perkalian nilai pada

baris setiap komponen dengan nilai eigen komponen tersebut.

Tabel 18
Nilai Weighted Sum Factor
Kriteria /
No Alternative WSF

1 D 3.18
2 S 0.70
3 M 2.04
4 BA 1.11
5 BK 0.34
6 BB 0.31
7 KL 0.16
Sumber: Perhitungan
4

Contoh perhitungan Weighted


WSF D =∑ ∑Sum Factor:

= ((1.00 x 0.3958)+(5.00 x 0.0979)+(3.00 x

0.2512) +(5.00 x 0.1422) +(7.00 x 0.0472)

+(7.00 x 0.0436) +(9.00 x 0.0220)

= 3.18

e. Perhitungan Consistency Vector (Vektor Konsisten)

Nilai vektor konsisten dicari dengan membagi nilai WSF dari

Setiap komponen dengan nilai eigen komponen tersebut.

Tabel 19
Nilai Consistency Vector
Kriteria /
No
Alternative
Consistency Vector
1 D 8.04

2 S 7.16

3 M 8.11

4 BA 7.82

5 BK 7.29

6 BB 7.11

7 KL 7.20
Sumber: Perhitungan

Contoh perhitungan vektor konsisten:

CVD =

=8.04
4

f. Perhitungan Lambda (λ)

Untuk mencari nilai λmaksimum dengan membagi jumlah vektor

konsister kemudian dibagi dengan banyaknya komponen

penyusun dari kinerja bendung.

∑ ∑
λmaksimum = x∑

= x( )

= 7.53

g. Perhitungan Consistency Index (CI)

Nilai Consistency Index didapat dari hasil pengurangan antara

λmaksimum dengan banyaknya komponen penyusun kinerja

bendung, setelah itu dibagi dengan hasil pengurangan banyaknya

penyusun kinerja bendung dengan 1.

CI =

= 0.089
h. Menentukan Random Index (RI)

Random Index ditentukan dari tabel indeks konsisten random,

penentuan konsisten random berdasarkan banyaknya komponen

yang digunakan dalam penyusunan kinerja bendung. Pada kinerja

bendung komponen penyusun didapat 7 komponen, berdasarkan

jumlah komponen yang ada maka didapat Random Index (RI)

1,32.
4

Tabel 20
Indeks Konsisten Random

Urutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Matriks

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45

Sumber: Saaty, dalam Paryogi(2015)

i. Perhitungan Cosistensy Ratio (CR)

Nilai Consistensy Ratio (CR) didapat dari hasil pembagian nilai

Consistency Index (CI) dengan nilai Random Index (RI).

CR =

= 0.067

Nilai CR = 6,7% ≤ 10%, maka ketidak Konsistenan dapat

diterima.

2. Distribusi Bobot Komponen

Setelah perhitungan AHP dilakukan pada setiap komponen, maka

dapat disusun distribusi bobot komponen. Distribusi bobot komponen

pada kriteria penilaian kinerja bendung berdasarkan fungsi dan

kondisi bangunan dapat dilihat pada gambar 6.

Pada gambar 6, dapat dilihat bahwa distribusi bobot total adalah 100%

yang terletak pada pangkal ranting (Kinerja Bendung). Distribusi

bobot total yang 100% tersebut kemudian dibagi ke Debit, Sedimen,

Mercu, Bangunan Pengambilan, Bangunan Pembilas, Kantong


4

Lumpur, Bangunan Penguras sesuai dengan hasil perhitungan bobot

menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Debit

memiliki bobot maksimum 39.58%, Sedimen memiliki bobot

maksimum 9.79%, Mercu memiliki bobot maksimum25.12%,

Bangunan Pengambilan memiliki bobot maksimum 14.22%,

Bangunan Penguras memiliki bobot maksimum 4,72%, Bangunan

Pembilas memiliki bobot maksimum 4.36%, Kantong Lumpur

memiliki bobot maksimum 2.20%.

Debit 39,58%

Sedimen 9,79%

Mercu 25,12%

Kinerja Bendung 100% Bangunan Pengambilan 14,22%

Bangunan Penguras 4,72%

Bangunan Pembilas 4,36%

Kantong Lumpur 2,20%

Gambar 6. Distribusi Bobot Komponen


4

E. Penilaian Kinerja Bendung Pekatingan

Bendung Pekatingan merupakan salah satu dari beberapa bendung

yang ada di DAS Wawar, berlokasi di Desa Butuh, Kecamatan Butuh,

Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Bendung ini adalah

bangunan bendung yang dibangun melintang pada sungai Bedono untuk

mengaliri Daerah Irigasi (DI) Pekatingan kanan dan (DI) Pekatingan kiri

dengan area seluas 1223 Ha.

Setelah melakukan pembobotan, maka dilakukan perhitungan

kinerja Bendung Pekatingan berdasarkan data dari hasil penelitian

dilapangan:

1. Perhitungan kondisi komponen kinerja Bendung Pekatingan.

Nilai kondisi pada komponen kinerja Bendung Pekatingan didapat

dari perkalian antara persentase kerusakan komponen Bendung

Pekatingan dengan bobot kinerja komponen bendung berdasarkan

metode AHP.

Tabel 21
Kondisi Komponen Kinerja Bendung Pekatingan

Kerusakan Bobot
No Komponen Bobot AHP
(%) Kerusakan
1 Debit 25.03 39.58% 9.91%
2 Sedimen 37.07 9.79% 3.63%
3 Mercu 49.55 25.12% 12.45%
4 Bangunan Pengambilan 29.15 14.22% 4.15%
5 Bangunan Penguras 22.30 4.72% 1.05%
6 Bangunan Pembilas 33.20 4.36% 1.45%
7 Kantong Lumpur 17.27 2.20% 0.38%
Total Bobot 100% 33.01%
Sumber: Perhitungan
4

Pada kolom kerusakan komponen di atas, nilai presentase kerusakan

didapat dari hasil perhitungan survei dilapangan. Perhitungan

kerusakan komponen sendiri dapat dilihat pada lampiran 3. Untuk

kolom bobot AHP nilai bobot AHP setiap komponen diambil dari

tabel 17.

Nilai bobot kerusakan pada kolom bobot kerusakan didapat dari hasil

perkalian antara presentase kerusakan dengan bobot AHP komponen

itu sendiri kemudian dibagi seratus.

Bobot Kerusakan Debit = ( )%

= 9.91%

Berdasarkan perhitungan kondisi komponen kinerja Bendung

Pekatingan didapat bahwa kondisi kerusakan Bendung Pekatingan

sebesar 33.01%. Dari hasil perhitungan, Bendung Pekatingan saat ini

dalam keadaan RUSAK SEDANG. Sesuai klasifikasi kondisi

komponen pada tabel 12 dimana kondisi komponen Bendung

Pekatingan diantara 21%-40%. Dengan uraian kondisi komponen aset

parah namun pelayanan masih dapat dilakukan,penanganan aset

membutuhkan pekerjaan pemeliharaan cukup besar.

2. Perhitungan keberfungsian komponen kinerja Bendung Pekatingan.

Nilai keberfungsian komponen kinerja Bendung Pekatingan didapat

dari perkalian antara persentase kerberfungsian komponen Bendung

Pekatingan dengan bobot kinerja komponen bendung berdasarkan

metode AHP.
4

Tabel 22
Keberfungsian Komponen Kinerja Bendung Pekatingan

Keberfungsian Bobot
No Komponen Bobot AHP
(%) Keberfungsian

1 Debit 87.36 39.58% 34.58%

2 Sedimen 84.87 9.79% 8.31%

3 Mercu 76.67 25.12% 19.26%

4 Bangunan Pengambilan 34.90 14.22% 4.96%

5 Bangunan Penguras 75 4.72% 3.54%

6 Bangunan Pembilas 90 4.36% 3.93%

7 Kantong Lumpur 89.60 2.20% 1.97%

Keberfungsian Komponen Kinerja Bendung 100% 76.55%


Sumber: Perhitungan

Pada kolom keberfungsian komponen diatas, nilai presentase

keberfungsian komponen didapat dari hasil perhitungan survei

dilapangan. Perhitungan keberfumgsian komponen sendiri dapat

dilihat pada lampiran 4. Untuk kolom bobot AHP nilai bobot AHP

setiap komponen diambil dari tabel 17.

Nilai bobot keberfungsian pada kolom bobot keberfungsian didapat

dari hasil perkalian antara presentase keberfungsian dengan bobot

AHP komponen itu sendiri yang kemudian dibagi dengan seratus.

Bobot keberfungsian Debit = ( )%

= 34.58%

Berdasarkan perhitungan kondisi keberfungsian kinerja Bendung

Pekatingan didapat bahwa kinerja keberfungsian Bendung Pekatingan

sebesar 76.55%. Sehingga diketahui bahwa keberfungsian komponen


4

Bendung Pekatingan dalam keadaan CUKUP, sesuai dengan

klasifikasi keberfungsian komponen pada tabel 13 dimana

keberfungsian komponen Bendung Pekatingan diantara 80%-40%.

Dengan uraian dimana aset yang mempunyai keberfungsian antara

40% sampai 80% akan mengalami kesulitan dalam pembagian air,

namun masih dapat teratasi dengan sistem giliran.

Untuk mengetahui lebih detail dari kinerja Bendung Pekatingan

ditampilkan dalam bentuk grafik, berikut grafik dari kinerja Bendung

Pekatingan berdasarkan kondisi dan keberfungsian komponennya.

45,00%

40,00%

35,00%

30,00%
25,00%
Persentase Bobot

Bobot komponen bendung


20,00%

15,00% Kondisi komponen


bendung
10,00%
Keberfungsian komponen
5,00% bendung

0,00%

Komponen Kinerja Bendung

Gambar 7. Grafik Kinerja Bendung Pekatingan

Dari hasil analisa data yang didapat dari lapangan kondisi Bendung

Pekatingan saat ini mengalami penurunan kinerja. Agar kinerja Bendung


5

Pekatingan dapat kembali dalam kondisi baik ada beberapa langkah yang

dapat dilakukan, yaitu:

1. Penggantian balok mercu lama dengan yang baru.

Dari hasil survei dilapangan kerusakan mercu mencapai 49,55%,

kerusakan tersebut mengakibatkan penurunan kinerja mercu dalam

menaikan tinggi muka air. Karena tinggi muka air yang kurang dari

elevasi rencana muka air (elevasi mercu), maka menyebabkan debit

pengambilan tidak mencukupi untuk mengairi seluruh daerah irigasi.

Gambar 8. Kerusakan pada Mercu

2. Perbaikan kebocoran pada kantong lumpur.

Kerusakan kantong lumpur sebesar 17,27% yang berupa kebocoran

pada kantong lumpur menyebabkan debit air yang masuk ke saluran

irigasi berkurang dari debit yang sudah ditentukan dan menjadi

penyebab daerah irigasi pekatingan tidak sepenuhnya terairi. Agar

masalah tersebut dapat diatasi maka perlu dilakukan perbaikan pada

kerusakan yang terjadi. Sehingga debit air yang masuk ke saluran

irigasi tidak berkurang.


5

Gambar 9. Kebocoran pada Kantong Lumpur

3. Pengurasan dan pembilasan rutin untuk menghilangkan sedimen.

Kondisi endapan sebesar 39,26% pada hulu bendung dan kantong

lumpur menyebabkan berkurangnya tampungan air pada bendung, hal

ini dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan menampung air

pada bendung yang berdapak pada pengairan air irigasi yang tidak

mengairi seluruh daerah irigasi di pekatingan. Pembilasan endapan

pada hulu bendung dan kantong lumpur harus rutin dilakukan.

Gambar 10. Sedimen di Hulu Bendung

4. Melakukan perbaikan dan penggantian pintu bendung.

Kondisi pintu bendung yang mengalami kerusakan membuat

keefektifan pada pengambilan air untuk irigasi terganggu. Salah satu

masalah yang terjadi pada bendung pekatingan yaitu kondisi pintu


5

pembilas yang bocor menyebakan air yang masuk ke saluran irigasi

berkurang dari yang sudah direncanakan. Karena air yang seharusnya

dialirkan semua ke saluran irigasi kembali ke sungai karena kebocoran

pada pintu pembilas kantong lumpur dan salah satu pintu penguras

mengalami kerusakan pada sistem penggeraknya sehingga

menyebabkan pintu tersebut tidak dapat melakukan pengurasan dan

menyebabkan endapan sedimen di hulu bendung tidak dapat dikuras

seluruhnya.

Gambar 11. Kebocoran pada Pintu Pembilas

Gambar 12. Kondisi Bangunan Pengambilan


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil analisa kinerja bendung berdasarkan aspek

fungsi struktur bangunan adalah sebagai berikut :

1. Pembobotan dilakukan dengan metode AHP (Analytic Hierarchy

Process) untuk menentukan hubungan antar komponen kinerja

bendung. Hasil Pembobotan didapat bobot debit adalah 39.58%, bobot

dari sedimen adalah 9.79%, bobot dari mercu adalah 25.12%, bobot

dari bangunan pengambilan adalah 14.22%, bobot dari bangunan

penguras adalah 4.72%, bobot dari bangunan pembilas adalah 4.36%,

dan bobot dari kantong lumpur 2.20%.

2. Hasil analisa yang dilakukan dari data survei bendung menghasilkan

kinerja bendung berdasarkan kondisi kerusakan komponennya yang

berupa bobot debit sebesar 9.91%, bobot sedimen sebesar 3.63%,

bobot mercu sebesar 12.46%, bobot bangunan pengambilan sebesar

4.15%, bobot bangunan penguras sebesar 1.05%, bobot bangunan

pembilas sebesar 1.45%, dan bobot kantong lumpur sebesar 0.38%.

Sedangkan untuk hasil analisa kinerja bendung berdasarkan fungsi

komponen yaitu berupa bobot debit sebesar 34.58%, bobot sedimen

sebesar 8.31%, bobot mercu sebesar 19.26%, bobot bangunan

pengambilan sebesar 4.96%, bobot bangunan penguras sebesar 3.54%,

53
5

bobot bangunan pembilas sebesar 3.93%, dan bobot kantong lumpur

sebesar 1.97%.

3. Setelah melalui proses pengolahan data, didapat bahwa kondisi

komponen kinerja Bendung Pekatingan adalah kerusakan komponen

pada Bendung Pekatingan sebesar 33.01% dan kondisi bendung

mengalami RUSAK SEDANG. Fungsi kinerja komponen pada

Bendung Pekatingan sebesar 76.55% dan keberfungsian bendung

dalam kondisi CUKUP.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa

saran dan masukan terhadap pihak terkait sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan perbaikan dan penggantian pada beberapa komponen

bangunan di Bendung Pekatingan agar kinerja bendung ditinjau dari

fungsi komponen CUKUP menjadi BAIK, sedangkan ditinjau dari

kodisi komponen RUSAK SEDANG menjadi BAIK.

2. Diperlukan penelitian lanjutan dengan memperbanyak jumlah

komponen kinerja bendung agar dapat menghasilkan prioritas

rehabilitasi bendung berdasarkan fungsi dan kondisi bendung yang

lebih baik.

3. Kepada pembaca diharapkan, skripsi ini dapat menambah wawasan

pengetahuan tentang kinerja bendung berdasarkan fungsi dan kondisi

bangunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bagas Mahardika Abri Putra. 2016. Desain Kriteria Penilaian Kondisi Sungai
Berdasarkan Aspek Struktur Bangunan (StudiKasus : Sungai Pepe Baru
Surakarta). Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dinas Balai PU SDA TARU Probolo Kutoarjo. 2017. Data Teknis Bendung
Pekatingan.

Dinas Balai PU SDA TARU Probolo Kutoarjo. 2017. Data Debit Harian DI
Pekatingan.

Kementrian PU RI Nomor 13/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset


Irigasi.

Kementrian PU RI Nomor 32/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Operasi dan


Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

Prayogi Kasih Arthur. 2015. Model Penetapan Prioritas Rehabilitasi Bendung


Berbasis Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Studi Kasus Di
Wilayah Kerja UPT Pengairan Kalisat Kabupaten Jember). Skripsi,
Jember: Universitas Jember.

Suyono Sosrodarsono (Ed.). 2008. Perbaikan dan Pengaturan Sungai Terj. Dari
River Improvement Works, Oleh Tominaga, Masateru. PT Pradnya
Paramita, Jakarta: viii + 355 hlm.

UMP. 2017. Pedoman Penyusunan Skripsi, Universitas Muhammadiyah


Purworejo: Purworejo.

55
LAMPIRAN 1
FORMULIR SURVEI KINERJA BENDUNG
PEMBOBOTAN VARIABEL TERSELEKSI

1
2
3
4
5

LAMPIRAN 2
FORMULIR SURVEI
KONDISI DAN FUNGSI
BENDUNG
6
7
8
9
1
1

LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN KERUSAKAN DAN
KONDISI KOMPONEN KINERJA
BENDUNG
1

Perhitungan Kerusakan dan Kondisi Komponen Kinerja Bendung

C. Kerusakan Struktur Bangunan

1. Debit
3
Diketahui : Debit rata-rata tahunan bendung normal: 325.055 m /d

Debit rata-rata Bendung tahun (2012-2016):

Debit rata-rata
No Tahun 3
(m /d)
1 2012 223.44
2 2013 277.99
3 2014 258.71
4 2015 223.97
5 2016 234.35
Rata-rata debit 243.6814

Ditanyakan : Persentase debit tak tercapai ?

Dijawab :
3
Debit tak tercapai = (325.055) – (243.6814) m /d
3
= 81.3736 m /d

Persentase debit tak tercapai = x 100%

= 25.03 %

2. Sedimen

Diketahui : Tinggi elevasi air di hulu bendung : 1.20 m

Tinggi elevasi air di Kantong lumpur : 1.25 m

Tinggi sedimen di hulu bendung : 0.32 m

Tinggi sedimen di kantong lumpur : 0.26 m

Ditanyakan : Persentase kondisi sedimen ?


1

Dijawab :

Persentase sedimen di hulu bendung = x 100 %

= 26.27 %

Persentase sedimen di Kantong lumpur = x 100 %

= 20.80 %

Persentase sedimen bendung =(26.27 + )%

= 37.07 %

3. Mercu

Diketahui : Panjang : 35 m

Lebar : 1.2 m
2
Kerusakan : Runtuh :0m
2
Bocor : 4.712 m
2
Lapisan Terkelupas : 16.10 m

Ditanya : Kerusakan struktur mercu?

Dijawab :

Luas struktur mercu = Panjang x Lebar

= (35 m x 1.2 m)
2
= 42 m

Persentase Kerusakan: Runtuh =0%

Berlubang = x 100 %
1

=11.22 %

Lapisan Terkelupas = x 100 %

= 38.33 %

Total Kerusakan struktur mercu = (0+11.22+38.33) %

= 49.55 %

4. Bangunan Pengambilan

Diketahui : Panjang : 4.5 m

Lebar : 1.2 m
2
Kerusakan : Runtuh :0m
2
Bocor : 0.248 m
2
Lapisan Terkelupas : 1.28 m

Ditanya : Kerusakan bangunan pengambilan?

Dijawab :

Luas struktur bangunan pengambilan = (4.5 m x 1.2 m)


2
= 5.4 m

Persentase Kerusakan: Runtuh =0%

Berlubang = x 100 %

= 4.59 %

Lapisan Terkelupas = x 100 %

= 23.70 %

Kerusakan bangunan pengambilan = (0+4.59+23.70) %


1

= 28.30 %

5. Bangunan Penguras

Diketahui : Panjang : 20 m

Lebar : 2,25 m
2
Kerusakan : Runtuh :0m
2
Bocor : 0.048 m
2
Lapisan Terkelupas : 14.4 m

Ditanya : Kerusakan struktur bangunan pembilas?

Dijawab :

Luas struktur bangunan pembilas = (20 m x 2.25 m)


2
= 45 m

Persentase Kerusakan: Runtuh =0%

Berlubang = x 100 %

= 0.11 %

Lapisan Terkelupas = x 100 %

= 32.00 %

Total Kerusakan struktur bangunan pembilas = (0+0.11 +32.00) %

= 32.11 %

6. Bangunan Pembilas

Diketahui : Panjang : 4 m

Lebar : 1,25 m
2
Kerusakan : Runtuh :0m

Bocor : 0.78 m

Lapisan Terkelupas : 1.04 m


1

Ditanya : Kerusakan struktur bangunan pembilas?

Dijawab :

Luas struktur bangunan pembilas = (4 m x 1.25 m)


2
=5m

Persentase Kerusakan: Runtuh =0%

Berlubang = x 100 %

= 15.60 %

Lapisan Terkelupas = x 100 %

= 20.80 %

Total Kerusakan struktur bangunan pembilas = (0+15.60 +20.80) %

= 36.40 %

7. Kantong Lumpur

Diketahui : Panjang : 295 m

Lebar : 3 m
2
Kerusakan : Runtuh :0m
2
Bocor : 152.8 m
2
Lapisan Terkelupas :0m

Ditanya : Kerusakan struktur kantong lumpur?

Dijawab :

Luas struktur bangunan pembilas = (295 m x 3 m)


2
= 885 m
1

Persentase Kerusakan: Runtuh =0%

Berlubang = x 100 %

= 17.27 %

Lapisan Terkelupas = 0

Total Kerusakan struktur bangunan pembilas = (0+17.27 +0) %

= 17.27 %

D. Perhitungan Kerusakan dan Kondisi Pintu

1. Pintu Pengambilan

Diketahui :

Ya/Tidak
Bobot kerusakan
Kerusakan (%)
1

a. Perawatan 10 Ya

b. Kerusakan Penyangga 20 Tidak Tid

c. Kerusakan sist penggerak 20 Tidak Tid

d. Kerusakan Stang Ulir 20 Tidak Tid

e. Kerusakan Daun Pintu 20 Ya

Ditanyakan : Presentase kerusakan pintu pengambilan ?

Dijawab :

Keusakan pintu pengambilan = %

= 30 %
1

2. Pintu Penguras

Diketahui :

Ya/Tidak
Bobot kerusakan
Kerusakan (%)
1 2 3

f. Perawatan 10 Tidak Tidak Tidak

g. Kerusakan Penyangga 20 Tidak Tidak Tidak

h. Kerusakan sist penggerak 20 Tidak Tidak Tidak

i. Kerusakan Stang Ulir 20 Tidak Tidak Tidak

j. Kerusakan Daun Pintu 20 Tidak Tidak Tidak

Ditanyakan : Presentase kerusakan pintu pengambilan ?

Dijawab :

Keusakan pintu pengambilan = %

= 12,5 %

3. Pintu Pembilas

Diketahui :

Ya/
Bobot (%)
kerusakan
Kerusakan Tidak
1 2

k. Perawatan 10 Ya Ya

l. Kerusakan Penyangga 20 Tidak Tidak

m. Kerusakan sist penggerak 20 Tidak Tidak

n. Kerusakan Stang Ulir 20 Tidak Tidak

o. Kerusakan Daun Pintu 20 Ya Ya

Ditanyakan : Presentase kerusakan pintu pembilas ?

Dijawab :

Kerusakan pintu pembilas = %

= 30 %
1

E. Kondisi penilaian Bendung

Diketahui:

1. Debit

Persentase debit tak tercapai : 25.03 %

Bobot Komponen : 39.58 %

Bobot Kerusakan : 25.03 %x 39.58 %

: 9.91 %

2. Sedimen

Persentase sedimen bendung : 37.07 %

Bobot Komponen : 9.79 %

Bobot Kerusakan : 37.07 % x 9.79 %

: 3.63%

3. Mercu

Kerusakan Mercu : 49.58 %

Bobot Komponen : 25.12 %

Bobot Kerusakan : 49.58 % x 25.12 %

: 12.46 %

4. Bangunan Pengambilan

Kerusakan Bangunan Pengambilan :

: 29.15 %

Bobot Komponen : 14.22 %

Bobot Kerusakan : 29.15 %x 14.22 %

: 4.15 %
2

5. Bangunan Penguras

Kerusakan Bangunan Penguras :

: 22.30 %

Bobot Komponen : 4.72 %

Bobot Kerusakan : 22.30 %x 4.72 %

: 1.05 %

6. Bangunan Pembilas

Kerusakan Bangunan Penguras :

: 33.20 %

Bobot Komponen : 4.36 %

Bobot Kerusakan : 33.20 %x 4.36 %

: 1.45 %

7. Kantong Lumpur

Kerusakan Kantong Lumpur : 17.27 %

Bobot Komponen : 2.20 %

Bobot Kerusakan : 17.27 %x 2.20 %

: 0.38 %

Ditanya : Kondisi Bendung ?

Dijawab :

Total kerusakan : (12.46 % + 4.15 % +1.05 %+1.45 %+0.38 %+9.91 % + 3.63%)

: 33.02 %

Skor ( F) :2

Uraian : Rusak Sedang


2

LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN
KEBERFUNGSIAN KOMPONEN
KINERJA BENDUNG
2

Perhitungan Keberfungsian Komponen Kinerja Bendung

1. Debit

Diketahui :

Luas D.I : 1223 ha

Luas Area Tanam : 1400 ha

Ditanya : Kemampuan mengairi lahan ?

Dijawab :

Kemampuan mengairi Lahan :

: 87.36 %

2. Sedimen

Diketahui :

Keberfungsian Bangunan Penguras: 75 %

Keberfungsian Bangunan Pembilas: 90 %

Keberfungsian Kolam Lumpur: 89.60%

Ditanya : kemampuan mengatur sedimen ?

Dijawab :

Kemampuan mengatur sedimen :

:( )%

: 84.87 %

3. Mercu

Diketahui :

Elevasi mercu : 1.2 meter

Elevasi air normal : 0.92 meter


2

Ditanyakan : kemampuan menaikan Elevasi air ?

Dijawab :

kemampuan menaikan Elevasi air :

: 76.67 %

4. Bangunan Pengambilan

Diketahui :
3
Kapasitas pintu : 1.837 m /d
3
Debit Pengambilan Rata-rata Harian : 0.64 m /d

Debit Pengambilan
No Tahun rata-rata
3
(m /d)
1 2012 0.48
2 2013 0.76
3 2014 0.72
4 2015 0.62
5 2016 0.64
Rata-rata debit 0.64

Ditanya : Keberfungsian bangunan Pengambilan ?

Dijawab :

Keberfungsian bangunan Pengambilan :

: 34.90 %
2

5. Bangunan Penguras

Diketahui :

Jumlah Pintu Penguras (n) : 4

Pintu Tidak Berkerja (i) :1

Ditanya : Keberfungsian Pengurasan sedimen di hulu bendung ?

Dijawab :

Keberfungsian Pengurasan sedimen di hulu bendung :

: 75 %

6. Bangunan Pembilas

Keberfungsian Pembilasan sedimen di kantong lumpur : 90 %

7. Kolam Lumpur

Kemampuan mengendapkan lumpur : 89.60 %

Ditanya : Keberfungsian Kinerja Bendung ?

Dijawab :

Total keberfungsian : ((87.36 % x 39.58 %) + (84.87 % x 9.79 % ) +

(76.67% x 25.12 %) + (34.90 % x 14.22 %) +

(75 % x 4.72 %) + (90 % x 4.36 %) +

(89.60 % x 2.20 %))

: 76.55 %

Skor ( F) :3

Uraian : CUKUP
2

LAMPIRAN 5
DATA TEKNIS BENDUNG PEKATINGAN
2

DATA TEKNIS BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Bendung : Bendung Pekatingan

Type Bendung : Bendung gerak berpintu

Lokasi : Desa Butuh, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purwejo

Lebar bendung (B) : 65 m Lebar

evektif (Be) : 55 m Lintang

Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Elevasi Dasar (mercu) : +6.65 m

Elevasi Dasar Intake : +7.26 m

Elevasi Hulu Bendung : +6.40 m

Elevasi Hilir Bendung : +5.38 m

Panjang Kantong Lumpur Kanan : 195 m

Panjang Kantong Lumpur Kiri : 100 m

Pintu Intake : 1 buah

Pintu Penguras : 4 buah

Pintu Pembilas Kantong Lumpur : 2 buah

Luas Daerah Irigasi : 1223 ha

2
Luas DTA : 14 km

3
Debit Rata-Rata Pengambian tahunan : 325,055 m /dt
2
2
2

LAMPIRAN 6
DATA DEBIT HARIAN PENGAMBILAN
BENDUNG PEKATINGAN
3

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2012

2
CA : 139,3 km

Intake
Tanggal

Kanan
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.00 0.77 0.77 0.20 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
2 0.00 0.77 0.77 0.20 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
3 0.00 0.77 0.55 0.20 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
4 0.36 0.77 0.55 0.20 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
5 0.55 0.77 0.55 0.20 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
6 0.55 0.77 0.55 0.36 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
7 0.55 0.77 0.55 0.36 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
8 0.55 0.77 0.00 0.55 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
9 0.55 0.77 0.00 0.55 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
10 0.55 0.77 0.00 0.55 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
11 0.55 0.77 0.00 0.55 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
12 0.55 0.77 0.00 0.55 0.77 0.77 0.26 0.05 0.02 0.02 0.55 0.77
13 0.55 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.03 0.02 0.02 0.55 0.77
14 0.55 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.03 0.02 0.02 0.55 0.77
15 0.55 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.03 0.02 0.02 0.55 0.77
16 0.77 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.77 0.77
17 0.77 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.77 0.77
18 0.77 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.55 0.77
19 0.55 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.77 0.77 0.77
20 0.55 0.77 0.00 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.77 0.77
21 0.55 0.77 0.00 1.01 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.77 0.77
22 0.55 0.00 0.00 1.01 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.55 0.77
23 0.55 0.77 0.00 1.01 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.55 0.77
24 0.55 0.77 0.00 1.01 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.55 0.77
25 0.55 0.77 0.00 1.01 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.77 0.77
26 0.77 0.77 0.00 1.01 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.77 0.77
27 0.77 0.77 0.00 1.01 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.55 0.77 0.77
28 0.77 0.77 0.02 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
29 0.77 0.77 0.02 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
30 0.77 0.02 0.77 0.77 0.36 0.26 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
31 0.77 0.02 0.77 0.26 0.02 0.55 0.77
Jumlah 17.20 21.53 4.36 19.98 23.84 15.67 7.94 0.96 0.51 7.69 18.93 23.84
Rata-rata 0.55 0.27 0.14 0.67 0.77 0.52 0.26 0.03 0.02 0.25 0.63 0.77
3

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2012

2
CA : 139,3 km

Intake Kiri
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.00 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.00 0.15 0.21
2 0.00 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.00 0.15 0.21
3 0.00 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.00 0.15 0.28
4 0.21 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.00 0.15 0.28
5 0.21 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.00 0.15 0.28
6 0.21 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.00 0.15 0.28
7 0.21 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.02 0.15 0.35
8 0.21 0.28 0.00 0.28 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.02 0.15 0.35
9 0.21 0.28 0.00 0.28 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.02 0.15 0.35
10 0.21 0.28 0.00 0.28 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.02 0.15 0.35
11 0.21 0.28 0.00 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.02 0.15 0.35
12 0.21 0.28 0.00 0.00 0.28 0.28 0.15 0.01 0.00 0.02 0.15 0.35
13 0.28 0.28 0.00 0.00 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.00 0.15 0.35
14 0.28 0.28 0.00 0.15 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.00 0.15 0.35
15 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.00 0.15 0.35
16 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
17 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
18 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
19 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
20 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
21 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
22 0.28 0.00 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
23 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
24 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
25 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
26 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
27 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.15 0.15 0.35
28 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.00 0.15 0.35
29 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.00 0.15 0.35
30 0.28 0.00 0.28 0.28 0.21 0.15 0.00 0.00 0.00 0.15 0.35
31 0.28 0.00 0.28 0.15 0.00 0.15 0.35
Jumlah 7.27 7.87 1.97 5.77 8.71 7.22 4.74 0.18 0.12 2.15 4.59 10.40
Rata-Rata 0.23 0.27 0.06 0.19 0.28 0.24 0.15 0.01 0.00 0.07 0.15 0.34
3

INTAKE TAHUN 2012

1. Data Intake Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kiri 17.20 21.53 4.36 19.98 23.84 15.67 7.94 0.96 0.51 7.69 18.93 23.84 162.45
Kanan 7.27 7.87 1.97 5.77 8.71 7.22 4.74 0.18 0.12 2.15 4.59 10.40 60.99
223.44
Intake Satu Tahun

2. Data Intake Rata-rata Harian Selama Satu Tahun


Rata-rata
Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Kiri 0.23 0.27 0.06 0.19 0.28 0.24 0.15 0.01 0.00 0.07 0.15 0.34 0.14
Kanan 0.55 0.27 0.14 0.67 0.77 0.52 0.26 0.03 0.02 0.25 0.63 0.77 0.34
0.48
Intake Rata-rata Harian selama Satu Tahun
3

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2013

2
CA : 139,3 km

Intake Kanan
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.55 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.55
2 0.55 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.55
3 0.55 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.55
4 0.55 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.55
5 0.55 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.55
6 0.55 0.77 0.55 0.55 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.55
7 0.55 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
8 0.55 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
9 0.00 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
10 0.00 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
11 0.36 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
12 0.36 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.02 0.77 0.77
13 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.77
14 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.77
15 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.77
16 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.77
17 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.77
18 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.77
19 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.77
20 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.00
21 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.00
22 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.00 0.77 0.00
23 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.55 0.77 0.00
24 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.00 0.55 0.77 0.00
25 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.00 0.55 0.77 0.00
26 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.00 0.55 0.77 0.00
27 0.77 0.77 0.55 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.00 0.55 0.77 0.00
28 0.77 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.55 0.55 0.77
29 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.55 0.55 0.77
30 0.77 0.36 0.77 0.77 0.77 0.77 0.02 0.02 0.55 0.55 0.77
31 0.77 0.36 0.77 0.77 0.02 0.55 0.77
Jumlah 19.74 21.53 15.86 21.18 23.84 23.07 23.84 0.53 0.44 5.16 22.42 16.38
Rata-rata 0.64 0.77 0.51 0.71 0.77 0.77 0.77 0.02 0.01 0.17 0.72 0.53
3

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2013

2
CA : 139,3 km

Intake Kiri
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.21 0.35 0.35 0.28 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.28
2 0.21 0.35 0.35 0.28 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.28
3 0.21 0.35 0.35 0.28 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.28
4 0.21 0.35 0.35 0.28 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.28
5 0.21 0.35 0.35 0.28 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.28
6 0.21 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.28
7 0.21 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
8 0.21 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
9 0.00 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
10 0.00 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
11 0.00 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
12 0.00 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
13 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
14 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
15 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
16 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
17 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
18 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
19 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.36
20 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.00
21 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.00 0.36 0.00
22 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.28 0.36 0.00
23 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.01 0.28 0.36 0.00
24 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.00 0.28 0.36 0.00
25 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.00 0.28 0.36 0.00
26 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.00 0.28 0.36 0.00
27 0.35 0.35 0.35 0.00 0.35 0.32 0.32 0.01 0.00 0.28 0.36 0.00
28 0.35 0.35 0.28 0.28 0.35 0.32 0.32 0.01 0.00 0.28 0.28 0.36
29 0.35 0.28 0.28 0.35 0.32 0.32 0.01 0.00 0.28 0.28 0.36
30 0.35 0.28 0.28 0.35 0.32 0.32 0.01 0.00 0.28 0.28 0.36
31 0.35 0.28 0.35 0.32 0.01 0.28 0.36
Jumlah 8.44 9.91 10.68 2.25 10.97 10.16 10.01 0.28 0.21 2.81 10.51 7.77
Rata-rata 0.27 0.35 0.34 0.07 0.35 0.34 0.32 0.01 0.01 0.09 0.34 0.25
3

INTAKE TAHUN 2013

3. Data Intake Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kiri 19.74 21.53 15.86 21.18 23.84 23.07 23.84 0.53 0.44 5.16 22.42 16.38 193.99
Kanan 8.44 9.91 10.68 2.25 10.97 10.16 10.01 0.28 0.21 2.81 10.51 7.77 84
Intake Satu Tahun 277.99

4. Data Intake Rata-rata Harian Selama Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kiri 0.27 0.35 0.34 0.07 0.35 0.34 0.32 0.01 0.01 0.09 0.34 0.25 0.23
Kanan 0.64 0.77 0.51 0.71 0.77 0.77 0.77 0.02 0.01 0.17 0.72 0.53 0.53
Intake Rata-rata Harian selama Satu Tahun 0.76
3

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2014

2
CA : 139,3 km

Intake Kanan
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.77 0.77 0.77 0.00 0.77 0.55 0.91 0.20 0.07 0.07 0.55 0.77
2 0.77 0.77 0.77 0.00 0.77 0.36 0.91 0.20 0.14 0.07 0.55 0.77
3 0.77 0.77 0.77 0.36 0.77 0.36 0.91 0.20 0.14 0.07 0.55 0.77
4 0.77 0.77 0.00 0.36 0.77 0.36 0.91 0.20 0.14 0.07 0.55 0.77
5 0.77 0.77 0.00 0.36 0.77 0.36 0.91 0.20 0.14 0.07 0.77 0.77
6 0.77 0.77 0.00 0.36 0.77 0.26 0.77 0.20 0.14 0.07 0.77 0.77
7 0.77 0.77 0.00 0.55 0.77 0.26 0.77 0.20 0.07 0.07 0.77 0.77
8 0.77 0.77 0.00 0.55 0.77 0.26 0.77 0.20 0.07 0.07 0.77 0.77
9 0.77 0.77 0.55 0.55 0.77 0.26 0.77 0.36 0.07 0.07 0.77 0.77
10 0.77 0.77 0.55 0.55 0.77 0.26 0.77 0.36 0.07 0.07 0.77 0.77
11 0.77 0.77 0.55 0.55 0.77 0.77 0.00 0.36 0.07 0.07 0.77 0.55
12 0.77 0.77 0.55 0.55 0.77 0.77 0.00 0.36 0.07 0.07 0.77 0.55
13 0.77 0.77 0.55 0.55 0.77 0.91 0.00 0.36 0.07 0.00 0.91 0.00
14 0.77 0.77 0.55 0.55 0.77 0.91 0.00 0.36 0.07 0.00 0.91 0.00
15 0.77 0.77 0.55 0.55 0.77 0.91 0.55 0.36 0.07 0.00 0.91 0.55
16 0.77 0.77 0.55 0.55 0.91 0.91 0.77 0.20 0.07 0.07 0.91 0.77
17 0.77 0.77 0.55 0.55 0.91 0.91 0.77 0.20 0.07 0.07 0.91 0.77
18 0.77 0.77 0.00 0.55 0.91 0.77 0.77 0.20 0.07 0.07 0.91 0.77
19 0.77 0.77 0.00 0.55 0.91 0.77 0.77 0.20 0.07 0.07 0.91 0.77
20 0.77 0.77 0.00 0.55 0.91 0.91 0.77 0.20 0.07 0.07 0.91 0.77
21 0.77 0.77 0.00 0.55 0.91 0.91 0.77 0.20 0.07 0.07 0.91 0.77
22 0.77 0.77 0.00 0.55 0.91 0.77 0.77 0.20 0.07 0.07 0.91 0.77
23 0.77 0.77 0.00 0.55 0.91 0.77 0.55 0.07 0.07 0.07 0.91 0.77
24 0.77 0.77 0.00 0.55 0.91 0.55 0.55 0.07 0.07 0.07 0.91 0.77
25 0.77 0.77 0.20 0.77 0.91 0.55 0.55 0.07 0.07 0.07 0.91 0.77
26 0.77 0.77 0.20 0.77 0.91 0.77 0.36 0.07 0.07 0.07 0.91 0.77
27 0.77 0.77 0.20 0.77 0.77 0.77 0.36 0.07 0.07 0.07 0.91 0.77
28 0.77 0.77 0.00 0.77 0.55 0.77 0.20 0.07 0.07 0.07 0.55 0.00
29 0.77 0.00 0.77 0.55 0.77 0.20 0.07 0.07 0.07 0.55 0.00
30 0.77 0.00 0.77 0.55 0.77 0.20 0.07 0.07 0.07 0.55 0.00
31 0.77 0.00 0.55 0.20 0.07 0.07 0.77
Jumlah 23.84 21.53 7.85 15.96 24.54 19.21 17.49 6.05 2.42 1.93 23.69 19.34
Rata-rata 0.77 0.77 0.25 0.53 0.79 0.64 0.56 0.20 0.08 0.06 0.79 0.62
3

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2014

2
CA : 139,3 km

Intake Kiri
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.36 0.36 0.00 0.00 0.36 0.19 0.35 0.05 0.05 0.00 0.16 0.43
2 0.36 0.36 0.00 0.00 0.36 0.19 0.35 0.05 0.05 0.00 0.16 0.43
3 0.36 0.36 0.00 0.00 0.36 0.19 0.35 0.05 0.05 0.00 0.16 0.43
4 0.36 0.36 0.00 0.00 0.36 0.19 0.35 0.05 0.05 0.00 0.16 0.43
5 0.36 0.36 0.00 0.00 0.36 0.19 0.35 0.05 0.05 0.00 0.28 0.43
6 0.36 0.36 0.00 0.15 0.36 0.16 0.28 0.05 0.05 0.00 0.28 0.43
7 0.36 0.36 0.00 0.15 0.36 0.16 0.28 0.05 0.00 0.00 0.35 0.43
8 0.36 0.36 0.00 0.15 0.36 0.16 0.28 0.05 0.00 0.00 0.35 0.43
9 0.36 0.36 0.00 0.15 0.36 0.16 0.28 0.05 0.00 0.00 0.35 0.43
10 0.36 0.36 0.00 0.15 0.36 0.16 0.28 0.05 0.00 0.00 0.35 0.43
11 0.36 0.36 0.00 0.15 0.36 0.21 0.00 0.05 0.00 0.00 0.35 0.43
12 0.36 0.36 0.00 0.15 0.36 0.21 0.00 0.05 0.00 0.00 0.35 0.43
13 0.36 0.36 0.28 0.21 0.36 0.35 0.00 0.05 0.00 0.05 0.35 0.00
14 0.36 0.36 0.28 0.21 0.36 0.35 0.00 0.05 0.00 0.05 0.35 0.00
15 0.36 0.36 0.28 0.21 0.36 0.35 0.05 0.05 0.00 0.05 0.35 0.28
16 0.36 0.36 0.28 0.28 0.36 0.35 0.28 0.05 0.00 0.05 0.35 0.35
17 0.36 0.36 0.28 0.28 0.36 0.35 0.28 0.05 0.00 0.05 0.35 0.35
18 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.35 0.28 0.05 0.00 0.05 0.35 0.35
19 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.28 0.28 0.05 0.00 0.05 0.35 0.35
20 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.35 0.28 0.05 0.00 0.05 0.35 0.35
21 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.35 0.28 0.05 0.00 0.05 0.35 0.00
22 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.35 0.28 0.05 0.00 0.05 0.35 0.00
23 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.28 0.21 0.05 0.00 0.05 0.35 0.28
24 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.21 0.21 0.05 0.00 0.05 0.43 0.28
25 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.21 0.15 0.05 0.00 0.05 0.43 0.28
26 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.28 0.15 0.05 0.00 0.05 0.43 0.28
27 0.36 0.36 0.00 0.28 0.36 0.28 0.05 0.05 0.00 0.05 0.43 0.28
28 0.36 0.36 0.00 0.36 0.21 0.28 0.05 0.05 0.00 0.05 0.28 0.00
29 0.36 0.00 0.36 0.21 0.28 0.05 0.05 0.00 0.05 0.28 0.00
30 0.36 0.00 0.36 0.21 0.28 0.05 0.05 0.00 0.05 0.21 0.00
31 0.36 0.00 0.21 0.05 0.05 0.05 0.28
Jumlah 11.10 10.02 1.41 6.16 10.52 7.76 6.20 1.67 0.32 1.03 9.74 8.93
Rata-rata 0.36 0.36 0.05 0.21 0.34 0.26 0.20 0.06 0.01 0.03 0.32 0.29
3

INTAKE TAHUN 2014

5. Data Intake Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kanan 23.84 21.53 7.85 15.96 24.54 19.21 17.49 6.05 2.42 1.93 23.69 19.34 183.85
Kiri 11.10 10.02 1.41 6.16 10.52 7.76 6.20 1.67 0.32 1.03 9.74 8.93 74.86
Intake Satu Tahun 258.71

6. Data Intake Rata-rata Harian Selama Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kanan 0.77 0.77 0.25 0.53 0.79 0.64 0.56 0.20 0.08 0.06 0.79 0.62 0.51
Kiri 0.36 0.36 0.05 0.21 0.34 0.26 0.20 0.06 0.01 0.03 0.32 0.29 0.21
Intake Rata-rata Harian selama Satu Tahun 0.72
3

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2015

2
CA : 139,3 km

Intake Kanan
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.77 0.77 0.77 0.00 0.77 0.68 0.51 0.00 0.03 0.03 0.14 0.77
2 0.77 0.77 0.77 0.00 0.77 0.68 0.51 0.00 0.03 0.03 0.05 0.77
3 0.77 0.77 0.77 0.00 0.77 0.68 0.51 0.00 0.03 0.03 0.05 0.77
4 0.77 0.77 0.77 0.00 0.77 0.68 0.51 0.00 0.03 0.03 0.05 0.77
5 0.77 0.77 0.77 0.00 0.77 0.68 0.51 0.00 0.03 0.03 0.02 0.91
6 0.77 0.77 0.00 0.00 0.77 0.68 0.26 0.00 0.03 0.03 0.14 0.91
7 0.77 0.77 0.00 0.00 0.77 0.68 0.55 0.07 0.03 0.03 0.14 0.91
8 0.77 0.77 0.00 0.00 0.77 0.77 0.51 0.07 0.03 0.03 0.14 0.77
9 0.77 0.77 0.55 0.00 0.77 0.77 0.51 0.07 0.03 0.03 0.77 0.77
10 0.77 0.77 0.55 0.00 0.77 0.77 0.51 0.07 0.03 0.03 0.77 0.77
11 0.77 0.77 0.55 0.00 0.77 0.77 0.51 0.07 0.03 0.03 0.77 0.77
12 0.77 0.77 0.55 0.00 0.77 0.77 0.51 0.03 0.03 0.03 0.77 0.77
13 0.77 0.55 0.00 0.55 0.77 0.68 0.43 0.03 0.03 0.03 0.77 0.77
14 0.77 0.36 0.00 0.55 0.77 0.55 0.51 0.03 0.03 0.03 0.36 0.77
15 0.77 0.36 0.00 0.55 0.77 0.55 0.77 0.03 0.03 0.03 0.14 0.77
16 0.77 0.77 0.00 0.55 0.77 0.55 0.36 0.03 0.03 0.03 0.14 0.77
17 0.77 0.77 0.00 0.55 0.77 0.55 0.43 0.03 0.03 0.55 0.20 0.68
18 0.77 0.77 0.00 0.55 0.77 0.55 0.43 0.03 0.03 0.55 0.26 0.68
19 0.77 0.77 0.00 0.55 0.77 0.55 0.55 0.03 0.03 0.55 0.77 0.55
20 0.77 0.77 0.00 0.55 0.77 0.55 0.55 0.03 0.03 0.07 0.77 0.55
21 0.77 0.55 0.55 0.55 0.77 0.55 0.77 0.03 0.03 0.07 0.77 0.55
22 0.77 0.36 0.55 0.55 0.68 0.55 0.55 0.03 0.03 0.17 0.77 0.55
23 0.77 0.77 0.55 0.00 0.68 0.47 0.43 0.03 0.03 0.17 0.77 0.77
24 0.77 0.77 0.55 0.55 0.68 0.47 0.43 0.03 0.03 0.17 0.77 0.77
25 0.77 0.77 0.55 0.55 0.68 0.47 0.43 0.03 0.03 0.00 0.55 0.55
26 0.77 0.77 0.55 0.55 0.68 0.47 0.43 0.03 0.03 0.00 0.91 0.55
27 0.77 0.77 0.55 0.55 0.68 0.47 0.43 0.03 0.03 0.00 0.77 0.55
28 0.77 0.55 0.00 0.77 0.68 0.47 0.43 0.03 0.03 0.14 0.77 0.55
29 0.77 0.00 0.77 0.68 0.47 0.77 0.03 0.03 0.11 0.77 0.55
30 0.77 0.00 0.77 0.68 0.68 0.77 0.03 0.03 0.11 0.77 0.55
31 0.77 0.00 0.68 0.55 0.03 0.11 0.55
Jumlah 23.84 19.65 9.91 10.02 22.94 18.21 15.94 0.99 0.96 3.28 14.81 21.69
Rata-Rata 0.77 0.70 0.32 0.33 0.74 0.61 0.51 0.03 0.03 0.11 0.49 0.70
4

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2015

2
CA : 139,3 km

Intake Kiri
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.28 0.28 0.15 0.00 0.28 0.24 0.28 0.00 0.00 0.00 0.10 0.25
2 0.28 0.28 0.15 0.00 0.28 0.24 0.28 0.00 0.00 0.00 0.10 0.25
3 0.28 0.28 0.15 0.00 0.28 0.24 0.28 0.00 0.00 0.00 0.10 0.25
4 0.28 0.28 0.15 0.00 0.28 0.24 0.28 0.00 0.00 0.00 0.02 0.28
5 0.28 0.28 0.15 0.00 0.28 0.24 0.28 0.00 0.00 0.00 0.10 0.28
6 0.28 0.28 0.00 0.00 0.28 0.24 0.20 0.00 0.00 0.00 0.10 0.28
7 0.28 0.28 0.00 0.00 0.28 0.24 0.10 0.02 0.00 0.00 0.10 0.28
8 0.28 0.28 0.00 0.00 0.28 0.28 0.28 0.02 0.00 0.00 0.10 0.28
9 0.28 0.28 0.10 0.00 0.28 0.28 0.28 0.02 0.00 0.00 0.25 0.28
10 0.28 0.28 0.00 0.00 0.28 0.28 0.28 0.02 0.00 0.00 0.25 0.35
11 0.28 0.28 0.10 0.00 0.28 0.28 0.28 0.02 0.00 0.00 0.25 0.35
12 0.28 0.28 0.10 0.00 0.28 0.28 0.28 0.01 0.00 0.00 0.25 0.35
13 0.28 0.15 0.00 0.10 0.28 0.15 0.43 0.01 0.00 0.00 0.25 0.32
14 0.28 0.10 0.00 0.15 0.28 0.15 0.51 0.01 0.00 0.00 0.15 0.32
15 0.28 0.10 0.00 0.21 0.28 0.15 0.28 0.01 0.00 0.00 0.10 0.32
16 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.18 0.28 0.00 0.00 0.00 0.10 0.32
17 0.28 0.28 0.15 0.28 0.28 0.18 0.28 0.00 0.00 0.15 0.10 0.32
18 0.28 0.28 0.15 0.28 0.28 0.18 0.28 0.00 0.00 0.15 0.13 0.32
19 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.18 0.28 0.00 0.00 0.15 0.18 0.28
20 0.28 0.28 0.00 0.28 0.28 0.18 0.28 0.00 0.00 0.15 0.18 0.28
21 0.28 0.15 0.00 0.28 0.28 0.18 0.28 0.00 0.00 0.15 0.18 0.28
22 0.28 0.10 0.00 0.28 0.24 0.18 0.28 0.00 0.00 0.15 0.18 0.28
23 0.28 0.28 0.00 0.00 0.24 0.15 0.28 0.00 0.00 0.15 0.18 0.35
24 0.28 0.28 0.00 0.28 0.24 0.15 0.28 0.00 0.00 0.15 0.25 0.35
25 0.28 0.28 0.00 0.28 0.24 0.15 0.28 0.00 0.00 0.15 0.18 0.35
26 0.28 0.28 0.00 0.28 0.24 0.15 0.28 0.00 0.00 0.15 0.28 0.35
27 0.28 0.28 0.00 0.28 0.24 0.15 0.28 0.00 0.00 0.15 0.25 0.35
28 0.28 0.15 0.00 0.28 0.24 0.15 0.28 0.00 0.00 0.15 0.25 0.28
29 0.28 0.00 0.28 0.24 0.15 0.35 0.00 0.00 0.15 0.25 0.28
30 0.28 0.00 0.28 0.24 0.21 0.35 0.00 0.00 0.15 0.25 0.28
31 0.28 0.00 0.24 0.28 0.00 0.15 0.28
Jumlah 8.71 6.94 1.37 4.40 8.28 6.04 8.97 0.13 0.00 2.30 5.13 9.46
Rata-rata 0.28 0.25 0.04 0.15 0.27 0.20 0.29 0.00 0.00 0.07 0.17 0.31
4

INTAKE TAHUN 2015

7. Data Intake Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kanan 23.84 19.65 9.91 10.02 22.94 18.21 15.94 0.99 0.96 3.28 14.81 21.69 162.24
Kiri 8.71 6.94 1.37 4.40 8.28 6.04 8.97 0.13 0.00 2.30 5.13 9.46 61.73
Intake Satu Tahun 223.97

8. Data Intake Rata-rata Harian Selama Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kanan 0.77 0.70 0.32 0.33 0.74 0.61 0.51 0.03 0.03 0.11 0.49 0.70 0.45
Kiri 0.28 0.25 0.04 0.15 0.27 0.20 0.29 0.00 0.00 0.07 0.17 0.31 0.17
Intake Rata-rata Harian selama Satu Tahun 0.62
4

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2016

2
CA : 139,3 km

Intake Kanan
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.77 0.00
2 0.55 0.00 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.77 0.00
3 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.00 0.77 0.00
4 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.91 0.00
5 0.55 0.77 0.00 0.00 0.91 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.91 0.00
6 0.55 0.00 0.00 0.00 0.91 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.91 0.55
7 0.55 0.00 0.00 0.00 0.91 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.55
8 0.55 0.00 0.20 0.20 0.91 0.00 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.55
9 0.91 0.00 0.20 0.26 0.91 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.77 0.55
10 1.01 0.00 0.20 0.26 0.91 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.77 0.55
11 0.91 0.00 0.20 0.26 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.55 0.77 0.55
12 0.91 0.00 0.00 0.36 0.77 0.36 0.77 0.00 0.00 0.55 0.77 0.55
13 0.77 0.20 0.00 0.55 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.55 0.00 0.55
14 0.91 0.20 0.00 0.55 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77
15 0.77 0.55 0.00 0.55 0.77 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77
16 0.77 0.77 0.20 0.55 0.91 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.91 0.77
17 0.77 0.00 0.20 0.55 0.91 0.55 0.77 0.00 0.00 0.77 0.91 0.77
18 0.77 0.00 0.20 0.55 0.91 0.36 0.77 0.00 0.00 0.77 0.91 0.86
19 0.77 0.55 0.14 0.77 0.91 0.00 0.77 0.00 0.00 0.77 0.77 0.86
20 0.77 0.55 0.14 0.77 0.77 0.00 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.77
21 0.77 0.55 0.14 0.68 0.77 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.77
22 0.77 0.55 0.14 0.77 0.77 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.77
23 0.77 0.55 0.20 0.77 0.77 0.00 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.64
24 0.77 0.55 0.20 0.77 0.77 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.00 0.64
25 0.77 0.55 0.20 0.77 0.77 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.64
26 0.77 0.55 0.00 0.91 0.77 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.55 0.64
27 0.77 0.55 0.00 0.91 0.55 0.00 0.55 0.00 0.00 0.77 0.55 0.91
28 0.77 0.55 0.00 0.91 0.55 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.77 0.00
29 0.77 0.00 0.00 0.91 0.55 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77
30 0.77 0.00 0.91 0.55 0.55 0.55 0.00 0.00 0.77 0.55 0.77
31 0.77 0.00 0.36 0.55 0.00 0.77 0.77
Jumlah 22.91 10.30 2.51 14.48 23.99 13.39 20.79 0 0 22.42 21.08 17.28
Rata-Rata 0.74 0.36 0.08 0.48 0.77 0.45 0.67 0 0 0.72 0.70 0.56
4

DATA DEBIT HARIAN BENDUNG PEKATIANGAN

Nama Stasiun : Bd. Pekatingan

Lintang Selatan : -7,7152222

Bujur Timur : 109.890889

Tahun : 2016

2
CA : 139,3 km

Intake Kiri
Tanggal

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 0.28 0.35 0.00 0.00 0.35 0.28 0.15 0.00 0.00 0.10 0.35 0.00
2 0.28 0.00 0.00 0.00 0.00 0.28 0.15 0.00 0.00 0.10 0.35 0.00
3 0.28 0.35 0.00 0.00 0.35 0.28 0.15 0.00 0.00 0.00 0.35 0.00
4 0.28 0.35 0.00 0.00 0.35 0.28 0.15 0.00 0.00 0.35 0.35 0.00
5 0.28 0.35 0.00 0.00 0.35 0.28 0.21 0.00 0.00 0.35 0.35 0.00
6 0.28 0.00 0.00 0.00 0.35 0.28 0.21 0.00 0.00 0.35 0.35 0.28
7 0.28 0.00 0.00 0.00 0.35 0.21 0.21 0.00 0.00 0.35 0.35 0.28
8 0.28 0.00 0.00 0.00 0.35 0.00 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.28
9 0.35 0.00 0.00 0.00 0.35 0.28 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.28
10 0.35 0.00 0.00 0.00 0.35 0.28 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.28
11 0.35 0.00 0.00 0.00 0.35 0.10 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.28
12 0.35 0.00 0.00 0.00 0.35 0.10 0.28 0.00 0.00 0.35 0.00 0.15
13 0.28 0.00 0.00 0.00 0.35 0.15 0.28 0.00 0.00 0.35 0.00 0.15
14 0.35 0.00 0.00 0.00 0.35 0.15 0.28 0.00 0.00 0.35 0.00 0.15
15 0.35 0.15 0.00 0.00 0.35 0.15 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
16 0.35 0.28 0.00 0.00 0.35 0.10 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
17 0.35 0.00 0.00 0.28 0.35 0.10 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
18 0.35 0.28 0.00 0.28 0.35 0.00 0.28 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
19 0.35 0.35 0.15 0.36 0.35 0.00 0.00 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
20 0.35 0.35 0.15 0.36 0.35 0.00 0.00 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
21 0.35 0.35 0.15 0.36 0.35 0.10 0.00 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
22 0.35 0.35 0.15 0.36 0.35 0.10 0.15 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
23 0.35 0.35 0.00 0.36 0.35 0.00 0.15 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15
24 0.35 0.35 0.00 0.36 0.35 0.10 0.15 0.00 0.00 0.35 0.00 0.21
25 0.35 0.35 0.00 0.36 0.35 0.10 0.15 0.00 0.00 0.35 0.00 0.21
26 0.35 0.35 0.00 0.00 0.35 0.10 0.10 0.00 0.00 0.35 0.19 0.28
27 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.00 0.15 0.00 0.00 0.35 0.19 0.28
28 0.35 0.35 0.00 0.35 0.35 0.15 0.15 0.00 0.00 0.35 0.19 0.00
29 0.35 0.00 0.00 0.35 0.35 0.15 0.15 0.00 0.00 0.35 0.15 0.28
30 0.35 0.00 0.35 0.35 0.15 0.15 0.00 0.00 0.35 0.15 0.28
31 0.35 0.00 0.35 0.15 0.00 0.35 0.28
Jumlah 10.32 5.67 0.61 4.48 10.61 4.27 5.82 0 0 10.11 7.95 5.36
Rata-rata 0.33 0.20 0.02 0.15 0.34 0.14 0.19 0 0 0.33 0.26 0.17
4

INTAKE TAHUN 2016

9. Data Intake Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kanan 22.91 10.30 2.51 14.48 23.99 13.39 20.79 0 0 22.42 21.08 17.28 169.15
Kiri 10.32 5.67 0.61 4.48 10.61 4.27 5.82 0 0 10.11 7.95 5.36 65.2
Intake Satu Tahun 234.35

10. Data Intake Rata-rata Harian Selama Satu Tahun


Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah
Kanan 0.74 0.36 0.08 0.48 0.77 0.45 0.67 0 0 0.72 0.70 0.56 0.46
Kiri 0.33 0.20 0.02 0.15 0.34 0.14 0.19 0 0 0.33 0.26 0.17 0.18
Intake Rata-rata Harian selama Satu 0.64
4

LAMPIRAN 7
FOTO DOKUMENTASI
SURVEI BENDUNG PEKATINGAN
4

Foto Survei Lokasi Bendung Pekatingan

Foto Dokumentasi Pengukuran Bangunan Pengambilan


4

Foto Dokumentasi Pengukuran bangunan penguras.

Foto Dokumentasi Pengukuran bangunan pembilas.


4

Foto Dokumentasi Kebocoran dan kerusakan pada pintu penguras

Foto Dokumentasi Kebocoran pada kantong lumpur


4

Foto Dokumentasi Kondisi mercu


5
5

Anda mungkin juga menyukai