Prosedur : 1. Dokter, perawat, melakukan identifikasi rasa nyeri pada setiap pasien
yang dilayani di semua ruang rawat, menggunakan assesment nyeri yang
sesuai dan didokumentasikan dalam rekam medis.
2. Petugas medis melakukan assesment awal
3. Penatalaksanaan terhadap semua pasien dilakukan sesuai dengan skala
penilaian masing-masing.
Bila penilaian nyeri < 3 : pentalaksanaan bisa dilakukan secara
non farmakologi : teknik relaksasi, distraksi, pengalihan
perhatian.
Bila penilaian >4 maka perawat melaporkan ke DPJP untuk
dilakukan intervensi farmakologi yang sesuai.
4. Perawat mengevaluasi tiap 1 jam pasca permberian obat injeksi dan
didokumentasikan dalam rekam medis.
5. Penilaian nyeri <4 dilakukan evaluasi setiap shift sesuai evaluasi tanda
vital dan ditulis di dalam monitor terintegrasi.
6. Setelah ditangani dokter tetapi nyeri belum berkurang, maka DPJP perlu
melakukan konsultasi ke dokter saraf sub spesialis, apabila perlu konsul
ke dokter anastesi untuk intervensi blok/khusus.
7. Semua intervensi nyeri yang dilakukan diinformasikan kepada pasien dan
keluarga kemudian di dokumentasikan dalam rekam medis.
8. Penatalaksanaan pasien dilakukan kembali seperti nomor 3.
9. Dokter dan perawat mendokumentasikan skala, lokasi, tata kelola dan
efektifitas dari tata kelola yang telah dilakukan.
PERINTAH TERTULIS
Prosedur : 1. Dokter dan perawat melakukan identifikasi ras1a nyeri pada setiap pasien
yang dilayani disemua ruang rawat, menggunakan assesment nyeri yang
sesuai dan didokumentasikan dalam rekam medis.
2. Petugas medis melakukan assesment awal.
3. Penatalaksanaan terhadap semua pasien dilakukan sesuai dengan skala
penilaian masing-masing.
Bila penilaian nyeri <3 : penatalaksanaan bisa dilakukan secara
non farmakologi (teknik relaksasi, distraksi, pengalihan perhatian)
Bila penilaian >4 maka perawat melaporkan ke DPJP untuk
dilakukan intervensi farmakologi yang sesuai
4. Perawat mengevaluasi tiap 1 jam pasca pemberian obat injeksi dan
didokumentasikan dalam rekam medis.
5. Penilaian nyeri <4 dilakukan evaluasi setiap pergantian shift sesuai
evaluasi tanda vital dan ditulis ke dalam monitor terintegrasi. Bila skala
>4 ditulis sebagai masalah keperawatan.
6. Setelah ditangani dokter tetapi nyeri belom berkurang, maka DPJP perlu
melakukan konsultasi ke dokter saraf sub spesialis, apabila perlu konsul
ke dokter anastesi untuk intervensi khusus.
7. Semua intervensi nyeri yang dilakukan diinformasikan kepada pasien dan
keluarga , kemudian di dokumentasikan dalam rekam medis.
8. Pentalaksanaan pasien dilakukan kembli seperti nomor 3.
Instalasi Terkait : Seluruh Unit Pelayanan di Rumah Sakit
Kebijakan :
Keputusan Direktur RSKB Ring Road Selatan Nomor 211/SK/DIR/VII/2013
tentang penanganan nyeri
PETUGAS MEDIS
Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penanganan nyeri
dan melibatkan pasien/keluarga untuk mendapatkan hasil yang optimal
dalam penanganan nyeri, disesuaikan dengan konteks keyakinan pribadi,
budaya dan agama.
Dokumentasi tanda tangan.
dr. Sarminto,M.Kes
dr. Sarminto,M.Kes
Tujuan : Pedoman pemilihan jenis tindakan untuk mencegah dan penanganan nyeri
pada populasi pediatrik.
Menjamin adanya konsistensi dalam pencegahan dan penanganan nyeri pada
populasi pediatrik.
dr. Sarminto,M.Kes
Tujuan : Pedoman pemilihan jenis tindakan untuk mencegah dan penanganan nyeri
pada pasien dewasa
Menjamin adanya konsisten dalam pencegahan dan penanganan nyeri pada
pasien dewasa.
Prosedur : 1. Penilaian nyeri yang telah disepakati saat ini adalah penilaian nyeri
yang dengan Visual Analog Scale.
2. Lakukan assesment nyeri mulai dari anamnesis hingga pemeriksan
penunjang
3. Tentukan mekanisme nyeri.
4. Tatalaksana sesuai mekanisme nyeri.
dr. Sarminto,M.Kes
Pengertian : Upaya mengatasi nyeri yang dilakukan pada pasien usia lanjut.
1. Pedoman pemilihan jenis tindakan untuk mencegah dan penanganan
Tujuan :
yeri pada dewasa.
2. Menjamin adanya konsistensi dalam pencegahan dan penanganan
nyeri pada dewasa.
Kebijakan : Keputusan Direktur RSKB Ring Road Selatan nomor:
211/RRS/SK/VIII/2013 tentang penanganan nyeri yakni penanganan nyeri
pada pasien usia lanjut
1. Penilaian nyeri yg disepakati dengan Visual Analog Scale.
Prosedur :
2. Lokasi yang sering terjadi nyeri
3. Alasan seringnya terjadi management nyeri yang buruk.
4. Intervensi non- farmakologi dan farmakologi
5. Resiko efek OAINS meningkat pada lansia.
6. Semua fase farmakokinetik dipegaruhi oleh penuan.
7. Pasien lansia cenderung mengurangi dosis analgetik.
8. Ambang batas nyeri sedikit meningkat pada lansia.
9. Lebih disarankan menggunakan obat dengan waktu paruh lebih
singkat.
10. Lakukan monitor ketat jika mengubah atau meningkatkan dosis
pengobatan.
11. Efek samping penggunaan opioid yang paling sering dialami.
12. Penyebab tersering timbulnya efek samping obat.
13. Prinsip dasar terapi farmakologi
Instalasi Terkait : Instalasi Rawat Inap