Anda di halaman 1dari 7

Nama : Doni Apriandi

NIM : E0131201039
PRODI: KEARSIPAN
MATA KULIAH: SISTEM ADMINISTRASI NKRI
Bab. IV
PEMERINTAHAN INDONESIA
A. PENGERTIAN INDONESIA
Indonesia adalah suatu bangsa dan negara yang secara politis, resmi merdeka
sejak tanggal 17 Agustus 1945. Bangsa yang besar ini berdiam sejak berabad-abad dari
Sabar.g sampai Merauke. Di peta dunia kepulauan Indonesia tampak sangat cantik karena
dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau dengan komposisi dan konstruksi yang
indah, mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, pulau-pulau Nusa
Tenggara, pulau-pulau Maluku dan Irian Jaya (Papua). Secara keseluruhan pulau-puiau
Indonesia berjumlah 13.667 buah pulau besar dan kecil, yaitu 6.044 buah pulau di
antaranya telah diberi nama, sedangkan 7.623 pulau belum diberi nama
Sejarah Indonesia mencatat bahwa ada tiga kerajaan besar tumbuh dan
berkembang sebagai leluhur bangsa Indonesia, yaitu Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram
Islam. Kerajaan-kerajaan lain yang juga melahirkan budaya tradisional yang berurat dan
berakar sampai saat ini, juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Prasasti-prasasti yang
digariskan di negeri ini menjadi daya tarik kepariwisataan di kemudian hari. Kerajaan-
kerajaan tersebut antara lain Padjaajaran, Sunda Kelapa, Kutamaya, Selaparang, Galuh,
Pagaruyung, Mulawarman, Karangasem, Kawali, Kutai, Goa, Gianyar, Kediri, Pajang,
Singasari, Buleleng, Panjaiu, Melayu, Tulangbawang, Siak Sri Indrapura, Jenggala,
Mataram Hindu, Trenggano, Banjar, Banten, Bone, Terate, Tidore, Demak, Blambangan,
Holiho, Bacan, Kasepuhar, Tarumanegara, Tallo, Syah Kuala, Deli, dan Kesultanan
Yogyakarta.
Bendera nasional Indonesia adalah merah putih yang sejak zamar. Majapahi: telah
dikibarkan oleh Mahapatih Gadjah Mada di Sorongm, Irian Java (Papua). Sedangkan
lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wags Rudolf Supratman.
Lagu tersebut pertama kali diperdengarkan ketika hari Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 di Jakarta saat bangsa Indonesia belum merdeka
Lambang negara adalah Burung Garuda yang menoleh ke kanan, berkalungkan
perisai falsafah Pancasila dan memegang pita yang bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”
karena para pemudanya telah bersumpah, satu nusa, satu bangsa, can satu bahasa, yaitu
Indonesia
Bahasa Indonesia yang berlaku bukan hanya berasal dari bahasa Melayu, tetapi
telah bercampur baur ditambah dengan bahasa daerah dan asing, yang kemudian mencari
ciri keindonesiaannya

B. SEBELUM KEMERDEKAAN
Sejarah mencatat bahwa yang pertama menentang penjajah dengan menggerakkan
masyarakatnya (baik mengangkat senjata maupun jalur diplomatis) adalah Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1591-1645). Kemudian perlawanan Untung Surapati yang rela melepaskan
istrinya seorang putri Belanda karena akan menentang Belanda. Setelah itu berturutrturut pula
para sultan yang merasa diinjak wilayah pemerintahannya antara lain Sultan Hassanudin (1631-
1670), Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1683), Sultan Mahmud Badarudin 11(1776-1852), Sultan
Thoha Syaifudin (1816-1904).
Para ulama yang berjihad melawan Pemerintah Hindia Belanda dalam memperjuangkan
kemerdekaan, yaitu Tuanku Imam Bonjol (1772-1864), Pangeran Diponegoro (1785-1855)
berjuang bersama sahabat beliau Kiai Mojo dan Sentot Alibasya, Pangeran Antasari (1797-1862).
Kemudian terjadi pula perlawanan di' Maluku, yaitu Kapiten Pattimura (1783-1817) dan Martha
Tiahahu (1800-1818) dan pemberontakan Trunojoyo dari Madura.
Bila dikatakan bahwa bangsa Indonesia terjajah selama lebih kurang 350 tahun oleh
bangsa Belanda, hal tersebut tidak benar karena pada kenyataannya masya-rakat Aceh tidak
pernah berhasil dikuasai secara keseluruhan. Para syuhada daerah ini dipimpin oleh Teuku Umar
(1854-1899), Teuku Cik Ditiro (1836-1891), Cut Nyak Dien (1850-1908), Cut Nyak Meutia (1870-
1910), dan Panglima Polim. Sementara itu meletus pula perlawanan di Pulau Jawa pimpinan Sri
Susuhunan Pakubuwono VI (1807-1849).
Akhimya Raja Sisingamangaraja (1849-1907) memimpin perlawanan kepada 3elanda.
Setelah itu rasa kesadaran bahwa perlawanan harus dilakukan bersama-sama muncul, berdirilah
Budi Utomo pada tahun 1908, Sarekat Islam berdiri tahun 1912, Partai Nasional Indonesia
berdiri tahun 1927, dan pada tanggal 28 Oktober 1928 resmi pemuda-pemudi dari seluruh
Indonesia berkumpul untuk mengucapkan Sumpah Pemuda. Tahun-tahun berikutnya
pergerakan bersifat nasional.
Akan halnya Sarekat Islam (SI) adalah di antara organisasi politik Indonesia yang paling
menonjol waktu itu. Berbeda dengan Muhammadiyah yang bercorak sosiokeagamaan, SI sejak
semula adalah gerakan politik, SI adalah transformasi dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
didirikan oleh H. Samanhudi.
Pada tahun 1912, SDI menjadi SI dan mendapat pemimpin organisasi baru, yaitu H.O.S.
Tjokroaminoto (1883-1934). Perubahan SDI menjadi SI bukan hanya perubahan nama saja,
tetapi terutama dalam perubahan orientasi, yaitu dari komersial ke politik.
Marxisme atau kemudian lebih dikenal dengan baju komunisme pertama kali •
diperkenalkan oleh orang Belanda bemama H.J.F. Sneevliet. Pada tahun 1914, kelompok Marxis
mendirikan ISDV (lnclische Sociaal Democraiische Vereeniging) yaitu organisasi Sosial Demokrat
Hindia Belanda. Lewat organisasi inilah gagasan dan slogan Marxis diekspor ke dalam tubuh SI.
Pemimpin-pemimpin pergerakan Islam pada waktu itu tampaknya belum siap untuk suatu
perjuangan ideologi bila dihadapkan kepada ideologi yang marxis. Tambahan lagi dunia Islam
pada waktu itu begitu lemah secara politik dan militer, sementara pada tahun 1917 tersebut,
baru saja memperoleh kemenangan hebat di Rusia.
Kemenangan Revolusi Oktober di Rusia memberikan dorongan yang hebat kepada ISDV
untuk menyebarkan Marxisme di Indonesia. Pada tanggal 23 Mei. - 1920, ISDV diubah menjadi
PKI (Partai Komunis Indonesia) dengan SI cabang Semarang sebagai pusatnya. Semaun dipilih
sebagai ketuanya yang pertama.
Jadi, apa yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Soetomo, Dr. Tjipto
Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantoro membawa dampak positif dalam perjuangan
pergerakan secara nasional, namun diboncengi beberapa organisasi dengan ideoiogi tersendiri.
Tanggal 5 Desember 1941, pecah Perang Pasifik sebagai rangkaian Perang Dunia Kedua.
Jerman, Italia, dan Jepang melancarkan aksi tempurnya yang mendunia. Jepar.g di Asia
sedangkan dua sekutunya di Eropa. Hal'tersebut membuat Pemerintah Hir.da Belar.da lidak
ketinggalan bertekuk lutut kepada Pemerintah Jepang pada tar.gga: 9 Maret 1942. Gubemur
Jenderal Carda Van Starkenborgh Stachouwerm cibawa Jepang ke Formosa. Tiga setengah tahun
lamanya bangsa Indonesia iku: merasakan beratnya dijajah negara matahari terbit ini. Mereka
memperkosa rakyat dengan kerja rodi. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama.
Dengan diserbunya Jepang oleh Rusia di Manchuria maka mulai terasa kelemahan
Jepang untuk mempertahankan daerah-daerah jajahannya. Jepang diserang dari Utara (Rusia)
dan dari Selatan (Amerika Serikat) dan puncaknya adalah jatuhnya bom atom di kota Hiroshima
(6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 19-5 . Jadi, tidak benar bila Marsekal (U) Jepang
Terauchi di Dalat (300 meter da:: Saigon, Muangthai) berkeinginan memberikan Indonesia
kemerdekaan. Mereka mutlak pasrah setelah mengalami musibah tersebut di atas. Begitu juga
sikap Laksamana (L) Maeda di Jakarta, tampak kehilangan jiwa samurainya. Pada tanggal 14
Agustus 1945 Jepang resmi menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Sekelompok anak-anak muda, dalam keadaan kevakuman seperti ini bergelora ingin
memproklamirkan kemerdekaan. Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pemimpin sesepuh
mereka Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Bila sesepuh mereka tidak bersedia memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia, mereka mengancam akan membumihanguskan sisa-sisa Jepang yang
sudah tidak berdaya di Jakarta. Mereka dengan-semangat patriot yang menggebu memang
berhasil melarikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok.
Tetapi, andaikata rapat.di Jalan Pejambon atau di Hotel Des Indes jadi terlaksana, maka
barangkalidi kedua tempat tersebutlah proklamasi kemerdekaan kita dikumandangkan. Hanya
Allah Yang Maha Bijaksana menjatuhkan hari keramat kita pada hari yang dikehendaki-Nya.

C. PROKLAMASI
Pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 WIB, Indonesia mengumandangkan Proklamasi
Kemerdekaannya ke seluruh dunia. Proklamasi itu ditandatangani atas nama bangsa Indonesia
oleh Soekarno dan Hatta, di Jalan Pegangsaan No. 56 Jakarta. Peristiwa ini dicatat dan akan
dikenang oleh seluruh bangsa Indonesia sampai kiamat, insya Allah. • Sejak Proklamasi
Kemerdekaan tersebut, sejarah bangsa Indonesia merupakan sejarah suatu bangsa'yang masih
muda dalam menyusun politik pemerintahan. Landasan berpijaknya adalah konstitusi dan
ideologi yang mereka ciptakan sendiri sesuai perkembangan budaya masyarakat. Faktor ruang
dan waktu adalah yang paling banyak menentukan perkembangannya. Itulah sebabnya, segera
keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
mengadakan sidang dan berhasil menetapkan konstitusi, presiden, dan wakil presiden.
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
Dalam periode ini yang dipakai sebagai pegangan adalah UUD 1945. Tetapi, UUD 1945
belumdapatdijalankan secara mumi dan konsekuen, oleh karena bangsa Indonesia baru
saja memproklamirkan kemerdekaannya. Walaupun UUD 1945 ini telah diberlakukan,
namun yang baru dapat terbentuk hanya presiden, wakil presiden, serta para menteri,
dan para gubemur sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat
2. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950
Dalam periode ini Republik Indonesia menjadi negara serikat^Sebelumnya bukan
kehendak seluruh bangsa Indonesia untuk memakai bentuk negara dan sistem
pemerintahan, politik, dan administrasi negara seperti tersebut di atas, tetapi keadaan
yang memaksa demikian
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
Memperhatikan keadaan negara-negara bagian yang semakin sukar untuk diperintah
sedangkan kewibawaan pemerintah negara federal semakin berkurang selama
penyelenggaraan konstitusi RIS. Apalagi didukur.g kenvataan bahwa Indonesia terdiri
dari berbagai ragam suku bangsa, adal istiadat, agama, pulau-pulau, bahasa daerah,
maka rakyat di daerah-daerah sepakat untuk kembali ke bentuk negara kesatuan.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia walaupun konstitusinya adalah .Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
tahun 1950. Oleh karenanya sistem pemerintahan tetap dalam bentuk kabinet parlementer,
yaitu para menteri (kabinet) bertanggung jawab kepada parlemen dan parlemen (DPR) dapat
menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya. Untuk kuatnya kekuasaan presiden, lalu
presiden hanya ditetapkan sebagai kepala negara saja tetapi tidak sebagai kepala pemerintahan.
Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang perdana menteri yang mengepalai kabinet. Dengan
demikian, presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Walaupun sudah-kembali kepada bentuk negara kesatuan, namun perbedaan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain masih terasa. Ada yang menyesali keadaan ini tetapi
ada pula yang menyetujuinya, namun tetap memiliki ketidakpuasan kepada pemerintah pusat.
Oleh karenanya pada era ini terjadi berbagai jenis pemberontakan separatis, seperti berikut ini:

1. Pada tanggal 23 Januari 1950 meletus pemberontakan APKA (Angkatan Perang Ratu
Adil) di Bandung
2. Pada tanggal 5 April 1950 meletus pemberontakan Andi Azis cs di Makassar
(Ujungpandang)
3. Pada tanggal 25 April 1950 meletus pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) di
Ambon.
4. Pada tanggal 10 Oktober 1950 meletus pemberontakan Ibnu Hajar. cs di Kalimantan
Selatan.
5. Pada tanggal 17 Agustus 1951 meletus pemberontakan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar
di Sulawesi Selataru
6. Pada tanggal 1 Desember 1951 meletus pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah.
7. Pada tanggal 20 September 1953 meletus pemberontakan DI/TII pimpinan Daud
Beureueh di Aceh.
8. Pada tanggal 20 Desember 1956 terjadi peristiwa Dewan Banteng di Sumatra Barat.
9. Pada tanggal 15 Februari 1958 dilanjutkan dengan pemberontakan PRRI (Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia).
10. Pada tanggal 15 Februari 1958 itu juga Permesta (Piagam Perjuangan Semesta)
menyatakan diri membantu PRRI.

D. ORDE LAMA
Bung Hatta, setelah beliau pamit dan meninggalkan jabatan wakil presiden : menulis
sebagai berikut ini. Sejarah Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir ini banyak memperlihatkan
pertentangan anta'ra idealisme dan realita. Idealisme yang menciptakan suatu pemerintahan
yang adil dan akan melaksanakan demokrasi sebaik-baiknya, serta kemakmuran rakyat yang
sebesar-besamya. Bertolak belakang dengan realita dalam pemerintahan itu sendiri, karena
pada kenyataannya dan dalam perkembangannya kelihatan semakin jauh dari demokrasi yang
sebenarnya.
Apalagi sejak tiga tahun terakhir ini kelihatan benar tindakan-tindakan pemerintah yang
bertentangan dengan undang-undang dasar. Presiden yang menurut UUDS 1950 adalah
presiden konstitusional yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diganggu gugat,
mengangkat dirinya sendiri menjadi formatir kabinet. Dengan itu ia melakukan suatu tindakan
yang bertanggung jawab dan tidak memikul tanggung jawab. Pemerintah yang dibentuk dengan
cara yang ganjil tersebut diterima begitu saja oleh parlemen, dengan tidak mengatakan
keberatan yang prinsipil. Malahan ada yang membela tindakan presiden itu dengan dalil, yaitu
’’keadaan darurat”.
Kemudian Presiden Soekarno membubarkan konstituante yang dipilih oleh rakyat,
sebelum pekerjaannya membuat undang-undang dasar yang bare selesai. Kemudian
dinyatakannya suatu dekrit berlaku kembali Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam periode demokrasi terpimpin, pemikiran ala demokrasi Barai banyak
ditinggalkan. Presiden Soekarno sebagai pimpinan nasional tertinggi ketika itu menyatakan
bahwa demokrasi liberal tidak sjesuai dengan kepribadian bangsa dan negara Indonesia.
Prosedur pemungutan suara, dalam lembaga perwakilan rakyat dinyatakan sebagai tidak efektif
dan Bung Karno kemudian memperkenalkan apa yang kemudian disebut dengan ’’musyawarah
untuk mufakat”.
Banyaknya partai oleh Bung Karno disebut sebagai salah satu penyebab tidak adanya
pencapaian hasil dalam pengambilan keputusan, karena dianggap terlalu banyak debat
bersitegang urat leher. Untuk merealisasikan demokrasi terpimpin ini, kemudian dibentuk yang
dikenal dengan nama front nasional
Demokrasi terpimpin diikuti pula dengan adanya istilah ekonomi terpimpin. Ekonomi
terpimpin ini sebagai konsepsi bidang ekonomi dalamrangkapelaksanaan demokrasi terpimpin,
yaitu lebih menekank'an keterlibatan pemerintah bahkan. menjurus ke anah etatisme.
Ada dua belas definisi sebenarnya.yang tertata dalam demokrasi terpimpin, tetapi dua
di antaranya adalah bahwa tiap-tiap orang diwajibkan untuk berbakti , kepada kepentingan
umum, masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian semua-orang Indonesia dinyatakan berhak
untuk mendapat penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa, dan negara.
Jadi, apa yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang
berdasarkan sistem pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu
kekuasaan sentral di tangan satu orang.
Pada puncak kejayaan Orde Lama, dikenal berbagai yel-yel perjuangan yang \
membangkitkan semangat. Di antaranya yang paling populer adalah Nasakom (nasional, agama,
dan komunis), jas merah (jangan lupakan sejarah), tavip (tahun vivere veri coloso), dan lain-lain.
Dalam menghayati Pancasila, pandangan hidup tersebut diperas menjadi tiga unsur
penting yang disebut trisila, kemudian trisila ini masih dapat diperas menjadi. satu untuk utama
yaitu ekasila. Ekasila inilah yang dimaksud dengan Nasakom.
Dengan adanya pengertian keberadaan Nasakom maka Partai Komunis mendapat posisi
dominan, karena merupakan salah satu dari tiga unsur utama di samping partai-partai agama
yang ada di Indonesia dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Begitu pentingnya Nasakom sehingga
mendapat tempat dalam Peraturan Pemerintah Daerah, yaitu UU No. 18 Tahun 1965. Dalam
Undang-Undang tersebut di atas dinyatakan bahwa bagaimanapun keadaan anggota parlemen
di daerah, unsur Nasakom harus diperhatikan dalam -penunjukan unsur pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Jadi, bila di suatu daerah hanya ada seorang tokoh PKI, namun ia
harus diikutsertakan sebagai pimpinan DPRD apabila ia menjadi salah satu anggota DPR daerah
tertentu.
Jenderal A.H. Nasution sekalipun secara formal masih mendukung demokrasi terpimpin,
namun semenjak tahun 1963 hubungan beliau dengan Presiden Soekamo mulai merenggang.
Kedua orang kuat Indonesia ini mulai mempunyai sikap yang bertentangan dalam menghadapi
PKI, Soekarno merangkulnya sedangkan Nasution mencurigainya.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.

Anda mungkin juga menyukai