Anda di halaman 1dari 44

Muhammmad Syafrudin Hak

Komite Nasional Keselamatan Pasien,


September 2022
Fungsi dan Peran
Laboratorium Kesehatan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA no. 36 tahun 2009 tentang
KESEHATAN
BAB III Bagian Kedua
HAK DAN KEWAJIBAN Pelayanan Kesehatan

Bagian Kesatu Paragraf Kesatu


Hak Pemberian Pelayanan

Pasal 4 Pasal 52
Setiap orang berhak atas kesehatan. (1) Pelayanan kesehatan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
Pasal 5 b. pelayanan kesehatan masyarakat.
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang Pasal 53
kesehatan.
3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana
2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
terjangkau. kepentingan lainnya.
PERATURAN PEMERINTAH RI no. 47 tahun 2016 tentang
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
BAB II Pasal 4
1) Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
KETERSEDIAAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan;
Bagian Kesatu b. pusat kesehatan masyarakat;
c. klinik;
Umum d. rumah sakit;
e. apotek;
Pasal 2 f. unit transfusi darah;
g. laboratorium kesehatan;
Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untuk h. optikal;
menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, i. fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. hukum; dan
j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.
Bagian Kedua Pasal 6
Jenis dan Tingkatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
atas ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam
rangka mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
Pasal 3 tingginya.
BAB IV
Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan pelayanan
PENYELENGGARAAN
kesehatan berupa:
Pasal 21
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan/atau Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memiliki sistem
b. pelayanan kesehatan masyarakat. tata kelola manajemen dan tata kelola pelayanan kesehatan
atau klinis yang baik.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat


asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
Organisasi dg Keandalan Tinggi
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
High Reliability Organisation
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
Manajemen Risiko terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
Risk Management melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Sistim Pembelajaran
Learning System 2. Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden,
adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien.
Standar Akreditasi Rumah Sakit
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2022
• Bab III
• A.Kelompok Manajemen Rumah Sakit :
• Kepemimpinan Untuk Budaya
Keselamatan di Rumah Sakit
Standar Tata Kelola Rumah Sakit
(TKRS) 13 :
Pimpinan rumah sakit menerapkan,
memantau dan mengambil tindakan serta
mendukung Budaya Keselamatan di seluruh area
rumah sakit.
Standar Akreditasi Rumah Sakit
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2022
• Bab III
• A.Kelompok Manajemen Rumah Sakit :
• Manajemen Risiko :
Standar Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 14 :
Program manajemen risiko yang terintegrasi
digunakan untuk mencegah terjadinya cedera dan
kerugian di rumah sakit
Standar Akreditasi Rumah Sakit
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2022
• Bab III
• A.Kelompok Manajemen Rumah Sakit :
• Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SP2KP-RS)
Standar Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 10 :
Rumah sakit melakukan pengukuran dan evaluasi budaya
keselamatan pasien.

.Penerapan Manajemen Risiko


Standar Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 11 :
Komite/Tim Penyelenggara Mutu memandu penerapan program manajemen
risiko di rumah sakit
Mutu / Mutu Pelayanan
dan
Budaya Mutu
Posisi Budaya Mutu
Budaya Organisasi

Budaya Mutu

Budaya Keselamatan

Budaya Keselamatan
Pasien
Quality of Care (WHO)
5.7 – 8.4 million deaths per year are due to poor-quality care in low- and middle-income countries, up to 15% of
deaths overall
Kualitas pelayanan adalah sejauh mana layanan kesehatan untuk individu dan populasi meningkatkan kemungkinan
hasil kesehatan yang diinginkan. Ini didasarkan pada pengetahuan profesional berbasis bukti dan sangat penting
untuk mencapai cakupan kesehatan universal. Karena negara-negara berkomitmen untuk mencapai Kesehatan
untuk Semua, sangat penting untuk mempertimbangkan dengan cermat kualitas pelayanan dan layanan kesehatan.

Definisi Pelayanan Kesehatan yang bermutu:


• Efektif – menyediakan layanan kesehatan berbasis bukti kepada mereka yang membutuhkannya;
• Aman – menghindari bahaya bagi orang-orang yang menjadi sasaran perawatan; dan
• Berpusat pada orang – memberikan perawatan yang berdasar preferensi, kebutuhan, dan nilai individu.
Untuk mewujudkan manfaat pelayanan kesehatan yang bermutu, pelayanan kesehatan harus:
• Tepat waktu – mengurangi waktu tunggu dan terkadang penundaan yang merugikan;
• Adil – memberikan perawatan yang tidak berbeda kualitasnya berdasarkan jenis kelamin, etnis, lokasi geografis,
dan status sosial ekonomi;
• Terintegrasi – memberikan perawatan yang menyediakan berbagai layanan kesehatan sepanjang perjalanan
hidup;
• Efisien – memaksimalkan manfaat dari sumber daya yang tersedia dan menghindari pemborosan.
Budaya Mutu berbasis Keselamatan:
• Budaya Mutu dideskripsikan sebagai pola pikir di seluruh organisasi dengan
nilai dan keyakinan bersama.

• Banyak perusahaan konstruksi telah menerapkan program keselamatan


budaya perilaku. Tujuan dari program ini adalah membentuk perilaku
mereka agar memiliki tanggung jawab untuk memastikan keselamatan di
lokasi dan pulang dengan selamat.

• Dengan hubungan yang kuat antara kualitas / mutu dan kesehatan &
keselamatan, analogi program budaya perilaku dapat diterapkan pada
kualitas / mutu untuk mengatasi kesalahan.
Mengapa Safety Culture penting
(Kita berkata)
“Inilah cara
kita
menyelesaikan
sesuatu”

o Beberapa aspek
budaya
organisasi terlihat
di permukaan,
seperti puncak
gunung es,
sementara yang
lain tersirat dan
tenggelam dalam
organisasi…..
“Cara kita o Jangan
benar-benar tinggalkan
gunung es
menyelesaikan organisasi tanpa
sesuatu” pengawasan
The British Safety and Health Executive maintains that the most widely used definition developed by the
Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations (ACSNI)
Budaya keselamatan suatu organisasi adalah produk dari nilai-nilai individu dan kelompok, sikap, persepsi,
kompetensi dan pola perilaku yang menentukan komitmen, dan gaya serta kecakapan, manajemen
kesehatan dan keselamatan organisasi. Organisasi dengan budaya keselamatan yang positif dicirikan oleh
komunikasi yang didasarkan pada rasa saling percaya, dengan persepsi yang sama tentang pentingnya
keselamatan dan dengan keyakinan pada kemanjuran tindakan pencegahan.

Chemical Process Safety: A strong safety culture is essential, 2015


Membangun Budaya Keselamatan / Safety Culture

Kiat membangun budaya keselamatan:


1. Menguasai kompetensi Non Technical Skill / Crew Resource
Management
2. Membangun behaviour2 / kultur2:
• Kultur belajar / learning culture
• Kultur lapor / reporting culture
• Kebiasaan speak up / kultur speak up
3. Membangun system yg mendukung budaya keselamatan pasien
Definisi Patient Safety Culture
"Nilai-nilai yg dianut staf RS ttg apa yg penting, kepercayaan mereka ttg bagaimana
segala sesuatu beroperasi dalam RS, dan interaksi ini dengan unit kerja dan struktur
organisasi dan sistem, yg bersama- sama menghasilkan norma perilaku dalam RS yg
mempromosikan keselamatan"
Dimensions of Patient Safety Culture
1. LEADERSHIP CULTURE
2. TEAMWORK CULTURE
3. CULTURE OF EVIDENCE-BASED PRACTICE
4. COMMUNICATION CULTURE
5. LEARNING CULTURE
6. JUST CULTURE
7. PATIENT-CENTERED CULTURE

(Botwinick, L., Bisognano, M., & Haraden, C. (2006). Leadership guide to patient safety. Cambridge, MA: Institute for Healthcare Improvement. Retrieved
from www.ihi.org/knowledge/Pages/ IHIWhitePapers/LeadershipGuide toPatientSafetyWhitePaper.aspx)
Slide Dr.dr.Hanevi Djasri
Slide Dr.dr.Hanevi Djasri
• Peran Pimpinan dalam
• Budaya Peningkatan Mutu:
1. Membangun Lingkungan 2. Menjadi Panutan : 3. Menjadi Coach :
Kondusif :

Mengkomunikasikan Berpartisipasi aktiv, Mengikuti pelatihan,


target, Menerbitkan Terlibat Bersama staf Meriview kemajuan
Kebijakan peningkatan dan penyelesaian dan
mutu RS dan masalah Mengindentifakasi
Memastikan strategi hambatan upaya
menggunakan data
peningkatan mutu masuk peningkatan mutu
dalam RSB
• Peran Pimpinan dalam
• Budaya Peningkatan Mutu:

4. Menyediakan 5. Menyediakan Struktur : 6. Pelatihan dan


Sumber Daya : Pengembangan :

Anggaran, waktu, dan Menyediakan


Menyiapkan sistem,
memperbolehkan staf pelatihan dan
organisasi, bahan &
menggunakan waktu pengembangan
kerja dalam upaya logistik serta insentif
keterampilan staf
peningkatan mutu
Enam Elemen Dasar Budaya Peningkatan Mutu Peran Pimpinan

NO. ELEMEN
Ada Kebijakan Mutu
1 Lingkungan Kondusif Ada target Ada Kebijakan Mutu
di RSB
Penyelesaian Masalah
2 Panutan Partisipasi Aktiv Terlibat
dengan Data

Mengidentifikasi
3 Coach Mengikuti Pelatihan Meriview Kemajuan
Hambatan

4 Sumber Daya Anggaran Waktu Pimpinan Waktu Staf

5 Struktur Organisasi Mutu Bahan & Logistik Insentif

Pelatihan Manajer & Menyediakan


6 Pelatihan Pelatihan Pimpinan
Supervisor Narasumber
Sistem dan Struktur
• 1.Proses Perencanaan Strategis (RSB)
• 2.Penerapan RSB
• 3.Pengumpulan dan Analisa Data
• 4.Rencana Peningkatan Mutu Tahunan
• 5.Mencapai Peningkatan Mutu Tahunan
• 6.Proses Administrasi dan Fungsional
• 7.Pendukung Strategi Peningkatan Mutu
Pemberdayaan Staf

• Staf diberdayakan untuk melakukan upaya peningkatan mutu sehari-


hari melalui:
• Kegiatan training, coach, dan menyediakan sumber daya
• Arahan yang benar-benar jelas
• Memberi kesempatan untuk melakukan upaya peningkatan mutu
• Kemadirian untuk melakukan upaya peningkatan mutu
• Menyediakan sistem pemberian umpan balik kinerja
Patient/People Centered Care
• Harus menjadi visi dan nilai utama Fasyankes
• Berbasis data dari kepuasan dan kebutuhan pelanggan
• Data kepuasan dan kebutuhan pelanggan menjadi dasar
pengambilan keputusan dan upaya perbaikan
• Staf diberdayakan untuk memenuhi harapan pelanggan
Patient-centered care: the key to cultural competence
(Epner, DE & Baile, WF : Patient-centered care: the key to cultural competence. Annals
The Golden Rule of Oncology, vol 23, supl 3,
2012)
* In the final analysis, we should * Dalam analisis final, kita harus
treat our patients as we would mperlakukan pasien2 kita sebagaimana kita
want others to treat us during ingin diperlakukan oleh orang lain, selama
periods of vulnerability and fear. periode yg penuh dgn krisis maupun
ketakutan

* The key to cultural competence


is patient centeredness built on
respect, sensitivity, composure, * Kunci menuju kompetensi kultural adalah
partnership, honesty, astuteness, patient centeredness (focus kpd pasien) yg
dibangun atas respek (rasa hormat),
curiosity, and tolerance. All people
sensitivitas, kesabaran, kemitraan, kejujuran,
really care about is being cared kecerdikan, rasa ingin tahu, dan toleransi.
about Semua orang benar2 peduli ttg asuhan

(Nico Lumenta, 2020)


Kerjasama Tim dan Kolaborasi

• Tingkatkan efektifitas kinerja tim melalui:


• • Menetapkan target kinerja tim
• Memilih anggota tim
• Memastikan akuntabilitas kinerja tim
• Komunikasi berbagai pembelajaran
• Membentuk grup formal/informal untuk pemecahan masalah
• Menghilangkan mental superioritas dan membangun kesetaraan

*sikap suatu bagian dalam organisasi yang enggan berbagi informasi atau
pengetahuan dengan bagian/individu lain dalam organisasi yang sama
Peningkatan Mutu Berkelanjutan
• 1. Memilih metode yang sesuai
• 2. Menerapkan metode dengan efektif
• 3. Menetapkan Tujuan Peningkatan Mutu
• 4. Analisa Proses saat ini dan Akar Masalah
• 5. Identifikasi berbagai Solusi
• 6. Lakukan Uji Coba
• 7.Pembelajaran
Penilaian Kondisi Safety Culture suatu Organisasi

• Menilai kematangan Safety Culture yg dimiliki institusi kita


• Menilai secara obyektif poin-poin culture yg kita miliki dengan survei

Dengan mengetahui Kondisi Safety Culture ini akan memberi arah dan
petunjuk untuk Mempertahankan dan Meningkatkan Budaya
Keselamatan Pasien
(E.Manajemen risiko
Manchester Patient Safety Framework – MaPSaF merupakan bagian integral
keselamatan)
Levels of maturity with respect to a safety culture
(Tingkat kematangan dalam budaya keselamatan) (D.Kami selalu
waspada thd E. Risk
risiko yg mungkin
muncul) management
is an integral
(C.Kita sudah part of
punya sistem utk
mengelola risiko D. We are everything
yg teridentifikasi) always on that we do
the alert for
(B.Kita berbuat risks that
(A.Mengapa sesuatu bila C. We have might
membuang terjadi insiden) emerge
systems in
waktu utk
keselamatan) place to
B. We do manage all
A. Why something identified
waste our when we risks
time on have an
safety? incident
PATHOLOGICAL REACTIVE BUREAUCRATIC PROACTIVE GENERATIVE
Standar Akreditasi Rumah Sakit
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2022
• Bab III
• A.Kelompok Manajemen Rumah Sakit :
• Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SP2KP-RS)
Standar Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 10 :
Rumah sakit melakukan pengukuran dan evaluasi budaya
keselamatan pasien.
Elemen Penilaian PMKP 10 :
a) RS telah melaksanakan pengukuran budaya keselamatan pasien dengan survei
budaya keselamatan pasien setiap tahun menggunakan metode yang telah terbukti
b) Hasil pengukuran budaya sebagai acuan dalam menyusun program peningkatan
budaya keselamatan di Rs
Mengapa organisasi kesehatan harus melakukan survei budaya
keselamatan pasien?
Survei budaya keselamatan berguna untuk mengukur kondisi organisasi yang dapat
menyebabkan KTD dan membahayakan pasien di organisasi pelayanan kesehatan.
Organisasi yang ingin menilai budaya keselamatan pasien yang ada, harus
mempertimbangkan untuk melakukan survei budaya keselamatan.
Survei budaya keselamatan dapat digunakan untuk:
• Meningkatkan kesadaran staf tentang keselamatan pasien.
• Kaji status budaya keselamatan pasien saat ini.
• Identifikasi kekuatan dan area untuk peningkatan budaya keselamatan pasien.
Periksa tren perubahan budaya keselamatan pasien dari waktu ke waktu.
• Mengevaluasi dampak budaya dari inisiatif dan intervensi keselamatan pasien.
AHRQ - SOPS Hospital Survey 2.0
Measuring and Achieving a Culture of Safety
Safety culture is generally measured by surveys of providers at all levels.
Available validated surveys include (AHRQ PSNet):
• AHRQ's Patient Safety Culture Surveys and
• the Safety Attitudes Questionnaire.
These surveys ask providers to rate the safety culture in their unit and in the
organization as a whole, specifically with regard to the key features

Agency for Healthcare Research and Quality. Patient Safety Net, Patient Safety Primer: Culture of Safety,, Jan 2019
Item2 Survei dan Ukuran2 Gabungan SOPSTM Hospital Survey Versi 2.0:
The Surveys on Patient Safety CultureTM(SOPSTM)
Hospital Survey Versi 2.0 (SOPS Hospital Survey 2.0)
dimaksudkan untuk membantu rumah sakit menilai
budaya keselamatan pasien. Survei ini merupakan
pembaruan dari SOPS Hospital Survey (1.0) asli yang dirilis
AHRQ pada tahun 2004. SOPS Hospital Survey 2.0
memiliki total 40 item survei:
Delapan ukuran item tunggal:
• Satu item survei menanyakan berapa banyak peristiwa
keselamatan pasien yang telah dilaporkan responden
• Satu item survei yang meminta responden untuk memberikan
penilaian menyeluruh tentang keselamatan pasien untuk
unit/area kerja mereka
• Enam item survei tentang karakteristik latar belakang
responden (posisi staf, unit/wilayah kerja, masa kerja rumah
sakit, masa kerja unit/wilayah kerja, jam kerja, interaksi
dengan pasien)
Tiga puluh dua item survei dikelompokkan ke dalam 10
ukuran gabungan yang merupakan pengelompokan dua
atau lebih item survei yang menilai bidang budaya
keselamatan pasien yang sama (Tabel 1 menjelaskan
ukuran gabungan).
Ukuran-ukuran Gabungan:
Pengukuran gabungan Definisi: Sejauh mana... Jumlah
budaya keselamatan pasien item
1. Komunikasi Tentang Staf diberi tahu saat terjadi kesalahan, mendiskusikan cara untuk mencegah kesalahan, dan diberi tahu saat ada 3
Kesalahan perubahan
2. Keterbukaan Komunikasi Staf angkat bicara jika mereka melihat sesuatu yang tidak aman dan merasa nyaman mengajukan pertanyaan. 4
3. Serah Terima dan Informasi penting perawatan pasien ditransfer ke seluruh unit rumah sakit dan selama pergantian shift. 3
Pertukaran Informasi
4. Dukungan Manajemen Manajemen rumah sakit menunjukkan bahwa keselamatan pasien adalah prioritas utama dan menyediakan 3
Rumah Sakit untuk sumber daya yang memadai untuk keselamatan pasien
Keselamatan Pasien
5. Pembelajaran Organisasi— Proses kerja ditinjau secara berkala, perubahan dilakukan agar kesalahan tidak terjadi lagi, dan perubahan 3
Perbaikan Berkelanjutan dievaluasi.
6. Melaporkan Insiden Jenis kesalahan berikut dilaporkan: (1) kesalahan yang diketahui dan diperbaiki sebelum mencapai pasien dan 2
Keselamatan Pasien (2) kesalahan yang dapat merugikan pasien tetapi tidak dilakukan.
7. Tanggapan terhadap Staf diperlakukan secara adil ketika mereka membuat kesalahan dan ada fokus untuk belajar dari kesalahan dan 4
Kesalahan mendukung staf yang terlibat dalam kesalahan.
8. Kepegawaian dan Ada cukup staf untuk menangani beban kerja, staf bekerja dengan jam kerja yang tepat dan tidak merasa 4
Kecepatan Kerja terburu-buru, dan ada ketergantungan yang tepat pada staf sementara, staf pelampung, atau PRN.
9. Dukungan Supervisor, Supervisor, manajer, atau pemimpin klinis mempertimbangkan saran staf untuk meningkatkan keselamatan 3
Manajer, atau Pemimpin pasien, tidak mendorong mengambil jalan pintas, dan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah
Klinis untuk Keselamatan keselamatan pasien.
Pasien
Total 32
10. Kerjasama tim Staf bekerja sama sebagai tim yang efektif, saling membantu selama masa sibuk, dan saling menghormati. 3
AHRQ - SOPS Hospital Survey 2.0
Organisasi Pelayanan Kesehatan
sebagai
Organisasi dengan Keandalan Tinggi
Characteristics of High-Reliability Organizations
Faktor kunci keberhasilan dalam organisasi berisiko tinggi (al. pelayanan kesehatan) adalah penekanan pada
pencegahan kecelakaan, bahaya dan kesalahan. Konsep yang muncul dari pendekatan ini adalah ketangguhan,
yang merupakan kapasitas dan kemampuan organisasi untuk terus-menerus mempertahankan status operasi yang
aman dan memulihkan dengan cepat serta memulihkan status aman ini saat terjadi hal tsb.

1. Preoccupation with failure 1. Selalu waspada dengan kegagalan


2. Reluctance to simplify. 2. Keengganan untuk menyederhanakan.
3. Sensitivity to operations. 3. Sensitivitas terhadap operasi.
• Kesadaran Situasional
• Situational Awareness
4. Komitmen untuk ketahanan.
4. Commitment to resilience.
5. Menghormati dan menghargai
5. Deference to expertise. keahlian
Global Patient Safety Action Plan, 2021 - 2030
High-Reliability Health Care: Getting There from Here
MARK R. CHASSIN and JEROD M. LOEB

Adapting High-Reliability Science to Hospitals


Kerangka kerja ini berasal dari integrasi ilmu keandalan tinggi, pengalaman yang cukup besar bekerja dengan
ribuan organisasi pelayanan kesehatan yang diakreditasi atau disertifikasi oleh Joint Commission, dan beberapa
penelitian yang menjelaskan bagaimana beberapa rumah sakit telah mulai mengadaptasi prinsip-prinsip
keandalan tinggi untuk operasional mereka.
Mereka mengeksplorasi tiga perubahan besar yang harus dilakukan oleh organisasi pelayanan kesehatan untuk
membuat kemajuan besar menuju keandalan tinggi:
(1) komitmen kepemimpinan terhadap tujuan akhir tidak adanya / nol cedera pasien,
(2) penggabungan semua prinsip dan praktik budaya keselamatan di semua bagian organisasi, dan
(3) adopsi dan penerapan yang meluas dari alat dan metode peningkatan proses yang paling efektif.
Kami menguraikan ketiga perubahan ini dengan perhatian khusus kepada rumah sakit dan sistem kesehatan.
Semua konstituen kepemimpinan, baik formal maupun informal, harus berbagi visi tunggal yang sama yang
akhirnya mengeliminasi cedera pada pasien. Ini adalah persyaratan awal yang penting, karena keberhasilan
semua perubahan lain tergantung padanya. Tujuan nol juga penting karena salah satu karakteristik paling
penting dari organisasi keandalan tinggi adalah bahwa mereka tidak akan puas dengan apapun tingkat
keselamatan mereka saat ini. Mereka selalu mencari cara untuk memperbaikinya.
High-Reliability Health Care: Getting There from Here
MARK R. CHASSIN and JEROD M. LOEB

Maturity Model: A Practical Framework for Improvement


Mereka kemudian mempertimbangkan bagaimana rumah sakit dan sistem kesehatan beroperasi saat itu dan
bagaimana mereka dapat berevolusi (perlahan atau cepat) menuju keandalan tinggi di masing-masing dari tiga
bidang ini. Jelas, organisasi2 itu mengandung banyak heterogenitas.
Dalam merancang kerangka kerja ini, mereka mengidentifikasi beberapa komponen spesifik masing-masing dari
masing-masing dari tiga domain perubahan (semuanya ada empat belas komponen) dan empat tahap
kematangan masing-masing dari mereka yang akan memperlihatkan kemajuan keandalan tingginya. Mereka
menggambarkan empat tahapan sebagai awal, mengembangkan, memajukan, dan mendekati.
Cultural competence
Kesadaran budaya (Cultural awareness)
• adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan
menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang masuk.
• Dapat menilai apakah hal tsb normal dan dapat diterima pada budayanya atau
mungkin tidak lazim atau tidak dapat diterima di budaya lain.
• Perlu memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya
Kompetensi budaya adalah tingkat tertinggi dari kesadaran budaya
• Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu
keputusan dan kecerdasan budaya.
• Kompetensi budaya merupakan pemahaman thd kelenturan budaya (culture
adhesive).
• Penting karena dengan kecerdasan budaya seseorg memfokuskan pemahaman
pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu.
(Nico Lumenta, 2020)
Cultural competence
Is a set of congruent behaviors,
attitudes, and policies that come
together in a system, agency or
among professionals and enable Adalah suatu perangkat kesamaan perilaku,
that system, agency or those sikap dan bersama secara harmonis dlm suatu
sistem, badan atau para profesi utk bekerja
professions to work effectively in secara efektif dlm situasi yg lintas-budaya /
cross-cultural situations. ‘cross-cultural’

Is a developmental process that


Suatu proses pertumbuhan yg berkembang
evolves over an extended period.
melampaui suatu kerangka waktu yg lama

(Collins Dictionary of Medicine © Robert M. Youngson 2004)


(Nico Lumenta, 2020)
Seberapa sering organisasi harus mengelola Survei AHRQ
tentang Budaya Keselamatan Pasien?

Rata-rata, rumah sakit yang telah meminta Survei di Rumah Sakit tentang Basis
Data Budaya Keselamatan Pasien lebih dari satu kali, melakukan survei ulang setiap
24 bulan.
Meskipun tidak diberikan rekomendasi yang menetapkan kapan harus mengelola
kembali survei, disarankan agar tidak melakukan survei dengan jarak kurang dari 6
bulan. Ini akan berlaku juga untuk pengaturan di tempat praktek, panti jompo,
apotek komunitas, dan klinik bedah rawat jalan.

AHRQ - SOPS Hospital Survey 2.0


RANGKUMAN:
1. Untuk memiliki budaya mutu pada organisasi pelayanan Kesehatan / laboratorium kesehatan, a.l.
kita perlu pelayanan yang aman.
2. Pelayanan yang aman bisa tercapai hanya dengan memiliki budaya aman (Safety Culture)
3. Budaya Keselamatan Pasien (Patient Safety Culture) dibutuhkan bila suatu organisasi yi
Laboratorium Kesehatan ingin menjadi Organisasi Pelayanan Kesehatan dengan Keandalan Tinggi
(dengan near zero incident) yang sukses.
4. Untuk membangun Patient Safety Culture perlu membangun komponen2 budaya dari seluruh
dimensi budaya keselamatan pasien, yang belum menjadi budaya kita bangun perubahan perilaku,
bisa dengan model perubahan PHS (Priorities – Habit – System).
5. Untuk mengetahui dimana posisi kematangan budaya ini perlu secara berkala dilakukan suatu
survey budaya keselamatan pasien.
6. Budaya Keselamatan yang sudah terbentuk dimatangkan menjadi suatu kultur yang matang sebagai
suatu Organisasi generatif.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai