Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum ,kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah novel para priyayi

Wangalih,kota yang sudah ada sejak abad ke19 ,kota yangkecil dan begitu begitu saja.pohon pohon
asam yang rindang di sepanjang jalan diganti dengan pohon akasia yang lebih ramping.di kota itu ada
pasar yang menjual baju,buah buahan ,dan daging. Ya namanya juga pasar pasti ada bau yang kurang
sedap, di kota selatan ada bis dari solo dan yogya,di kanan dan kiri banyak rumah yang dibangun dengan
tembok meskipun masih ada yang dengan papan . karena sifat tanah yang ganas banyak orang yang
bangun rumahnya dengan tembok.tapi, disana ada pendopo kabupaten yang tiangnya itu sangat kuat
karena dipilih dari kayu yang tua dan angker sebelum di tebang pohon itu di ajak berunding dengan
dukun sakti bernama kiai jogosimo artinya ‘’menjaga harimau’’

Alkisah pohon yang akan dijadikan tiang itu pohon yang akan ditebang itu di datangi dulu oleh kiai jogo
dengan para pengiring yang mmembawa dupaserta sajian sajian dibelakang nya.pohon yang di datangi
itu detanya apa mereka mau ditebang kalau mau mereka akan memberikan tanda dengan meliuk liuk
atau menari, di Sulawesi pohon yang akan di jadikan perahu sebelum ditebang izin dulu.[bagaimana
mungkin pendopo wanagalih akan lebih ampuh dari pada balari balairu istana solodanyogya].pada saat
wanagalih udaranya segar banyak orang yang duduk dan menghirup udara segar sambil makan dan
minum wedank cemoe.

Sekarang kita berpin dah ke ceritanya lantip.

Nama saya lantip nama asli nsaya yang asli wage,namaitu di berikan karena saya dilahirkan pada hari
sabtu wage nama lantip saya dapat waktu tinggal di keluarga sastrodarsono,dijalan satenan,wanagalih
sebelumnya saya tinggal dengan embok saya di wanalawas.

Hubungan embok dengan keluarga sastrodarsono dimulai dengan penjualan tempe.embok yang
menjajakan tempenya dari rumah kerumah sampai kerumah sastro dar sono hingga jadi langganan.
Pada waktu embok menjajakan tempenya ke kota,saya di tinggal sendirian di rumah tidak jugak ada
embah wedok ibunya embok.

Nah sekarang kita beralih ke sastro darsono.

Waktu dokar yang saya naiki membelok kea rah utara yang menghubungkan Surakarta dan
Madium.sepanjang kira kira lima kilometer menuju tempat orang tua saya,saya anak tunggal mas atmo
kasan,petani desa kedungsimo.pulang dari medium saya berhasil menjadi priyayi meskipun yang paling
rendah.

Pada siang yang paling bolong,angin berhembus pelan pada siang yang panashutan berombak rombak
seperti lautan hijau yang luas.sawah sawah pak lurah,pak carik,pakjagabaya,ndoro seten
kedungsimo.bapak sangat beruntung bisa mengerjakan separo dari sawah nya dan bisa mencukupi
hidup kami.waktu embok saya hamil tua’’nanti kalau anakmu laki laki mbok,namakan soedarsono’’kata
naoro seten.

Nah itulah kisah soedarsono,sekarang kita beralih nke cerita hardojo.

Waktu saya gagal kawin dengan dek nunuk, hidup terasa tanpa gairah lagi.tempat saya menajar di HIS
wonogiri.yang berjarak tiga puluh kilometer dari kota solo tempat dik nunuk mengajar,terasa dekat saja
waktu itu, padahal untuk ke solo saya harus naik kereta atau bis.selain gaji saya yang seratus sepuluh
gulden,jumlah yang bukan main. Setiap sabtu sore saya harus berada di solo ganti baju dan kerumah dik
nunuk naik becak,bude suminah sambil tersenyum sambil berusaha mengganggu saya

‘’mosok jengnunuk akan pergi tanpa kamu to, har?mbok tenang saja,tidak usah kesusu pergi.hari juga
masih sore.

‘’woo bude tidak tahugadis zaman sekarang,tidak sesabar jaman bude dulu.kalau saya tidak
cepat,hilang dia nanti.’’

Bude akan senang jika diajak bergurau begitu dia pun akan segera menyahut.

‘’pergi itu mau kemana dan mau sama siapa?’’

‘’elho,bude.gadisseperti dik nunuk banyak yang menincer lho bude,apalgi yang katolik
katolikitu.mereka ini saingan berat saya bude.kalau saya tidak sigap murucut betul nanti.’’

Biasanya saya itu tidak membiarkan guarauan itu berlangsung lama. Karena memang kenyataannya
saya berada dalam cekaman perasaan kesusu.biasanya pada saat saya mau naik andong pun saya masih
akan mendegar suara bude menggoda saya.

Nah itulah kisah para priyayi mohon maaf bila ada ada yang salah

Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai