Anda di halaman 1dari 1

NAMA:AHMAD FAUZAN

KELAS:9
Ringkasan CERPEN BUKAN VETERAN

Ibuku adalah anak ragil kakek dari empat bersaudara. yang dalam rembuk keluarga, katanya ibu kebagian
menjaga kakek. bahkan setelah ibu menikah pun harus tetap tinggal bersama kakek. sementara ketiga
saudara laki-laki ibu pergi merantau yang akhirnya berumah tangga lalu tinggal di tiga kota yang berbeda.
Dengan begitu secara tidak langsung, aku yang merupakan satu-satunya anak dari bapak dan ibu, lebih
bisa dekat dengan kakek dibandingkan dengan cucu - cucu kakek yang lain. karena alasan kedekatan
itulah, aku meyakini ada sesuatu sedang terjadi pada kakek. kakek sekarang lebih banyak diam, bahkan
kakek jarang sekali bercerita tentang peristiwa dimasa perjuangan, yang aku tahu hal itu sesungguhnya
merupakan kegemaran kakek. kakek memang sudah sering sakit - sakitan, tetapi aku merasa perubahan
kakek bukan karena hal itu. karena setahuku meski kakek dalam keadaan sakit, tak akan menyurutkan
kegemaran kakek untuk bercerita tentang masa perjuangan dulu. sejak itulah, aku mulai memikirkan
sesuatu yang sekiranya bisa menjadi penyebab perubahan Kakek. Namun. aku tidak meyakini hal itu yang
menjadi penyebabnya karena sikap lelaki itu bukan sebuah sikap yang buruk. Bahkan ketika pertemuan ini
terjadi, aku sempat mendengar beberapa kali tawa mereka. pernah suatu kali, saat kakek bercerita, aku
pergi begitu saja karena ada urusan, kakek langsung marah - marah. marah kakek sampai nangis segala.
menganggap ku cucu yang tidak menghormati orang tua. Namun karena aku juga mengerti tentang
sejarah, maka aku bisa tahu beberapa bagian cerita kakek tidak benar. karena itulah kadang aku hanya
sekedar duduk di dekatnya tanpa bermaksud benar -benar mendengarnya. Ternyata kakek menyadari hal
itu hingga kakek marah besar, bahkan sempat mengataiku sebagai pemuda yang tidak mau menghargai
sejarah. Bisa saja aku menganggapnya hal itu tidak masalah bahkan bisa jadi bagiku justru hal yang
menyenangkan karena aku tidak harus duduk berlama-lama di dekat kakek sekedar untuk
mendengarkannya. sesungguhnya sekarang kakek tidak hanya cenderung diam, melainkan hari -harinya
juga terlihat tidak bersemangat seperti dulu. Terlebih bila menjelang perayaan hari kemerdekaan
Indonesia, tiada hari yang terlewati dengan cerita heroik di masa perjuangannya dulu. jika kakek benar-
benar seorang veteran, mungkin tanggapan ku terhadap cerita kakek atau sikap kakek selama ini bisa
berbeda, karena di dalam diri kakek ada semacam bukti bahwa kakek memang seorang pejuang. kakeknya
memang seorang pejuang. seperti apa yang terjadi pada kakek teman ku yang tinggalnya di desa sebelah.
kakek temanku itu benar-benar seorang veteran, yang setiap tahun selalu diundang Bupati untuk ikut
menghadiri upacara 17 Agustus di alun-alun kabupaten. selain itu, katanya sehabis kakeknya mengikuti
upacara akan mendapatkan amplop berisi uang sebagai tunjungan tahunan atas pengorbanan yang telah
mereka berikan dulu. kakeknya akan mulai mencari seragam tentara dan sepatunya yang terkadang sudah
lupa dimana menaruhnya. katanya, temanku itu kebahagian yang harus menyiapkannya dan Agustus
memang menjadi masanya bersuka bagi kakeknya sehubungan dengan status sebagai veteran perang
kemerdekaan. Namun ketika aku pernah memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang kupikirkan itu
kepada kakek, justru kakek lagi -lagi memarahiku. Hari ini, tanggal 17 Agustus, serasa beda di rumah ini.
Tentu saja kesan beda itu terletak pada kakek yang senyatanya memang sudah berbeda sejak beberapa
hari lalu. Kakek yang sudah tidak pernah lagi cerita tentang kisah perjuangannya dulu. Hari ini pun kakek
begitu, bahkan sedari pagi hingga menjelang siang kakek hanya duduk sendiri di teras rumah sembari
pandangannya lurus ke jalan, tetapi sesungguhnya tidak memperhatikannya. Oh, aku baru menyadari,
ternyata lelaki tua itu seorang veteran, tampak dari seragamnya dan atribut yang dipakai. Memang, masih
tampak gagah, terlebih dengan seragam hijaunya itu. Dulu, dia teman kakek sewaktu muda. Lelaki itu usia
mengikuti upacara 17 di alun-alun dan sebelum pulang dia memang bermaksud mampir untuk bertemu
dengan kakek. Karena mereka tidak mendapat apa yang menjadi keinginanku, aku beranjak pergi dari balik
jendela. Namun, baru satu langkah menjauh, aku penasaran dengan upacara lelaki tua berseragam itu.
"Terima kasih, jika bukan karena kamu pastinya aku sudah tewas waktu itu.

Anda mungkin juga menyukai