Anda di halaman 1dari 11

DISKURSUS TEORI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM ABAD KLASIK DAN

PERTENGAHAN: PEMIKIRAN AL FARABI

DEDI SETIAWAN, M. YUSRIL ISNAINI


Universitas Islam Negeri Mataram
dedysetiawan1410@gmail.com, Yusrilisnaini7@gmail.com

Abstract
Islam merupakan agama yang sempurna dan fleksibel, salah satu aspek
yang menjadi pembahasan oleh para pemikiran islam adalah mengenai politik
kekuasaan. Al-farabi merupakan salah satu tokoh dari sekian banyak pemikir di-
dalam islam yang memiliki gagasan khas didalam pemikiran politiknya. Dalam ar-
tikel ini sendiri akan menggambarkan bagaimana gagasan pemikiran politik al-
farabi mengenai pemerintahan, negara, masyarakat dan politik lainnya. Yang
terkenal dari pemikiran al-farabi ialah mengenai bagaimana negara yang sempurna
dan negara yang tidak sempurna, pemerintahan yang ideal hingga masyarakat yang
sempurna. Pemikiran politik al-farabi terpengaruh dari kondisi pemerintahan di-
nasti abbasiyah kondisi waktu itu mengalami kekacauan dan ajaran agama oleh
para penguasa waktu itu tidak diperdulikan.

Kata Kunci : al-farabi, negara, islam

A. Pendahuluan
Sejak kemunculannya, islam merupakan agama yang berkontribusi memban-
gungkan manusia dari keterlelapan pembodohan, keterjajahan ketidaktahuan,
hingga pada kemunafikan semu. Islam memberikan perhatian semangat dalam ke-
hidupan manusia dalam segala lini dan sisi untuk manusia bisa hidup lebih berkual-
itas.

Eksistensi islam tidak hanya sebatas pembahasan akhirat saja, melainkan islam
merupakan agama yang mengajarkan berbagai hal, baik tentang kealaman, as-
tronomi, akhirat, sosial hingga politik. Islam dengan ini menciptakan tatanan ke-

|1
hidupan manusia dengan sangat kompleks, tidak ada agama yang mengajarkan
segala hal tentang kehidupan manusia selain agama islam.

Dalam kehidupan sosial. Banyak sekali surah di al-quran sendiri menerangkan


betapa pentingnya kehidupan sosial. Al-quran dan hadist sebagai sumber otentik
ummat islam memberikan paying peneduh bagi manusia untuk hidup sesuai dengan
apa yang di ajarkan didalam islam itu sendiri. Hal ini telah dibuktikan oleh nabi be-
sar Muhammad SAW, sebagai nabi sekaligus rasul yang membimbing manusia dan
memberikan pandangan hidup yang luar biasa tak bisa diprediksi, namun meru-
pakan bentuk contoh kehidupan manusia yang patut untuk diajukan jempol.

Hal inilah yang berimplikasi pada lahirnya para pemikir islam sesudah nabi
Muhammad SAW wafat. Mereka meneruskan titah perjuangan nabi untuk mene-
gakan ajaran islam dengan berbagai gejolak dan kondisi zaman mereka sendiri.
Dalam aspek sosial politik, islam menawarkan cakrawala pengetahuan yang cukup
kompherensif didalamnya, pastinya itu semua bersumber dari sumber utama al-
quran dan hadist.

Salah satu pemikir politik islam yang tak luput pembahasan nya ialah al-
farabi, sosok pemikir islam salah satu yang paling berpengaruh dalam gagasannya
mengenai politik kekuasaan. Gagasan nya tidak lepas dari pengaruh para filosof
yunani klasik yang menawarkan idea kepemimpinan ideal, kendati demikian idea
pemikir politik tersebut utopis. Namun konsepsi pemikiran politik islam dari al-
farabi khasnya dan berbeda dari pemikiran yunani klasik seperti plato dan aristote-
les ialah al-farabi menekankan pada syariat islam yang bersumber dari al-quran
adan hadist.1

Al-farabi sendiri pun terlahir dizaman dimana islam mengalami ke-


merosotan moral akibat dari keserahan kekuasaan. Islam hanya dijadikan sebagai

1
Sirojudin. Pemikiran politik islam : sejarah, praktik, dan gagasan. (2018) Hlm 373
_________________________________________________________________________
_______________
2|
pajangan kekuasaan dan alat untuk mempertahankan kekuasaan. Gejolak dan sta-
bilitas politik waktu itu sangat kacau balau. Dalam hal inilah pemikiran kritis al-
farabi terbentuk untuk merevitalisasi kondisi penuh dengan kemunafikan.2

B. Pembahasan
1. Riwayat Hidup Al Farabi
Al Farabi nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn Muhammad
ibn Tarkas Ibn Auzalagh, dilahirkan di Utrar (farab) pada 257 H/870 M, dan
meninggal duni di Damaskus pada 339 H/950 M dalam usia 80 tahun. Di eropa ia
lebih dikenal dengan nama Alpharabius.3 Al Farabi pada masa hidupnya pernah
berguru kepada seorang ilmuan kristen Nastura, yaitu; Abu Bisyir Matta bin yunus,
seorang penerjemah banyak karya Plato dan pemikir-pemikir yunani yang lain.
Tidak cukup belajar dengan Abu Bisyir Matta bin Yunus, Al Farabi juga belajar
kepada seorang Ilmuan kristen yang lain di herran, yaitu; Yohana bin Heilan. Pada
zaman pemerintahan Khalifah Muqtadir (dari dinasti Abbasiyah), Al Farabi belajar
berbagai disiplin ilmu pengetahuan, antaranya; Ilmu bahasa Arab (nahwu Sharaf),
Logika (Mantiq), Ilmu passti, kedokteran, musik, dan lain-lain kepada guru-guru
yang lain. Antaranya; Abu Bakar bin Siraj.4
Al Farabi terkenal sebagai salah satu tokoh Filsuf islam yang memiliki
keahlian dalam banyak bidang keilmuan, dan memandang filsafat secara utuh,
sehingga filsuf islam yang datang sesudahnya, seperti ibnu sina dan Ibnu Rusyd,
banyak mengambil dan mengupas sistem filsafatnya. Ia berusa untuk mengakhiri
kontradiksi antara pemikiran plato dan Aristoteles melalui risalahnya al-Jam’u
Baina Ra’yay al-Hakimain, aflathun wa Aristhu. Dalam bidang filsafat ia di beri

2
Sirojudin. Pemikiran politik islam : sejarah, praktik, dan gagasan. (2018 Ibd. Hlm 414

3
Muhammad Iqbal& Amin Husein Nasuttion. Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. 2010),hlm. 5
4
Ibid.
_________________________________________________________________________
_______________
|3
gelar dengan al-Mu’alim al-Tsani (guru kedua), sedangkan yang di gelari sebagai
al-Mu’alim al-Awwal (guru pertama) ialah Aristoteles.5
Ayah dari Al-Farabi merupakan seorang dari bangsa Iran (persi) dan menikah
dengan wanita Turki, yang pernah menjadi seorang tentara Turki berpangkat
Jendral. Sedanfkan Al-Farabi sendiri pernah menjadi Hakim. Yang dimana
penampilan Al-Farabi berpakaian rapi sejak kecil, dan sejak kecil juga ia sudah ada
tanda-tanda memiliki kecerdasan istimewa dan bakat yang besar dengan hampir
menguasai setiap subjek dari apa yang di pelajarinya.
2. Pemimpin yang Ideal
Adapun Al-Farabi mengklasifikasikan rezim politik menjadi empat golongan
dihubungkan dengan kebahagiaan yang dicapainya, diantaranya yaitu;
Pertama, rezim kebajikan, yang dimana tujuan pemerintahan dan institusi-
institusi masyarakat diorganisasi atas dasar pencapaian kebahagiaan yang hakiki.
Kedua, rezim tak beradab, yang dimana pemerintah tidak mengetahui kebahagiaan
hakiki, dan institusi-institusi masyarakat diorganisasi atas dasar landasan-landasan
yang lain, pencapaian kebutuhan (rezim kebutuhan), kemakmuran (rezim yang
buruk), kesenangan (rezim yang hina), ketakutan (rezim timokratis), dominasi
(rezim despotic), atau kebebasan (rezim demokratis). Ketiga, rezim yang tak
bermoral, yang dimana pemerintahan sadar dengan hakikat kebahagiaan yang
hakiki tapi tidak terikat dengannya, dan institusi-institusi masyarakat diorganisasi
untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain seperti rezim tak beradap. Keempat, rezim
yang kacau yang dimana tujuan dari pemerintahan menyimpang dari pencapaian
kebahagiaan yang hakiki dan institusi-institusi masyarakat korup.6
Syarat-syarat seorang pemimpin menurut Al-Farabi adalah
1) Lengkap anggota badannya
5
Muhammad Iqbal& Amin Husein Nasuttion. Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. 2010),hlm. 6

6
Katimin, politik islam studi tentang azas, pemikiran, dan praktik dalam sejarah politik umat islam
(Medan: PERDANA PUBLISHING. 2017). Hlm. 28
_________________________________________________________________________
_______________
4|
2) Memiliki daya pemahaman yang baik
3) Tinggi intelektualitasnya
4) Pandai mengemukakan pendapatnya dan mudah di mengerti uraiannya
5) Pencinta pendidikan dan gemar mengajar
6) Tidak loba atau rakus dalam hal makanan, minuman ataupun wanita
7) Pencinta kejujuran dan pembenci kebohongan
8) Berjiwa besar dan berbudi luhur
9) Tidak memandang penting kekayaan dan kesenangan-kesenangan dunia
10) Pencinta keadilan dan pembenci perbuatan zalim
11) Tanggap dan tidak sungkar diajak menegakkan keadilan dan sebaliknya
sulit untuk melakukan atau menyetujui tindakan keji dan kotor
12) Kuat pendirian terhadap hal-hal yang menurutnya harus di kerjakan,
penuh keberanian, tinggi antusiasme, bukan penakut, dan tidak berjiwa
lemah atau kerdil.
Persyaratan kepala Negara dari Al-Farabi ini cukup menarik karena
tekanannya terhadap masalah moral bahwa seorang pemimpin yang harus memiliki
sejumlah kualitas-kualitas moral yang luhur. Penekanan terhadap masalah etika ini
juga terlihat dari tujuan akhir dari masyarakat politik yang ia gagas yang
menekankan akan pencapaian kebahagiaan.

3. Masyarakat yang Sempurna dan tdk Sempurna


Adapun Masyarakat yang sempurna diklasifikasikan oleh Al-Farabi menjadi
tiga: Pertama, Masyarakat sempurna besar, maksudnya adalah semisal perserikatan
bangsa-bangsa. Kedua, satu Negara Nasional, dan ketiga, yaitu Negara Kota.
Bentuk ketiga oleh Al-Farabi di anggap sebagai sistem politik terbaik
diantaraketiga tipe masyarakat.7 Pemikiran politik Al-Farabi ini menggambarkan

7
Katimin, politik islam studi tentang azas, pemikiran, dan praktik dalam sejarah politik umat islam
(Medan: PERDANA PUBLISHING. 2017). Hlm. 29
_________________________________________________________________________
_______________
|5
realitas politik yang ada pada waktu itu, yang dimana Islam sebagai adikuasa telah
terpecah menjadi semacam Negara-negara nasional yang terdiri dari banyak kota
dan desa, yang dimana wilayahnya begitu luas. Pandangan Al-Farabi ini lebih
kurang sama dengan pendapat Aristoteles yang juga menganggap Negara kota
merupakan sistem politik yang terbaik di yunani walaupun pada waktu itu yunani
sudah menjadi Negara jajahan Macedonia, dan sistem negara kota sudah tidak
berfungsi lagi. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa pemikiran politik Al-
Farabi searah dengan posisinya sebagai ulama intelektual yang bebas yang berada
diluar struktur kekuasaan.
Sedangkan masyarakat yang tidak sempurna menurut al-farabi merupakan
bentuk pergaulan yang tidak ataupun yang belum sempurna itu, kehidupan social
dalam berkeluarga merupakan masyarakat yang paling tidak sempurna. Keluarga
merupakan bagian dari masyarakat lorong, sedangkan Masyarakat lorong bagia
dari masyarakat kampong, dan masyarakat kampong bagian dari masyarakat
Negara/kota. Terbentuknya masyarakat kampungdan desa ini sangat di perlukan
pleh Negara/kota. Sekalipun demikian, ketiga tipe masyarakat, ketiga tipe
masyarakat tersebut bukan masyarakat sempurna dikarenakan mereka tidak mampu
untuk mandiri, baik dalam bidang budaya, social ekonomi, dan spiritual.8
4. Konsep Negara menurut Al-Farabi
Al-Farabi tidak banyak bicara tentang bagaimana bentuk Negara
seharusnya, apakah dalam bentuk monarki atau syura. Al-Farabi lebih banyak
terfokus pada pembahasan tentang kepala Negara. Kepala Negara dalam persepsi
Al-Farabi menjadi titik tolak dalam teori politiknya mengenai Negara secara
keseluruhan, menyangkut berbagai aspeknya,9 seperti yang akan dibicarakan lebih
lanjut mengenai kepala Negara.

8
Katimin, politik islam studi tentang azas, pemikiran, dan praktik dalam sejarah politik umat islam
(Medan: PERDANA PUBLISHING. 2017). Hlm. 29
9
Sirojuddin, pemikiran politik islam: sejarah, praktik dan gagasan ( Ciputat : 2017 ), hlm. 405
_________________________________________________________________________
_______________
6|
Dapat kita pahamai bahwasanya Al-Farabi tidak mempersoalkan bentuk
Negara seperti apa, apakah monarki atau khilafah. Oleh karenanya al-farabi
mengakui sistem pemerintahan yang tengah berjalan pada masa hidupnya, atau
mungkin al-farabi tidak peduli dengan sistem pemerintahan yang tengah berjalan
seperti apa, yang penting adalah bagaimana kepala Negara tersebut. Hal ini dapat
di pastikan bahwa bentuk Negara yang berjalan pada masa hidupnya al-farabi
adalah bentuk monarki, meskipun kepala negara disebut dengan berbagai gelar,
khalifah, sulthan, atau raja. Meskipun demikian, al-farabi juga berbicara tentang
Negara, akan tetapi sebagai satu kesatuan, terstruktur dibawah satu kordinasi
kepemimpinan yang dibantu oleh para pembantu setia yang berada pada berbagai
tingkatannya dari tingkat atas sampai bawah. Negara yang dibentuk seperti ini
dalam konsepsi al-farabi disebut ngara utama (Negara ideal). Namun sebelum
bicara lebih lanjut mengenai Negara utama, al-farabi berbicara mengenai
pembagian Negara. Menurut al-farabi, Negara terbagi menjadi beberapa kategori,
yaitu: Negara utama (al-madinah al-fadhilah), Negara bodoh (al-madinah al-
jahilah), Negara fasik (al-madinah al-fasiqah), negara sesat (al-madinah al-
dhallah), Negara rawan konflik, yaitu Negara yang tidak stabil dan sering berganti-
ganti pemerintahan (al-madinah al-mutabaddilah).10
Adapun Al-Farabi menyebut Negara Utama itu dengan sebutan Al-Madinah
al-fadhilah merupakan sebuah Negara yang dimana masyarakatnya bersatu padu
dan saling membantu antara sesame mereka dalam mencapai kebahagiaannya (al-
saadah) dengan sebenar-benarnya. Jadi, Negara yang mempunyai rakyat dan
mempunyai sikap saling tolong menolong antar sesame mereka dalam rangka
mencapai kebahagiaan atau kesejahteraan, maka pada hakikatnya menurut al-farabi
adalah Negara utama (al-madinah al-fadhilah).11
Al-farabi membagi kota/Negara menjai enam bagian, yaitu :
10
Sirojuddin, pemikiran politik islam: sejarah, praktik dan gagasan ( Ciputat : 2017 ), hlm. 405
11
Sirojuddin, pemikiran politik islam: sejarah, praktik dan gagasan ( Ciputat : 2017 ), hlm. 406
_________________________________________________________________________
_______________
|7
Pertama, Almadinah Aldbaruriyyah (Kota/Negara Kebutuhan Dasar) merupakan
Suatu Negara yang didalamnya para warga hanya mengutamakan persoalan-
persoalan dasar bagi keberlangsungan hidup dan kesehatan mereka, seperti makan,
minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan menikah. Mereka selalu berusaha
dengan sungguh-sungguh dan saling bantu membantu dalam memperolehnya. 12
Tujuan mereka hanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, dan jenis
pekerjaan yang mereka lakukan begitu beragam, seperti bertani, berternak, berburu,
dan mencuri.
Kedua, Almadinah Alnadzdzalah (Kota/Negara jahat), merupakan suatu kota yang
warganya menjadikan kekayaan dan kemakmuran secara berlebihan sebagai tujuan
hidup.13 Mereka tidak mau membelanjakan harta bendanya kecuali hanya untuk
kebutuhan dasar mereka. Yang mereka peroleh bisa berasal dari berbagai jenis
pekerjaan maupun dari sumber daya alam yang ada di Negara itu.Kekayaan adalah
tujuan dari hidup mereka. Itu bisa di peroleh dari berternak, berburu, mencuri,
berdagang, sewa-menyewa dan lain sebagainya. Para warga Negara ini
menganggap bahwa Kota mereka adalah Kota yang paling utama diantara kota
lainnya.14 Ketiga, Almadinah Alkhassah wa Alsuquth (kota hina dan rendah), suatu
kota/Negara yang dimana tujuan hidup warganya yaitu hanya untuk memburu
kesenangan dan kenikmatan. Bisa seperti makanan, minuman, dan menikah. Bagi
mereka, kota yg seperti ini adalah kota yang paling membahagiakan dan
menyenangkan. Keempat, Almadinah Alkaramiyah (kota/Negara kehormatan
Aristokeartik), merupakan kota/Negara yang tujuan dari warganya untuk mencapai
kehormatan, pujian oleh bangsa lain, merasa dimuliakan, baik dengan kata-kata
maupun dengan perbuatan, memiliki kebanggaan dan kemegahan, baik dimata

12
Imam sukardi, negara dan kepemimpinan dalam pemikiran al-farabi (IAIN Surakarta : 2017) hlm.
292
13
Imam sukardi, negara dan kepemimpinan dalam pemikiran al-farabi (IAIN Surakarta : 2017) hlm.
293
14
Imam sukardi, negara dan kepemimpinan dalam pemikiran al-farabi (IAIN Surakarta : 2017) hlm.
293
_________________________________________________________________________
_______________
8|
orang lain maupun di antara mereka sendiri.15 Kelima, Almadinah Altaghallub
(kota imperialis), merupakan kota/negra yang tujuan pokok warganya hanya untuk
mengalahkan (mendudukkan) orang lain, mencegah orang (kelompok) lain
mengalahkan dan menundukkan dirinya, dan kerja kerasnya di dasari pada rasa
untuk mengalahkan orang lain.16 Keenam, Almadinah Aljama’iyah (kota
demokratik), yaitu suatu kota yang tujuan inti dari para warganya adalah
memperoleh kebebasan tanpa batas untuk melampiaskan hawa nafsu. Dalam kota
ini tidak seorangpun berhak melarang apa yang menjadi keinginan, dan apa yang
dilakukan oleh warga kota.17 Penduduk yang ada di kota ini menganggap
bahwasanya semua manusia itu memiliki status yang sama, tidak ada perbedaan
antara yang satu dengan yang lainnya, tidak boleh berkuasa atas yang lain, dan
berhak untuk melakukan segala sesuatu dengan kehendak hatinya sendiri.
C. Penutup
Manusia tidak bisa hidup secara individual tanpa membutuhkan orang lain, se-
bab essensial manusia merupakan mahkluk sosial, yang dimana mereka eksis
karena mereka memerlukan orang lain untuk berinteraksi, bekerja sama, hingga
saling melindungi satu sama lain. Kebutuhan akan orang lain ini lah yang membuat
manusia menjadi mahkluk sosial yang berkesadaran. Hal inilah yang digagas oleh
salah satu filosof islam abad pertengahan yakni al-farabi yang terpengaruh oleh
pemikiran-pemikiran yunani klasik seperti halnya plato, aristoteles dan lain seba-
gainya.

Al-farabi merupakan tokoh islam yang salah satu paling berpengaruh di dunia
islam pada abad pertengahan. Ia lahir di saat islam pada masa kepemimpinan abad

15
Fauzi Mitri Najjar, Alfarabi, kitab Alsiyasah Almadaniyah, hlm. 128
16
Imam sukardi, negara dan kepemimpinan dalam pemikiran al-farabi (IAIN Surakarta : 2017) hlm.
295
17
Imam sukardi, negara dan kepemimpinan dalam pemikiran al-farabi (IAIN Surakarta : 2017) hlm.
296

_________________________________________________________________________
_______________
|9
abbasiyah yang waktu itu mengalami kacau balau dan kemandegan moralitas.
Gejolak politik yang terjadi pada saat itu membuat al-farabi harus turun tangan se-
bagai seorang intelektual yang termasuk tokoh yang paling didengarkan di kera-
jaan. Gejolak politik yang hanya mementingkan dirinya (egoism) menjadikan islam
hanya sebuah label untuk sebagai pemimpin yang otoritarian, namun untuk men-
jalankan syariat sesuai dengan perintah allah SWT. Mereka memilih untuk hidup
hedon dalam kekuasaan yang diamanahkan oleh tuhan untuk mereka jalani.

Sesuai dengan apa yang di jelaskan oleh munawir sjadzali bahwa al-farabi
merupakan tokoh pemikir islam yang memiliki pengaruh sangat besar dalam dunia
islam. Al-farabi mengagas pemikiran politik yang bersifat ideal, yang pastinya saat
itu ia ingin mengubah zaman yang penuh kekacauan yang disebabkan oleh pen-
guasa yang zalim untuk berkuasa. Menurut al-gazali sendiri bahwa penguasa harus
bermoralitas dalam mengendalikan kekuasaanya. Akhlak yang harus dimiliki pen-
guasa harus peduli akan rakyatnya, adil, dan pastinya bertakwa pada allah SWT.

_________________________________________________________________________
_______________
10|
DAFTAR PUSTAKA

Sirojudin. Pemikiran politik islam : sejarah, praktik, dan gagasan. (2018 )

Muhammad Iqbal& Amin Husein Nasuttion. Pemikiran Politik Islam Dari Masa
Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, (Jakarta: KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP. 2010)

Katimin, politik islam studi tentang azas, pemikiran, dan praktik dalam sejarah
politik umat islam (Medan: PERDANA PUBLISHING. 2017).

Imam sukardi, negara dan kepemimpinan dalam pemikiran al-farabi (IAIN


Surakarta : 2017)

_________________________________________________________________________
_______________
|11

Anda mungkin juga menyukai