Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI CAPUNG SUB ORDO ZYGOPTERA DI DESA KEBONG

KECAMATAN KELAM PERMAI DAN IMPLEMENTASINYA


PADA E-FLIPBOOK

Nazarudin., Sriyati
Prodi Pendidikan Biologi Universitas Kapuas Sintang

Abstrak
Indonesia memiliki tujuh kawasan biogeografi utama dan keanekaragaman tipe habitat yang unik.
Banyak pulau yang terisolasi selama ribuan tahun, sehingga tingkat endemisitasnya tinggi . Indonesia
memiliki ± 700 spesies capung, di tingkat dunia mencapai 15% dari jumlah spesies yang ada.
Tingginya spesies capung di Indonesia bisa dijadikan sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang
dapat digunakan adalah e-flipbook. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui capung jarum
zygoptera di desa kebong kecamatan kelam permai dan implementasinya dalam e-flipbook.
Metode yang digunakan adalah eksplorasi, peletakan jalur pengamatan menggunakan
purposive sampling. Pembuatan media e-flipbook menggunakan aplikasi kvisoft flipbook
maker pro 3.6.10. Hasil penelitian ditemukan 7 spesies termasuk kedalam 2 famili capung
sub ordo zygoptera, yaitu famili Coenagrionidae antara lain; Agriocnemis femina,
Agriocnemis minima, Ceriagrion cerinorubellum, Ischnura heterosticta, Pseudagrion
pruinosum dan famili Chlorocyphidae yaitu, Libellago lineate dan Rhinocypha fenestrate.
Hasil validasi media e-flipbook diperoleh nilai rata-rata total validasi media yaitu 3,49. rata-
rata total validasi ahli materi yaitu sebesar 3,9. Nilai rata-rata total validasi media e-flipbook
sebesar 3,7 dengan kategori valid. Kesimpulan penelitian ditemukan 2 famili capung jarum
dan 7 spesies. Validasi media e-flipbook valid dan layak digunakan sebagai media
pembelajaran pada sub materi entomologi.

Kata Kunci : Capung Jarum, Media Pembelajaran, Media e-flipbook, Kvisof, Zygoptera

PENDAHULUAN

Kepulauan Indonesia memiliki tujuh kawasan biogeografi utama dan keanekaragaman


tipe-tipe habitat yang luar biasa. Banyak pulau yang terisolasi selama ribuan tahun, sehingga
tingkat endemisitasnya tinggi. Tiga lokasi utama yang merupakan pusat kekayaan spesies di
Indonesia adalah Papua (tingkat kekayaan spesies dan endemisme tinggi), Kalimantan
(tingkat kekayaan spesies tinggi, endemisme sedang), dan Sulawesi (tingkat kekayaan spesies
sedang, endemisme tinggi) (Sumargo et. a.l. 2011).
Capung merupakan salah satu jenis keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh
Indonesia. Jenis capung yang ada di Indonesia ± 700 spesies yakni sekitar 15% dari 5000
1
2

spesies yang ada di dunia. Capung adalah salah satu organisme yang dijadikan sebagai
bioindikator kehidupan. Kepekaan nimfa capung terhadap perubahan lingkungan perairan
membuat capung menjadi bagian dari bioindikator yang paling baik (Klym, 2003).
Sedangkan dalam bidang pertanian capung dewasa bertindak sebagai predator/pemangsa
hama seperti wereng, lalat buah dan kutu buah yang merugikan tanaman.
Menurut data kecamatan Desa kebong merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Kelam Permai, dengan luas wilayah persawahan sekitar 105 Ha. Berdasarkan
hasil observasi di Desa Kebong, Desa Kebong merupakan salah satu tempat dimana spesies
capung banyak ditemukan terutama di wilayah persawahan. Keberadaan capung di Desa
Kebong tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi dan dapat dikembangkan
untuk mendukung proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran dibutuhkan media pembelajaran yang tepat agar siswa
dapat mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran akan efektif apabila
ada komunikasi antara penerima pesan (peserta didik) dengan sumber/penyalur pesan yaitu
media pembelajaran (Susilawati, 2015). Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
adalah E-Flipbook. E-Flipbook adalah salah satu jenis animasi klasik yang menyerupai buku
tebal yang pada setiap halamannya digambarkan proses tentang sesuatu, yang nantinya proses
tersebut terlihat bergerak atau beranimasi (Asyhar, 2012).
E-Flipbook merupakan media yang sangat menarik untuk digunakan karena dengan
adanya tampilan yang lebih bervariasi dapat membuat siswa tidak mudah jenuh membaca dan
sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri serta dapat digunakan di tablet dan sejenisnya.
Penggunaan media e-flipbook juga dapat digunakan tanpa online (Arsyad, 2008). Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul identifikasi capung sub ordo
zygoptera di Desa Kebong Kecamatan Kelam Permai sebagai alternatif sumber belajar
biologi melalui media e-flipbook. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang
obyektif tentang keanekaragaman spesies capung sub ordo zygoptera di Desa Kebong
Kecamatan Kelam Permai.

METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kebong Kecamatan Kelam Permai yaitu di area
persawahan yang terdapat ditiga Dusun yang telah ditentukan yaitu: Dusun Kenukut, Dusun
Sungai Putau Dan Dusun Kebong, waktu penelitian dimulai dari bulan April hingga Agustus
2017.
3

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jaring serangga (insect net) untuk
menangkap capung. Kotak Serangga untuk tempat sampel. Kamera digital untuk
dokumentasi. Kertas label untuk memberi label sampel yang ditemukan. Styrofoam board
untuk merentangkan sayap capung. Jarum Serangga untuk mengatur posisi spesimen. Buku
Identifikasi untuk mengidentifikasi capung. Adapun bahan yang digunakan yaitu, Kapur
ajaib untuk spesimen. Kapur Barus untuk pengawetan. Capung jarum sub ordo zygoptera
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi, yaitu melalui
penjelajahan disepanjang jalur pengamatan. Penempatan lokasi penelitian dilakukan secara
purposive dengan mempertimbangkan karakteristik habitat dan keberadaan capung jarum.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka ditentukan tiga titik pengambilan sampel yang memiliki
kawasan persawahan yang terletak di Dusun Kenukut, Dusun Sungai Putau, dan Dusun
Kebong.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik direct sweeping yaitu dengan cara
menangkap langsung menggunakan insect net. Pengamatan capung dilaksanakan pada pagi
hari mulai pukul 08.00-12.00 WIB dan siang pada pukul 14.00-17.00 WIB selama 1 bulan
pada setiap titik pengambilan sampel. Pemilihan pengambilan sampel berdasarkan waktu
aktif jenis capung jarum, yaitu ketika aktivitas mereka tinggi (Hanum, et. al., 2013).
Pendataan capung jarum dilakukan dengan berjalan perlahan mengikuti jalur pengamatan.
Semua jenis capung jarum yang ditemukan disepanjang jalur pengamatan difoto dan
kemudian diambil sampelnya. Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan kedalam kotak
serangga yang telah di beri kapas dengan alkohol dan setelah mati dimasukkan kedalam
amplop kertas lalu diberi label, data yang perlu dicatat seperti morfologi capung jarum,
habitat dan vegetasi tumbuhan.
Pembuatan Media E-Flipbook
Pembuatan media e-flipbook menggunakan aplikasi kvisoft flipbook maker pro 3.6.10.
ukuran e- flipbook ± 400 × 300 mm.
Pengujian Validitas E-Flipbook
Pengujian validitas e-flipbook sebagai media pembelajaran dilakukan melalui lembar
validasi media. Pengujian validasi e-flipbook dilakukan oleh 3 orang validator ahli media dan
2 orang validator ahli materi.
Analisis Validasi Media E-Flipbook
Mencari rata-rata tiap kriteria dari validator dengan rumus:
4

Ki= ❑
n

Keterangan :
Ki = Rata-rata kriteria ke-i
Vhi = Skor hasil penilaian validator ke-h untuk kriteria ke-i
i = Kriteria
h = Validator
n = Banyaknya Kriteria

Mencari rata-rata aspek dengan rumus:

Ai= ❑
n

Keterangan :
Ai = Rata-rata aspek ke-i
Kij = Rata-rata untuk aspek ke-i kriteria ke-j
n = Banyaknya kriteria
j = Aspek
i = Kriteria
ij = Aspek ke-i dan kriteria ke-j

Mencari rata-rata total validasi aspek dengan rumus:

RTVtk= ❑
n

Keterangan :
RTV = Rata-rata total validitas
Ai = Rata-rata aspek ke-i
i = Kriteria

a. Mencocokkan rata-rata total dengan kriteria kevalidan, yaitu :


3 ≤ RTVTK ≤ 4 = Valid
2 ≤ RTVTK ≤ 3 = Cukup Valid
1 ≤ RTVTK ≤ 2 = Tidak Valid
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Capung Sub Ordo Zygoptera di Desa Kebong Kecamatan Kelam Permai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di persawahan Desa Kebong Kecamatan


Kelam Permai di Dusun Kenukut, Dusun Sungai Putau dan Dusun Kebong diperoleh 2 famili
capung sub ordo zygoptera yaitu famili Ceonagrionidae dan Chlorocyphidae dengan jumlah
spesies sebanyak 7 spesies capung sub ordo zygoptera (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Capung sub ordo zygoptera yang ditemukan di Desa Kebong, Kecamatan
Kelam Permai.
Family Spesies Dusun Dusun Dusun
Kenukut Sungai Kebong
Putau
Ceonagrionidae 1. Agriocnemis femina + + +
2. Agriocnemis minima + + +
3. Ceriagrion + - -
cerinorubellum
4. Ischnura Heterosticta + - -
5. Pseudagrion pruinosum + - +
Chlorocyphidae 1. Libellago lineata - + -
2. Rhinocypha fenestrata - - +

Keterangan:
(+) = Ditemukan spesies capung jarum
(-) = Tidak ditemukan spesies capung jarum

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa capung sub ordo zygoptera paling banyak
ditemukan di Dusun Kenukut dengan jumlah spesies sebanyak 5 spesies dari famili
Coenagrionidae. Adapun spesies yang ditemukan yaitu Agriocnemis femina dan Agriocnemis
minima yang ditemukan diketiga dusun yang terletak di Desa Kebong Kecamatan Kelam
Permai. Ceriagrion cerinorubellum dan Ischnura heterosticta hanya ditemukan di Dusun
Kenukut. Sedangkan Pseudagrion pruinosum ditemukan di Dusun Kenukut dan Dusun
Kebong. Famili Chlorocyphidae di temukan sebanyak 2 spesies yaitu: Libellago lineata yang
ditemukan di Dusun Sungai Putau dan Rhinocypha fenestrata ditemukan di Dusun Kebong.
6

1 2

3 4 5

6 7

Gambar 4. Capung Sub Ordo Zygoptera. Keterangan: 1. Agriocnemis femina, 2


Agriocnemis minima, 3. Ceriagrion cerinorubellum,4. Pseudagrion
pruinosum. 5. Ischnura heterosticta, 6. Libellago lineate, 7.
Rhinocypha fenestrata
Agriocnemis femina
Agriocnemis femina merupakan jenis capung yang aktif pada siang hari hinggap di
dedaunan dan ranting yang ternaungi pohon (Hanum et. al., 2013).
Agriocnemis femina jantan yang ditemukan di Dusun Kenukut Desa Kebong
Kecamatan Kelam Permai memiliki caput berwarna hitam, bentuk mata majemuk berwarna
hitam kecoklatan, toraks ditutupi oleh taburan putih seperti serbuk kapur, pada bagian dorsal
berwarna hitam dan diikuti oleh warna biru pucat di bagian ventral.
Memiliki pterostigma berwarna hitam yang terdapat pada bagian sayap depan dan
sayap belakang. Abdomen sepanjang 18 mm dan sayap belakang sepanjang 11 mm.
Abdomen pada ruas ke 1-6 berwarna hitam kehijauan pada bagian dorsal dan hijau pucat
pada bagian ventral. Abdomen pada ruas ke 7-10 berwarna hitam dengan lingkaran berwarna
orange pada setiap batas ruas, bagian embelan/umbai ekor yang berwarna orange. Menurut
patty (2006) dalam wijayanto, et. al. (2016) Agriocnemis femina jantan memiliki ciri-ciri
7

toraks yang ditutupi oleh serbuk putih, abdomen hingga segmen ketujuh berwarna hitam
kehijauan, segmen ke delapan hingga terakhir berwara hitam keseluruhan. Kecuali bagian
ujungnya hijau kebiruan.
Agriocnemis femina betina muda yang ditemukan di Dusun Kebong Kecamatan
Kelam Permai memiliki caput berwarna hitam, bentuk mata majemuk berwarna hitam
kecoklatan, toraks berwarna hijau kekuningan, dengan panjang sayap 13 mm. Panjang
abdomen 19,5 mm, ruas ke 1-6 pada bagian abdomen berwarna hitam dengan embelan
berwarna hijau kekuningan dibagian samping abdomen, sedangkan pada ruas ke 7-10 hingga
umbai ekor berwarna orange (Gambar 4.1).
Ketika dewasa Agriocnemis femina betina didominasi merah cerah. Sintoraks hijau
kemerahan dengan garis tebal di sisi atas. Abdomen hijau kemerahan dan pada sisi atas hitam
dan pada ruas ke 9-10 berwarna orange. Sigit (2013) dalam Rizal, et. al. (2015) juga
menyatakan bahwa ciri-ciri Agriocnemis femina dewasa berwarna merah pada seluruh
bagiannya dengan garis hitam tebal pada bagian atas abdomen, garis kehitaman pada bagian
atas ruas-ruas ekor dan menebal pada ruas terakhir, memiliki kaki yang berwarna keputihan,
sayap transparan dengan venasi berwarna hitam dan corak warna hitam pada bagian ujung
sayap.
Agriocnemis minima
Agriocnemis minima jantan dewasa memiliki tubuh berwarna hijau kekuningan dan
hitam, dengan caput berwarna hitam. Mata majemuk hitam bagian atas dan hijau bagian
bawah. Toraks hijau dengan garis hitam tebal dibagian samping dan atas, pangkal sayap
berbentuk seperti batang dengan panjang sayap 10 mm, pterostigma berwarna kuning.
Abdomen sepanjang 16 mm. Abdomen berwarna hitam dibagian atas dan hijau di bagian
bawah, ruas ke 7-8 sedikit membengkak berwarna orange. Embelan berwarna orange, bagian
bawah lebih pendek dari pada embelan bagian atas.
Menurut Hadi, et. al., (2009:) Agriocnemis minima merupakan capung jarum yang
memiliki bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama, pada waktu istirahat posisi
sayap tegak lurus dengan tubuh dan abdomennya ramping. Agriocnemis minima jantan
memiliki pterostigma berwarna kuning dan terdapat 4 buah alat tambahan, betina mempunyai
ovipositor yang berkembang baik serta nimfa mempunyai insang yang berbentuk daun dan
berjumlah 3 buah.
Agriocnemis minima betina memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan Agriocnemis
minima jantan, dengan didominasi warna orange. Mata majemuk hitam bagian atas dan
8

orange bagian bawah. Warna orange pada toraks hingga bagian ujung abdomen. Sayap
transparan (Gambar 4.2).
Menurut Farrell (2011), bahwa Agriocnemis minima betina pada saat muda berwarna
orange dan berwarna abu-abu gelap saat sudah menjadi dewasa. Agriocnemis minima sering
berada ditempat terbuka, antara daerah berumput yang tumbuh didekat rawa, sungai dan
kolam, sering ditemukan Pada musim hujan.

Ceriagrion cerinorubellum
Ceriagrion cerinorubellum adalah spesies capung yang penyebarannya cukup luas
dan berkembang biak diberbagai habitat air, mulai dari rawa, kolam, danau sampai area
persawahan serta sangat toleran terhadap lingkungan yang tercemar. Ceriagrion
cerinorubellum memiliki caput berwarna orange dengan mata majemuk berwarna biru
kehijauan. Pada bagian toraks berwarna hijau dengan bagian dorsal dan ventral berwarna
biru. Panjang sayap belakang 12 mm dengan pterostigma berwarna hitam. Abdomen
sepanjang 19 mm. Bagian abdomen pada ruas ke 1-5 berwarna hitam, ruas ke 6-9 berwarna
orange (Gambar 4.3).
Menurut Ansari, et. al (2016) Ceriagrion cerinorubellum jantan memiliki tubuh
berwarna hijau. Mata majemuk bagian atas biru dan bagian bawah hijau. Sintoraks berwarna
hijau, pada bagian sisi atas toraks berwarna biru kehijauan. Abdomen ruas ke 1-3 berwarna
orange cerah, ruas ke 4-7 abu-abu dan di bagian sisi bawah orange keabu-abuan, pada ruas ke
8-10 berwarna orange cerah. Embelan berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma
berwarna hitam. Spesies ini berkembang biak diberbagai habitat air mulai dari rawa, kolam,
danau sampai area persawahan.
Pseudagrion pruinosum
Pseudagrion pruinosum termasuk anggota capung jarum dengan ciri tubuh jantan
berwarna abu-abu, memiliki caput berwarna hitam dan terdapat serbuk putih pada bagian atas
caput, mata majemuk berwarna coklat kehitaman, toraks berwarna putih keabu-abuan, bagian
atas hitam terdapat serbuk putih. Abdomen ruas ke 1-10 berwarna hitam di sisi atas dan
sering tertutup serbuk putih dengan panjang abdomen 17 mm dan panjang sayap 11 mm,
pterostigma berwarna hitam (Gambar 4.4).
Pseudagrion pruinosum aktif dipagi hingga siang hari, bertengger di semak-semak
disekitar perairan, sekitar kolam, danau, area persawahan dan dibawah kanopi pepohonan
(Hermawan et. al., 2015).
Ischnura heterosticta
9

Ischnura heterosticta betina memiliki caput berwarna biru, mata majemuk berwarna
hitam kebiruan. Memiliki toraks berwarna biru cerah dengan pola garis-garis hitam kebiruan
dibagian sintoraks. Abdomen hitam kekuningan disisi atas dan disisi bawah pada ruas ke 1-4,
ruas ke 5-6 berwarna biru dan embelan berwarna hitam. panjang sayap adalah 17 mm dengan
venasi hitam dan terdapat pterostigma berwarna cokelat kekuningan dengan panjang 3 mm.
Tungkai dengan warna hitam keabu-abuan (Gambar 4. 5).
Ischnura heterosticta merupakan kelas insecta yang hidup di alam bebas terutama
terdapat di sepanjang aliran-aliran air, kolam dan rawa-rawa, Ischnura heterosticta betina
umumnya berwarna hijau kebiruan dengan warna hitam atau orange kecoklatan pada bagian
abdomen (Borror et. al., 1992).
Libellago lineata
Libellago lineata jantan memiliki tubuh berwarna kuning telur dan hitam. Caput
berwarna hitam, mata majemuk berwarna cokelat kehitaman. Memiliki toraks berwarna
kuning cerah dengan pola garis-garis hitam dibagian sintoraks, dengan panjang sayap
belakang adalah 17 mm. Kedua sayap transparan dengan venasi hitam dan terdapat
pterostigma berwarna cokelat kekuningan dengan panjang 3 mm, Abdomen berwarna kuning
disisi atas dan hitam disisi bawah pada ruas ke 1-5. Garis hitam di bagian tengah pada ruas ke
6-10 dengan embelan berwarna hitam (Gambar 4.6).
Menurut Patty (2006) dalam wijayanto, et. al. (2016) Libellago lineata jantan
memiliki Tubuh yang didominasi warna kuning telur dan hitam. Mata majemuk berwarna
cokelat kehitaman. Memiliki toraks berwarna kuning cerah dengan pola gais-garis hitam
dibagian sintoraks. Abdomen kuning disisi atas dan hitam disisi bawah. Garis hitam dibagian
tengah atas dan embelan berwarna hitam. Sayap lebih panjang daripada abdomen, Kedua
sayap transparan dengan venasi hitam dan terdapat pterostigma berwarna cokelat kekuningan.
Tungkai dengan warna hitam keabu-abuan. Warna tubuh betina cokelat muda. Mata majemuk
dan toraks berwarna cokelat muda dengan pola garis-garis hitam dibagian sintoraks.
Abdomen cokelat muda dengan garis-garis hitam disisi atas dan samping ruas. Pada ruas 8-10
terdapat cuping yang melebar di kedua sisi samping.
Menurut Theischinger et. al. (2006) dalam wijayanto et al. (2016) Libellago lineata
aktif terbang ketika pagi dan siang hari. Habitat capung ini banyak ditemukan ditempat
dengan intensitas cahaya matahari yang rendah. Sering bertengger di batu atau ranting di
sekitar perairan.
Rhinocypha fenestrata
10

Rhinocypha fenestrata ditemukan di bebatuan yang terletak disekitar persawahan


yang ada di Dusun Kebong memiliki caput dan mata majemuk berwarna hitam. Pada bagian
atas toraks terdapat bercak merah jambu. Sayap lebih panjang daripada abdomen, dengan
panjang sayap belakang adalah 19 mm pangkal sayap coklat transparan. Abdomen sepanjang
16 mm berwarna hitam, ruas 1-5 terdapat bercak biru kehijauan dibagian samping, embelan
hitam (Gambar 4.7).
Rhinocypha fenestrata merupakan capung jarum jantan yang secara keseluruhan
berwarna hitam. Toraks berwarna hitam dengan pola garis-garis biru kehijauan dibagian
samping dan bercak merah jambu disisi atas toraks, sayap hitam dengan refleksi warna merah
jambu bila terkena sinar matahari, pterostigma coklat kehitaman. Rhinocypha fenestrata
sering terlihat bertengger di ranting atau dapat ditemukan disekitar perairan sungai bersih dan
mengalir dengan intensitas cahaya matahari sedang atau dibawah naungan pohon,
persawahan serta rawa-rawa. Rhinocypha fenestrata memiliki sifat sensitif (Pamungkas et al.,
2015).

E-Flipbook
Nilai rata-rata tiap aspek dari ahli materi, adalah sebagai berikut; untuk aspek materi
sebesar 4, aspek desain/ kegrafisan sebesar 3,7, aspek bahasa/ keterbacaan sebesar 3,9. Jika
ditotalkan dari ketiga aspek tersebut maka diperoleh nilai rata-rata total validasi materi yaitu
3,9 dengan kriteria valid.

Nilai rata-rata tiap aspek dari ahli media, adalah sebagai berikut; untuk aspek
kesederhanaan sebesar 3,85, aspek keterpaduan sebesar 3,35, aspek keseimbangan sebesar
3,33 dan aspek bentuk sebesar 3,43. Jika ditotalkan dari keempat aspek tersebut maka
diperoleh nilai rata-rata total validasi media yaitu 3,49. Hasil analisis media e-flipbook dari
ahli materi dan ahli media, diperoleh rata-rata total validasi ahli materi yaitu sebesar 3,9 dan
rata-rata total validasi ahli media sebesar 3,49. Sehingga nilai rata-rata total validasi media e-
flipbook sebesar 3,7 dengan kategori valid. Menurut Nieveen (1999) suatu media dikatakan
valid jika rata-rata hasil penilaian dari Va ≥ 3, dimana Va adalah rata-rata hasil penilaian dari
validator.

Media e-flipbook hasil identifikasi capung sub ordo zygoptera di Desa Kebong
Kecamatan Kelam Permai layak digunakan sebagai media pembelajaran, karena dari segi
materi, data yang disajikan dimedia e-flipbook merupakan data yang diperoleh berdasarkan
hasil penelitian dilapangan. Tidak hanya menampilkan teks, tetapi gambar, animasi, dan
11

audio juga disisipkan dalam media e-flipbook ini. Penggunaan efek dan background yang
sederhana serta kesesuaian ilustrasi gambar dengan materi membuat tampilan e-flipbook
menjadi lebih variatif. E-flipbook ini dirancang berupa file portable (exe), sehingga dapat
membantu penghematan biaya untuk ongkos cetak, karena media ini dibuat dalam bentuk
elektronik/digital. Menurut Sugianto (2013) media e-flipbook dapat menghilangkan
kebosanan siswa karena media yang digunakan lebih bervariasi serta dapat digunakan secara
offline sehingga tidak membuat jenuh membaca meskipun dalam bentuk buku. Media e-
flipbook juga dapat digunakan di Smartphone, dan sejenisnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kebong Kecamatan Kelam


Permai, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ditemukan 2 famili (Coenagrionidae dan Chlorocyphidae) dengan 7 spesies capung sub
ordo zygoptera yaitu: Agriocnemis femina, Agriocnemis minima, Ceriagrion
cerinorubellum, Ischnura heterosticta, Pseudagrion pruinosum, Libellago lineata dan
Rhinocypha fenestrata.
2. Hasil analisis validasi media e-flipbook yang dilakukan oleh 5 orang validator
menyatakan bahwa media e-flipbook hasil identifikasi capung sub ordo zygoptera di
Desa Kebong Kecamatan Kelam Permai valid dan layak digunakan sebagai media
pembelajaran pada sub materi entomologi dengan nilai rata-rata total validasi media e-
flipbook sebesar 3,7.

Daftar Pustaka
Ansari, M.L. Soendjoto, M.A. dan Dharmono. 2016. Capung Dikawasan Rawa Desa Sungai
Lumbah Kabupaten Barito. Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah.

Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Jhonson, N.F. 1992. An. Introduction to Study of Insect 6
ed. Sunder Colleg pub. A Divition of Holt Rinehaest Winston, Inc.

Farell, D. 2011. Dragonfly dan Damselfies of thailand.

Hadi, M., Tarwotjo, U. Dan Rahadian, R. 2009. Biologi Insecta Entomologi. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
12

Hanum, S.O., Salmah, S., Dahelmi. 2013. Jenis-Jenis Capung (Odonata) Di Kawasan Taman
Satwa Kandi Sawahlunto. Sumatra Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2 (1) :
71-76.

Hermawan, A.S., dan Fitriana, N. 2015. Jenis dan Fluktuasi Capung Pada Taman Kota Bumi
Serpong Damai, Tanggerang Selatan. Banten. Pro Sem Nas Masy. Biodiv Indon. Vol
1 No. 8: hal. 1795-1801.

Klym, M. 2003. Introduction to Dragonfly and domselfly Watching. Texas: Texas Parks and
Wildlife.

Nieveen. 1999. Protytoping to Reach Product Quality. From Design Approaches and Tools in
Educational And Training Kluwer Academic Publisher. Hal. 127.

Pamungkas, D.W., dan Ridwan, M. 2015. Keanekaragaman Jenis Capung Jarum (Odonata)
Di Beberapa Sumber Air Di Magetan. Jawa Timur. Pro Sem Nas Masy Biodiv Indon.
Vol 1. No .6: Hal. 1295-1301.

Sugianto, D. 2013. Modul Virtual: Multimedia Flipbook Dasar Teknik Digital. Jurnal
INVOTEK Volume IX. No.2.: 101-116. Bandung. UPI.

Sumargo, W. Nanggara, S.G. Nianggolan, F.A., Apriani, I., 2011. Potret Keadaan Hutan
Indonesia Periode Tahun 2000-2009. Forest Watch Indonesia. Bogor.

Susilawati, N. 2015. Kelayakan Media Buklet Etnobotani di desa Arus Deras Pada Submateri
Manfaat Keanekaragaman Hayati SMA. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas
Tanjung Pura Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai