Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah peningkatan persisten pada tekanan darah sistolik ptingkat
140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic pada tingkat 90 mmHg atau lebih
(Black & Hawks, 2009). Pada tahun-tahun terakhir ini, prevalensi terjadinya hipertensi
meningkat dan yang terkontrol sangat bervariasi, dengan mayoritas penduduk dengan
hipertensi tidak terkontrol (Black & Hawks, 2009).
Prevalensi hipertensi di dunia mencapai sekitar 20% pada usia dewasa dan 50%
pada usia lebih dari 60 tahun, dengan angka kematian 7,1 juta orang pertahun (WHO,
2016). Di Indonesia, Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke
dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi Jateng, 2010).
Salah satu faktor resiko hipertensi yang secara umum dialami oleh masyarakat
adalah stress (Lewis.et.al, 2011). Menurut Spruill (2010), stress menempati urutan
pertama penyebab hipertensi dengan penjelasan bahwa stress psikologis akan
meningkatkan resistensi vaskuler sehingga dapat menyebabkan tekanan darah menjadi
lebih tinggi.
Stress meningkatkan tahanan pembuluh darah tepi dan cardiak output dan
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatik. Dari waktu ke waktu hipertensi semakin
berkembang. Stresor dapat berupa apa saja, kegaduhan, infeksi, inflamasi, nyeri,
penurunan suplai oksigen, panas, dingin, trauma, pengeluaran cairan yang lama, respon
terhadap kejadian kehidupan, kegemukan, usia tua, obat-obatan, penyakit,
pembedahan, pengobatan medis dapat memunculkan respon stress. Bila stress
berlangsung lama atau berlebihan, target organ tidak berfungsi atau akan terjadi
penyakit (Black & Hawks, 2009).

2. METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Dari penelitian eksperimen
sendiri merupakan penelitian dengan menggunakan teknik uji yang bermaksud untuk melihat
adanya tanda-tanda atau akibat diberikan perlakuan tertentu seperti kelompok perlakuan dan
kelompok terkontrol (Notoadmojo, 2010). Bentuk penelitian yang dapat diterapkan pada
penelitian ini yaitu experiment. Desain yang digunakan penelitian adalah “ Pre and Post with

iv
Control” dengan simple random sampling. Gambaran desain yang akan dilakukan
digambarkan sebagai berikut ini : Pada kelompok kontrol menggunakan terapi farmakologi,
sedangkan kelompok perlakuan satu menggunakan terapi farmakologi, meditasi dan relaksasi
pasif selama 15 menit dan pada kelompok perlakuan dua menggunakan terapi farmakologi,
meditasi dan relaksasi pasif selama 30 menit. Pada awal pertemuan dilakukan pengukuran
tekanan darah dan pada akhir pertemuan dilakukan pengukuran tekanan darah

3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian meditasi terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.

v
BAB II
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan data diketahui bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dari pada laki – laki hingga 75,9% pada kelompok kontrol dan 69% pada kelompok
intervensi. Sedang golongan usia yang terbanyak pada kedua kelompok yaitu pada usia
lansia pertengahan.
2. Pengaruh Meditasi terhadap penurunan tekanan darah (n=57)

p=

p =0.948 0.885

Siastolik
Diastolik
p=
0.495
p= p = 0.33

0.229 p=
0.017
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa meditasisecara parsial mempengaruhi
tekanan darah diastolik pada minggu keenam setelah intervensiatau pada saat postes yang
ditunjukkandengan nilai Sig. p = 0.0495 < 0,05. Sedangkan jenis kelamin secara parsial
mempengaruhi pada tekanan darah sistolik dan diastolik dengan nilai Sig.<0.05.

Berdasarkan hasil uji statistik, setelah perlakuan meditasi yang dilaksanakan rutin
selama 6 minggu tampak bahwa secara statistik meditasi 15-20 menit berpengaruh
signifikan terhadap penurunan tekanan darah diastolik, baik secara parsial maupun
simultan. Adapun besar pengaruhnya 19%, artinya meditasi belum bisa menjadi terapi
utama karena masih ada 81% faktorlain yang dapat mempengaruhi tekanan darah.

Penurunan tekanan darah diastolik setelah intervensi meditasi menunjukkanbahwa


besarnya peran releksasi terhadapfungsi kardiovaskuler.Relaksasi yangbanyak digunakan
adalah dengan metodepernafasan.Metode pernafasan dalam yang digunakan dalam meditasi
mempunyai efek positif bagi sistem kardiovaskuler, yaitu memodulasi kerja saraf simpatis
dan resistensi perifer. Pernafansan dalam dengan frekuensi 6 – 10 kali permenit
menyebabkan meningkatkan tidal volum dan meningkatkan kualitas ventilasi yang berakibat
pada peningkatan sensitivitas baroreseptor yang mengatur tekanandarah yang bermakna
bagi penurunan tekanan darah (Sharma.et.al, 2011). Dengan kata lain, meditasi memperbaiki
fungsi jantung yang sangat berperan dalam pengaturan fase diastolik. Fisher (2016) dalam
artikel ilmiahnyamenyatakan bahwa metode relaksasidengan pernafasan merupakan metode
dasar bagi pemula yang ingin mengontrol tekanan darah yang dapat dilakukan selama 10 –
vi
15 menit. Jika metode ini telah berhasil, maka perlu dilanjutkan dengan waktu yang lebih
panjang dengan kombinasi seperti musik dan Yoga.

3. Pengaruh Meditasi dan karakteristik responden terhadap tekanan darah secara


simultan.

R2=22,8

Sistolik
p = 0.19
Distolik
R2=19%

p = 0.05

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi uji simultan regresi
linear berganda padatekanan darah sistolik adalah p=0.19 <
0.05 dan tekanan darah diastolik p=0.05artinya model regresi ini dapatdigunakan untuk
memprediksi tekanan darah sistolik dan diastolik. Maka dapat disimpulkan bahwa
meditasi, usia dan jenis kelamin secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
tekanan darah sistolik dan diastolik setelah intervensi. Besar pengaruh simultan pada
model ini adalah 0.228 pada tekanan darah sitolik dan 0.19 pada diastolik, artinya variasi
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi indikator tekanan darah sistolik
sebanyak 22.8% dan 19% pada diastolik, sedangkan sisanya sebanyak77,2% dan 81%
ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Secara statistic diketahui pula bahwa meditasi selama 15 – 20 ini mempunyai


pengarih yang signifikan secara simultan dengan variabel usia dan jenis kelamin dalam
menurunkan tekanan darah sistolik. Namun demikian, secara parsial tidak signifikan
dengan p = 0. 885 > 0.05. Adapun besar pengaruhnya 22.8%, artinya meditasi belum bisa
menjadi terapi utama karena masih ada 77.2% faktor lain yang dapat mempengaruhi
tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum bahwa meditasi dengan teknik
pernafasan yang dilaksanakan secara rutin tersebut efektif menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi. Khobragade et. al (2016) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa meditasi mampu merelaksasikan fisik dan terlebih psikologis sehingga mencegah
terjadinya spasme vaskuler yang bermakna pada penurunan tekanan darah.
Hasil penelitian ini menguatkan asumsi bahwa meditasi secara teorimempunyai efek
positif pada tekanan darah karena menimbulkan kondisi istirahat dari pikiran, dan

vii
memutuskan siklus stres (Samaga & Devi, 2015). Secara teori , meditasi ini biasanya
dilakukan selama 15-20 menit. Tindakan meditasi ini pula secara lebih dalam akan
mempengaruhi stabilitasproduksi neurotransmiter terutama epineprin sehingga aktivitas
fisik jantung menjadi lebih optimal dan kebutuhan oksigen tubuh tidak terlalubanyak (Ball
& Vernon, 2015). Penelitian pendukung lain yang menguatkan bahwa meditasi merupakan
terapi yang efektif menurunkan tekan darah yaitu Martin & Mardian (2016) dalam
penelitian tentang “Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi” menyatakanbahwa meditasi
selama 15 menitmempunyai pengaruh signifikan menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik dengan p = 0.001 , 0.05. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
baim sistolik maupuin diastolik pada akhirnya akan menurun dan berespons terhadap
meditasi. Hal ini sesuai dengan Goldstein et.al (2012) dala penelitian tentang Current
Perspectives on the Useof Meditation to Reduce Blood Pressure,.

viii
BAB

III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa meditasidengan teknik


relaksasi nafas dalam selama 15 – 20 menit yang dilakukan secara rutin 2 kali
seminggu terbukti secara parsial dan simultan dengan variabel usia dan jenis kelamin
mempengaruhi penurunan tekanan darah diastolik. Diketahui pula bahwameditasi
selama 15 – 20 menit yang dilaksanakan rutin rutin 2 kali semingguterbukti secara
simultan dengan variabel usia dan jenis kelamin signifikan mempengarihi tekanan
darah sistolik.

B. SARAN

Sebaiknya meditasi dilakukanoleh penderita hipertensi secara setiap 2 kali


seminggu selama 15 – 20 menit dalam jangka waktu minimal 6 minggu.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James W., Liu, Chunxu., Kryscio, Richard J. 2008. Blood Pressure

Response to Transcendent Meditation: A Meta-analysis, American Journal Of


Hypertensionmarch Volume 21 Number 3 310-316,doi:10.1038/ajh.2007.65.

Barnes,Vernon A., Johnson, David W.2012.

Prevention and Treatment ofCardiovascular Disease in Adolescents and Adults through


the Transcendental Meditation® Program: A Research ReviewUpdate, Curr Hypertens Rev.
2012 August ; 8(3): 227–242.,

NIH Public Access.Black, J.M & Hawks, J.H. 2009. Medical Surgical Nursing:clinical
management for positive outcome. (7th ed.). St. Louis: Elsevier• Saunder

Anda mungkin juga menyukai