Anda di halaman 1dari 14

Penggabungan Usaha

KELOMPOK 3 :

1. Aulia Ramadhani (46119007)

2. Yuyun Irfan Ramadhan (46119049)

3. Fathin Fathilia Halis (46119060)


Penggabungan Usaha

A. Konsep Dasar

B. Uraian Materi/Sub Tema

1. Pengertian Penggabungan Usaha

2. Bentuk – Bentuk Penggabungan Usaha

3. Alasan Penggabungan Usaha

4. Akuntansi Dalam Penggabungan Usaha

C. Studi Kasus/Case Study

D. Rangkuman

E. Pertanyaan Diskusi/Essay

1.

2.

3.
Penggabungan Usaha

KELOMPOK 3
1. Aulia Ramadhani (46119007)
2. Yuyun Irfan Ramadhan (46119049)
3. Fathin Fathilia Halis (46119060)

KONSEP DASAR / BASIC CONCEPT

Penggabungan usaha dilakukan dengan membutuhkan dua perusahaan atau lebih untuk
membentuk suatu organisasi atau perusahaan tunggal dalam menjalankan usaha. Pada
umumnya penggabungan usaha dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan
konsolidasi. Degan dilakukannya penggabungan usaha diharapkan perusahaan dapat
melanjutkan usahanya dengan lebih baik dengan bantuan serta kerja sama dari
perusahaan lain dan selanjutnya saling bersinergi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pada tahun 1990-an penggabungan usaha merupakan pertumbuhan aktifitas merger dan
akuisisi yang luar biasa, baik di Amerika maupun pasar internasional. Hal ini didukung
oleh pendapat seorang ahli bernama Hitt (2001: 293) yang menyatakan bahwa akuisisi
telah menjadi strategi yang popular di antara perusahaan-perusahaan Amerika Serikat
selama bertahun-tahun. Ia yakin bahwa strategi ini sangat berperan penting dalam
meningkatkan perekonomian bisnis-bisnis di Amerika Serikat selama tahun 1980-an dan
1990-an. Selain di Amerika seorang ahli di Indonesia bernama Payamta (2004: 266) juga
menyatakan pendapatnya bahwa aktifitas merger dan akuisisi mulai marak dilakukan
seiring dengan majunya pasar modal Indonesia. Isu-isu tentang penggabungan usaha
banyak dibicarakan oleh para pengamat ekonomi sejak tahun 1990-an. Penggabungan
usaha di Indonesia pun telah berkembang menjadi sebuah alternatif strategi bagi para
pelaku bisnis.

Banyak tujuan dan manfaat yang dapat dicapai dalam penggabungan usaha. Tujuan
utama dari penggabungan usaha adalah meningkatkan profitabilitas dan efisiensi dalam
mengoperasi suatu perusahaan. Selain itu, dengan adanya penggabungan usaha dapat
diperoleh lingkup pemasaran yang lebih luas dan volume penjualan yang lebih besar,
perolehan dan pengembangan organisasi ataupun perusahaan lebih kuat dan produksi
yang lebih baik, penghematan biaya dan juga peningkatan pengendalian pasar serta
perbaikan posisi bersaing antar perusahaan. Hal inilah yang dapat menjadi dasar untuk
mempelajari ilmu akuntansi penggabungan usaha.

Dalam akuntansi untuk penggabungan usaha sendiri terdiri dari dua metode yaitu
penggabungan usaha berdasarkan penyatuan kepentingan (pooling of interest) dan
penggabungan usaha dengan metode pembelian (purchase metod).
Setelah mempelajari materi ini, pembaca diharapkan untuk mampu memahami konsep-
konsep yang berkaitan dengan penggabungan usaha.

PENGERTIAN PENGGABUNGAN USAHA / SUB TEMA 1


Dikutip dari pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) no. 22 paragraf 8 tahun
1999 menyatakan bahwa penggabungan usaha (business combination) adalah dua tau
lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu perusahaan atau satu entitas ekonomi karena
satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali
dan kontrol atas operasi perusahaan lain. Menurut Hadori Yunus (1981: 224) berpendapat
bahwa penggabungan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan
dengan satu atau lebih dengan perusahaan lain kedalam satu kesatuan ekonomis.
Menurut Floyd A. Beams dan Amir Abadi Yusuf (2000) berpendapat bahwa
penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas. Dari definisi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa penggabungan usaha adalah salah satu strategi bisnis untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan dengan cara
menggabungkan dua atau lebih perushaan menjadi satu entitas bisnis.

BENTUK – BENTUK PENGGABUNGAN USAHA / SUB TEMA 2


Bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S. (2002: 240-241) dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu ditinjau dari bentuk penggabungannya dan segi hukumnya.
1. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan
usaha :
- Penggabungan Horizontal yaitu penggabungan perusahaan – perusahaan yang
sejenis menjadi satu perusahan yang lebih besar. Pada umumnya dasar
dibentuknya penggabungan ini agar menghindari adanya persaingan diantara
perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan –
perusahaan yang bersangkutan.
- Penggabungan vertical adalah penggabungan perusahaan yang sebelumnya
kedua perusahaan tersebut mempunyai hubungan yang saling menguntungkan.
Misalnya suatu perusahaan yang menjadi pemasok atau supplier bahan baku
perusahaan lain yang kemudia bergabung agar dapat terjaga kepastian bahan
baku dan kontinuitas produksi.
- Penggabungan konglomerat merupakan kombinasi dari penggabungan
horizontal dan vertical. Penggabungan konglomerat ini adalah gabungan dari
perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan, misalnya
perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan
makanan chatering.
2. Ditinjau dari segi hukumnya, Baker, Lembko, King (2005) menyatakan
penggabungan usaha memiliki 3 bentuk, yaitu :
- Merger statutori (statutory merger), merupakan jenis penggabungan usaha
dimana hanya satu dari perusahaan yang bergabung yang akan bertahan
sedangkan perusahaan lainnya dibubarkan. Aset dan kewajiban dari
perusahaan yang diakuisisi dipindahkan ke perusahaan pengakuisisi, dan
perusahaan yang diakuisisi dibubarkan. Setelah merger, operasi dari
perusahaan yang dulunya terpisah sekarang berada di bawah satu entitas.
- Akuisisi saham (stock acquisition) atau afiliasi, yaitu penggabungan usaha
dengan cara membeli atau mengakuisisi saham berhak suara perusahaan lain
untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang
dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan kedua perusahaan
tetap beroperasi sebagai dua entitas yang terpisah. Dalam afiliasi atau akuisisi
saham, timbul hubungan induk-anak perusahaan (parent-subsidiary
relationship). Induk perusahaan (parent company), yaitu perusahaan yang
membeli sebagian besar atau seluruh saham berhak suara perusahaan lain, dan
anak perusahaan (subsidiary company), yaitu perusahaan yang sebagian besar
atau seluruh sahamnya dibeli oleh perusahaan lain.
- Konsolidasi statutori (statutory consolidation), merupakan bentuk lain dari
merger, yaitu penggabungan usaha dimana satu perusahaan bergabung dengan
perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru. Perusahaan yang
bergabung dibubarkan, kemudian aset dan kewajiban dari perusahaan-
perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan yang baru dibentuk. Operasi
dari perusahaan yang dahulu terpisah kini berada di bawah pengendalian satu
entitas dan tidak satupun perusahaan yang bergabung tetap berdiri sejak
dilakukannya konsolidasi

ALASAN – ALASAN PENGGABUNGAN USAHA / SUB TEMA 3


Pada umumnya, penggabungan usaha dilakukan untuk memperluas dan mengembangkan
bisnis suatu perusahaan. Namun selain itu ada beberapa alasan lain yang menjadikan
penggabungan usaha perlu dilakukan, yaitu:

1. Memanfaatkan biaya (cost advantage) melalui penggabungan usaha sering kali


perusahaan bisnis lebih mudah memperoleh fasilitas yang dibutuhkan
dibandingkan dengan pengembangan, hal ini berlaku pada periode inflasi.
2. Rendahnya Resiko (lower risk) membeli lini produk yang sudah ada dan pasar
yang telah didirikan biasanya lebih kecil resikonya dibanding mengembangkan
produk dan pasar baru. Risiko akan lebih rendah apabila tujuannya adalah
diversifikasi. Hal itu dikarenakan para ilmuwan mungkin menemukan bahwa
produk tertentu akan membahayakan lingkungan dan kesehatan. Perusahaan yang
hanya membuat satu produk dan tidak terdiversifikasi mungkin saja akan
mengalami rendahnya penjualan dan mengakibatkan pada kebangkrutan apabila
hal-hal tersebut ditemukan. Sedangkan perusahaan dengan multiproduk dan
terdiversifikasi dapat berjalan dan mampu bertahan. Bagi perusahaan yang
berbisnis dalam industri dengan kapasitas manufaktur berlebih, penggabungan
usaha mungkin salah satu cara untuk berkembang.
3. Memperkecil keterlambatan operasi (fewer operating delay) dapat diperoleh
dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai. Fasilitas-fasilitas pabrik
yang telah diperoleh melalui penggabungan usaha diharapkan untuk segera
beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan
pemerintah. Sedangkan jika membangun fasilitas perusahaan yang baru, mungkin
saja terjadi penundaan dikarenakan perlunya persetujuan pemerintah untuk
memulai operasi.
4. Menghindari pengambilalihan (ovaidance of takeovers) beberapa perusahaan
bergabung untuk mencegah pengambilalihan di antara perusahaan tersebut. Hal
ini dikarenakan perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih rentan untuk diambil
alih, beberapa di antaranya memakai strategi pembeli yang agresif sebagai bentuk
pertahanan terbaik terhadap usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain.
Perusahaan – perusahaan denga rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi
cenderung bukan calon pengambil alih yang menarik, contohnya perbankan.
Beberapa bank – bank independent mengakuisisi bank – bank tetangganya untuk
memperluas pasar dan berkembang menjadi bank regional. Penggabungan
tersebut menjadi cara untuk mencegah pengambilalihan oleh bank asing.
5. Akuisisi harta tidak berwujud (acqusition of intangible assets) adalah
penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud.
Jadi, akuisisi atas hak paten, hak penambangan mineral, atau keahlian manajemen
mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha.
6. Alasan lainnya (other reasons) selain untuk perluasan, perusahaan dapat memilih
penggabungan usaha untuk memperoleh keuntungan pajak atas pendapatan
pribadi dan keuntungan pajak real estate serta alasan-alasan pribadi.

METODE AKUNTANSI DALAM PENGGABUNGAN USAHA / SUB TEMA 4

Dalam penggabungan usaha terdapat dua metode akuntansi yang diterima dalam praktik
yaitu:

1. Metode Penyatuan Kepemilikan (Pooling of Interest Method)


Dalam akuntansi penggabungan usaha dengan metode penyatuan kepemilikan (by
pooling of interest method) terjadi apabila pada suatu kombinasi dari dua atau
lebih badan usaha, dimana pemegang – pemegang dari bagian penting atas
kepemilikan dari masing – masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan
usaha yang kemudian memiliki harta kekayaan dan usaha – usaha dari perusahaan
– perusahaan yang bergabung baik secara langsung atau melalui satu atau lebih
anak perusahaan, pendapat tersebut dikemukakan oleh Yunus dan Harmanto
(1981).
Dalam metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method) diasumsikan
bahwa kepemilikan perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara
relatif tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Hal itu dikarenakan tidak
ada salah satu pun dari perusahaan – perusahaan yang bergabung dianggap telah
memperoleh perusahaan – perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada
pembelian maupun tidak ada harga pembelian sehingga hal tersebut tidak ada
dasar pertanggungjawaban baru.
Saldo laba atau laba ditahan dari perusahaan yang digabung juga dimasukkan
dalam entitas yang disatukan dan pendapatan dari entitas yang disatukan termasuk
dalam pendapatan dari perusahaan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan
mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan, hal itu dikemukakan oleh
Beams (2004: 5). Jika dilihat dari aspek ekonomisnya maka metode penyatuan
kepemilikan (pooling of interest method) mempunyai keunggulan dari aspek
perpajakan. Karena dalam metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest
method) transaksi yang terjadi tidak dapat dipandang sebagai objek pajak dan
tidak dianggap sebagai suatu bentuk investasi (Sudibyo dan Gurendrawati, 1999).
Hal - Hal yang perlu diperhatikan dalam metode penyatuan kepentingan (by
pooling of interest) adalah :
- Aset bersih (=jumlah aset dikurang jumlah hutang) perusahaan yang
digabungkan harus berdasarkan nilai buku.
- Jika modal saham setelah penggabungan nilainya lebih besar dari modal
saham sebelum penggabungan dan selisih nya tidak melebihi agio saham,
maka selisih tersebut dibebankan menambah modal saham dan mengurang
agio saham.
- Jika modal saham setelah penggabungan nilainya lebih besar dari jumlah
modal saham sebelum penggabungan dan selisihnya melebihi agio saham,
maka selisih tersebut dibebankan menambah modal saham, mengurang agio
saham, dan mengurang laba.
- Jika modal saham setelah penggabungan nilainya lebih kecil dari jumlah
modal saham sebelum penggabungan, maka selisih tersebut dibebankan
menambah agio saham.
- Jika modal saham setelah penggabungan nilainya sama dengan jumlah modal
sebelum penggabungan, maka komposisi modal tidak akan berubah.

2. Metode Pembelian (Purchase Method)


Dalam akuntansi penggabungan usaha dengan metode pembelian (purchase
method) terjadi apabila dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan
usaha, dimana bagian yang terpenting dari pemilikam perusahaan atau
perusahaan-perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila
penggabungan badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang
bergabung tidak lagi berpartisipasi secara substansiil di dalam perusahaan tunggal
yang dibentuk. Dengan kata lain sebagai akibat kombinasi usaha itu terjadi atau
timbul suatu kepemilikan baru. Penggabungan demikian disebut sebagai
penggabungan atas dasar pembelian (Yunus dan Harnanto, 1981).
Berdasarkan metode pembelian, perusahaan yang memperoleh ataupun membeli
dan memcatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai
wajarnya. Biaya perolehan atau biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
perusahaan akan dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat
diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Setiap
kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh akan
dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimal 20 tahun menurut
PSAK No. 19. Hal tersebut dikemukaan oleh Beams (2004).
Dengan menggunakan metode pembelian (purchase method) dalam
penggabungan usaha, maka keuntungannya setelah penggabungan usaha, laporan
keuangan perusahaan yang mengakuisisi akan mencermikan hasil usaha gabungan
sejak terjadinya penggabungan dan laba ditahan perusahaan yang diakuisisi
dianggap sebagai laba ditahan perusahaan gabungan. Selain itu, terjadi juga
penambahan aktiva dari perusahaan yang di akuisisi (Sudibyo dan Gurendrawati,
1999).
Hal - Hal yang perlu diperhatikan dalam metode penyatuan kepentingan (by
pooling of interest) adalah :
- Aset bersih (=jumlah aset dikurang jumlah hutang) dari perusahaan yang
dibeli harus direvaluasi berdasarkan harga pasar atau harga yang wajar
- Jika saham yang diserahkan (menurut harga pasar) nilainya lebih besar dari
aset bersih yang diterima (menurut harga pasar), maka selisihnya diperlakukan
sebagai goodwill (muhibah)
- Jika saham yang diserahkan (menurut harga pasar) nilainya lebih kecil dari
aset bersih yang diterima (menurut harga pasar), maka selisihnya diperlakukan
sebagai pengurang aset selain kas
- Jika saham yang diserahkan (menurut harga pasar) nilainya sama dengan dari
aset bersih yang diterima (menurut harga pasar), maka tidak ada goodwill dan
tidak ada pengurang aset selain kas
STUDI KASUS / CASE STUDY

Ilustrasi Penggabungan dengan Metode Pembelian

PT. Bumi Jaya memperoleh aktiva bersih PT. Harmoni melalui penggabungan dengan metode
pembelian yang dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2021. Aktiva dan kewajiban PT.
Harmoni pada tanggal tersebut, pada nilai buku dan nilai wajarnya, adalah sebagai berikut
(dalam ribuan):

Nilai Buku Nilai Wajar


Aktiva
Kas Rp 55 Rp 55
Piutang Bersih 100 130
Persediaan 150 200
Tanah 30 50
Bangunan – Bersih 200 400
Peralatan – Bersih 150 250
Paten` - 50
Total Aktiva 685 1.135

Kewajiban
Utang Usaha Rp 50 Rp 50
Wesel Bayar 100 125
Kewajiban Lain-Lain 50 60
Total Kewajiban 200 235
Aktiva Bersih 485 900

KASUS 1 : GOODWILL

PT. Bumi Jaya membayar Rp. 300.000 tunai dan menerbitkan 40.000 lembar saham biasa
dengan nilai nominal Rp.10 per saham dan nilai pasar Rp.20 persaham untuk memperoleh aktiva
bersih PT. Harmoni. Ayat jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada pembukuan PT.
Bumi Jaya 27 Desember 2021 adalah :

Investasi dalam PT. Bumi Jaya 1.100


Kas 300
Saham Biasa, nominal Rp.10 400
Tambahan modal disetor 400
Untuk mecatat penerbitan 40.000 lembar saham biasa
nominal Rp.10 ditambah kas Rp.300.000 dalam penggabungan
usaha menurut metode pembelian dengan PT. Bumi Jaya

Kas 55
Piutang bersih 130
Persediaan 200
Tanah 50
Bangunan 400
Peralatan 250
Paten 50
Goodwill 200
Utang Usaha 50
Wesel bayar 125
Kewajiban lain – lain 60
Investasi dalam PT. Bumi Jaya 1.100

Untuk membebankan biaya PT. Harmoni ke aktiva yang dapat


Diidentifikasi yang diperoleh dan kewajiban yang di
Tanggung atas dasar nilai wajarnya dan ke goodwill.

Jumlah yang dibebankan ke aktiva dan kewajiban didasarkan pada nilai wajar, kecuali goodwill.
Goodwill ditentukan dengan menurunkan nilai wajar aktiva bersih yang dapat diindentifikasi
yang diperoleh sebesar Rp.900.000 dari harga beli aktiva bersih PT. Harmoni Rp.1.100.000

KASUS 2 : NILAI WAJAR MELEBIHI BIAYA INVESTASI (GOODWILL NEGATIF)

PT. Bumi Jaya menerbitkan 40.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp.10 dan nilai
pasar Rp. 20 persaham, dan juga memberikan wesel bayar berjangka 5 tahun, bunga 10% dengan
senilai Rp. 200.000 untuk aktiva bersih PT. Harmoni. Pembukuan PT. Bumi Jaya mencatat
penggabungan usaha PT. Bumi Jaya dan PT. Harmoni sebagai pembelian pada tanggal 27
Desember 2021 dengan ayat jurnal berikut (dalam ribuan) :

Investasi dalam PT.Harmoni 1.000


Saham biasa, niminal Rp.10 400
Tambahan modal disetor 400
Wesel bayar 10%, 5 tahun 200
Untuk mencatat penerbitan 40.000 lembar saham biasa
Nominal Rp. 10, ditambah wesel 10% sebesar Rp. 200.000
Dalam penggabungan usaha menurut metode pembelian dengan
PT. Harmoni.

Kas 55
Piutang Bersih 130
Persediaan 200
Tanah 45
Bangunan 360
Peralatan 225
Paten 45
Utang usaha 50
Wesel Bayar 125
Kewajiban lain – lain 60
Untuk membebankan biaya PT. harmoni ke aktiva yang dapat
Diidentifikasikan yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung
Berdasarkan nilai wajarnya dikurangi bagian proposional
Dari kelebihan nilai wajar atas nilai investasi.

Jumlah yang dibebankan ke setiap akun aktiva dan kewajiban individual pada ayat jurnal di atas
sesuai dengan FASB Statement No. 141 untuk penggabungan usaha. Karena nilai wajar sebesar
Rp. 900.000 dari aktiva bersih yang dapat diidentifikasi yang diperoleh melebihi harga beli Rp.
1.000.000 sebesar Rp. 100.000, jumlah yang dapat dibebankan ke aktiva tidak lancer
dikurangkan sebesar 10% (kelebihan sebesar Rp. 100.000 dibagi nilai wajar aktiva tidak lancer
Rp. 1.000.000). Pengurangan pada aktiva tidak lancer adalah (dalam ribuan) :

Kurang 10%
Nilai Pengurangan atas Kelebihan Jumlah yang dapat
Wajar Aktiva Nilai Wajar terhadap Biaya* dibebankan ke aktiva

Tanah Rp. 50 Rp. 5 Rp. 45


Bangunan 400 40 360
Peralatan 250 25 225
Paten 50 5 45
Total 750 75 675
*Alternatif lain, pengurangan kelebihan nilai wajar terhadap biaya untuk tiap – tiap aktiva tidak
lancer juga dapat dihitung sebagai berikut (dalam ribuan):

Tanah Rp. 50/Rp. 1.000 x Rp.100 = Rp. 5


Bangunan Rp. 400/Rp. 1.000 x Rp.100 = 40
Peralatan Rp. 250/Rp. 1.000 x Rp.100 = 25
Paten Rp. 50/Rp. 1.000 x Rp.100 = 5
Rp. 75

Dalam beberapa contoh, kelebihan nilai wajar terhadap biaya mungkin sedemikian besar
sehingga saldo yang tersisa setelah aktiva dikurangi menjadi nol. Sisa kelebihan pada kasus ini
harus dilaporkan sebagai keuntungan luar biasa.

Ilustrasi Penggabungan dengan Metode Penyatuan Kepemilikan

Ayat – ayat jurnal akuntansi untuk mencatat penyatuan pada pertengahan tahun diilustrasikan
pada kasus 1 dan 2. Penyatuan kepemilikan PT. Maxi dan PT. Minelium pada tanggal 1 Juli
19X6. Neraca saldo untuk kedua perusahaan pada tanggal 30 Juni 19X6 sebagai berikut :

PT. Maxi PT. Milenium

Aktiva lain – lain Rp 700.000.000 Rp 310.000.000


Beban – beban 200.000.000 40.000.000
Total debit 900.000.000 350.000.000
Modal saham @ Rp.10.000 Rp 500.000.000 Rp 200.000.000
Laba ditahan 200.000.000 30.000.000
Pendapatan 200.000.000 120.000.000
Total kredit 900.000.000 350.000.000

Kasus 1 : Merjer PT. Maxi, entitas yang tetap beroperasi, menerbitkan 22.000 lembar saham
biasa dengan nilai nominal Rp10.000 untuk memperoleh aktiva bersih PT. Minelium pada
tanggal 1 Juli 19X6. Ayat jurnal pada buku PT. Maxi untuk mencatat merjer tersebut adalah :
1 Juli 19X6
Aktiva lain – lain Rp 310.000.000
Beban – beban 40.000.000
Modal saham, @ Rp10.000 Rp 220.000.000
Laba ditahan 10.000.000
Pendapatan 120.000.000
Untuk mencatat penerbitan 20.000 lembar saham
Dalam merjer secara penyatuan dengan PT. Milenium.

Segera setelah ayat jurnal ini dicatat, neraca saldo PT. Maxi adalah sebagai berikut :
Debit Kredit
Aktiva – aktiva lain Rp 1.010.000.000
Beban – beban 240.000.000
Modal saham Rp 720.000.000
Laba ditahan 210.000.000
Pendapatan 320.000.000
Rp 1.250.000.000 Rp 1.250.000.000
Perhatikan bahwa jumlah maksimum laba ditahan sebesar Rp 250.000.000 yang dapat disatukan
telah dikurangi dengan Rp 250.000.000 yang dapat disatukan telah dikurangi dengan
Rp20.000.000, yaitu kelebihan modal disetor perusahaan yang tetap beroperasi (Rp720.000.000)
terhadap modal disetor dari perusahaan – perusahaan yang bergabung (Rp700.000.000).

Kasus 2 : Konsolidasi PT. Madah dibentuk untuk mengkonsolidasikan operasi dari PT. Maxi
dan PT. Minelium. Pada tanggal 1 Juli 19X6 PT. Madah menerbitkan 72.000 lembar saham biasa
dengan nilai nominal Rp10.000 untuk memperoleh aktiva bersih PT. Maxi dan PT. Minelium;
50.000 lembar saham untuk PT. Maxi dan 22.000 lembar saham untuk PT. Minelium. Ayat
jurnal pada buku PT. Madah untuk mencatat penyatuan kepemilikan adalah :

1 Juli 19X6
Aktiva Lain – Lain Rp1.010.000.000
Beban – beban 240.000.000
Modal disetor @ Rp10.000 Rp720.000.000
Laba ditahan 210.000.000
Pendapatan 320.000.000
Untuk mencatat penerbitan 72.000 lembar saham
Dalam penyatuan kepemilikan PT. Maxi dan PT. Minelium
Karena nilai nominal saham beredar PT. Madah adalah sama seperti pada kasus 1 dimana PT.
Maxi adalah entitas yang tetap beroperasi, neraca saldo PT. Madah setelah penggabungan akan
sama seperti untuk PT. Maxi pada kasus 1.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. (2015). Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Beams, F., Anthony, J., Clement, R., & Lowensohn, S. (2009). Akuntansi Lanjutan (Advanced
Accounting).(9). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Asun. (2022, Maret 20). Pengaruh Pemilihan Akuntansi Untuk Merger dan Akuisisi Terhadap
Harga Saham. Diperoleh dari https://repository.usd.ac.id/15009/2/022114122_Full.pdf

Muh Rahmadin, La Ode. (2022, Maret 20). Makalah AKL Penggabungan Usaha. Diperoleh dari
https://id.scribd.com/document/455678996/MAKALAH-AKL-PENGGABUNGAN-USAHA

Mangoting, Yenni. (2022, Maret 20). Penggunaan Metode By Purchase Dan Pooling of Interest
Dalam Rangka Penggabungan Usaha (Business Combination) Dan Efeknya Terhadap Pajak
Penghasilan. Diperoleh dari https://media.neliti.com/media/publications/73500-ID-none.pdf

Nursasmito, Irfan. (2022, Maret 19). Penggabungan Usaha dan Investasi Saham. Diperoleh dari
http://repository.ut.ac.id/3867/1/EKSI4309-M1.pdf

Fitri, Annisa. (2022, Maret 20). Penggabungan Usaha. Diperoleh dari


https://www.academia.edu/19596077/Penggabungan_Usaha

Anda mungkin juga menyukai