id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kue Kering
Menurut SNI No. 01-2973-1992, kue kering (cookies) adalah jenis
biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, renyah dan bila
dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat. Pada umumnya
pembuatan kue kering adalah sebagai berikut bahan dilumatkan, kemudian
dimasak dan dicetak berupa lempengan tipis yang disebut kue kering. Olahan
kue kering tidak memerlukan pengembangan volume seperti kue basah atau
rerotian, tetapi harus renyah, tidak cepat menyerap air, tidak keras dan tidak
mudah hancur (Suarni, 2009). Standar mutu kue kering menurut SNI No. 01-
2973-1992 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Cookies Menurut SNI No. 01-2973-1992
No Jenis uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan:
a. Bau - Normal
b. Rasa - Normal
c. Warna - Normal
d. Tekstur - Normal
2. Kadar air (b/b) % Maksimal 5
3. Kadar abu (b/b) % Maksimal 2
4. Kadar protein (b/b) % Minimal 6
5. Bahan Tambahan Pangan
a. Pewarna - Sesuai SNI 0222-M No.
722/Men.Kes/Per/IX/88
b. Pemanis - Tidak boleh ada
6. Cemaran logam:
a. Tembaga (Cu) mg/kg Maksimal 10,0
b. Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 1,0
c. Seng (Zn) mg/kg Maksimal 40,0
d. Raksa (Hg) mg/kg Maksimal 0,05
7. Cemaran arsen (As) mg/kg Maksimal 0,5
8. Cemaran mikroba:
a. Angka lempeng total koloni/g Maksimal 1 x 106
b. Coliform APM/g Maksimal 20
c. E. coli APM/g <3
d. Kapang koloni/g Maksimal 1 x 102
commit to
Sumber : Badan Standarisasi Nasional user
(1992).
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Astawan dan Andreas, 2009). Standar mutu tepung terigu yang baik
menurut SNI No. 01-3751-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Syarat Mutu Terigu Menurut SNI No. 01-3751-2006
No Jenis uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan:
a. Bentuk - Serbuk
b. Bau - Normal (bebas dari
bau asing)
c. Warna Putih, khas terigu
2. Benda asing - Tidak ada
3. Serangga dalam semua - Tidak ada
bentuk stadia dan
potongan-potongannya
yang tampak
4. Kehalusan, lolos ayakan % Minimal 95
212 μm (mesh No. 70)
(b/b)
5. Kadar air (b/b) % Maksimal 14,5
6. Kadar abu (b/b) % Maksimal 0,70
7. Kadar protein (b/b) % Minimal 7,0
8. Keasaman mg KOH/100g Maksimal 50
9. Falling number (atas dasar detik Minimal 300
kadar air 14%)
10. Besi (Fe) mg/kg Minimal 50
11. Seng (Zn) mg/kg Minimal 30
12. Vitamin B1 (tiamin) mg/kg Minimal 2,5
13. Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Minimal 4
14. Asam folat mg/kg Minimal 2
15. Cemaran logam:
a. Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 1,0
b. Raksa (Hg) mg/kg Maksimal 0,05
c. Cadmium (Cd) mg/kg Maksimal 0,1
16. Cemaran arsen mg/kg Maksimal 0,50
17. Cemaran mikroba:
a. Angka lempeng total koloni/g Maksimal 1 x 106
b. Escherichia coli APM/g Maksimal 10
c. Kapang koloni/g Maksimal 1 x 104
d. Bacillus cereus koloni/g Maksimal 1 x 104
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2006)
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gula juga berfungsi mmberi aroma wangi dan khas pada kue kering, ini
karena proses karamelisasi saat pemanggangan penggunaan gula yang
berlebihan akan menyebabkan kue lengket, mudah gosong dan bentuknya
melebar (Handayani dan R. Adie, 2014).
Tabel 2.7 Syarat Mutu Gula Pasir Menurut SNI No. 3140-3-2010
No. Parameter uji Satuan Persyaratan
1 Warna
1.1 Warna Kristal CT 4,0- 7,5
1.2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200
2 Besar jenis butir mm 0.8-1,2
3 Susut pengeringan (b/b) % maks 0,1
4 Polarisasi (0Z, 200C) “Z” min 99,6
5 Abu konduktiviti (b/b) % maks 0,10
6 Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang oksida (SO2) mg/ kg maks 30
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/ kg maks 2
7.2 Tembaga (Cu) mg/ kg maks 2
7.3 Arsen (As) mg/ kg maks 1
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2010)
4. Garam
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk
kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium
klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida,
magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat /
karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density
(tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.
Garam natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya
dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) yang
merupakan padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis
dan apabila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis
(Subhan, 2014).
Dalam pembuatan adonan makanan biasanya menggunakan garam
yang halus, bersih, dan cepat larut. Selain sebagai penambah rasa asin,
garam juga bisa digunakan sebagaai
commit penguat rasa (falvour enhancer).
to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam bentuk tincure dan untuk parfum dalam bentuk tincure atau absolut.
Untuk konsumsi langsung dalam rumah tangga umumnya dalam bentuk
serbuk utuh atau bubuk. Penggunaannya langsung dicampurkan kedalam
bahan makanan atau minuman (Hadipoenyanti dkk., 2007).
Salah satu bahan aroma yang digunakan dalam pembuatan kue yaitu
vanili. Vanili merupakan hasil dari biji buah vanili. Vanili bubuk yang
banyak dipakai sekarang dibuat sintesis dari eugenol dengan alkali alkohol
pada suhu 1400C atau dengan KOH pada suhu 2200C. Penggunaan vanili
yang terlalu banyak akan memberikan rasa pahit pada kue
(Hanifa dan Luthfeni, 2006).
Vanili kerap ditambahkan ke dalam adonan kue kering. Fungsinya
untuk menambah aroma kue kering menjadi lebih wangi (Yulia, 2015).
Syarat mutu vanili sesuai SNI No. 01-0010-2002 dapat dilihat pada
Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Syarat Mutu Vanili Menurut SNI No. 01-0010-2002
No Jenis Mutu Tingkatan Mutu
Mutu IA Mutu IB Mutu II Mutu III
1. Bentuk Utuh Utuh Utuh/dipotong Utuh/dipotong
2. Ukuran polong Min. 11 Min. 11 Min. 8 Min. 8
utuh (cm)
3. Ukuran polong Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak
dipotong- disyaratkan disyaratkan
potong
4. % Polong utuh Maks. 5 Tidak Tidak Tidak
yang pecah dan disyaratkan disyaratkan disyaratkan
terpotong
5. % Kadar air Maks. 38 Maks. 38 Maks. 30 Maks. 25
6. % Kadar vanilin Min. 2,25 Min. 2,25 Min. 1,50 Min. 1,00
7. % Kadar abu Maks. 8 Maks. 8 Maks. 9 Maks. 9
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2002)
7. Pewarna Makanan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Salah satu
bahan tambahan pangan yaitu pewarna makanan. Pewarna (colour) adalah
commit
bahan tambahan pangan berupa to useralami dan pewarna sintetis, yang
pewarna
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Air
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 dijelaskan bahwa air adalah air minum, air
bersih, air kolam renang dan air pemandian umum. Selanjutnya air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Menurut Ichsan (1979) dalam Suhartini (2008), pada
dasarnya air dikatakan bersih, apabila telah memenuhi 3 persyaratan, yaitu :
a. Syarat fisik, artinya air tersebut harus tidak berwarna (jernih), tidak
berbau, tidak berasa, tidak keruh, mempunyai suhu di bawah udara
setempat (segar)
b. Syarat-syarat bakteri, setelah melalui pemeriksaan, maka sekurang-
kurangnya dalam 90 % dari jumlah contoh air yang dikumpulkan tidak
terdapat bakteri golongan coli
c. Syarat-syarat kimia, air tidak mengandung racun atau zat-zat mineral
dalam jumlah terlalu banyak dan tidak boleh mengandung zat kimia yang
dipergunakan dalam pengolahan dengan jumlah yang terlalu besar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Bersih adalah sebagai berikut:
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kadar
Maksimum
No Parameter Satuan Keterangan
yang
diperbolehkan
3. Kimia Organik
3.1 Aldrin dan dieldrin mg/L 0,0007
3.2 Benzene mg/L 0,01
3.3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
3.4 Chloroform (total mg/L 0,007
Isomer)
3.5 Chloroform mg/L 0,03
3.6 2.4-D mg/L 0,10
3.7 DDT mg/L 0,03
3.8 Detergen mg/L 0,5
3.9 1,2-D ichloroethene mg/L 0,01
3.10 1.1- Dichloroethene mg/L 0,0003
3.11 Heptachlor dan mg/L 0,003
Heptaclorepoxide
3.12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
3.13 Gamma-HCH mg/L 0,004
(Lindane)
3.14 Methoxychlor mg/L 0,10
3.15 Pentachloropenol mg/L 0,01
3.16 Pestisida total mg/L 0,10
3.17 2,4,6- mg/L 0,01
Trichoropheno1
3.18 Zat organik mg/L 10
(KMnO4)
4. Mikrobiologik
4.1 Total Koliform Jumlah 0 Bukan air
per 100 pipaan
ml
4.2 Koliform tinja belum Jumlah 0 Bukan air
diperiksa per 100 pipaan
ml
5. Radio Aktivitas
5.1 Aktivitas Alpha Bg/L 0,1
(Gross Alpha
Activity)
5.2 Aktivitas Beta Bg/L 1,0
(Gross Beta Activity)
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI, 1990
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Pengemasan
Menurut pendapat Suryani dkk (2005), pengemasan merupakan proses
akhir yang akan menentukan kualitas produk yang telah diproduksi tidak
mengalami perubahan selama didistribusikan. Selain untuk
mempertahankan dan menghindari kerusakan selama penyimpanan,
pengemasan juga bertujuan untuk memudahkan transportasi dan handling
bahan.
E. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu produk pangan erat kaitannya dengan sistem
pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan, penyimpangan
yang terjadi dan hasil akhir. Sebagai ilustrasi, secara internal (citra mutu
pangan) dapat dinilai atas ciri fisik (penampilan: warna, ukuran,bentuk dan
cacat; kinestika: tekstur, kekentalan dan konsistensi; citarasa: sensasi,
kombinasi bau dan cicip) serta atribut tersembunyi (nilai gizi dan keamanan
mikroba). Sedangkan secara eksternal (citra perusahaan) ditunjukkan oleh
kemampuan untuk mencapai kekonsistenan mutu (syarat dan standar) yang
ditentukan oleh pembeli, baik di dalam maupun di luar negeri. Pengendalian
mutu pangan juga bisa memberikan makna upaya pengembangan mutu produk
pangan yang dihasilkan oleh perusahaan atau produsen untuk memenuhi
kesesuaian mutu yang dibutuhkan konsumen. Untuk ilustrasi sederhana, suatu
kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan suatu pasar swalayan, yaitu
melakukan sortasi berulang-ulang terhadap sayur dan buah-buahan yang
diperoleh dari pemasok sebelum siap dijual. Misalnya penerimaan
diidentifikasikan oleh kondisi daun hijau segar dan tidak kekuningan atau
coklat, daun tidak berlubang, batang/tangkai daun tidak lecet/luka atau patah,
tidak berbau yang tidak enak, warna cerah dan mengkilap, tidak layu dan tidak
berserangga/berulat; dan untuk buah-buahan dicirikan oleh tingkat kematangan
optimum, ukuran dan bentuk relatif seragam, tidak berlubang, tidak cacat fisik
dan permukaan menarik (Hubeis, 1999)
Menurut Assauri (2008), pengawasan mutu adalah kegiatan untuk
memastikan apakah kebijakan commit to user
dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk
mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai
dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan
perusahaan. Dengan demikian, dalam hal pengawasan mutu semua produk
yang dihasilkan harus diawasi sesuai dengan standar dan penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi harus dicatat serta dianalisis agar dapat digunakan
untuk tindakan-tindakan perbaikan produksi pada masa yang akan datang.
Menurut Ahyari (1996), untuk melaksanakan pengendalian mutu dapat
ditempuh dengan 3 pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan bahan baku
Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap
kualitas produk akhir. Bahkan di dalam beberapa jenis perusahaan tertentu
pengaruh kualitas bahan baku ini sedemikian besarnya, sehingga hampir
seluruh kualitas produk akhir ditentukan oleh kualitas bahan baku.
Meninggalkan pengendalian kualitas bahan baku. Bagi perusahaan yang
memproduksi suatu barang, dimana karakteristik bahan baku langsung
menjadi karakteristik produk jadi maka kualitas bahan baku ini akan sangat
besar pengaruhnya bagi kualitas produk akhir perusahaan.
b. Pendekatan proses produksi
Proses produksi merupakan kegiatan utama di dalam perusahaan.
Dalam pelaksanaan proses produksi perusahaan ini perlu mengadakan
pengendalian yang cukup memadai agar produk akhir mempunyai kualitas
yang baik.
c. Pendekatan produk akhir
Setelah suatu produk selesai proses produksinya perlu adanya
pengendalian kualitas. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung kepada
adanya kepuasan konsumen terhadap produk perusahaan. Untuk dapat
memberikan tindakan untuk peningkatan kualitas produk perusahaan
sedapat mungkin mengumpulkan informasi-informasi mengenai produk
langsung dari konsumen. Dari berbagai macam keluhan tersebut dapat
diambil kesimpulan tentangcommit to userkekurangan dan kelebihan produk
kelemahan,
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau gabungan proses fisik dan kima untuk menghilangkan kotoran dan
lapisan jasad renik dari lingkungan, bangunan, peralatan.
c. Program Higiene dan Sanitasi
1) Program Higiene dan Sanitasi seharusnya menjamin semua bagian
dari tempat produksi telah bersih, termasuk pencucian alat-alat
pembersih.
2) Program Higiene dan Sanitasi seharusnya dilakukan secara berkala
serta dipantau ketepatan dan keefektifannya dan jika perlu dilakukan
pencatatan.
d. Program Pengendalian Hama
1) Hama (binatang pengerat, serangga, unggas dan lain-lain) merupakan
pembawa cemaran biologis yang dapat menurunkan mutu dan
keamanan dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya hama
ke ruang produksi yang akan mencemari pangan.
2) Mencegah masuknya hama
a) Lubang-lubang dan selokan yang memungkinkan masuknya hama
harus selalu dalam keadaan tertutup.
b) Jendela, pintu dan lubang ventilasi harus dilapisi dengan kawat
kasa untuk menghindari masuknya hama.
c) Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, domba, ayam dan lain-
lain tidak boleh berkeliaran di sekitar dan di dalam ruang produksi.
d) Bahan pangan tidak boleh tercecer karena dapat mengundang
masuknya hama.
3) Mencegah timbulnya sarang hama di dalam ruang produksi
a) Pangan seharusnya disimpan dengan baik, tidak langsung
bersentuhan dengan lantai, dinding dan langit-langit.
b) Ruang produksi harus dalam keadaan bersih.
c) Tempat sampah harus dalam keadaan tertutup dan dari bahan yang
tahan lama.
d) IRTP seharusnya memeriksa lingkungan dan ruang produksinya
commit to sarang
dari kemungkinan timbulnya user hama.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Pemberantasan Hama
1) Sarang hama seharusnya segera dimusnahkan.
2) Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu
dan keamanan pangan.
3) Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan
perangkap tikus atau secara kimia seperti dengan racun tikus.
4) Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan
tidak mencemari pangan.
5) Penanganan Sampah
Penanganan dan pembuangan sampah dilakukan dengan cara yang
tepat dan cepat, sampah tidak dibiarkan menumpuk di lingkungan dan
ruang produksi, segera ditangani dan dibuang.
8. Penyimpanan
Penyimpanan bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku,
bahan penolong, BTP) dan produk akhir dilakukan dengan baik sehingga
tidak mengakibatkan kontaminasi silang, penurunan mutu dan keamanan
pangan.
a. Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir
1) Bahan dan produk akhir harus disimpan terpisah dalam ruangan yang
bersih, sesuai dengan suhu penyimpanan, bebas hama, penerangannya
cukup.
2) Penyimpanan bahan baku tidak boleh menyentuh lantai, menempel ke
dinding maupun langit-langit.
3) Penyimpanan bahan dan produk akhir harus diberi tanda dan
menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan sistem First
Expired First Out (FEFO), yaitu bahan yang lebih dahulu masuk dan/
atau memilki tanggal kadaluwarsa lebih awal harus digunakan terlebih
dahulu dan produk akhir yang lebih dahulu diproduksi harus
digunakan/ diedarkan terlebih dahulu.
4) Bahan-bahan yang mudah menyerap air harus disimpan di tempat
commit
kering, misalnya garam, gula, to
danuser
rempah-rempah bubuk.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41