Anda di halaman 1dari 9

CONTEXTUAL LEARNING (RESUME)

MATERI PRODUKSI BENIH HIBRIDA

APLIKASI TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN


KONVENSIONAL

Oleh

Muhammad Restu Nugraha 150104220018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOPRENEUR

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2022
PRODUKSI BENIH HIBRIDA

Dalam dunia pertanian, mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan benih,
dimana benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan
tanaman, atau berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Namun, sebagian orang
mungkin tidak mengetahui mengenai apa itu benih hibrida. Lalu, ap aitu
sebenernya benih hibrida?

Benih hibrida merupakan kultivar yang merupakan keturunan langsung


dari persilangan antara dua atau lebih populasi suatu spesies yang berbeda latar
belakang genetiknya. Benih hibrida ini tentu sangat dibutuhkan oleh para petani
dalam dunia pertanian, dengan beberapa alasan yang salah satunya adalah benih
hibrida mampu meningkatkan produktivitas tanaman, bahkan mencapai hasil
panen yang maksimal.

TUJUAN PERAKITAN KULTIVAR HIBRIDA

Varietas hibirida dibuat untuk mengambil manfaat dari munculnya


kombinasi yang tetua-tetua yang dipakai. Keturunan persilangan langsung antara
dua tetua yang berbeda latar belakang genetiknya daoat menunjukan penampilan
fisik yang lebih kuat dan lebih memiliki potensi hasil yang lebih dari kedua
tetuanya

Penilitian penggunaan benih hibrida ini pernah dilakukan di Indonesia


pada tahun 1913, dengan tujuan meningkatkan produksi. Hasil dari penelitian
tersebut adalah penanaman dari benih hibrida membrikan hasil yang cukup baik.
Kemudian penelitian dilanjutkan mengenai penggunaan hibrida silang ganda, dan
dilaporkan bahwa aspek hibrida kurang baik untuk pertanian di Indonesia. Setelah
perang dunia kedua selesai, usaha penanaman hibrida dihidupkan kembali.
Roelofsen mengatakan bahwa kemungkinan untuk hibrida di Indonesia masih
sangat kecil karena kenaikan daya hasil sebesar 20% tidak dapat mengimbangi
harga benih yang mahal. Akhirnya diputuskan untuk menghasilkan jenis varietas
bersari bebas karena benihnya lebih murah.

TAHAPAN PERAKITAN KULTIVAR HIBRIDA


Salah satu tahapan penting dalam program perakitan hibrida adalah
identifikasi galur-galur dan kombinasi hibridanya melalui evaluasi daya gabung.
Daya gabung merupakan kemampuan relatif suatu galur ketika disilangkan
dengan galur lainnya untuk menghasilkan karakter–karakter yang diinginkan.
Informasi daya gabung memiliki peran dalam evaluasi galur dan menentukan
pasangan persilangan terbaik dalam pengembangan hibrida jagung (Hallauer &
Miranda, 1988). Lebih lanjut menurut Welsh (1981) bahwa populasi yang telah
diidentifikasi memiliki daya gabung umum (DGU) yang baik, sering berpeluang
menghasilkan daya gabung khusus (DGK) yang tinggi pula.

Contoh pembuatan inbrida untuk pembentukan hibrida dan uraian tentang


prosedur pemuliaan yang dipergunakan telah dikemukakan (45). langkah
berikutnya dalam perakitan hibrida adalah evaluasi daya gabung inbrida-inbrida
dalam kombinasi hibrida. Hibrida antara dua inbrida yang tidak mempunyai
hubungan kerabat, selalu memperlihatkan kenaikan vigor dibanding inbrida-
inbrida induknya. Tetapi dari ribuan inbrida yang telah diuji, sangat sedikit yang
memperlihatkan heterosis yang cukup menguntungkan secara ekonomi. Pada
tahun 1951 diperhitungkan bahwa di antara lebih dari 100.000 inbrida yang telah
diuji pada waktu itu, hanya sekitar 60 yang cukup baik untuk pembentukan.
hibrida komersial. Walaupun saat ini ditanam beratus-ratus hibrida secara
komersial, jumlah inbrida untuk membentuk hibrida-hibrida tersebut tidak
banyak, dan beberapa inbrida yang populer ikut sebagai pembentuk hibrida-
hibrida tersebut.

KONSEP HETEROSIS DAN INBREEDING DALAM PERAKITAN


KULTIVAR HIBRIDA

Gejala heterosis atau vigor hibrida telah dimanfaatkan secara luas dalam
teknologi hibrida, yaitu generasi pertama (F1) persilangan antara dua inbrida.
Ironinya, walaupun pemanfaatan gejala heterosis telah berlangsung dengan sukses
sejak tahun 1935, tetapi para ahli genetika belum mengetahui secara pasti dasar-
dasar genetis yang menyebabkan gejala heterosis. Sampai saat ini mereka masih
berbeda pendapat dan hanya berhasil menyusun hipotesis-hipotesis. Para ahli
genetika telah mengemukakan dua hipotesis yang paling utama yang berbeda
yaitu hipotesis "dominan" dan hipotesis "overdominan". Masing-masing hipotesis
mempunyai kekuatan dan kelemahan. Hallauer menyatakan bahwa untuk
keperluan dalam praktek pemuliaan tanaman, tampaknya banyak kenyataan yang
mendukung hipotesis bahwa heterosis disebabkan oleh akumulasi faktor-faktor
tumbuh yang baik dan dominan (dominance hypothesis). Hasil-hasil percobaan
heterosis beberapa sifat agronomis dan hasil-hasil seleksi bertahap (recurrent
selection) yang dilakukan juga mendukung hipotesis dominan.

Jika tanaman jagung diserbuk sendirikan maka keturunan yang diperoleh


(inbrida S1) mempunyai vigor lebih rendah daripada tanaman S0 semula; daya
hasil berkurang, tinggi tanaman lebih kecil, tongkol lebih kecil, dan lain-lain.
Penurunan vigor ini masih berlanjut jika tanaman inbrida S1 diserbuk sendiri
untuk menghasilkan inbrida S2. Turunnya vigor ini disebut depressi inbriding.

Sebaliknya jika dua inbrida yang berbeda disilangkan, maka keturunan


yang diperoleh (hibrida Fl) mempunyai vigor lebih besar daripada kedua inbrida
induknya: daya hasil lebih tinggi, tanaman lebih tinggi, tongkol lebih besar, dan
lain-lain. Bertambahnya vigor pada generasi Fl persilangan antara dua inbrida ini
disebut gejala heterosis. Karena itu pula jagung hibrida pernah terkenal dengan
nama jagung heterosis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa depresi inbriding
merupakan kebalikan dari gejala heterosis.

PEMANFAATAN MANDUL JANTAN DALAM PRODUKSI BENIH


HIBRIDA

Mandul jantan merupakan suatu kondisi bunga dimana tanaman tidak


mampu memproduksi polen fungsional. Sistem mandul jantan berfungsi
mempermudah produksi benih hibrida dari sejumlah tanaman menyerbuk sendiri
seperti padi, kapas, dan sejumlah tanaman sayuran dalam skala komersial. Galur
mandul jantan (GMJ) padi diklasifikasikan berdasarkan empat kriteria yaitu (1)
berdasarkan pengendali sifat mandul jantan, GMJ dibedakan menjadi empat tipe
yaitu mandul jantan genetik (genetic male sterility), mandul jantan sitoplasmik-
genetik (cytoplasmic-genetic male sterility), mandul jantan sensitif faktor
lingkungan (environment sensitive genic male sterility), dan mandul jantan
nongenetik atau karena perlakuan kimiawi (non-genetic or chemically induced
male sterility); (2) perilaku genetik dari gen ms, GMJ dibedakan menjadi dua tipe
yaitu sporofitik dan gametofitik; (3) pola pelestarian dan pemulihan (maintaining-
restoring) dari GMJ, terdapat tiga tipe yaitu WA, Honglian, dan Boro type (BT),
dan (4) morfologi polen, GMJ digolongkan ke dalam tipe typical abortion,
spherical abortion, dan stained abortion. Pengembangan padi hibrida dengan
menggunakan sistem GMJ sitoplasmik-genetik mutlak memerlukan tetua jantan
yang disebut galur pemulih kesuburan (restorer line).

TIPE-TIPE KULTIVAR HIBRIDA

Dilihat dari silsilahnya, varietas hibrida dapat dibedakan menjadi beberapa


jenis:

 Silang tunggal atau single cross


Hibrida silang tunggal adalah hibrida dari persilangan antara dua galur
murni yang tidak berhubungan satu sama lain.

 Silang tiga-jalur atau three-way cross


Hibrida silang tiga adalah hibrida dari persilangan antara silang tunggal
dengan satu galur murni.
 Silang ganda atau double cross
Hibrida silang ganda adalah progeni hibrida dari persilangan antara dua
silang tunggal. Silang ganda melibatkan empat galur murni yang tidak
berhubungan satu sama lain.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN KULTIVAR


HIBRIDA
Teknik produksi benih hibrida berbeda dengan teknik produksi benih
varietas bersari bebas, setiap kali harus membuat persilangan antara kedua
induknya, dan mempergunakan biji generasi pertama(F1) sebagai benih. Biji
generasi kedua (F2) tidak lagi memberikan hasil setinggi generasi pertama. Untuk
itu diperlukan latihan khusus bagi penangkar benih, dan biaya yang lebih besar
daripada biaya produksi benih varietas bersari, bebas. Hal ini menyebabkan harga
benih hibrida menjadi relatif lebih mahal daripada harga benih varietas bersari
bebas. Umumnya produksi benih paling efisien untuk hibrida-hibrida silang tiga,
silang ganda, dan silang puncak ganda, asalkan silang tunggal induk dipakai
sebagai induk betina. Keuntungan menanam hibrida, sekalipun beragam dari
daerah ke daerah, sudah sering dikemukakan.

Disamping itu, banyak yang berpendapat bahwa pembuatan hibrida


merupakan pekerjaan yang penuh risiko kegagalan, memerlukan banyak waktu,
tenaga, fasilitas, dan perbendaharaan berupa koleksi galur-galur (inbrida) yang
sangat besar. Meskipun pembuatan hibrida tidak sulit, untuk memperoleh hibrida
unggul diperlukan banyak tenaga dan biaya.

PERKEMBANGAN KULTIVAR HIBRIDA DI INDONESIA

Peningkatan produktivitas tanaman umumnya merupakan tujuan yang


paling sering dilakukan pemulia dalam merakit suatu kultivar. Hal ini karena
peningkatan produktivitas berpotensi menguntungkan secara ekonomi. Bagi
petani, peningkatan produktivitas diharapkan dapat menkonpensasi biaya produksi
yang telah dikeluarkan. Peningkatan produktivitas (daya hasil per satuan luas)
diharapkan akan dapat meningkatkan produksi secara nasional. Terlebih bahwa
telah terjadinya pelandaian peningkatan produktivitas beberapa komoditas
tanaman, utamanya padi. Pada dekade tahun 1960-1970-an, penggunaan varietas
unggul padi dan perbaikan teknik budidaya telah mampu meningkatkan
produktivitas secara nyata. Daya hasil padi per satuan luas meningkat dari 2-3
ton/ha menjadi 4-6 ton/ha (Nugraha, 2004). Akan tetapi setelah tahun 1980-an,
peningkatan produktivitas menjadi semakin kecil. Oleh karena itu, kini di
Indonesia telah dirilis sekitar 31 kultivar hibrida padi. Selain kultivar hibrida,
beberapa tipe kultivar padi lainnya adalah tipe IRxx (tahan terhadap hama
wereng), rasa enak (IR64) dan padi tipe baru (new plant type) seperti kultivar
Ciapus dan Gilirang. 4

Perakitan kultivar hibrida, yang merupakan kultivar turunan pertama,


berdaya hasil tinggi (10-20% lebih tinggi dari kultivar biasa) dengan
memanfaatkan fenomena heterosis. Pada tanaman jagung, cabai, tomat, kelapa,
kelapa sawit, serta beberapa tanaman hortikultura lainnya, kultivar hibrida telah
banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Moentono, M.D., 2018, Pembentukan dan Produksi Benih Varietas Hibrida,

Sukamandi : Balai Penelitian Tanaman Pangan,

http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/
2018/08/8hibrida.pdf

Satoto, and Rumanti, I.A., 2011, Peranan Galur Mandul Jantan dalam Perakitan

dan Pengembangan Padi Hibrida, Badan Litbang Pertanian

https://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ippan/article/view/
2593#:~:text=Sistem%20mandul%20jantan%20berfungsi
%20mempermudah,tanaman%20sayuran%20dalam%20skala
%20komersial.

Wikipedia, 2012, Varietas hibrida, https://id.wikipedia.org/wiki/Varietas_hibrida

Spicyip, 2019, Plant Varieties Act: Misunderstood and Misapplied (Part III),
https://spicyip.com/2019/11/plant-varieties-act-misunderstood-and-
misappliedpart-iii.html

Carsono, N., 2008, Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi

Pertanian di Indonesia,

https://www.academia.edu/4496171/peran_pemuliaan_tanaman?
bulkDownload=thisPaper-topRelated-sameAuthor-citingThis-citedByThis-
secondOrderCitations&from=cover_page

Anda mungkin juga menyukai