terlihat adalah ujung daun menguning dan mengering, diikuti dengan laju
respirasi yang sangat tinggi yang pada akhirnya seluruh daun menjadi kekuningan
dan berwarna coklat yang disebut karat, atau daun akan berwarna coklat ungu,
kaku dan keras, merupakan suatu kondisi yang menunjukkan tingkat keracunan
besi yang sangat parah (Yamanouchi & Yoshida 1981).
Keracunan besi yang terjadi pada tanaman padi yang dimulai sejak fase
vegetatif akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Tanaman akan
menjadi kerdil dan perkembangan fase reproduktif terhambat, akibatnya tanaman
menghasilkan sedikit malai dan bulir kopong (Abu et al. 1989). Berkaitan dengan
hal tersebut Ayodate (1979) mengemukakan bahwa keracunan besi pada varietas
yang sangat peka menyebabkan umur panen mundur selama 20 – 25 hari atau
bahkan tanaman tidak akan menghasilkan bunga. Tanaman padi memiliki
kemampuan untuk mempertahankan besi di dalam akar, meskipun demikian besi
juga dapat ditranspor ke bagian atas tanaman. Varietas toleran besi mengangkut
lebih sedikit besi dari akar ke daun dan dideposit pada jaringan daun tua
(Audebert & Sahrawat 2000).
Pembentukan plak di permukaan akar bukan hanya mengurangi ion Fe2+ terlarut,
akan tetapi juga menjadi sebuah penghalang agar konsentrasi Fe2+ di sekitar akar
tidak meningkat. Tanaman padi yang tumbuh pada tanah sulfat asam dapat
mempertahankan kemampuan tumbuh tanpa kerusakan akar, karena adanya
kemampuan mengoksidasi Fe2+ oleh akar (Tinh 1999). Kemampuan terhadap
kekuatan oksidasi akar pada tanaman untuk merubah ion Fe2+ menjadi Fe3+
merupakan suatu mekanisme toleransi tanaman padi terhadap keracunan Fe
(Suhartini 2004). Beberapa varietas padi memiliki perbedaan sifat toleransi
terhadap kadar Fe tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur morfologi
akar yang erat kaitannya dengan pergerakan oksigen dari bagian atas tanaman ke
bagian akar.
Di dalam tanaman dengan sistem perakaran yang baik, ion besi ditranspor
melalui xilem melewati membran sel endodermis akar setelah melalui pita
kaspari. Kelebihan besi akan dikurangi dan dikeluarkan dari membran sel akar
(Tadano 1976). Pada varietas-varietas toleran, kelebihan Fe2+ akan dikeluarkan
dari sel akar dan dideposit pada apoplas dari sel akar. Hasil analisis cairan xilem
dari tanaman padi menunjukkan sekitar 87 % dari Fe terdapat pada apoplas akar
akan tetapi tidak ditemukan di dalam xilem (Yamanouchi & Yoshida 1981).
Kelebihan besi kemungkinan disimpan di tempat penyimpanan yang
spesifik dari sel-sel kortek akar atau disimpan di jaringan khusus tanaman antara
akar dan daun (batang). Pada tanah dengan konsentrasi besi yang tinggi,
kandungan besi tertinggi ditemukan di bagian akar tanaman. Selain itu pada
bagian batang tanaman padi juga ditemukan sebagian besar besi yang immobil
(Tanaka et al. 1966). Pada varietas padi yang bersifat toleran terhadap cekaman
besi, besi lebih sedikit ditranspor dari akar ke daun. Hal ini merupakan suatu
indikasi tentang mekanisme penghindaran tanaman padi terhadap cekaman besi
secara fisiologis (Audebert & Sahrawat 2000).
Toleransi jaringan daun terhadap keracuan besi digunakan untuk
membedakan sifat toleransi tanaman padi terhadap keracunan besi. Di dalam
simplas daun, Fe2+ akan mengkatalis pembentukan berbagai jenis oksigen aktif
dan senyawa radikal. Mekanisme toleransi menunjukkan kekuatan kumpulan Fe2+
dalam struktur symplast dapat mengontrol reaksi oxidation/reduction seperti
7
dipengaruhi oleh gen aditif, dominan, dan interaksi gen nonalelik. Seleksi yang
lebih efektif pada generasi lanjut dapat meningkatkan derajat homozigositas
sehingga diharapkan dapat diperoleh genotipa dengan derajat toleransi (Suhartini
2004).
Sejumlah varietas padi untuk lahan rawa pasang surut telah dilepas.
Perbaikan varietas diarahkan agar varietas unggul baru memiliki karakter toleran dan
dapat tumbuh baik pada kondisi keracunan Fe dan pH rendah, memiliki potensi hasil
tinggi, tahan hama/penyakit penting seperti wereng coklat, blas, dan hawar daun
bakteri. Sebelum tahun 1991 telah dilepas dua varietas padi lahan rawa pasang
surut, yaitu Musi dan Kapuas. Varietas Musi toleran salinitas dan Kapuas toleran
Fe. Varietas Lematang (B5332-13d-MR-1-1) dan Sei Lilin (IR112288-BB-69-1)
dilepas pada tahun 1991 keduanya toleran keracunan Fe (Budiarti et al 2006).
Pada tahun 2001 telah dievaluasi plasma nutfah padi dari berbagai daerah di
Indonesia untuk sifat toleransi terhadap keracunan besi. Hasil evaluasi terhadap 200
aksesi plasma nutfah tanaman padi menunjukkan bahwa gejala keracunan Fe telah
dapat diamati pada umur 4 MST atau 55 hari sejak tabur n. Terdapat 37 aksesi
menunjukkan sifat peka terhadap keracunan Fe dengan skor bronzing daun 7, 112
aksesi menunjukkan sifat toleran terhadap keracunan Fe dengan skor bronzing daun
1-3, dan 46 aksesi menunjukan sifat moderat terhadap keracunan Fe dengan skor
bronzing daun 5 (Suhartini 2004). Beberapa varietas padi yang toleran terhadap
keracunan Fe dengan skor 1-3 serta menunjukkan pertumbuhan yang baik pada
kondisi kelebihan Fe adalah varietas Pulu Todori, Pulu Denni, dan Batu Genjah.
Dari data katalog plasma nutfah Balai Besar Biogen Badan Litbang
Pertanian, Departemen Pertanian tahun 2004 diperoleh informasi bahwa telah
dilepas beberapa varietas padi yang bersifat toleran terhadap keracunan besi
antara lain: varietas Pranum, Merah, Kencana Putih, Cangkara, Indel, Rojolele
(Reg. 7823), Balaplele, Umbangkara, Karundeng, Seribu Halus, Langkara,
Palihara, Sitopas, Rantai Ubi, Kari, Sidawat, Padi Kuda, Kalinci, IR1552. Pada
tahun 2006 telah dilepas varietas padi rawa pasang surut toleran keracunan besi,
antara lain : Banyuasin, Batanghari, Dendang, Indragiri, Punggur, Martapura,
Margasari, Siak Raya, Air tenggulung, Lambur, dan Mendawak (Suprihatno et al.
2006). Pada Januari 2009 telah dilepas varietas-varietas padi lahan pasang surut
9
toleran keracunan besi yaitu varietas Inbrida Padi Rawa (Inpara) 1, Inpara 2, dan
Inpara 3 (Anonim 2009).