Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Tanah dibutuhkan oleh tanaman untuk keberlangsungan hidupnya. Selain


sebagai tempat untuk menancapnya akar, tanah juga merupakan tempat tanaman
untuk memperoleh unsure hara seperti : Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen
(N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe),
Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).
Berdasarkan jumlah kebutuhannya bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
 Unsur Hara Mikro
Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
sedikit (< 500 ppm). Unsur hara mikro diperlukan tanaman kurang dari 10 mmol per
berat kering tanaman. Unsur hara mikro meliputi Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B),
Molibdium (Mo), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).
 Unsur Hara Makro
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak (>
500 ppm). Kekurangan unsur hara makro dapat menimbulkan gejala defisiensi pada
tanaman, tidak bisa digantikan oleh unsur hara makro lain. Unsur hara makro diperlukan
tanaman > 10 mmol per berat kering tanaman. Unsur hara makro meliputi
Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalsium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S).

BELERANG (S)
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak
berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai
mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan
ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer
namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
Menurut Brady (1974) tanaman mengasimilasi unsure S dalam bentuk SO42-
(terutama bentuk SO42-), yang selanjutnya bentuk yang terasimilasi ini direduksi dan
diubah manjadi unsure asam aminocystine dan methionine. Belerang digunakan oleh
tanaman untuk mengelola warna hijau tua pada tanaman atau untuk membentuk
protein utama (esensial). Secara ringkas, fungsi belerang pada tanaman adalah sebagai
berikut(Anonim,2004):
 Bahan makanan utama untuk memproduksi protein
 Membentuk dan mengaktifkan enzim proteolytic dan vitamin
 Membantu pembentukan klorofil
 Memperbaiki pertumbuhan akar dan produksi bibit
 Mempercepat perkembangan akar (khusus pada tanaman Legum
memperbanyak pembentukan bintil-bintil pada akarnya
 Membantu pertumbuhan cepat tanaman dan tahan terhadap dingin
 Sintesis asam amino: Cystine, Cysteine, Methionine
 Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap temperatur rendah (dingin)
 Disulfida (-S-S-) dikaitkan dgn struktur protoplasma, sulphydryl/tiol (-SH)
dihubungkan dgn ketahanan terhdp dingin

Unsur S relatif tidak mobil dalam tanaman sehingga tidak segera dapat
dialihtempatkan dari daun yang muda ke bagian titik tumbuh, hal tersebut
mengakibatkan gejala kekahatan muncul pertama pada bagian atas yaitu daun muda.

Gejala tanaman yang kekurangan Sulfur :


 Daun muda:
 berwarna hijau muda sampai kuning. Pertama kali terjadi pada daun
muda
 Urat daun. Terkadang urat daun berwarna hijau terang dibanding area di
antara urat daun
 Keseluruhan tanaman:
 Kecil, kurus, panjang
 Berwarna lebih terang
 Pematangan biji dan buah lambat
 Pembentukan bintil akar pada tanaman legum berkurang
 Jagung: klorosis di antara urat daun
 Padi:
 pembentukan bulir terhambat
 jumlah gabah hampa meningkat
 produksi menurun
 Catatan:
 Mirip dengan gejala infeksi oleh virus atau kekurangan Mg
 Biasanya terjadi pada tanah berpasir, tanah dengan bahan organik
rendah

Gambar 1 : Tanaman yang kekurangan Sulfur.

Beberapa hal diatas menjabarkan mengenai kekahatan unsur S, namun jika


kadar S berlebihan maka hal tersebut tidak akan langsung mempengaruhi tanaman
tersebut atau organisme yang memakannya, tetapi dapat menyebabkan masalah
kegaraman karena S merupakan anion yang dominan pada tanah salin, pelindian yang
hebat dari  SO4= meningkatkan kehilangan kation.
Belerang sebagian besar disuplai ke dalam tanah dari air hujan. Beberapa juga
merupakan tambahan dari pupuk. Penggunaan gipsum juga dapat meningkatkan kadar
belerang dalam tanah.

Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan mendapat


sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO 4). Kemudian tumbuhan tersebut
dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati
diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi sulfat lagi. Secara alami, belerang terkandung
dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Ada juga yang gunung berapi dan sisa
pembakaran minyak bumi dan batubara.

Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna dan lebih mudah
diganggu oleh gangguan setempat sebab sebagian besar bahan terdapat dalam tempat
dan relatif tidak aktif dan tidak bergerak di dalam kulit bumi. Akibatnya, beberapa
bagian dari bahan yang dapat dipertukarkan cenderung " hilang" untuk waktu yang lama
apabila gerakan menurunnya jauh lebih cepat dari pada gerakan "naik" kembali. Setiap
daur melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan senyawa-senyawa
menjadi unsur-unsur. Dalam daur belerang misalnya, mikroorganisme yang bertanggung
jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
1. H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
3. H2S → SO4 (Pengoksidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacillus.
4. S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik.

a. Ketersediaan S
Belerang secara mineralogi dapat sebagai belerang murni (native sulfur),
ataupun terikat dalam suatu senyawa, seperti mineral-mineral golongan sulfat (gipsum,
anhidrit, dan barit) dan sul_da (pirit, pirotit, dan kalkopirit). Belerang murni (Gambar 1)
mempunyai sistem kristal ortorombik, biasanya dijumpai dalam bentuk massa tak
teratur dan kristal tak sempurna. Belerang murni memiliki berat jenis 2,05 . 2,09 gr/cm3
dan kekerasan 1,5 . 2,5 skala Mohs. Belerang merupakan konduktor panas yang jelek
(Klein, 1993; 2004). Belerang jenis ini banyak dijumpai di sekitar aktivitas gunung api dan
biasanya terbentuk oleh kegiatan solfatara yang melewati zona patahan atau rekahan
(Suhala & Arin, 1997) dan air permukaan (bioreduksiion sulfat) (Hibbard, 1993).

Gambar 2: Belerang murni dalam bentuk kristal ortorombik

Sekitar 50% produksi belerang dunia merupakan belerang murni, sisanya berasal
dari pemisahan belerang dari bijih sulfida. Belerang digunakan sebagian besar untuk
industri kimia, seperti asam sulfat (H 2SO4), dan H2S. Sebagian besar belerang murni
digunakan untuk insektisida, pupuk buatan, dan vulkanisir ban/karet (Klein, 1993;
Hibbard, 2002).
Selain belerang murni, pirit (FeS2) dari kelompok sulfida, merupakan mineral
yang kaya akan belerang. Mineral ini mengandung 53,3 % belerang. Secara_sik mineral
ini mempunyai sistem kristal kubik, berwarna kuning, kilap logam. Mineral yang
mengandung belerang yang lain adalah dari kelompok sulfat, seperti anhidrit (CaSO 4)
dan gipsum. Kedua mineral ini terbentuk pada lingkungan arid.Penggunaan komersilnya
terutama dalam fertilizer,bubuk mesiu,dan fungisida.
Gambar 3 : Gipsum. Merupakan batuan sedimen, yang terbentuk dari proses kimia di alam dengan
bantuan kapur dan sulfat, maka terjadi senyawa baru yang membentuk CaSO 4.

b. Sumber S
Hanya terdapat 2 sumber belerang murni yang penting. Yang pertama, terutama
yang berasal dari gunung-gunung berapi, yang mengeluarkan gas yang mengandung
belerang dan yang mengkristal dalam jalur-jalur dekat permukaan. Sumber yang lain,
yang secara kuantitatif lebih besar, berasal dari konsentrasi sekunder CaSO 4.

Sumberdaya belerang pada endapan evaporit dan volkanik dan belerang yang
berasosiasi dengan gas alam, minyak bumi, dan sulfida logam sekitar 5 milyar ton.
Belerang pada gipsum dan anhidrit sangat terbatas. Sumberdaya belerang terbesar (600
milyar ton) terdapat pada batubara, serpih minyak, material organik yang kaya serpih.
Namun belum ada teknologi yang ekonomis untuk memisahkan belerang dari material
ini (Ober, 2003).

Pada tanah latosol yaitu status nutrisinya rendah terutama nitrogen, fosfor,
bahan organik dan belerang. Jenis tanah ini mempunyai pH masam yaitu 4.2 oleh karena
itu dengan pemupukan dolomit 5 ton/ha, telah meningkatkan pH tanah dan
menurunkan Al-dd. Pada tanah masam ketersediaan belerang rendah.Kondisi lahan
penelitian yang masam ternyata berpengaruh pada ketersediaan unsur belerang dalam
tanah yaitu 0.09%. Keadaan tanah yang sedemikian dimasukan dalam kategori marginal
untuk kebutuhan tanaman. Oleh karena itu diperlukan pemupukan belerang pada tanah
tersebut.

Adapun faktor-faktor yang mempercepat penurunan kemampuan tanah dalam


menyediakan sulfat dikemukakan oleh Gupta dan Dubey (1998) antara lain :
penggunaan lahan secara intensif dengan memakai pupuk yang tidak atau mengandung
belerang yang rendah, kehilangan belerang karena pencucian dan aliran permukaan.
Pemupukan belerang dapat meningkatkan N-total, Ca dapat ditukar dan S tersedia,
sedangkan C-organik, Mg-dd , KTK serta S total relatif konstan. Belerang sebagai
ameliorasi tanah dapat meningkatkan ketersediaan hara lain dengan berbagai cara,
melalui hubungan antar ion setelah menjadi sulfida dan dapat berfungsi sebagai
reduktor dan donor elektron (Tuherkih et al. 1998).

Hasil penelitian tahap pertama, menunjukkan bahwa pemupukan belerang


sampai dengan 50% dan pupuk kandang 25 ton/ha mampu menaikkan kandungan
bahan kering, kandungan protein, kandungan belerang dan menurunkan kandungan
ADF dan NDF hijauan pakan. Hal ini ditunjang oleh penelitian Schnug el al. (1993) yang
menyatakan bahwa pemberian belerang dapat meningkatkan produksi kacang
kacangan. Terdapat interaksi sinergis antara pemberian belerang dengan serapan
nitrogen oleh tanaman. Pemberian belerang sebanyak 100 kg/ha akan meningkatkan
serapan nitrogen oleh tanaman leguminosa sebanyak 40 kg/ha. Secara langsung
belerang juga sangat berperan dalam pengisian polong tanah terutama pembentukan
asam amino metionin, sistin dan sistein sebagai komponen nabati.

Wigeno et al. (2000) menyatakan bahwa pemberian belerang secara langsung


meningkatkan konsentrasi sulfat dalam larutan tanah yang juga meningkatkan sulfat
oleh tanaman. Selanjutnya akan terjadi proses aktivitas sulfat dalam metabolisme
tanaman yang hasilnya dialokasikan untuk pembentukan karbohidrat dan protein
hijauan pakan.
Tandon (1995) menyatakan kadar asam-asam amino metionin, sistein dan sistin
bisa meningkat akibat pemberian belerang sebanyak 60 kg/ha. Pemberian pupuk
belerang mampu meningkatkan pertumbuhan kacang kacangan dan produksi jerami,
asam-asam amino sistein, sistin dan metionin biji kacang kacangan (Tuherkih et al.
2000).

Misra (1995) melaporkan bahwa pemberian 100 kg per ha belerang untuk


kedelai pada lahan kering masam dapat meningkatkan kadar protein 10.6% dan kadar
minyak biji sampai 1.4%. Adanya kenaikkan kandungan bahan kering, protein dan
belerang pada pemupukan air belarang 50%, diduga kebutuhkan belerang untuk hijauan
pada level tersebut telah optimal. Belerang merupakan bagian dari metabolisme dan
senyawa yang kompleks, juga berfungsi sebagai aktivator, kovaktor atau regulasi enzim
dan dalam proses fisiologi tanaman. Belerang juga sebagai pembentuk kloroplas yang
erat hubungan dengan proses fotosintesis dan ikut serta dalam berbagai rekasi
metabolik seperti metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Tisdale et al. 1990).

Belerang juga dapat merangsang pembentukan akar dan buah. Selain itu
peranan belerang dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat banyak dan
penting diantaranya:
 Merupakan bagian penting dari ferodoksin (FeS), suatu tipe besi S yang terdapat
dalam reduksi nitrat dalam proses fotosintesis
 S terdapat dalam senyawa senyawa yang mudah menguap yang menyebabkan
adanya rasa dan bau yang khas pada tanaman rumput-rumputan dan bawang-
bawangan (Tisdale et al. 1990).
c. Daur belerang (S)

Gambar 4 : Daur Sulfur / Belerang.

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri
menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau
hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan
pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4).
Di dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. Terutama bergerak
karena aliran masa (mass flow), difusi memiliki arti penting pada tanah dengan kadar S
yang rendah. Kadar dalam larutan tanah 5-20 ppm sedangkan arus yang dapat
mencukupi kebutuhan unsur S pada tanaman yaitu 3-5 ppm dalam tanah.
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk
hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis
bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan
mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H 2S). Kemudian H2S
digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan
oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
 OKSIDASI BELERANG & KEMASAMAN:
 Oksidasi belerang pd akhirnya menghasilkan ion H + yg dpt menurunkan
pH tanah
 Di daerah pasang-surut (TANAH SULFAT MASAM) mengandung “cat-
clay”.
 Apabila tanah tetap tergenang dapat ditanami padi;
 Apabila kering ® oksidasi belerang dan sulfida ® sulfat yg mampu
memasamkan tanah secara ekstrim

 RETENSI SULFAT
 Retensi sulfat dalam tanah rendah (jumlah & kekuatannya)
 Retensi sulfat: Subsoil > topsoil
 Retensi sulfat berhubungan:
 hidroksida Fe dan Al
 liat Kaolinit

d. Manajemen Pupuk

Pada tanah pasiran sering terjadi kekahatan S, dikarenakan rendahnya


bahan organik tanah dan pelindian yang hebat terhadap SO 4 serta kebutuhan
tanaman terhadap unsur S yang beragam. Sumber pemupukan untuk unsur S
(tidak segera tersedia, harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi SO 4, dan oksidasi
berlangsung dalam reaksi masam). Sumber lain ikut dalam superfosfat, seperti
SSP (14% S), TSP (1,5% S).

DAFTAR PUSTAKA

Prihmantoro, Heru, Memupuk Tanaman Buah, Cetakan VII, Jakarta; Penebar Swadaya,
2002
Redaksi Agromedia, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Petunjuk Pemupukan, Jakarta;
Agromedia pustaka, 2007

Anonim, Unsur Hara Tanah, http://agronomis.blogspot.com/2009/03/unsur-hara-


tanah.html, diakses pada tanggal 1 Juni 2011

Anonim, Belerang, http://id.wikipedia.org/wiki/Belerang, diakses pada tanggal 1 Juni


2011

Prsetyo, Eko. http://www.ekopras.com/2010/07/06/6-unsur-hara-makro-yang-


dibutuhkan-tanaman/, diakses pada tanggal 1 Juni 2011

Astrini, Nur. http://nurastini.blogspot.com/2010/02/siklus-sulfur.html, diakses pada


tanggal 1 Juni 2011

Ajo. http://ajo-semester5.blogspot.com/2009/10/hutan-basah.html, diakses pada tanggal 1


Juni 2011

Setiawan, Beny. http://bragy.wordpress.com/2010/05/24/pengetahuan-gips/ , diakses


pada tanggal 1 Juni 2011

Anda mungkin juga menyukai