Anda di halaman 1dari 2

Biografi

Oleh : Muktamim Amin


Tidore, 11 April 2020

Saya lahir di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara pada tanggal 30
November 1996, anak kedua dari pasangan Ayahanda Amin Aziz dan Ibunda Zubaidah
Abubakar. Kakak saya Rais Muktamar Amin, sedang melanjutkan studi S2 nya di Universitas
Negeri Malang. Adik saya Muhammad Fitrah Amin berkuliah di Program Studi KPI
(Komunikasi Penyiaran Islam) Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Saya mengawali jenjang pendidikan pada tahun 2002 di Madrasah Ibtidaiyah Swasta
Mareku, pada tahun 2008 saya melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Mareku dan di tahun 2011 saya masuk di jenjang SMA di MAN 2 Tidore
Kepulauan lalu lulus pada tahun 2014.

Dibangku SD kelas 4 saya sudah aktif pada kegiatan kepramukaan dan kegiatan-
kegiatan luar ruangan lainnya, sampai pada jenjang SMA kami pernah menjuarai beberapa
lomba Kepramukaan baik tingkat Kecamatan, Kota maupun Provinsi. Di bangku SMA kelas
2 saya pernah dipercayakan sebagai Ketua OSIS.

Berkat pengalaman organisasi pada masa Sekolah itulah yang membuat saya bertekad
untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan dengan memilih Program Studi Kehutanan
Universitas Khairun, Ternate. Berkuliah selama kurang lebih 5 Tahun, akhirnya pada
semester 10 nama saya disematkan dengan gelas S.Hut (Sarjana Kehutanan) pada Tanggal 5
Februari 2020 dengan predikat “Sangat Memuaskan”, hasil kerja keras pada masa
perkuliahan saya akhiri dengan Skripsi berjudul Konservasi Mata Air Berbasis Kearifan
Lokal di Kelurahan Kalaodi Kota Tidore Kepulauan. Wisuda yang dijadwalkan pada tanggal
30 Maret ditunda akibat bencana penyakit menular COVID-19.

Untuk tidak menyianyiakan waktu luang saya, sekarang saya menyibukkan diri dalam
pelatihan menulis melalui media online. Sebagai seorang rimbawan, saya tertarik untuk
menjadi seorang penulis untuk mengekspresikan rasa kekesalan saya terhadap kerusakan
sumber daya alam dan sebagai langkah untuk memberikan informasi tentang pentingya
keseimbangan ekologi terhadap kelangsungan mahluk hidup di bumi.
Kalaodi, Kampung Ekologi

Kalaodi merupakan sebuah Kelurahan yang ada di dataran tinggi Pulau Tidore,
Maluku Utara. Kata Kalaodi berasal dari kata cloudy yang artinya berawan, dari nama
tersebut kita sudah pasti membayangkan betapa indahnya sebuah kampung berdiri diatas
awan. Kampung ini berjarak 8 km dari Pusat Pemerintahan Kota Tidore Kepulauan.
Kelurahan yang memiliki 4 Dusun ini seluruh penduduknya beragama Islam. Kalaodi sangat
berlimpah sumberdaya alamnya dibarengi dengan wisata panorama yang indah.

Kalaodi sendiri adalah satu-satunya kampung yang terletak ditengah kawasan Hutan
Lindung Tagafura Kota Tidore Kepulauan. Bicara soal wisata alam, Kalaodi memiliki 10
mata air bersih, 2 air terjun sebagai tempat pemandian (tanpa dipungut biaya), kalaodi juga
sangat layak dijadikan sebagai lokasi jelajah rimba, dan tak kalah menarik di Kalaodi
pengunjung bisa menikmati indahnya matahari terbenam dan dipagi hari diatas puncak
tagafura pengunjung dimanjakan dengan pemandangan matahari terbit.

Jika beruntung, pengunjung yang datang disambut dengan senyum ramah masyarakat
kalaodi itu akan disuguhkan dengan suasana sore dan pagi hari saat kabut menyelimuti
perkampungan sambil menikmati kopi rempah dan pisang goreng (cemilan khas Tidore).
Belum sampai disitu, jika musim buah tiba, Kalaodi sudah pasti menjadi tempat favorit
sebagai surga buahnya Pulau Tidore karena melimpahnya buah durian, mangga, rambutan,
langsat, alvokad dan masih banyak lagi.

Selain karena kekayaan dan keindahan sumber daya alamnya yang membuat kalaodi
dijuluki sebagai Kampung Ekologi, secara adat dan budaya masyarakat sejak lama telah
mengsakralkan hutan dan lembah sebagai suatu nikmat Allah SWT yang perlu dijaga
kelestariannya. Hal itu dibuktikan dengan pesan leluhur (bobeto) “Nage dahe so jira alam, ge
domaha alam yang golaha si jira se ngon” yang artinya “barangsiapa yang merusak alam,
maka tunggu lah suatu saat alam akan kembali merusaknya”. Pesan leluhur ini selalu
dipegang teguh oleh masyarakat dan menjadi komitmen bersama dalam pengelolaan sumber
daya alam di perkampungan itu.

Anda mungkin juga menyukai