Anda di halaman 1dari 8

Sinopsis Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota


terbesar ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Surabaya, serta kota terbesar di luar
pulau Jawa. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan
keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan
bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara
dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang
mengintegrasikan bandara dengan kereta api. Berbatasan dengan Selat Malaka, Medan menjadi
kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia. Pada tahun 2020, kota
Medan memiliki penduduk sebanyak 2.524.321 jiwa, dan kepadatan penduduk 9.522,22
jiwa/km2.

Medan adalah kota multietnis yang penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang
budaya dan agama yang berbeda-beda. Selain Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan
didominasi oleh etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Minangkabau, Mandailing, dan India. Mayoritas
penduduk Medan bekerja di sektor perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai
sudut kota. Di samping kantor-kantor pemerintah provinsi, di Medan juga terdapat kantor-
kantor konsulat dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Jerman.

Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590 kemudian dipandang sebagai pembuka
sebuah kampung yang bernama Medan Puteri walaupun sangat minim data tentang Guru
Patimpus sebagai pendiri Kota Medan. Karenanya hari jadi ditetapkan berdasarkan perkiraan
tanggal 1 Juli 1590 dan diusulkan kepada Wali kota Medan untuk dijadikan sebagai hari jadi
Medan dalam bentuk perkampungan, yang kemudian dibawa ke Sidang DPRD Tk.II Medan
untuk disahkan. Berdasarkan Sidang DPRD tanggal 10 Januari 1973 ditetapkan bahwa usul
tersebut dapat disempurnakan. Sesuai dengan sidang DPRD, Wali kotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Medan mengeluarkan Surat Keputusan No.74 tanggal 14 Februari 1973 agar Panitia
Penyusun Sejarah Kota Medan melanjutkan kegiatannya untuk mendapatkan hasil yang lebih
sempurna. Berdasarkan perumusan yang dilakukan oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang
diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli 1590. Secara resmi, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Tk.II Medan menetapkan tanggal 1 Juli 1590 sebagai Hari Jadi Kota
Medan dan mencabut Hari Ulang Tahun Kota Medan yang diperingati tanggal 1 April setiap
tahunnya pada waktu sebelumnya.

Di Kota Medan juga menjadi pusat Kesultanan Melayu Deli, yang sebelumnya adalah Kerajaan
Aru. Kesultanan Deli adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632
oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan
dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia). Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali
melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha pada tahun 1974. Dengan demikian
dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir
delapan belas kali lipat.

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah
Sumatra Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki
luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota
Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu
topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di
atas permukaan laut. Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan dengan luas
wilayah mencapai 265,00 km² dan jumlah penduduk sekitar 2.478.145 jiwa (2017) dengan
kepadatan penduduk 9.352 jiwa/km².

Kota Medan memiliki beragam etnis dengan mayoritas penduduk


beretnis Jawa, Batak, Tionghoa, dan Minangkabau. Adapun etnis aslinya
adalah Melayu dan Suku Karo bagian Jahe atau pesisir. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat
dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di
sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman
orang keturunan India.

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni oleh 43.826 jiwa. Dari jumlah
tersebut, 409 orang keturunan Eropa, 35.009 orang Indonesia, 8.269 keturunan Tionghoa, dan
139 berasal dari ras Timur lainnya.

Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di kota Medan,


provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Perjuangan berbatasan dengan Medan
Timur di sebelah Barat, Medan Tembung dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur, Medan
Area dan Medan Kota di sebelah Selatan, dan Medan Timur dan Kabupaten Deli Serdang di
sebelah Utara. Kecamatan ini mempunyai 9 kelurahan, yakni:

 Tegal Rejo
 Sidorame Barat I
 Sidorame Barat II
 Sidorame Timur
 Sei Kera Hilir I
 Sei Kera Hilir II
 Sei Kera Hulu
 Pahlawan
 Pandau Hilir

Tepatnya saya tinggal di kelurahan pahlawan. Nah jadi di kelurahan pahlawan ini adalah
kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan yang berkembang sebagai
daerah jasa perdagangan, permukiman, dan lain-lain.Kelurahan Pahlawan terdiri dari 17 (Tujuh
Belas) Lingkungan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah :

a. Sebelah Utara : Jl. H.M Yamin SH


b. Sebelah Selatan : Kelurahan Pandau Hulu
c. Sebelah Barat : Kelurahan Sei Kera Hulu
d. Sebelah Timur : Kelurahan Sidorame Timur 37

Adapun peta penduduk dalam lingkup kelurahan, jumlah penduduk Kelurahan Pahlawan :

a. Jumlah Penduduk : 7.697 Jiwa


b. Jumlah Penduduk Dewasa : 5.674 Jiwa
c. Jumlah Laki – Laki : 3.692 Jiwa
d. Jumlah Perempuan : 4.005 Jiwa
e. Jumlah KK : 1855 KK
f. Jumlah KK Miskin : 422 KK atau sekitar 5,52 % Jumlah Penduduk Miskin : 1688 Jiwa
Adapun pendidikan yang ada di kelurahan pahlawan ini yaitu

1. Nama sekolah : SD, SMP Muhammadiyah


Alamat : Jl. Pahlawan
2. Nama sekolah : SD, SMP/MTs, SMA/MA Yayasan Perguruan Islam Azizi
Alamat : Jl. Ksatria

Pada tahun 2020, kecamatan Medan Perjuangan mempunyai penduduk sebesar 103.813 jiwa.


Luasnya adalah 4,09 km² dan kepadatan penduduknya adalah 25.382 jiwa/km².

 Etnis
Sebagai salah satu kecamatan di Kota Medan, suku penduduk di kecamatan ini cukup
beragam. Suku Batak, Jawa, Melayu Deli, Tionghoa, merupakan suku yang paling
banyak dikecamatan ini. Selain itu, ada juga suku lain
seperti Minang, Aceh, Sunda, India, Nias, Pesisir, Bugis dan lainnya.
 Agama
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, penduduk kecamatan Medan
Perjuangan sangat beragam dalam agama yang dianut. Adapaun persentasi penduduk
kecamatan Medan Perjuangan berdasarkan agama yang dianut ialah, yang memeluk
agama Islam sebanyak 62,99%, kemudian Kristen sebanyak 24,84%
dimana Protestan 22,82% dan Katolik 2,02%. Pemeluk agama Buddha dari keturuan
Tionghoa yakni 11,80% dan sebagian lainnya adalah Hindu 0,36%
dan Konghucu 0,01%. Sementara untuk rumah ibadah, terdapat 58 masjid, 38 gereja, dan
3 vihara.

Pembelajaran sebelum dan adanya covid-19 di kota Medan

Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Sumatra Utara (Sumut) Adlan mengatakan
pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas rencananya diterapkan mulai Juli 2021.
Sekolah hanya melakukan PTM terbatas maksimal dua hari dalam sepekan, dan lama belajar dua
jam setiap hari. "Selain itu jumlah pelajar yang boleh hadir hanya 25 persen dari total
murid," penyelenggaraan pembelajaran tatap muka di Kota Medan tetap mengedepankan
protokol kesehatan covid-19 secara ketat. Kalau sesuai aturan, TK maksimal lima murid, SD
tujuh murid, SMP dan SMA delapan murid. 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana menghentikan Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) atau belajar daring dan mengembalikan sekolah tatap muka, khusus untuk sekolah di zona
hijau dan kuning. Lalu, apa bedanya sekolah tatap muka sebelum dan sesudah pandemi Covid-
19? Mengutip akun Twitter @BanggaSurabaya, Senin (10/8/2020), ada beberapa hal yang
berbeda dalam pelaksanaan belajar mengajar di sekolah sebelum dan selama pandemi.

1. Sekolah tatap muka di saat sebelum pandemi ini sifatnya wajib. Sedangkan, pada masa
pandemi tidak wajib. Murid bisa melakukan belajar secara daring di rumah menggunakan
platform komunikasi konferensi seperti zoom dan media belajar lainnya.
2. Sebelum pandemi seluruh jenjang diwajibkan sekolah, sementara pada saat pandemi
jenjang yang perbolehkan untuk kembali ke sekolah mulai dari jenjang SMP.
3. Kapasitas kelas saat sebelum pandemi juga bisa sepenuhnya dimanfaatkan. Sementara,
pada masa pandemi ini, sekolah yang boleh dibuka juga hanya diperbolehkan
menampung 30-50 persen kapasitas kelas tergantung dari luasan ruangan.
4. Jadwal masuk sekolah saat sebelum pandemi adalah 5-6 hari kerja, beberapa sekolah ada
yang hanya Senin sampai Jumat, ada pula yang sampai Sabtu.
Sementara itu, di sekolah yang diperbolehkan tatap muka pada masa pandemi ini siswa
hanya boleh masuk per dua hari sekali.
5. Jadwal masuk dan pulang juga berbeda, sebelum pandemi jadwal masuk sekolah adalah
pukul 06.30 dan pulang pada sekitar pukul 14.00. Sedangkan, pada masa pandemi, siswa
yang berangkat ke sekolah akan dijadwalkan masuk mulai pukul 07.30 dan selesai pukul
11.00.
6. Sekolah yang diperbolehkan buka dan melakukan proses belajar mengajar secara tatap
muka pun diwajibkan menerapkan protokol kesehatan, seperti menyediakan fasilitas cuci
tangan, mewajibkan penggunaan masker, dan memastikan seluruh orang yang masuk ke
dalam sekolah menjaga jarak.
7. Saat pandemi beberapa fasilitas dan kegiatan sekolah seperti kantin juga masih dilarang
buka. Hal ini untuk menghindarkan para siswa berkerumun.

Adapun Solusi Yang Bisa Dilakukan Untuk Mengatasi Permasalahan Belajar Daring Ini
yaitu :
Proses pembelajaran daring ini sebenarnya bisa dilaksanakan dengan baik asalkan sarana dan
prasaranan terpenuhi dan merata. Dengan banyaknya kendala yang dihadapi, menjadi tantangan
tersendiri bagi guru. Guru di sini sangat berpengaruh sekali dalam proses pembelajaran daring.
Bagaimana guru menyikapi pembelajaran daring ini dan mengatasi berbagai kendala yang
dihadapi. Guru bisa mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pembelajaran daring ini
dengan memaksimalkan sumber daya yang ada dan membuat rancangan pembelajaran yang
mudah diakses oleh siswa supaya siswa mudah dalam belajar dan memahami materi yang
diberikan guru.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru, yaitu dengan merancang rencana pembelajaran
yang simpel tapi berbobot atau berkualitas, membuat materi yang mudah diakses melalui media
elektronik seperti video, PPT, handout, jurnal yang bisa dikirim melalui e-mail, googleclassroo,
atau aplikasi whatsapp dan membuat pembelajaran yang banyak variasinya supaya siswa tidak
mudah jenuh belajar di rumah terus.

Dalam merancang pembelajaran daring, tuntutan belajar tidak boleh sama dengan saat tatap
muka, karena dalam daring ini banyak sekali keterbatasannya. Di sini guru dituntut membuat
rancangan belajar yang simpel sperti contohnya RPP satu lembar atau one day lesson. Di RPP
satu lembar ini kegiatan inti hanya sedikit dan tuntutan tugasnya tidak terlalu tinggi, kemudian
pengumpulan tugas juga diberi waktu yang lama. Walaupun singkat tapi sudah memuat tujuan
dari materi yang akan diajarkan, dan itu yang terpenting dari rancangan pembelajaran ini.

Media belajar untuk siswa yang daring haruslah mudah untuk diakses. Masalah jaringan dan
perangkat menjadi kendala sendiri bagi siswa jika media yang digunakan guru besar ukurannya.
Misalnya membuat media video, guru bisa membuat dengan waktu yang singkat dan ukurannya
kecil supaya siswa tidak keberatan saat mendownload atau menonton di perangkatnya. Kalau
video terlalu berat, guru bisa membuat media pembelajaran berupa file powerpoint atau PPT,
guru bisa mengirim melalui e-mail atau aplikasi whatsapp yang mudah untuk diakses siswa.
Kunci dari media ini adalah yang mudah diakses, jangan memberatkan siswa untuk
mendownload atau menonton dengan file besar dan durasi yang lama.
Dalam proses pembelajaran daring guru bisa membuat banyak sekali variasi model
pembelajaran. Walaupun prakteknya saat melakukan meeting melalui zoom atau google meet,
guru akan lebih dominan daripada siswa, guru bisa menyisipkan kegiatan yang menarik buat
siswa seperti ice breaking. Dalam pembawaannya guru harus terlihat gembira, membuat suasana
yang ceria dan pintar-pintar dalam mengawasi siswa yang kadang ada siswa tidak termotivasi
ikut belajar daring. Jika pembelajarannya melalui aplikasi whatsapp, guru jangan hanya memberi
tugas terus, tetapi juga memberikan materi untuk bisa digunakan siswa sebagai bahan belajar.

Kunci dari pembelajaran daring ini adalah membuat pembelajaran yang simpel, mudah diakses,
menyenangkan dan jangan sampai siswa merasa jenuh. Banyak sekali kasus orang tua protes
karena terlalu banyak tugas yang diberikan oleh guru. Yang paling mengerikan adalah ada siswa
yang sampai bunuh diri karena diduga depresi tugas daring. Banyak kendala yang dihadapi oleh
siswa, sebagai guru sudah seharusnya membuat kendala tersebut bisa teratasi dengan
memaksimalkan sumberdaya yang ada. Pembelajaran daring ini dapat terlaksana dengan
maksimal asalkan semua pihak yang terkait bisa bekerjasama dengan baik dan lancar dalam
memberikan hak-hak siswa.

Wawancara kepada Masyarakat Kota Medan Mengenai Pembelajaran Daring selama


Covid-19

Berikut adalah hasil wawancara saya dengan salah satu masyarakat Kota Medan tpat nya lagi
masyarakat kelurahan Pahlawan, yang kebetulan juga orang tua siswa. Wawancara ini dilakukan
untuk mendapatkan data mengenai pendapat para orang tua atau masyarakat yang anaknya masih
bersekolah dan dengan adanya penerapan belajar daring selama pandemic ini.

Hasil wawancara dengan Ibu Ida (orang tua siswa )

Penulis : Apakah ibu setuju dengan adanya pembelajaran online ini ?


Bu Ida : Kalau saya, tidak setuju. zzzzzzzzzhal ini memaksa semua orang tua untuk
menyediakan sarana online yang memadai. Termasuk kuota intemet yang cukup serta gadget
yang sesuai. Tentu saja tidak semua kalangan sanggup melaksanakan hal tersebut. Belum lagi
tingkat disiplin anak yang menurun saat belajar di rumah. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian
dinas pendidikan setempat. Misalnya melalui penyediaan kuota internet belajar secara gratis,
yang sedikit banyak membantu meringankan beban orang tua untuk membayar tagihan internet
yang membengkak. Melalui bantuan dari pemerintah terkait, paling tidak masalah yang terjadi
dengan keputusan belajar online ini dapat diredam. Jika tidak tentu saja akan tetap banyak orang
tua yang kurang setuju jika belajar online diperpanjang hingga akhir tahun. Terutama bagi yang
terdampak secara ekonomi dan tidak memiliki cukup sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
belajar online tersebut.

Anda mungkin juga menyukai