Anda di halaman 1dari 1

Penyakit TBC atau Tuberkulosis sangat identik dengan pengobatan yang lama yaitu

secara umum pengobatan selama 6 bulan berturut turut. Dengan pengobatan yang lama ini
seorang penderita TBC dapat mengalami efek samping obat berupa jejas hati imbas obat.
Terutama khususnya untuk obat tuberkolosis rifampisin. Jejas hati imbas obat dapat dibagi
menjadi tipe idiosinkratik dan intrinsik. Berdasarkan adanya pola kerusakan hati, dibagi
menjadi tipe hepatoseluler, campuran, dan kolestasis. Pengobatan dari kejadian jejas hati
imbas obat ini ada berbagai cara salah satunya dengan menghentikan pengobatan yang
menyebabkan efek tersebut, atau bisa hingga dilakukan rawat inap maupun dilakukan
transplantasi hati jika drajat kerusakan hati sangat parah.
Dalam jurnal yang kami baca didapatkan bahwa tanaman obat tradisional khususnya
Sambiloto (Andrographis paniculata) mengandung efek hepatoprotektor. Agen
hepatoprotektor merupakan senyawa yang dapat melindungi, memulihkan dan mengurangi
kerusakan hati yang disebabkan oleh agen hepatotoksik seperti racun, obat, atau penyakit.
Sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki beberapa kandungan kimia diantaranya
adalah adanya senyawa andrographolide, 14-deoxyandrographolide, asam kuinat, flavonoid,
serta xanthone. Dalam bahasan kali ini senyawa andrographolide dapat mengurangi
kerusakan penyebab obat rifampisin dengan cara mengurangi kematian sel hepatosit dan
menurunkan kadar SGOT, SGPT, dan ALP bahkan bilirubin menjadi kadar normal tubuh.
Jejas hati imbas obat yang dihasilkan oleh obat anti tuberculosis khususnya rifampisin
akan terjadi pada 2 bulan setelah mengonsusmsi obat tersebut dan puncak insidensi terjadi
pada 2 minggu pertama. Jejas hati imbas obat yang dihasilkan adalah mengakibatkan
terjadinya stress oksidatif, kolestasis, apoptosis hepatosit, dan akumulasi lipid di hati.
Diantara obat anti tuberculosis yang biasa digunakan rifampisin adalah obat yang memiliki
efek hepatotoksik paling besar. Semakin toksik jika dipadukan dengan obat anti tuberculosis
lainnya seperti isoniazid. Dan biasanya jika efek toksik yang dihasilkan sangat fatal maka
pengunaan obat tersebut harus dihentikan, sementara pengobatan tuberculosis rifampisin dan
isoniazid adalah obat lini pertama. Jika kedua obat tersebut dihentikan maka akan
mempersulit pengobatan. Sehingga pengunaan tanaman obat tradisional khususnya sambiloto
(Andrographis paniculata) ini bisa menjadi alternatif menurunkan efek hepatotoksik dengan
adanya kandungan senyawa andrographolide sebagai agen hepatoprotektor. (Elisabeth et al.,
2022)

Daftar Pustaka
Elisabeth, M. et al. (2022) ‘Evaluasi Efektivitas Sambiloto (Andrographis paniculata) sebagai
Hepatoprotektor terhadap Jejas Hati Imbas Obat’, Jurnal Kedokteran Meditek, 28(3), pp.
313–321. doi: 10.36452/jkdoktmeditek.v28i3.2457.

Anda mungkin juga menyukai