Anda di halaman 1dari 3

STUDI KELAYAKAN PROYEK

Secara garis besar, studi kelayakan proyek merupakan pengkajian suatu proyek yang
bertujuan untuk menentukan layak tidaknya proyek tersebut dilaksanakan dengan berhasil. Studi
kelayakan biasanya dilakukan pada tahap awal sebelum perencanaan untuk mengetahui
gambaran dan tingkat resiko yang kemungkinan terjadi pada proyek kedepannya. Sehingga dari
analisis tersebut dapat ilakukan suatu pengambilan keputusan (decision making) oleh pihak-
pihak pelaksana proyek konstruksi.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam studi kelayakan, diantaranya:
1. Ruang lingkup kegiatan proyek
Menentukan pada bidang apa proyek beroperasi. Sebagai contoh, misalkan pada proyek
pendirian usaha/pabrik tekstil harus ditentukan apakan pabrik tekstil merupakan tekstil
terpadu atau hanya tahapan tertentu saja.
2. Cara kegiatan proyek dilakukan
Menentukan apakah proyek akan ditangani sendiri atau diserahkan ke (beberapa) pihak
lain.
3. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek
Mengidentifikasi factor kunci keberhasilan usaha suatu proyek. Teknik yang biasa
digunakan adalah dengan mengidentifikasi perencanaan (underplanning) untuk suatu
proyek.
4. Saran yang diperlukan oleh proyek
Menyangkut bukan hanya kebutuhan seperti; material, tenaga kerja, dan sebagainya,
tetapi termasuk juga fasilitas-fasilitas pendukung seperti; jalan raya, transportasi, dan
sebagainya.
5. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya suatu proyek
Sering juga disebut dengan manfaat pengorbanan ekonomi dan sosial
6. Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek beserta jadwal dari masing-masing
kegiatan itu sampai dengan proyek investasi siap berjalan
Selain hal-hal di atas, ada juga beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis
studi kelayakan proyek, seperti:
1. Aspek Ekonomi dan Finansial
Menyangkut analisis kemampuan proyeksi keuangan (finansial) ke depan dari suatu
proyek dimana akan menghasilkan suatu output apakah menguntungkan atau tidak, waktu
pengembalian modal, suku bunga bank, dsb. Lalu menyangkut analisis pasar (market)
dari suatu produk konstruksi yang akan dioperasikan serta dampak dan pengaruhnya
terhadap ekonomi masyarakat di sekitarnya.
2. Aspek Lingkungan
Menyangkut masalah dan dampaknya terhadap ligkungan di sekitar proyek, seperti polusi
udara, polusi air, polusi suara, vegetsi setempat fan biota yang ada di sekitar. Semua akan
dianalisis dampaknya sebelum dilaksanakan kegiatan konstrksi di area tersebut, baik
dampak sebelum maupun dampak sesudah proyek dikerjakan.
3. Aspek Teknis dan Manajemen
Menyangkut hal-hal yang bersifat rekayasa (engineering) seperti perencanaan tekis suatu
proyek yang meliputi desain teknis, metode kerja, tenaga ahli, dan tenaga kerja yang akan
digunakan apakah sudah sesuai dengan standar atau tidak, serta masalah teknis yang
berhubungan dengan suatu proyek yang dikerjakan.
4. Aspek Hukum (Legal) dan Birokrasi
Menyangkut mengenai masalah hokum dari suatu kegiatan konstruksi, dapat berupa
surat-surat legalitas tanah lokasi proyek seperti serifikat tanah, sengketa tanah (tanah
bermasalah), klaim pembebasan lahan, perizinan pembangunan, peraturan pemerintah
setempat, dsb. Hal tersebut memang terlihat sepele, namun pada kenyataannya sering
menimbulkan kegagalan dalam pelaksanaan proyek konstruksi berkepanjangan.
5. Aspek Sosial
Menyangkut pengaruh akan masyarakat setempat, seperti ganti rugi lahan, adat istiadat,
kebudayaan masyarakat setempat yang tentunya dapat berpengaruh terhadap kegiatan
proyek yang akan dilaksanakan.
6. Aspek Politik
Menyangkut masalah isu-isu politik yang sedang dan diprediksi akan terjadi, seperti isu
kenaikan BBM, isu menguat/melemahnya nilai tukar rupiah, isu perizinan, dan isu-isu
politik lainnya yang menjadi gambaran untuk memulai investasi konstruksi.
Jika semua aspek diatas telah ditinjau, maka akan menghasilkan suatu laporan (report)
yang dapat menjadi saran dan pertimbangan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pengambilan suatu keputusan.
Dalam usaha jasa konstruksi, ada pihak-pihak yang membutuhkan informasi dalam suatu
pelaksanaan studi kelayakan, yaitu:
1. Investor, selaku pemilik dan sumber modal dari suatu kegiatan konstruksi. Dengan
mengetahui gambaran studi kelayakan, maka seorang investor akan lebih mudah
menyusun strategi dalam mengambil keputusan apakah suatu proyek konstruksi layak
untuk dijalankan (feasible) atau tidak layak dijalankan (infeasible).
2. Lembaga Keuangan (Perbankan), dalam hal ini lembaga keuangan perlu mengetahui
gambaran studi kelayakan sebagai pertimbangan apakah suatu proyek konstruksi layak
untuk didanai atau tidak agar tidak terjadi masalah di kemudian hari, seperti macetnya
pembangunan, mengingat pentingnya keuangan dalam suatu kegiatan proyek konstruksi.
3. Pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat perlu mengetahui
informasi tentang studi kelayakan yang kemudian akan digunakan untuk meninjau seperti
apa dampak dan pengaruh suatu proyek konstruksi terhadap masyarakat, baik dari segi
ekonomi, social, maupun sumber daya alam.
Untuk menyimpulkan suatu proyek layak dilaksanakan atau tidak, tentunya ada kegiatan
yang dilakukan untuk meninjaunya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam studi kelayakan
adalah:
1. Menyusun rancangan kasar proyek serta estimasi biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek tersebut.
2. Meramalkan manfaat yang akan diperoleh apabila proyek dilaksanakan, baik manfaat
langsung (manfaat ekonomis) ataupun manfaat tidak langsung (fungsi social)
3. Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun finansial
4. Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek tersebut
dilaksanakan.
Kesimpulannya, tidak semua proyek dengan anggaran besar (mega proyek) harus
menganalisis studi kelayakan. Tetapi baik proyek skala besar, medium, maupun kecil haruslah
dilakukan studi kelayakan meskipun tidak terlalu mendalam. Hal ini bertujuan agar dapat
memberikan gambaran kedepannya sehingga meminimalisir resiko kegagalan konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai