Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323277699

Pembuatan Peta Batimetri dengan Menggunakan Metode Hidroakustik Studi


Kasus Sebagian Sungai Cijulang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat

Conference Paper · December 2017

CITATIONS READS

0 7,802

10 authors, including:

Aldo Restu Agi Prananda Atsarina Nastiti


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
4 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Giant Nugroho Hidayat Alfi


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Carbon stock estimation of seagrass species thalassia hempricii using planet imagery with band ratio transformation in nirwana beach, padang city View project

Rekognisi Tugas Akhir Universitas Gadjah Mada, 2019 View project

All content following this page was uploaded by Totok Wahyu Wibowo on 20 February 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prananda et al. (2017) 138 - 143

Pembuatan Peta Batimetri dengan Menggunakan Metode


Hidroakustik Studi Kasus Sebagian Sungai Cijulang
Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat

Aldo Restu Agi Prananda, Angela Merici C W B, Anugrah Nurul Huda, Arisandi
Amalia, Atsarina Nastiti, Giant Nugroho Wijayanto, Hidayat Nur Alfi , Lalu
Deden Yuda P*, Maria Roswita Kartika S B, Totok Wahyu Wibowo
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

lalu.deden.y@mail.ugm.ac.id

Abstrak. Sungai sebagai salah satu penopang kehidupan makhluk hidup baik dari sisi
sumberdaya perlu direncanakan tata ruang dan pengembangannya sehingga aspek ekonomi dapat
diraup dengan maksimal tanpa mengesampingkan aspek alami dan keberlangsungan sungai.
Sungai Cijulang terletak di Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat dengan panjang 15 km
merupakan sungai yang terkenal dengan wisata alamnya. Pemetaan batimetri sungai Cijulang
terkait dengan penggambaran kondisi dasar sungai dapat dijadikan sebagai dasar pemanfaatan
serta peningkatan pengelolaan sungai ke depannya. Informasi terkait morfometri dan batimetri
suatu sungai sangat penting untuk pengelolaan fungsi sungai yang berkelanjutan. Pembuatan
peta batimetri sebagian Sungai Cijulang dilakukan dengan metode hidroakustik dan manual.
Pengukuran dilakukan dengan memanfaatkan alat berupa echosounder yang dimulai dari
dermaga pemberangkatan sepanjang kurang lebih 4 km ke arah muara. Pengolahan data posisi
berupa titik koordinat serta kedalaman (depth) kemudian dilakukan proses interpolasi dengan
metode IDW (Inverse Distance Weighted) dengan nilai power 2. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kedalaman sebagian Sungai Cijulang memiliki kedalaman x sampai y meter yang
kemudian diklasifikasikan menjadi 12 kelas berdasarkan klasifikasi distribusi frekuensi
kuantitatif metode Sturges dengan pembagian kelas secara teratur (equal interval) yang berkisar
dari kedalaman -0,6 sampai dengan -19,8 meter. Data sampel pengukuran manual dijadikan
sebagai data validasi untuk mengetahui residual error dari hasil interpolasi. Berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan residual error hasil interpolasi sebesar 0,2 meter dengan standar deviasi
sebesar ±1,295. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran data batimetri sebagian Sungai
Cijulang tergolong overestimate namun dengan simpangan yang cukup sempit.

Kata Kunci : batimetri metode hidroakustik, interpolasi Inverse Distance Weigted (IDW),
Kriging, residual error

1. Pendahuluan
Batimetri merupakan ilmu yang mempelajari mengenai kondisi di bawah permukaan air berupa
kedalamannya. Batimetri adalah salah satu metode atau teknik yang digunakan untuk menentukan
kedalaman atau profil dasar laut berdasarkan hasil analisis data kedalaman yang kadangkala selalu
dikaitkan dengan aspek pengelolaan pesisir pula secara terpadu [1]. Umumnya kegiatan pengukuran

138
Prananda et al. (2017) 138 - 143

batimetri dilakukan pula untuk mengetahui kondisi di bawah air dan kaitannya dengan fenomena-
fenomena hidrografi lainnya seperti arus, endapan, lumpur ataupun perencanaan [2] serta fenomena laut
yang aspek kajiannya sedikit berbeda dengan oseanografi [3]. Atas dasar itu, pengukuran batimetri
penting dilakukan.
Penentuan batimetri yang efektif dilakukan dengan metode akustik. Metode ini menargetkan
pendektesian target di bawah laut dengan bantuan perambatan suara. Perambatan suara tersebut
dimaksimalkan oleh sebuah alat bernama echosounder. Teknik ini banyak dilakukan dengan sistem
akustik aktif melalui pemanfaatan sonar. Teknik echosounding bertambah maju dengan sistem sonar
melalui beam-nya. Teknik echosounding ini pun dapat berguna bagi nelayan sebagai alat fish finder
karena sonarnya dapat mendeteksi ikan-ikan yang ada di kolom air [4]. Tak heran pengukuran batimetri
di Indonesia paling banyak dilakukan dengan menggunakan alat echosounder.

Gambar 1. Ilustrasi Pengukuran Batimetri

Selain dengan menggunakan alat echosounder, pengukuran kedalaman perairan terutama perairan
dangkal juga dapat dilakukan dengan menggukan citra penginderaan jauh. Citra yang dapat digunakan
antara lain adalah citra Landsat TM, Landsat MMS, SPOT XS, dan Airborne MSS [5].
Penelitian ini dilakukan dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan 2 dan melengkapi data-data mengenai
Kabupaten Pangandaran pada umumnya dan Sungai Cijulang khususnya. Perolehan data batimetri akan
digunakan untuk pembuatan peta batimetri, peta kontur dan tampilan 3 dimensi agar visualisasi dan
kebutuhan data terpenuhi. Data-data tersebut digunakan untuk pengembangan pariwisata lebih lanjut di
Sungai Cijulang yang sebelumnya sudah terkenal dengan wisata “Green Canyon”.
Publikasi dari hasil data yang diperoleh juga diharapkan akan menambah minat untuk berkunjung
ke Kabupaten Pangandaran karena pariwisata merupakan pemasukan utama dari kabupaten termuda di
Provinsi Jawa Barat tersebut. Para nelayan ataupun pengelola kapal wisata untuk Green Canyon juga
membutuhkan data batimetri agar mengetahui keadaan di bawah air dalam ataupun dangkal yang mereka
lalui sehari-hari terutama untuk meningkatkan keamanan wisatawan selama di atas kapal.
Kajian penelitian dilakukan di Sungai Cijulang. Sungai Cijulang merupakan sungai yang berada pada
Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Jarak Kecamatan Cijulang dari
Ibukota Kabupaten Pangandaran kurang lebih 30 km. Kecamatan ini memiliki batas di sebelah timur
dengan Kecamatan Parigi, sebelah selatan dengan Samudera Pasifik, sebelah barat dengan Kecamatan
Cimerak dan sebelah utara dengan Kecamatan Cigugur. Luas daratan seluas 7.930 Ha dan persawahan
sebesar 1.368 Ha sehingga luas wilayah sebesar 9.316 Ha.
Sungai yang melewati Kawasan Pantai Batu Karas ini mempunyai lebar sekitar 40 meter dengan
kedalaman ±3 meter saat kondisi normal. Alirannya tergolong tenang dengan air yang berwarna hijau.
Apabila ditelusuri ke arah hulu, terdapat objek wisata Green Canyon sedangkan ke arah muara terdapat
laguna. Tepat di hulu sungai terdapat sebuah gua yang terbentuk oleh sebuah jembatan tanah dan
memiliki stalaktit dan stalagmit.

2. Metode
Penyusunan peta Batimetri dilakukan dengan menggunakan metode akustik atau yang lebih dikenal
dengan hidroakustik dengan memanfaatkan perambatan gelombang suara yang dipantulkan kemudian
direkam di layar echosounder. Penentuan kedalaman sungai dilakukan menggunakan sistem akustik
aktif berupa sinyal akustik yang diemisikan dan direfleksikan oleh dasar sungai. Secara umum,

139
Prananda et al. (2017) 138 - 143

penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pengukuran, tahap
pengolahan, dan tahap analisis dan visualisasi.
Tahap penyusunan rencana terdiri dari pemilihan metode pengukuran dan pembuatan jalur tracking
pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan membagi daerah kajian menjadi enam segmen pengukuran.
Pada tahapan pengukuran dilakukan proses pengukuran dengan metode hidroakustik yang
memanfaatkan echosounder serta pengukuran manual dengan menggunakan tali yang diberi pemberat.
Pengolahan data hasil pengukuran lapangan dilakukan proses pemilihan data yang akan digunakan serta
penggunaan metode interpolasi. Hasil interpolasi kemudian dilakukan visualisasi serta dibandingkan
dengan hasil pengukuran manual dan kemudian dianalisis. Gambaran singkat terkait metode penelitian
dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan


Lokasi pengukuran kedalaman dasar sungai dan atau batimetri Sebagian Sungai Cijulang terletak pada
koordinat 108°27'22'' BT (219403 mT) dan 7°44'6'' LS (9144132 mU)–108°29'18'' BT (222968 mT) dan
7°44'44'' LS (9142998 mU) di zona 49 M dengan total panjang segmen pengukuran sebesar 4 kilometer
di Kabupaten Pangandaran. Hasil pengukuran sebagian Sungai Cijulang direpresentasikan dalam bentuk
peta batimetri, peta kontur dan visualisasi 3 dimensi (3D). Lokasi pengukuran batimetri sungai Cijulang
yakni terdapat di bagian hilir sungai yang mengarah ke muara. Hal tersebut penting untuk diketahui
morfometri sungainya guna penelitian lebih lanjut terutama terkait dengan tingkat sedimentasi sungai.
Proses sedimentasi dan transportasi material sungai akan lebih banyak terakumulasi di bagian hilir
sehingga dapat diperkirakan tingkat pendangkalan sungai yang terjadi.

140
Prananda et al. (2017) 138 - 143

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Pangandaran

Gambar 4. Peta Jalur Tracking dan Persebaran Titik Sampel

Pada Peta Batimetri Sebagian Sungai Cijulang tahun 2017 dapat diketahui bahwa dasar Sungai
Cijulang memiliki kedalaman yang berbeda-beda, yang mana kedalaman tersebut diperoleh dengan
menggunakan metode interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW) dengan menggunakan 2.381 titik
kedalaman yang bervariasi berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat
echosounder. Variasi kedalaman sebagian Sungai Cijulang dibedakan kedalam 12 variasi kelas dengan
menggunakan metode Sturges dalam rentan kedalaman 0–19,6 mdpl. Dimana berdasarkan hasil
pengukuran kedalaman di lapangan diketahui bahwa kedalaman terendah Sebagian Sungai Cijulang
adalah sebesar 0,6 mdpl yang terdapat pada koordinat 108°28'57'' BT (222327 mT) dan 7°44'36'' LS
(9143227 mU). Sebaliknya, kedalaman dasar sungai terdalam adalah sebesar 19,6 mdpl yang terdapat
pada koordinat 108°28'29'' BT (221463 mT) dan 7°44'18'' LS (9143785 mU). Sedangkan kedalaman
rata-rata pada sebagian Sungai Cijulang pada area kajian adalah sebesar 3,6 mdpl.

141
Prananda et al. (2017) 138 - 143

Gambar 5. Peta Batimetri Sebagian Sungai Cijulang

Sungai Cijulang memiliki bentuk relief dasar yang bervariasi, hal tersebut dapat diketahui pada peta
kontur sebagian Sungai Cijulang tahun 2017 yang dibagi ke dalam 6 segmen dan hasil visualisasi
permukaan dasar sungai secara tiga dimensi (3D). Dimana terdapat beberapa lokasi yang memiliki relief
yang datar dengan perbedaan kedalaman yang tidak signifikan yaitu sebesar 3 mdpl (berdasarkan
interval kontur yang digunakan). Selain itu, terdapat beberapa lokasi yang memiliki bentuk relief terjal
atau berbukit-bukit dengan perbedaan kedalaman yang signifikan.

Visualisasi 3D
Faktor pemberat: 5

Gambar 7. Visualisasi 3D Sebagian Sungai Cijulang

Lokasi Sebagian Sungai Cijulang yang memiliki bentuk relief dasar yang relatif datar terdapat pada
segmen kedua (segmen kedua dari arah barat dan atau titik awal pengukuran) dengan rata-rata
kedalaman sebesar 0–3 mdpl. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil representasi garis kontur yang
renggang atau tidak terlalu rapat dan terdapat pada visualisasi 3D segmen kedua. Sebaliknya, lokasi
sebagian Sungai Cijulang yang memiliki bentuk relief dasar yang sangat terjal terdapat pada segmen
keempat, yang mana pada segmen tersebut memiliki representasi garis kontur yang sangat rapat dengan
perbedaan kedalaman 0–19,6 mdpl. Representasi dari relief dasar sungai yang sangat terjal pada segmen
tersebut dapat diketahui pada Penampang Melintang Sebagian Sungai Cijulang dan terdapat pada

142
Prananda et al. (2017) 138 - 143

visualisasi 3D segmen keempat. Sedangkan bentuk relief dasar yang cukup terjal atau berbukit-bukit
terdapat pada segmen pertama, ketiga, kelima dan keenam, hal tersebut dibuktikan berdasarkan
representasi garis kontur yang agak rapat serta terdapat pada hasil visualisasi 3D.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Pengukuran batimetri dapat dilakukan secara digital maupun manual. Pengukuran dengan cara
digital dilakukan dengan menggunakan alat echosounder, yang mana tingkat akurasi hasil
pengukuran kedalaman secara digital tersebut di uji dengan menggunakan data pengukuran manual.
b. Hasil analisis Peta Batimetri Sebagian Sungai Cijulang tahun 2017 memiliki 12 variasi kedalaman
dengan rata-rata kedalaman sebesar 3,6 mdpl. Kedalaman terendah pada area kajian adalah 0,6
mdpl, sedangkan kedalaman terdalam adalah sebesar 19,2 mdpl. Di mana sebagian besar relief
dasar permukaan berbukit-bukit dan terdapat sebagian area yang memiliki relief relatif datar.

Daftar Pustaka
[1] Dyer K R 1979 Estuarine Hydrography and Sedimentation (Cambridge, UK: Cambridge
University Press)
[2] Ingmanson D E and Wallace WJ 1985 Oceanography: An Introduction, 3rd Edition (Belmont,
California: Wadsworth Publishing Company)
[3] Ross D A 1977 Introduction to Oceanography (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood
Cliffs)
[4] Supangat 2003 Pengantar Oseanografi (Jakarta: Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non
Hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan)
[5] Green E P, Clark C D, Edwards A J 2000 Image classification and habitat mapping. In: Edwards,
A.J. (Ed.) Remote Sensing Handbook for Tropical Coastal Management pp 141-154 (Paris:
UNESCO)

143

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai