Penambangan pasir laut menimbulkan kerusakan lingkungan yang serius. Hal yang paling gampang
dideteksi adalah:
1) Hilangnya sebuah pulau karang di alur pelayaran antara Selat Panjang - Tanjung Balai Karimun.
Seorang masyarakat yang seringkali menggunakan jasa transportasi laut tersebut, mengaku
bahwa setahun yang lalu pulau tersebut masih ditumbuhi oleh dua tiga pohon keras dan ilalang.
Dan sekarang, pulau tersebut hampir tidak terlihat lagi, khususnya pada saat titik terendah pasang
surut laut. Di jalur pelayaran yang sama pula, kita bisa menyaksikan puluhan kapal pengeruk
beroperasi setiap harinya. Berjejer seperti noktah hitam di pinggir langit.
2) Kondisi tersebut bertambah parah dengan keruhnya perairan laut sekitar maupun bau busuk yang
terkadang menyengat. Tidak lagi bisa kita lihat birunya air dan harumnya udara laut. Semua
berganti dengan warna keruh dan bau busuk yang cukup menyengat. Ini terjadi hampir di seluruh
perairan Kepulauan Riau, khususnya di mana kapal keruk melakukan aktivitas penambangan.
Metode pengambilan pasir dilakukan dengan melakukan pengerukan sebagaimana halnya
buldozer meluluhlantakkan apa yang dilaluinya. Selain itu dengan menggunakan pipa penyedot
dengan kekuatan yang besar. Ia akan menyedot apapun yang ada di ujung pipa tersebut.
Walaupun metode kedua berbeda, namun hasil yang ditimbulkan tetap saja sama. Pasir yang ada
akan tersedot habis ke atas dan sesampainya di atas dipisahkan. Pasir masuk ke bak
penampungan dan lumpur dibuang kembali ke laut. Yang patut dicermati, adalah pasir yang
tersedot tersebut kemudian meninggalkan lubang. Berdasarkan efek gravitasi kemudian pasir
yang di atasnya akan menutup kembali lubang tersebut. Biasanya, secara alami, pasir yang ada
memang akan mengisi kekosongan tersebut. Namun, ini terjadi secara alami sehingga
perpindahan pasir dari satu tempat mengisi tempat yang lain tidak akan terlalu terasa
perubahannya. Namun, apabila proses yang terjadi merupakan sebuah percepatan, maka hasilnya
akan berbeda. Pasir yang di atasnya, secara otomatis, turut menyedot dan membuat pantai
menjadi curam. Akibat lebih jauh, gerusan ombak dengan leluasa menghajar apa yang ada di
pinggir pantai. Bisa anda bayangkan bagaimana proses pemindahan pasir yang terjadi secara
drastis dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun. Sungguh sebuah realita yang
memprihatinkan betapa negeri ini sedang menderita. Lalu apakah yang dapat kita wariskan pada
generasi mendatang jika keadaan yang demikian terus berlanjut dan semakin tidak terkendali.
Ditambah lagi bahwa proses penambangan pasir ilegal ini mengalami peningkatan yang maha
dahsyat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini.
3) Di sejumlah tempat, abrasi pantai yang terjadi sudah mencapai 35 meter. Bahkan, abrasi juga
sudah menelan sebuah pulau, yang dikenal dengan nama Pulau Karang, tempat di mana nelayan
biasanya berteduh dari hembusan angin yang terkadang tidak bersahabat. Di Desa Parit,
Kecamatan Karimun, abrasi pantai sudah berada di tepi rumah salah seorang nelayan. Abrasi
sejauh 24 meter tersebut, bisa dilihat pada titik N 00º57 310.10 E 103º2601.90. Kemudian pada titik
N 00º55023.50 E 103º28019.90, di mana abrasi dan lumpur yang ditinggalkan kapal keruk turut
mengancam usaha budidaya rumput laut yang diusahakan warga. Demikian juga halnya di Desa
Lubuk Puding. Di Pulau Buru, abrasi pantai juga terjadi pada titik N 00º52032.00 E 103º31040.50
sejauh 17 m. Abrasi juga menghantam dan menghabiskan tiga baris perkebunan kelapa milik
masyarakat di Lubuk Puding. Masih banyak lagi lokasi di mana abrasi telah menggerus pantai yang
ada. Inilah bukti tak terbantahkan bahwa ada penyusutan pulau yang tengah terjadi di Karimun.
Seperti yang telah dikatakan, bahwa abrasi pantai telah mengalami percepatan dalam 2-3 tahun
belakangan ini. Tingginya aktivitas penambangan pasir dianggap menjadi penyebab dari kondisi
tersebut. Belum adanya penelitian yang menyeluruh terhadap berbagai dampak yang ditimbulkan
dari penambangan pasir, khususnya terhadap lingkungan, membuat hubungan sebab akibat ini
bersifat asumsi. Akan tetapi, berdasarkan laporan langsung dari nelayan setempat dan
berdasarkan logika berpikir, hal ini bisa diketengahkan dalam melakukan penilaian hubungan
sebab akibat yang terjadi dari suatu aktivitas penambangan pasir dan percepatan abrasi yang
terjadi.
4) Kerusakan lingkungan bukan saja terjadi pada pantai akibat abrasi. Lumpur yang ikut tersedot dan
dimuntahkan kembali ke laut merupakan penyebab utama keruhnya perairan di Karimun.
Berbagai jasad renik yang ikut tersedot, secara otomatis, ikut menjadi penyebab munculnya bau
busuk yang mengganggu. Dalam kondisi perairan yang sedemikian rupa, pertanyaan yang muncul
adalah, ”Adakah kehidupan yang mampu bertahan di dalamnya?”. Jawabannya adalah ”Tidak ada
satupun” dan ini dibuktikan dengan semakin berkurangnya hasil tangkapan nelayan. Bila sebelum
maraknya penambangan, seorang nelayan mampu membawa pulang 30 kg-50 kg udang sehari,
kini untuk waktu yang sama jumlah tangkapannya menjadi 5 kg-15 kg. Dengan catatan, hal itu
bersifat untung-untungan. Keruhnya perairan sekitar juga menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan karang yang ada.
5) Sulitnya sinar matahari menembus kedalaman laut tertentu menyulitkan karang dalam melakukan
aktivitas fotosintesis sehingga menghambat pertumbuhan karang tersebut. Penyedotan pasir
juga menyebabkan hilangnya sejumlah padang lamun di samping menghancurkan karang-karang
yang ada. Hilangnya sejumlah padang lamun dan terumbu karang, secara pasti, turut menjadi
penyebab beremigrasinya sejumlah ikan tangkapan nelayan ke lain tempat. Tentu saja, tidak ada
yang suka untuk tinggal dan menetap di kondisi perairan yang sedemikian kotor dan berbau.
Belum lagi polusi suara yang ditimbulkan oleh kapal-kapal pengeruk tersebut.
6) Seorang nelayan mengaku pernah melakukan penyelaman sedalam lebih dari 7 meter dan masih
mendengar dengan jelas kebisingan yang ditimbulkan oleh kapal pengeruk yang berjarak sejauh
500 meter dari lokasi penyelaman. Hal yang paling mengerikan daripada itu semua adalah
kekhawatiran musnahnya sejumlah pulau kecil yang bertebaran di perairan Karimun. Aktivitas jual
beli tanah air tersebut, dituding sebagai salah satu faktor utama yang mempercepat proses
tersebut. Ketakutan tersebut bukannya tidak beralasan. Ada sejumlah bukti yang bisa
diketengahkan di sini, di mana ada beberapa pulau yang nyaris hilang selain pulau yang memang
sudah hilang sama sekali. Lepas pantai Desa Moro, ada sebuah pulau karang yang dulunya
dijadikan nelayan untuk tempat berteduh manakala badai datang menerpa. Pulau tersebut
ditumbuhi oleh beberapa tetumbuhan keras dan ilalang dengan kontur tanah yang meninggi pada
bagian tengahnya, sehingga dapat digunakan sebagai tempat untuk beristirahat barang sejenak
dan untuk melindungi diri dari amukan angin yang datang tanpa terduga, mengingat letaknya di
selat yang cukup sempit. Tapi, kini itu semua tiada lagi, yang tinggal di pulau tersebut hanya
tunggul kayu yang mencuat ke atas. Tidak ada lagi tanah di mana bisa ditambatkan perahu, tidak
ada lagi!
Kerusakan lingkungan tersebut akan dapat berdampak bagi masyarakat, baik untuk jangka pendek
atau jangka panjang. Sekilas atau dalam jangka pendek mungkin hanya akan terlihat sebagai
pemandangan buruk yang tidak enak untuk dilihat dan dirasakan. Namun, dalam jangka panjang
tentu akan terasa lebih buruk lagi. Misalnya, akan mudah merembesnya air laut ke dalam sumber-
sumber air tanah di daratan (intrusi air laut), sehingga air tanah kita menjadi terasa payau. Bisa juga
terjadinya longsoran tebing-tebing kolam bekas galian, yang mana hal ini bukan hanya akan dapat
membahayakan keselamatan masyarakat, namun juga dapat mengakibatkan permukaan tanah
menjadi lebih rendah dari ketinggian permukaan air laut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penambangan pasir laut yang dilakukan pada kecepatan arus
rendah yaitu 0,2 m/detik akan mencapai konsentrasi padatan tersuspensi sebesar kurang lebih 217
mg/lt pada jarak 5 km, sedangkan pada kecepatan arus tinggi yaitu 1,4 m/detik konsentrasi padatan
tersuspensi pada jarak 5 km adalah sebesar kurang lebih 538 mg/It. Berdasarkan basil simulasi
penambangan lebih baik dilakukan pada saat kecepatan arus rendah, oleh karena padatan
tersuspensi akan mempunyai kesempatan mengendap pada wilayah penambangan sebelum
mencapai pantai terdekat, sehingga diharapkan konsentrasi padatan tersuspensi di pantai akan
mencapai atau mendekati nilai baku mutu yaitu sebesar 200 mg/It.
Penambangan Pasir Laut Harus Perhatikan Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut
yang Merupakan Bagian Integral dari Rencana Tata Ruang Laut
Dari aspek dampak hidro-oseanografi, bahwa kriteria ‘aman’ bagi zona penambangan pasir adalah
ambang jarak 1 mil laut dari garis pantai dan kedalaman laut 5 meter.
Kajian hidro-oseanografi yang dilakukan setelah kegiatan penambangan dihentikan, belum dapat
menyatakan apakah kondisi kekeruhan perairan laut yang ada sebagai dampak kegiatan
penambangan pasir laut, karena sungai-sungai yang bermuara di perairan laut Riau juga memberikan
kontribusi suspensi yang cukup besar terhadap proses kekeruhan perairan laut. Untuk itu diperlukan
kajian tersendiri lebih lanjut.
Dari kajian hidro-oseanografi, secara teoritis bahwa proses alami sedimentasi pasir laut hanya
mampu menutup cekungan bekas penambangan setebal 8 meter dalam satu tahun.
Pada segmen-segmen garis pantai tertentu dimana mempunyai potensi dampak abrasi aktif, perlu
dilakukan tindakan mitigasi bencana. Selain itu, masih perlu dikaji lebih lanjut mengenai proses abrasi
yang ada, apakah terjadi sebagai proses`alami atau akibat dampak penambangan pasir laut.
Dari sisi ekonomi, Pulau Nipa memiliki potensi market-demand yang besar untuk pengembangan
investasi.
Potensi sumberdaya hayati di wilayah perairan laut Riau, secara umum kondisinya masih relatif baik.
Pada beberapa kawasan perairan dinilai masih cukup layak untuk budidaya perikanan, sehingga perlu
dijaga kelestariannya
Posisi KP sebagian besar bertumpang-tindih dengan zona penangkapan ikan nelayan tradisional.
Pengertian Abrasi
Abrasi adalah suatu proses perubahan bentuk pantai atau erosi pantai yang disebabkan oleh
gelombang laut, arus laut dan pasang surut laut. Abrasi yang terjadi terus menerus akan
menimbulkan kerusakan lingkungan. Menurut berita dari koran “ Pikiran Rakyat” tanggal 31 Mei 2004
bahwa sedikitnya 40 kilometer kawasan pantai di Kabupaten Indramayu terus digerus abrasi.
Kerusakan akibat gerusan air laut yang tersebar di tujuh wilayah kecamatan di Indramayu itu sangat
memprihatinkan.
Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di atas lautan yang
menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah
pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan
akan terlepas dari daratan.
Gambar di atas menunjukkan skema arah gelombang laut yang mengikis pantai. Abrasi terjadi ketika
angin yang bergerak di laut menimbulkan gelombang dan arus menuju pantai. Arus dan angin
tersebut lama kelamaan menggerus pinggir pantai. Gelombang di sepanjang pantai menggetarkan
tanah seperti gempa kecil. Kekuatan gelombang terbesar terjadi pada waktu terjadi badai sehingga
dapat mempercepat terjadinya proses abrasi. Contoh abrasi karena faktor alam, misalnya adalah
Pura Tanah Lot di pulau Bali yang terus terkikis
Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia, misalnya penambangan pasir.
Penambangan pasir sangat berperan banyak terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat
penambangan pasir maupun di daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan sangat
berpengaruh terhadap kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.
Dampak Abrasi
1. Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di
pinggir pantai
2. Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin
kencang begitu besar.
3. Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi, diantaranya yaitu:
Yaitu melalui rehabilitasi lingkungan pesisir yang hutan bakaunya sudah punah, baik akibat
dari abrasi itu sendiri maupun dari pembukaan lahan tambak.
Perlu peraturan baik tingkat pemerintah daerah maupun pusat yang mengatur pelarangan
pasir pantai secara besar besaran yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.
Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang sampai ke
pantai. Oleh karena itu perlu pelestarian terumbu karang dengan membuat peraturan untuk
melindungi habitatnya.
BELAKANGAN ini, perbincangan tentang penambangan dan ekspor pasir laut menjadi hangat
kembali. Pemicunya adalah siaran pers dari Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri yang
menginformasikan bahwa ada permintaan negara tetangga Malaysia untuk mengimpor pasir laut
dari Indonesia.
TP4L (Tim Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut) yang diketuai
tetangga ini dengan berbagai alasan ditinjau dari sudut pandang yang
beragam pula.
pasir laut ini terfokus pada kerusakan lingkungan dan tidak adanya
Abrasi/erosi pantai
Salah satu fungsi pasir laut yang terdapat di dasar perairan pesisir
dasar perairan akan menjadi lebih dalam ataupun lereng dasar perairannya
pantai.
Peran dasar perairan sebagai peredam energi gelombang dapat kita lihat,
dengan dasar perairan yang lebih curam dibandingkan dengan pantai timur
energi gelombang telah diredam oleh dasar perairan yang landai dan
dangkal.
diredam. Faktor penentu antara lain kecepatan dan arah utama tiupan
penambangan pasir.
perairan pesisir. Lapisan tipis ini dapat berupa hasil dekomposisi bahan
organik seperti dedaunan dari berbagai jenis vegetasi pantai yang dengan
bagi larva, juvenil sebelum mereka tumbuh dewasa dan dapat berkelana ke
Oleh karena itu, lapisan tipis ini sangat kritis dalam kehidupan makhluk
kecil dan lemah tersebut sehingga tempat ini disebut nursery ground
(tempat pengasuhan).
Bila masa larva dan juvenil ini gagal, dapat dipastikan rekrutmen akan
juvenil serta organisme bentos lainnya juga merusak habitat yang kritis
bagi rantai kehidupan organisme laut tersebut.
Perlindungan pesisir
khayal yang sejajar garis pantai sehingga terbentuk suatu zona penyangga
zona ini tercakup daerah yang lebih sempit di sekitar pantai seperti
tergolong daerah vital dan kritis karena merupakan daerah pemijahan dan
Instalasi Kabel, dan Pipa Bawah Laut. Tidak perlu lagi karena sudah ada
pengaturan khusus.
dari segi peredaman energi gelombang dan longsoran dasar perairan dapat
dihitung bila data karakter gelombang dan lereng dasar perairan pesisir
organisme bentos, larva, juvenil dan jasad renik dan seberapa jauh
jaraknya ke arah laut lepas? Pada daerah yang landai, habitat organisme
bentos ini dapat mencakup zona yang lebar dari garis pantai.
jarak tertentu dari garis pantai atau pada kedalaman kurang dari sekian
yang aman akan bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya tergantung
akibat hantaman gelombang. Selain itu para nelayan juga mengeluh karena
laut.
dasar perairan yang landai dan garis pantai yang umumnya ditumbuhi
mangrove, maka secara umum dapat dikatakan bahwa penambangan pasir laut
pesisir lainnya yang tumbuh pada hampir sebagian besar wilayah pesisir,
ini dari Pulau Sumatera yang membawa sedimen lumpur dan pasir, maka
kantong-kantong yang aman pada selat yang agak lebar, tentunya setelah
ketat bahwa penambangan dilakukan pada daerah yang diizinkan dan tidak
telah
Ir Mulia Purba, MS,PhD Dosen Oseanografi Fisik Dep. Ilmu dan Teknologi