Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

“PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN


SUMBER AIR BAWAH TANAH DI KAWASAN KARST
GOMBONG SELATAN”

NAMA KELOMPOK :

DIMAS REYNALDI ( 1403010083 )


EGGY NAZZAR DWI S. (1703010008 )
AKHMAD ZAINUL F. (1703010019 )

PRODI : TEKNIK SIPIL (A)

FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020

i
MOTTO

ILMU ADA DIMANA – MANA DAN ALAM RAYA ADALAH


GURUNYA

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


HALAMAN MOTTO ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................... 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG KEGIATAN


Republik Indonesia memiliki wilayah dengan berbagai macam bentangan
alam dan salah satunya adalah karst. Karst merupakan istilah dalam Bahasa
Jerman yang diturunkan dari Bahasa Slovenia (kras) yang bermakna lahan
gersang berbatu. Kawasan Karst Gombong Selatan merupakan sebuah
rangkaian pegunungan atau perbukitan karst yang berada di barat
daya Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Kawasan ini menyangkup tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Ayah, Kecamatan Buayan dan Kecamatan
Rowokele. Panjang perbukitan kapur ini mencapai 8 Km dan lebar 3 Km
dengan luas lebih dari 40 Km2
Karst merupakan daerah yang memiliki ciri-ciri relief dan drainase
tersendiri yang berbeda dari daerah yang lain. Fenomena permukaan meliputi
bentukan positif, seperti perbukitan karst yang berbentuk kerucut. Puncak
kerucut bisa membulat (sinusoida) atau lancip (karst connical). Lekuk-lekuk
di antara batuan gamping mambentuk dolina, baik terbuka maupun tertutup.
Sistem hidrologi yang khas dan bentuk lahan yang muncul akibat dari
kombinasi antara batuan serta tingkat pelarutan dan porositas yang
berkembang dengan baik. Sungai yang mengalir di permukaan kawasan karst
sangat jarang. Begitu hujan air akan masuk pada lubang (sink) atau gua,
sungai permukaan segera berubah menjadi sungai bawah tanah. Di bawah
permukaan karst air mengalir di sepanjang lorong gua membentuk sistem
jaringan tata air tanah yang rumit. Dengan kondisi tersebut pada musim
penghujan, air hujan yang jatuh ke wilayah karst tidak dapat tertahan di
permukaan tanah, tetapi akan masuk ke dalam jaringan sungai bawah tanah
melalui ponor/luweng. Sumber air permukaan di kawasan karst hanya
diperoleh melalui telaga dan sumber air dari sungai bawah tanah yang keluar
(Hanang samodra, 2001).

1
Kawasan Karst Gombong Selatan memiliki batuan gamping yang
berumur Miosen, bersifat keras, kompak dan sebagian berlapisan, termasuk
jenis murni yang berwarna putih susu samapai kuning pucat. Kawasan Karst
Gombong Selatan bertipe cockpit, yaitu perbukitan karst yang berupa kerucut,
rapat dan menyerupai sarang telur ayam. Tipe karst cockpit mempunyai daya
tarik tersendiri, karena Kawasan Karst Gombong Selatan merupakan salah
satu bagian dari bentang alam karst yang ada di dunia.
Selain perbukitannya, Kawasan Karst Gombong Selatan juga kaya akan
fenomena karst lainnya yang sangat khas, yaitu memiliki 182 Gua, 2 Telaga
Karst, Sungai Bawah Tanah, Ponor, Air Terjun dan beberapa Mata Air.
Ketinggian mutlak perbukitan di Kawasan Karst Gombong Selatan berkisar
300-400 meter di atas permukaan air laut sedangkan ketinggian relatif hanya
berkisar 50-150 meter di atas permukaan air laut. Umur batuan karst-nya
berasal dari endapan berumur Miosen dengan permulaan karstifikasi pada
akhir pliosen (awal Pleistosen). Titik tertinggi Kawasan Karst Gombong
Selatan berada di puncak Bukit Duwur yang berada di ketinggian 452 meter
di atas permukaan air laut. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_Karst_Gombong_Selatan)
Potensi tersedianya sumber daya alam yang tinggi pada bentuk lahan
karst. Pemerintah dalam mengatur tentang perlindungan kawasan karst baik
secara pengelolaan maupun kebijakan yang terkait tentang ruang salah satu di
antaranya adalah keputusan menteri energi dan sumberdaya mineral
(KEPMEN ESDM) No. 1456 tahun 2000 tentang pedoman pengelolaan
kawasan karst. Kawasan karst dibagi menjadi tiga kelas :
1. Kelas I : merupakan kawasan lindung yang di dalamnya tidak boleh
adanya kegiatan penambangan. Boleh dilakukan kegiatan lain asal tidak
mengganggu proses karstifikasi dan tidak merusak fungsi karst.
2. Kelas II : merupakan kawasan karst yang di dalamnya boleh dilakukan
aktivitas penambangan dengan disertai studi analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya
pemantauaan lingkungan (UPL).

2
3. Kelas III : merupakan kawasan karst yang di dalamnya boleh dilakukan
kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan perundangan.
Karst juga mempunyai nilai strategis sebagai potensi penyediaan air bagi
kehidupan sosial - ekonomi masyarakat dan pembangunan kawasan di
sekitarnya. Pemenuhan kebutuhan air seperti tersebut tentunya harus
memenuhi kualitas tertentu atau baku mutu air, yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum (PP No.82 tahun 2001) yaitu :
1. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa, dan jernih atau tidak berwarna
2. Syarat kimia : bebas dari bahan kimia yang membahayakan kesehatan
3. Syarat biologi : air harus bebas dari kuman-kuman penyakit, yang
biasanya diukur dengan indikator mikrobiologi (bakteri, dsb) dengan
satuan jumlah MPN (Most Probability Number)/ml air
4. Syarat radioaktif : air harus bebas dari bahan radioaktif yang dapat
mengganggu kesehatan manusia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Di Kawasan Karst


Air di kawasan Karst ialah hasil drainase di bawah tanah di dalam batu-
batuan yang mengalami proses Karstifikasi. Air Hujan merembes melewati
zona air rembesan dan tiba pada zona jenuh air, yaitu zona air tanah dimana
kemudian akan muncul kembali di tempat lain, sebagai sumber air. Air
terkumpul dalam jumlah yang banyak di dalam tanah dan hanya sedikit dalam
batu-batuan yang keras, tetapi apabila reservoir terdiri dari rekahan-rekahan
atau celah-celah seperti kawasan karst, maka dijumpai variasi besar dari
jumlah air yang terkumpul ini.

B. Sumber Air Karst


Air menjadi topik yang paling menarik dari Karstologi, karena
keberadaannya menyebabkan nilai lebih dari kawasan karst, baik sebagai
sumber air bersih, maupun sebagai air irigasi.Tetapi di kawasan karst,
keberadaan dan luapan air sering tidak menentu atau tidak dapat
diramalkan.Untuk lebih memahami keberadaannya, harus dibahas secara
ringkas beberapa faktor terpenting yang dapat diterapkan di Indonesia.
1. Jenis Sumber Air Karst
Walaupun dalam literatur dijumpai banyak jenis, untuk di Indonesia
hanya perlu memahami beberapa jenis saja yaitu :
a. Yang mengalir tanpa tekanan
Sering dijumpai keluar dari celah atau dari gua, dan
dimanfaatkan penduduk setempat sebagai sumber air bersih. Dikenal
sebagai Gravity Fed Spring (sumber yang mengalir di bawah
pengaruh gaya tarik bumi). Jelas bahwa sebagai sumber air demikian
mengalir melalui suatu kondouit. Yang menjadi masalah bagi
kesehatan, ialah berasal dari :

4
1) Air tetesan (Vadose seepage), atau air rembesan (Vadose
trickles), berasal dari atap dan dinding batuan karbonat, juga
dikenal sebagai air perkolasi, atau dari sungai permukaan yang
hanya lewat gua atau system percelahanrekahan. Jelas, bahwa
air perkolasi itu lebih bersih dari air permukaan yang mengalir
melewati sistem perguaan (percelahan), yang juga dikenal
dengan sebutan vadose stream. Walaupun demikian, aliran
perkolasi melalui atap dan dinding gua, belum tentu bebas
polutan, hal ini telah dibuktikan oleh tim dari tim Lembaga
Ekologi UNPAD tahun 1989, yang meneliti tetesan air stalaktit
Gua Petruk, ternyata mengandung insektisida DDT, akibat
penggunaannya di permukaan karst oleh petani, tidak jauh dari
Gua Petruk. Seperti pada Gambar 2.1 mengenai bagaimana air
di dalam gua tercemar oleh septic tank, merembes ke bawah dan
menetes melewati dinding gua.

Gambar 1. Air tetesan yang merembes melalui langit-langit dan dinding gua

5
2) Rembesan-rembesan Dekat atau Lepas Pantai
Bila kawasan karst berbatas dengan pantai, maka terdapat
rembesan-rembesan air karst yang didapatkan dekat pantai,
(pada air surut, terlihat menyembul keluar, pada saat pasang
terendam air laut) atau lepas pantai. Di Pulau Jawa banyak
terdapat sekitar pantai Barat Jazirah Penanjung (Pangandaran),
pantai sebelah utara kota Tuban dan Tanjung Kodok, Pantai
Baron, Kukup dan Krakal.
b. Sumber Air Tertekan (Vaucluosing Spring)
Air mengalir deras, bahkan kadang-kadang bergolak pada saat
luap besar, akibat air tertekan (under hydrostatic pressure). Sumber-
sumber air karst yang paling besar, bahkan spektakuler, senantiasa
jenis air tertekan ini, dan volumenya bisa mencapai 100m3 /detik. Di
Indonesia, yang dikenal luapanya terdapat dekat atau lepas pantai.

C. Jumlah Air Dunia


Jumlah air di dunia sebagian besar terdapat di air tanah. Di Indonesia
keadaannya berbeda, batu gamping umumnya baru dikenal sebagai bahan
galian golongan C, yaitu yang tidak secara langsung mempengaruhi hajat
hidup orang banyak. Maka dari itu, pengurusan mengenai pemanfaatannya
diserahkan kepada pemerintah daerah. Padahal daerah karst sering terdapat
air yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan air. Banyak kota memperoleh
airnya dari daerah karst, seperti misalnya Wina, Sarajevo, dan Trieste. Di
Indonesia, ada sejumlah kota yang persediaan airnya juga berasal dari sumber
yang sama, yaitu air karst. Contohnya adalah Gombong, Tuban, Purwodadi di
Pulai Jawa dan Kupang di Pulau Timor.Demikian pula daerah seperi
Kabupaten Gunung Kidul, Malang Selatan, Trenggalek Selatan di Pulau
Jawa. Pulau Madura, Pulau Togian, Pulau Sumba, Pulau Muna, Pulau Kai
bernasib sama. PBB memperkirakan sekitar 25% penduduk dunia
menggantungkan diri dari sumber air karst.

6
D. Debit Air
Menurut Asdak (2002) debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume
air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik (m3/dt). Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus
air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debir air ditentukan
oleh kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, serta
lebarnya perairan.
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting
bagi pengelola sumberdaya air (Bazak. 1999). Debit puncak (banjir)
diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data
debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air
untuk berbagai keperluan terutama pada musim kemarau panjang. Debit rata-
rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat
dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Menurut Harsoyo (1977) Metode pengukuran debit dilakukan dengan
dua metode, yaitu pengukuran debit secara langsung dan pengukuran debit
secara tidak langsung. Dimana pengukuran ini dilakukan dengan alat dan cara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
1. Pengukuran debit secara langsung (debit sesaat) :
Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa
alat pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air dalam
pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau
telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa
digunakan yaitu :
a. Alat Ukur Pintu Romin
Ambang dari pintu Romin dalam pelaksanaan pengukuran dapat
di naik turunkan, yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran
debit air dengan pintu ukur romijin yaitu dengan menggunakan
rumus:

7
Q= 1,71 b h3/2
Keterangan:
Q = debit air
b = lebar ambang
h = tinggi permukaan air
b. Sekat Ukur Thompson
Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-
pindahkan karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim
digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan
dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:
Q = 0,0138
Keterangan:
Q = debit air
h = tinggi permukaan air
c. Alat Ukur Parshall Flume
Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,
yang artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui
bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang
direndahkan.
d. Bangunan Ukur Cipoletti
Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah
menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai
minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit.
Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya
hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:
Q = k . H3./2 . b
Keterangan:
Q = debit air
H = head
k dan n = konstanta ,(0/0186)

8
Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama
persamaan energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada
praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan dengan
membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan
pada grafik akan diperoleh garis hubungan H-Q yang paling sesuai
untuk masing-masing jenis bangunan ukur.
Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air secara
langsung dengan pintu ukur romijin, sekat ukur tipe cipoletti dan
sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu
dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.
2. Pengukuran debit air secara tidak langsung
a. Pelampung
Menurut Harsoyo (1977) terdapat dua tipe pelampung yang
digunakan yaitu: (1) pelampung permukaan, dan (2) pelampung
tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe
pelampung permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung
dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam
dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan
pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung
pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak
tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang
dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan
berdasarkan rata-rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak
tersebut. Sedang kecepatan rata-rata didekati dengan pengukuran
kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya
tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai
berikut :
B/H 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’
Vm/Vs 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

9
Keterangan:
B = lebar permukaan aliran
H = kedalaman air
Vm = kecepatan rata – rata
Vs = kecepatan pada permukaan
Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu
pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan
kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru
dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah
pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan
kecepatan rata-rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan
pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari
2 pengukuran penampang melintang ini dicari penampang melintang
rata-ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua
penampang melintang yang diukur pada waktu bersama-sama
disusun berimpitan, penampang lintang ratarata didapat dengan
menentukan titik-titik pertengahan garis-garis horizontal dan vertikal
dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka
mula-mula dibuat penampang melintang rata-rata antara penampang
melintang rata-rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas
dan terbawah. Debit aliran kecepatan rata-rata:
Q = C . Vp Ap
Keterangan:
Q = debit aliran
C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung
yang digunakan
Vp = kecepatan rata – rata pelampung
Ap = luas aliran rata – rata
b. Pengukuran dengan Current meter
Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran
yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang

10
terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari
propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran
dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang
sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis
yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya
diperoleh dengan mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada
masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat
berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini
berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur.
Debit aliran dihitung dari rumus :
Q=Vx A
Keterangan :
V = Kecepatang aliran
A = Luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus
mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya.
Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama,
distribusi kecepatan tergantung pada :
1) Bentuk Saluran
2) Kekasaran Saluran
3) Kondisi Kelurusan Saluran
Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai
distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan
penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata
kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian “United Stated
Geological Survey” aliran air di saluran (stream) dan sungai
mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:
1) Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang
berbentuk parabolic.
2) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h
kedalam air dihitung dari permukaan aliran.
3) Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah permukaan
air.
4) Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.
5) Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan
pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan
menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung

11
kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata
nya.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat
profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan
pengukuran kearah horizontal (lebar aliran) dan ke arah vertical
(kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian
(segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur
kecepatan alirannya.
Debit aliran di segmen = (Qi) = Ai x Vi
Keterangan :
Qi = Debit aliran segmen i
Ai = Luas aliran pada segmen i
Vi = Kecepatan aliran pada segmen i

Untuk dapat menentukan debit air maka harus mengetahui satuan


ukuran volume dan satuan ukuran waktu terlebih dahulu, karena debit air
berkaitan erat dengan satuan volume dan satuan waktu.
Perhatikan konversi satuan waktu berikut :
1 jam = 60 menit, 1 menit = 60 detik, 1 jam = 3.600 detik,
1 menit = 1/60 jam, 1 detik = 1/60 detik, 1 jam = 1/3.600 detik.
Konversi satuan volume :
1 liter = 1 dm³ = 1.000 cm³ = 1.000.000 mm³ = 0.001 m³ 1 cc = 1 ml = 1 cm
Persamaan debit air yang diperoleh adalah :
Q = A × K × U m3/detik
Keterangan :
Q = debit aliran (m3/detik)
U = kecepatan pelampung
K = koefisien pelampung
A = luas penampang basah

E. Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa (Susanto. 2006). Semua proses
kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media

12
pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak
sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama
yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong
degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh
karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan (Bustomi.
2000).
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia
kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan
demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal (Lenka. 1991). Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi
oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai
kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman (sudjarwadi. 1990).
Adapun fungsi irigasi yaitu :
1. memasok kebutuhan air tanaman
2. menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
3. menurunkan suhu tanah
4. mengurangi kerusakan akibat frost (pembekuan)
5. melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
Tujuan irigasi yaitu sebagai berikut :
1. Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan
pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering
kekurangan air.
2. Meningkatkan produksi pangan terutama beras
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
4. Meningkatkan intensitas tanam
5. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam
pembangunan jaringan irigasi perdesaan.

13
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan
irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk
peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.
Macam-macam irigasi, yaitu :
1. Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan terjadi di mana air dialirkan pada permukaan
lahan. Di sini dikenal alur primer, sekunder dan tersier. Pengaturan
air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah
yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
2. Irigasi curah
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan
untuk membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan
pertanian. Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan,
mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada
irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang
disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang
masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler)
(Prastowo, 1995).
3. Irigasi pompa
Pompa Irigasi digunakan bila Muka Air berada jauh dari lahan
pertanian yang diusahakan. Menaikan Muka air selain dengan
membangun konstruksi bagunan bendung dan mengalirkannya
melalui saluran memang sangat tepat namun pembiayaan
pembangunan juga sangat tinggi. Penggunaan pompapompa irigasi
dapat mengatasi hal tersebut. Namun peyediaan dan pengoperasian
pompa mekanis berbahan bakar minyak juga memerlukan biaya
operasi dan pemeliharaan yang tinggi pula dan mereka belum tahu
bagaimana menggunakan mesin-mesin penggerak untuk pompa-
pompa irigasi dengan baik, apalagi memelihara mesin-mesin itu
supaya tetap dapat terawat dengan baik. Maka penggunaan pompa

14
irigasi sederhana tanpa menggunakan BBM dapat menjadi
alternatifnya.
4. Irigasi tetes
Irigasi tetes adalah metode irigasi yang menghemat air dan
pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman,
baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui
jaringan katup, pipa dan emitor.
Kegiatan menyiram tanaman di musim kemarau bagi sebagian
petani tradisional menjadi rutinitas yang cukup merepotkan. Mulai
dari mengambil air dari sumbernya, mengangkutnya ke kebun,
hingga menyiramkannya satu per satu pada setiap tanaman,
merupakan aktivitas yang melelahkan. Namun bagi petani yang
"melek" teknologi kegiatan menyiram tanaman menjadi hal yang
mudah dan praktis, tinggal putar kran maka semua tanaman pun akan
tersiram secara merata. Salah satu cara mempermudah rutinitas
penyiraman tersebut adalah dengan sistem irigasi tetes (drip
irrigation). Sistem irigasi ini menggunakan air sedikit sekali yang
langsung mengalirkan air ke tanamantanaman secara terus menerus
sesuai kebutuhan. Irigasi jenis ini terbukti berhasil menyuburkan
tanaman di daerah pertanian Israel yang kering.
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan
mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang
dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak antar tanaman). Penyiraman
dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang
selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air
secara lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi tetes.
Keuntungannya dengan sistem ini sedikit menggunakan air, air
tidak terbuang percuma, dan penguapan pun bisa diminimalisir.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk
mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan air di
lahan-lahan kering

15
BAB III
PEMBAHASAN

Kawasan Karst Gombong Selatan memiliki batuan gamping yang berumur


Miosen, bersifat keras, kompak dan sebagian berlapisan, termasuk jenis murni
yang berwarna putih susu samapai kuning pucat. Kawasan Karst Gombong
Selatan bertipe cockpit, yaitu perbukitan karst yang berupa kerucut, rapat dan
menyerupai sarang telur ayam. Tipe karst cockpit mempunyai daya tarik
tersendiri, karena Kawasan Karst Gombong Selatan merupakan salah satu bagian
dari bentang alam karst yang ada di dunia.
Selain perbukitannya, Kawasan Karst Gombong Selatan juga kaya akan
fenomena karst lainnya yang sangat khas, yaitu memiliki 182 Gua, 2 Telaga Karst,
Sungai Bawah Tanah, Ponor, Air Terjun dan beberapa Mata Air. Ketinggian
mutlak perbukitan di Kawasan Karst Gombong Selatan berkisar 300-400 meter di
atas permukaan air laut sedangkan ketinggian relatif hanya berkisar 50-150 meter
di atas permukaan air laut. Umur batuan karst-nya berasal dari endapan berumur
Miosen dengan permulaan karstifikasi pada akhir pliosen (awal Pleistosen). Titik
tertinggi Kawasan Karst Gombong Selatan berada di puncak Bukit Duwur yang
berada di ketinggian 452 meter di atas permukaan air laut.
Dari 182 Gua yang terdapat pada Kawasan Karst Gombong terdata + 89 Gua
yang memiliki sumber mata air di bagian dalam gua dengan debit yang bervariasi.
Dan baru + 7 Gua yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai upaya memenuhi
kebutuhan sumber mata air masyarakat. Terlalu minimnya pemanfaatan,
pengelolaan dan/serta pengembangan sumber mata air bawah tanah yang ada
diakibat beberapa factor yang terjadi dimasyarakat yaitu :
1. Kurang perhatian pemerintah
2. Kurangnya tenaga ahli yang mengembangkan kawasan karst gombong
selatan
3. Kurangnya data yang dimiliki oleh dinas-dinas terkait
4. Disfungsi lahan kawasan karst menjadi area pertambangan

16
5. Kurang terjaganya kawasan karst gombong selatan oleh masyarakat
sekitar
Di beberapa kawasaan gua terdapat kerusakan-kerusakan yang terjadi
dikarenakan tidak terjaganya kawasan karst tersebut. Berikut data yang dimiliki
oleh kawan-kawan pencintaalam :

A. GUA MACAN
1. DATA GUA
a. Sinonim : -
b. Letak Geografis : 109024’BT - 07 041’LS
c. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun : Karang Gondang / Teba
2) Nama Desa : Candirenggo
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Telagasari
f. Laut terdekat : Pantai Logending (laut selatan)
g. Aksebilitas : 600 m dari jalan raya

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : setengah lingkaran
b. Ukuran entrance : Tinggi. 0,5 m, Lebar 0,8 m
c. Letak entrance : Diatas Bukit
d. Vegetasi sekitar entrance : Pohon jati dan semak belukar
e. Karakteristik : Fosil, vadosa, dan freatik
f. Bentuk lorong : Horisontal dan vertikal
g. Panjang lorong :
1) Lorong atas : 100 m

17
2) Vertikal : 44 m
3) Lorong bawah : Up stream (400 m),down stream
(1000m)
h. Tingkat kesulitan : Sulit
i. Peralatan yang dibutuhkan : Vertical cave eksploration equipment
dan horisontal
j. Peralatan pendukung : Pelampung
k. Biospeleologi : Kelelawar, jangkrik, katak, ular dan
laba-laba.
l. Sedimentasi gua : clay (lorong atas),sand dan gravel
(lorong bawah)
m. Ornamen : Flowstone, stalaktit, stalagmit,
gourdam, dll
n. Gua disekitarnya : Duren Renteng, Bayu, Simpanan,
Malikin.

3. DATA SOSEKBUD GUA


a. Status kepemilikan tanah : Milik Perhutani
b. gua ini sudah dikenal oleh : Penelusur gua dan penduduk sekitar
c. Pemanfaatan gua : -
d. Mata pencaharian penduduk: Petani
e. Gua ini dijaga : Tidak

4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Perusakan ornamen dan bekas galian
fosfat (Lorong atas)
b. Kepekaan gua : Ornamen gua banyak yang mudah
patah, terdapat aliran sungai yang
berair jernih.

18
B. GUA SURUPAN
1. DATA GUA
a. Sinonim : Sawangan
b. Letak Geografis : 109023’BT - 07 045’LS
c. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun : -
2) Nama Desa : Argopeni
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Gadung
f. Laut terdekat : Pantai Logending (laut selatan)
g. Aksebilitas : 50 m dari jalan raya

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : Segitiga agak oval
b. ukuran entrance : Tinggi 6 m, Lebar 16 m
c. Letak entrance : Dikaki Bukit
d. Vegetasi sekitar entrance : Pohon jati, pohon pepaya, kebun
singkok dan semak belukar
e. Karakteristik : Vadosa
f. Bentuk lorong : Horisontal
g. Panjang lorong : 782 m
h. Tingkat kesulitan : Sedang
i. Peralatan yang dibutuhkan : Horisontal cave eksploration
equipment
j. Peralatan pendukung : Pelampung dan webbing
k. Biospeleologi : Kelelawar, udang, ikan, jangkrik, dan
laba-laba.

19
l. Sedimentasi gua : clay ,sand dan gravel
m. Ornamen : Flowstone, stalaktit, stalagmit,
coloum, dan canopy.
n. Gua disekitarnya : Upas, Celeng, Si Kidang, Rawu, dan
Lebu

3. DATA SOSEKBUD GUA


a. Status kepemilikan tanah : Milik Perhutani
b. gua ini sudah dikenal oleh : Penelusur gua dan penduduk sekitar
c. Pemanfaatan gua : Mencari ikan
d. Mata pencaharian penduduk: Petani, nelayan, buruh tani.
e. Gua ini dijaga : Tidak

4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Pematahan ornamen dan coretan di
dinding gua.
b. Bahaya-bahaya gua dari sudut
pandang penelusur gua : Licin, bisa terjadi bandang pada
musim hujan, ornamen yang rapuh.

C. GUA BARAT / WIND CAVE


1. DATA GUA
a. Sinonim : Wind cave
b. Letak Geografis : 109026’BT - 07 039’LS
c. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun : Palamarta
2) Nama Desa : Jatijajar
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa

20
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Jombret
f. Laut terdekat : Pantai Logending (laut selatan)
g. Aksebilitas : 1300 m dari jalan raya

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : setengah lingkaran
b. ukuran entrance : Tinggi. 1,5 m, Lebar 1,3 m
c. Letak entrance : Dilereng Bukit
d. Vegetasi sekitar entrance : Pohon jati, pohon bambu dan semak
belukar
e. Karakteristik : Fosil, vadosa, dan freatik
f. Bentuk lorong : Horisontal dan vertikal
g. Panjang lorong : 17 Km yang sudah dipetakan, dan
terdapat Waterfall Jump Ulysses
(7m), dan Waterfall Superman’s Big
Sister (30 m).

h. Tingkat kesulitan : Sulit


i. Peralatan yang dibutuhkan : Vertical cave eksploration equipment
dan horisontal
j. Peralatan pendukung : Pelampung
k. Biospeleologi : Kelelawar, jangkrik, belut, dan laba-
laba.
l. Sedimentasi gua : clay,sand dan gravel, tanah.
m. Ornamen : Flowstone, stalaktit, stalagmit,
gourdam,canopy, coloum dll.
n. Gua disekitarnya : Kapuk, Asrep I dan II, Jombret.

3. DATA SOSEKBUD GUA


a. Status kepemilikan tanah : Milik Perorangan

21
b. gua ini sudah dikenal oleh : Masyarakat, Penelusur gua nasional
dan internasional.
c. Pemanfaatan gua : Sumber air bersih masyarakat sekitar.
d. Mata pencaharian penduduk: Petani, Pegawai, buruh tani.
e. Gua ini dijaga : Ya.

4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Perusakan ornamen, coretan dan
bekas galian fosfat
b. Kepekaan gua : Ornamen gua banyak yang mudah
patah, terdapat aliran sungai

yang berair jernih.


c. Bahaya-bahaya gua dari sudut
pandang penelusur gua : Terjatuh, hipotermia, tenggelam.
d. Nilai strategis gua : gua ini dekat dengan penduduk 50m.

D. GUA LIYAH I
1. DATA GUA
a. Sinonim : -
b. 2. Letak Geografis : 109023’BT - 07 042’LS
c. 3. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun : Mandayana
2) Nama Desa : Candirenggo
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Gadung

22
f. Laut terdekat : Pantai Logending (laut selatan)
g. Aksebilitas : 500m dari jalan raya, 50 m dari
PDAM.

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : setengah lingkaran
b. ukuran entrance : Tinggi. 1,37 m, Lebar 1,6 m
c. Letak entrance : Dipunggungan.
d. Vegetasi sekitar entrance : Pohon jati dan semak belukar
e. Karakteristik : Fosil, vadosa, dan freatik
f. Bentuk lorong : Horisontal
g. Panjang lorong : 800 m
h. Tingkat kesulita : sedang
i. Peralatan yang dibutuhkan : Horisontal cave eksploration
equipment
j. Peralatan pendukung : -
k. Biospeleologi : Kelelawar, jangkrik, ular, dan laba-
laba.
l. Sedimentasi gua : clay,sand,dan tanah.
m. Ornamen : Flowstone, stalaktit, stalagmit,
,canopy, dll.
n. Gua disekitarnya : Petruk, Kemit, Siluman, Sigong,
Penganten.

3. DATA SOSEKBUD GUA


a. Status kepemilikan tanah : Milik Perhutani
b. gua ini sudah dikenal oleh : Masyarakat, Penelusur gua nasional.
c. Pemanfaatan gua : PDAM, dan galian fosfat
d. Mata pencaharian penduduk: Petani, , buruh tani, pedagang.
e. Gua ini dijaga : -

23
4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Perusakan ornamen, coretan dan
bekas galian fosfat
b. Kepekaan gua : Ornamen gua banyak yang mudah
patah, terdapat aliran sungai
yang berair jernih.
c. Bahaya-bahaya gua dari sudut
pandang penelusur gua : Banyak lubang bekas galian
fosfat,dan licin

E. GUA LIYAH II
1. DATA GUA
a. Sinonim : Telawah
b. Letak Geografis : 109024’BT - 07 042’LS
c. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun : -
2) Nama Desa : Kalipoh
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Kumbang
f. Laut terdekat : Pantai Logending (laut selatan)
g. Aksebilitas : 500m dari jalan raya Ayah-Argopeni

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : setengah lingkaran
b. ukuran entrance : -
c. Letak entrance : Dikaki bukit
d. Vegetasi sekitar entrance : semak belukar

24
e. Karakteristik : Fosil, vadosa, dan freatik
f. Bentuk lorong : Horisontal dan vertikal
g. Panjang lorong : 800 m
h. Tingkat kesulitan : sedang
i. Peralatan yang dibutuhkan : Horisontal cave eksploration
equipment
j. Peralatan pendukung : Peralatan gua vertikal untuk eksplor
lorong bawah.
k. Biospeleologi : Jangkrik dan laba-laba.
l. Sedimentasi gua : clay,sand,dan tanah.
m. Ornamen : Flowstone, stalaktit, stalagmit,
,canopy, dll.
n. Gua disekitarnya : Tritis.

3. DATA SOSEKBUD GUA


a. Status kepemilikan tanah : Milik Perhutani / negara
b. gua ini sudah dikenal : Masyarakat, Penelusur gua nasional.
c. Pemanfaatan gua : PDAM
d. Mata pencaharian penduduk: Petani, , buruh tani, pedagang.
e. Gua ini dijaga : -

4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Perusakan ornamen, coretan dan
bekas galian fosfat
b. Bahaya-bahaya gua dari sudut
pandang penelusur gua : Banyak lubang bekas galian
fosfat,dan licin

F. GUA TRITIS
1. DATA GUA
a. Sinonim : -

25
b. Letak Geografis : 109024’BT - 07 043’LS
c. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun :
2) Nama Desa : Kalipoh
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Kumbang
f. Laut terdekat : Pantai Logending (laut selatan)
g. Aksebilitas : 1000m dari jalan raya Ayah-Argopeni

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : setengah lingkaran
b. ukuran entrance : T.7 m, L.10 m
c. Letak entrance : Di kaki bukit
d. Vegetasi sekitar entrance : Diatas bukit
e. Karakteristik : Fosil dan vadosa
f. Bentuk lorong : Horisontal
g. Panjang lorong : 300 m
h. Tingkat kesulitan : sedang
i. Peralatan yang dibutuhkan : Horisontal cave eksploration
equipment
j. Peralatan pendukung : webbing
k. Biospeleologi : Jangkrik dan laba-laba.
l. Sedimentasi gua : clay,sand,dan tanah.
m. Ornamen : Minim.
n. Gua disekitarnya : Telawah / Liyah II
3. DATA SOSEKBUD GUA
a. Status kepemilikan tanah : Milik Perhutani / negara

26
b. gua ini sudah dikenal oleh : Masyarakat, Penelusur gua
c. Pemanfaatan gua : Tempat pertapaan
d. Mata pencaharian penduduk: Petani, , buruh tani
e. Gua ini dijaga : Tidak

4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Banyak sampah plastik
b. Bahaya-bahaya gua dari sudut
pandang penelusur gua : Licin, banyak dinding dan ornamen
yang rapuh.

G. GUA MENGANTI
1. DATA GUA
a. Sinonim : -
b. Letak Geografis : 109024’BT - 07 046’LS
c. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun : -
2) Nama Desa : Karang Bolong
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Besar
f. Laut terdekat : Laut Selatan
g. Aksebilitas : 100m dari TPI Menganti

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : setengah lingkaran
b. ukuran entrance : T.4 m, L. 6 m
c. Letak entrance : Ditepi laut

27
d. Vegetasi sekitar entrance : semak belukar
e. Karakteristik : Fosil
f. Bentuk lorong : Horisontal
g. Panjang lorong : 50 m
h. Tingkat kesulitan : Mudah
i. Peralatan yang dibutuhkan : Horisontal cave eksploration
equipment
j. Peralatan pendukung : -
k. Biospeleologi : Kelelawar
l. Sedimentasi gua : Tanah, batu, pasir
m. Ornamen : Flowstone, stalaktit, stalagmit,
,canopy, dll.
n. Gua disekitarnya : -
o. Peninggalan dalam gua : 3 buah makam

3. DATA SOSEKBUD GUA


a. Status kepemilikan tanah : Milik Perhutani / negara
b. gua ini sudah dikenal oleh : Masyarakat
c. Pemanfaatan gua : Tempat bertapa dan berjiarah.
d. Mata pencaharian penduduk: Petani dan nelayan
e. Gua ini dijaga : -

4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Perusakan ornamen, coretan dan
bekas galian fosfat
b. Bahaya-bahaya gua dari sudut
pandang penelusur gua : Terbawa ombak ketika laut pasang.

H. GUA PETRUK
1. DATA GUA
a. Sinonim : -

28
b. Letak Geografis : -
c. Letak Administrasi :
1) Nama Dusun : Mandayana
2) Nama Desa : Candirenggo
3) Kecamatan : Ayah
4) Kabupaten : Kebumen
5) Propinsi : Jawa Tengah
6) Pulau : Jawa
d. Kawasan Karst : Gombong Selatan
e. Gunung Terdekat : Gunung Gadung
f. Laut terdekat : Pantai Logending (laut selatan)
g. Aksebilitas : 500m dari jalan raya melalui jalan
tangga yang dibuat oleh Diparta
setempat

2. DATA FISIK GUA


a. Bentuk entrance : setengah lingkaran
b. ukuran entrance : Tinggi. 7 m, Lebar 12 m
c. Letak entrance : Dipunggungan.
d. Vegetasi sekitar entrance : Pohon jati dan semak belukar
e. Karakteristik : Fosil, vadosa
f. Bentuk lorong : Horisontal
g. Panjang lorong : 700 m
h. Tingkat kesulitan : sedang
i. Peralatan yang dibutuhkan : Horisontal cave eksploration
equipment
j. Peralatan pendukung : -
k. Biospeleologi : Kelelawar, jangkrik, , dan laba-laba.
l. Sedimentasi gua : clay,sand,dan tanah.
m. Orname : Flowstone, stalaktit, stalagmit,
,canopy, dll.

29
n. Gua disekitarnya : Kemit, Siluman, Sigong, Penganten.

3. DATA SOSEKBUD GUA


a. Status kepemilikan tanah : Milik Dinas Pariwisata Gombong
Selatan
b. gua ini sudah dikenal oleh : Masyarakat, Penelusur gua nasional.
c. Pemanfaatan gua : Tempat Wisata dan tempat peziarah.
d. Mata pencaharian penduduk: Petani, , buruh tani, pedagang.
e. Gua ini dijaga : Ya

4. EVALUASI GUA
a. Derajat kerusakan gua : Perusakan ornamen.
b. Kepekaan gua : Ornamen gua banyak yang mudah
patah
c. Bahaya-bahaya gua dari sudut
pandang penelusur gua : Licin.

30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pemerintah perlu perhatian lebih terhadap kawasan Karst Gombong
Selatan terutama menganai pengawalan pengaplikasian Keputusan Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral (KEPMEN ESDM) No. 1456 tahun 2000
tentang pedoman pengelolaan kawasan karst sehingga tidak ada lagi
permasalah yang terjadi terhadap disfungsi lahan di daerah sumber mata air
bawah tanah dan/serta penelitian oleh para ahli untuk mengklarifikasikan
zonasi kawasan sumber mata air mana saja yang dapat difungsikan secara
maksimal oleh masyarakat dengan pedoman PP No.82 tahun 2001
B. SARAN
Saran yang diberikan oleh penulis hanya merupakan bagian dari
autokritik terhadap kurangnya perhatian lebih kepada kawasan karst gombong
selatan. Pemanfaatan karst yang tidak diiringi oleh pengelolaan yang tepat
akan mengakibatkan kerusakan dan hilangnya bentang karst itu sendiri,
rusaknya goa – goa yang didalamnya terdapat speleotem yang terdiri dari
stalagtit, stalagmit, flowstone, hilangnya nilai budaya dan hayati, penurunan
kualitas air tanah dan pencemaran air bawah tanah. Perlu dilakukan valuasi
ekonomi untuk mengetahui nilai ekonomi dan ekologi dari kawasan karst
seperti yang tertulis pada penelitian yang dilakukaan oleh Rasyid Wisnu Aji
dkk pada tahun 2013 yang berjudul “Nilai Ekonomi Total Kawasan Karst
Gombong Selatan Desa Candirenggo Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen”
Kawasan karst bagai busa yang menampung dan menyimpan air hujan untuk
dialirkan dalam danau, air di bawah kawasan karst, dan sungai sepanjang
tahun.” Emil Salim (Kompas, 5 Juni 2003 – Menyelamatkan Karst
Gombong).

31
DAFTAR PUSTAKA

Anggota Tetap Mapala Satria, 2017. Data-Data Penelusuran Gua, Sekretariat


Mapala Satria Ump, Purwokerto.
Rasyid Wisnu Aji dkk, 2013. “Nilai Ekonomi Total Kawasan Karst Gombong
Selatan Desa Candirenggo Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen” Skripsi
Program Studi Manajemen Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Fuad Bustomi, 2000. Simulasi Tujuh Teknik Pemberian Air Irigasi Untuk Padi di
Sawah dan Konsekuensi Kebutuhan Air Satu Masa Tanam. Tesis Program Pasca
sarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta
Harsoyo. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa timur.
http://eprints.undip.ac.id/48401/2/BAB_I_Pendahuluan.pdf
http://caves.or.id/arsip/2244

32

Anda mungkin juga menyukai