Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK PERAIRAN LOTIK DANAU,FAKTOR KIMIA FISIKA

AIR,ORGANISME PLAKTON,PRODUKTIFITAS PRIMER,DAN


ORGANISME YANG HIDUP DIDALAMNYA

WIWI SATRIANI (202205003)

FAKULTAS ILMU PERIKANAN DAN KELAUTAN


PRODI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAMUJU 2023

Abstrak

Danau, tasik, telaga, atau situ (bahasa Inggris: lake) adalah daerah perairan yang
terbentuk secara alami, berupa basin air yang sangat luas. [1] Danau adalah
cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun
asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. [2] Danau rata-rata
memiliki kedalaman yang dangkal dan airnya berasal dari berbagai macam sumber
seperti mata air, air tanah, air sungai, dan air hujan. [2] Kebanyakan danau adalah air
tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih
atas. Sebuah danau periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk
lapisan es, atau gletser, es ini menutupi aliran air keluar danau.

Kata kunci : karakteristik danau ; organisme yang hidup


BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Danau merupakan sumber daya air tawar yang memberikan kontribusi
besar terhadap kehidupan baik dari segi ekologi, hidrolgi serta kegiatan
social ekonomi manusia. Hal ini berkaitan dengan fungsi danau yakni
sebagai habitatberbagai jenis organisme air, sumber air minum bagi
masyarakat sekitar, sumber air untuk kegiatan pertanian dan budidaya
perikanan serta untuk menunjangberbagai jenis insdustri (Purwanto dkk,
2013).
Untuk memenuhi kepentinganmanusia, lingkungan sekitar danau
diubah untuk dicocokkan dengan cara hidup manusia. Ruang dan tanah di
sekitar kawasan danau dirombak untuk menampung berbagai bentuk
kegiatan manusia seperti permukiman, prasarana jalan, saluran limbah
rumah tangga, tanah pertanian, rekreasi dan sebagainya. Sehingga seringkali
terjadi pemanfaatan danau dan konservasi danau yang tidak berimbang,
dimana terjadi pemanfaatan danau yang berlebih (over) yang tidak
memperhatikan daya dukung. (Auldry, 2009).
Pada dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi
dan fungsi sosial-ekonomi-budaya. Fungsi ekologi danau adalah sebagai
pengatur tata air, pengendali banjir, habitat hidupan liar atau spesies yang
dilindungi atau endemik serta penambat sedimen, unsur hara dan bahan
pencemar. Fungsi sosial- ekonomi-budaya danau adalah memenuhi
keperluan hidup manusia, antara lain untuk air minum dan kebutuhan sehari-
hari, sarana transportasi, keperluan pertanian, tempat sumber protein,
industri, pembangkit tenaga listrik, estetika olahraga, rekreasi, industri
pariwisata, heritage, religi, dan tradisi. Selain itu, danau juga berfungsi untuk
mengatur sistem hidrologi; yaitu denganmenyeimbangkan air antara hulu
dan hilir sungai, serta memasok air ke kantung- kantung air lain seperti
akuifer (air tanah), sungai dan persawahan.Dengan demikian danau dapat
mengendalikan dan meredam banjir pada musim hujan, serta menyimpannya
sebagai cadangan pada musim kemarau (Fauzi dkk,2014).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini yaitu untuk mengetahui segala
bentuk karakteristik perairan danau lotik, factor fisika kimia air,organisme
plankton,produktifitas primer dan organisme yang hidup didalamnya
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN DANAU
Danau adalah wadah air dan ekosistem yang terbentuk secara alamiah
termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah lokal (Permen LH
No. 28 Tahun 2009). Menurut (Sihotang dan Efawani, 2007) bahwa danau
merupakan suatu cekungan yang dapat menahan air, terbentuk secara alami
yang disebabkan oleh daya tektonik, vulkanik atau glacial dan luasnya mulai
dari beberapa meter persegi sampai ratusan meter persegi (Barus, 2004)
menyatakan suatu peraira disebut danau apabila perairan itu dalam dengan
tepi yang umumnya curam, airnya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan
air terbatas hanya pada daerah pinggiran saja.
kosistem danau termasuk habitat air tawar yang memiliki perairan
tenang yang dicirikan oleh adanya arus yang sangat lambat sekitar 0,0001—
0,01m/detik.Pergerakan air pada danau dibentuk oleh gelombang dan aliran
air yang dipengaruhi oleh arah dan lama kecepatan angin, bentuk tepian,
serta kedalaman perairan tersebut (Welch, 1952).
Menurut Odum (1993), tipe danau dapat ditentukan berdasarkan 3
kategori
sebagai berikut:
1. Danau oligotrofik - eutrofik, yaitu klasifikasi danau menurut
produktivitas primernya. Danau oligotrofik merupakan danau yang
memiliki kadar hara yang rendah, sedangkan danau eutrofik
merupakan danau dengan kadar hara tinggi.
2. Danau khusus, meliputi danau distrofik dengan kandungan asam
humat yang tinggi; danau tua yang dalam dengan binatang yang
endemik; danau alkali di gurun pasir; danau vulkanik; danau dengan
stratifikasi kimiawi; dan danau kutub.
3. Danau binaan atau buatan, merupakan danau yang sengaja dibuat
oleh manusia sehingga tipe ini tergantung pada daerah dan pengairan
alaminya.Spesies eksotik, konversi lahan, perubahan sistem hidrologi
serta pembangunan pemukiman.
1.2 karakteristik perairan lotik danau
Setiap jenis perairan memiliki ciri khasnya sendiri yang menunjukkan bahwa
perairan tersebut berupa laut, sungai, danau, atau lainnya. Berikut ini ciri-ciri
yang dimiliki danau:

1. Airnya cukup dalam/punya kedalaman air yang tinggi.


2. Memiliki strata temperatur air akibat kedalamannya tersebut.
3. Sebagian besar permukaan air tidak dapat ditutupi oleh vegetasi berdaun
yang mengapung di atasnya. Seringkali, bagian yang tertutup hanya bagian
tepi saja.
4. Terjadinya fenomena gelombang

Jenis-Jenis Danau
Danau dibedakan menjadi tujuh jenis. Hal yang membedakan ketujuh
jenis ini adalah proses pembentukannya. Tujuh jenis danau yaitu (Utoyo,
2007, p. 119):
1. DanauTektonik
Jenis danau pertama adalah tektonik, yaitu danau yang terbentuk karena
adanya proses tektonik yang menyebabkan dislokasi lapisan batuan,
misalnya lipatan dan pahatan. Ketika bagian muka bumi mengalami
kemerosotan, bagian tersebut akan terisi oleh air. Contoh dari jenis danau
ini adalah Poso dan Tempe.
2. DanauVulkanik
Danau vulkanik merupakan danau yang terbentuk karena adanya kegiatan
vulkanik yang menyebabkan kemunculan lubang kawah di sebuah
gunung api. Contoh dari jenis danau ini adalah Danau Rinjani dan
Kerinci.
3. DanauTekto-Vulkanik
Seperti namanya, danau jenis ini terbentuk karena adanya gabungan dari
proses tektonik dan vulkanik. Danau Toba merupakan salah satu danau
berjenis tekto-vulkanik.
4. Danau Karst (Dolina)
Jenis danau satu ini dapat terjadi akibat pelarutan batu kapur sehingga
terbentuk cekungan yang kemudian berisi air. Danau Ayamaru
merupakan contoh dari danau karst.
5. Danau Glasial
5. Danau glasial adalah jenis danau yang terbentuk karena adanya erosi oleh
gletser. Contoh dari jenis danau glasial adalah Danau St. Laurence di
Amerika Serikat dan Kanada karena jenis danau ini lebih dijumpai di
kawasan beriklim kutub.
6. Danau Cirques
Jenis danau ini berasal dari pencairan es. Oleh karena itu, danau cirques
banyak ditemukan di area pegunungan tinggi yang tubuhnya tertutup
massa es, yaitu Antartika.
7. Danau Buatan/Bendungan (Waduk)
Danau satu ini merupakan danau yang terbentuk akibat aktivitas manusia.
Salah satu contohnya adalah Waduk Jatiluhur.
Perbedaan Danau dengan Laut

Sebelumnya dijelaskan bahwa setiap perairan memiliki ciri khas yang


membedakan satu sama lain. Lantas, apa perbedaan danau dengan laut?

Air laut dan danau dapat dibedakan berdasarkan kadar mineral garamnya.
Menurut Sasono (2021), air laut memiliki kandungan mineral garam yang
lebih banyak daripada air danau. Hal ini berpengaruh terhadap massa
jenis air laut yang lebih besar daripada air danau. Karena massa yang
lebih besar tersebut, barang-barang juga lebih mudah mengapung di
permukaan laut daripada di permukaan danau.

2.2 Produktivitas Primer


Menurut Asmara (2005), produktivitas primer perairan sangat dipengaruhi
olehtiga faktor utama yaitu besarnya intensitas cahaya, kandungan unsur
hara dan kelimpahan jenis plankton. Ketiga unsur ini saling berkaitan, dan
apabila salah satu diantaranya tidak ditemukan dalam suatu perairan maka
kandungan produktivitas primer akan ditemukan rendah. Intensitas cahaya
matahari dalam hal ini merupakan energi yang diterima oleh bumi pada
waktu dan areal tertentu.intensitas ini merupakan sumber energi dalam
proses fotosintesis. Jumlah energiyang diterima oleh bumi bergantung
kepada kualitas, kuantitas dan lama periodepenyinaran, yang merupakan
faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas primer
perairan. Semua faktor tersebut mempengaruhi besar kecilnya cahaya masuk
ke perairan, yang tentunya sangat berhubungan erat dengan kandungan
produktivitas perairan.
Besarnya produktivitas primer suatu perairan mengindikasikan
besarnya nutrien terlarut. Produktivitas primer adalah laju produksi karbon
organik persatuan waktu yang merupakan hasil penangkapan energi
matahari oleh tumbuhan hijau untuk diubah menjadi energi kimia melalui
fotosintesis. Produktivitas primer kotor adalah jumlah total fotosintesis yang
dilakukan oleh tumbuhan dalam jangka waktu tertentu, dan produktivitas
primer bersih adalah besarnya sintesis senyawa karbon organik selama
proses fotosintesis dikurangi besarnya aktivitas totalrespirasi pada terang
dan gelap dalam jangka waktu tertentu (Pitoyo dan Wiryanto,2002).
Produktivitas primer dapat diukur dengan menggunakan metode
oksigen. Dalam penggunaan metode oksigen, didasarkan atas terbentukknya
oksigen selama berlangsungnya proses fotosintesis. Diasumsikan bahwa
dalam proses otosintesis jumlah oksigen setara dengan jumlah
karbondioksida (CO2) yang terpakai. Meskipun asumsi ini tidak terlalu
tepat, tetapi cara perhitungan karbon yang terbentuk dari perubahan oksigen
masih bisa digunakan. Menurut Asriana dan Yuliana (2012), reaksi
fotosintesis secara sederhana sebagai berikut.Cahaya matahari 6CO2 +
6H2O klorofil C6H12O6 + 6H2O

Dengan metode oksigen beberapa parameter produktivitas primer


dapat ditentukan sebagai berikut:
a) GPP (Gross Peimary Productivity) yaitu total fotosintesis atau
total asimilasi atau disebut dengan produktivitas primer kosong
b) NPP (Net Primary Produktivity) yaitu bahan organik yang
disimpan dalam jaringan setelah dikurangi dengan jumlah yang
terpakai untuk respirasi selama selang waktu tertentu.
c) R (respirasi) yaitu jumlah oksigen yang digunakan untuk
proses respirasi
d) NCP (Net Community Production) atau disebut juga dengan
NPP yaitu dikurangi dengan konsumsi oksigen oleh organisme
heterotrofik selama periode tertentu.
Beberapa model perhitungan untuk menentukan besarnya laju
produksi primer melalui metode oksigen atau botol gelap terang. Besarnya
laju respirasi,produktivitas primer kotor dan produktivitas primer bersih
(Haryadi et al, 1992dalam Asriana dan Yuliana, 2012). Untuk mengetahui
produktivitas primer dapat digunakan rumus sebagai berikut:
a. Laju respirasi (RES)RES = kadar O2 pada botol inisial – kadar
O2 pada botol gelap atau R = I – D (mg/O2/liter).
b. Produktivitas primer kotor (GPP) GPP = kadar O2 pada botol
terang – kadar O2 pada botol gelap GPP = L – D (mg/O2/liter).
c. Produksi primer bersih (NPP) NPP = kadar O2 pada botol
terang – kadar O2 pada botol gelap – kadar O2pada botol
inisial NPP = L – I (mg/O2/liter)

2.3 Parameter Kualitas Air


2.3.1 Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara
visual dengan menggunakan sechi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam
satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu,
pengukuran,kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran (Effendi, 2003).Kemampuan cahaya matahari untuk
menembus sampai ke dasar perairan
dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan dipengaruhi
oleh:
1. benda-benda halus yang tersuspensikan, seperti lumpur dan
sebagainya,
2. adanya jasad–jasad renik (plankton), dan
3. warna air (Kordi dan Tancung, 2007).
Jika kedalaman penetrasi cahaya yang menembus air sudah diketahui,
maka dapat diketahui sampai dimana asimilasi tumbuhan terjadi. Energi
cahaya matahari digunakan dalam proses fotosintesis, diserap oleh pigmen
klorofil dan diubah menjadi energi kimia yang digunakan dalam proses
reduksi karbondioksida sehingga terbentuk bahan organik sebagai hasil akhir
fotosintesis (Asriyana dan Yuliana, 2012).

2.3.2 Suhu
Suhu perairan akan mempengaruhi proses metabolisme ikan di suatu
perairan daratan. Apabila suhu tinggi maka proses metabolisme akan
meningkat dan berdampak pada meningkatnya kebutuhan oksigen.
Meningkatnya suhu juga akan menyebabkan proses difusi (penyerapan)
oksigen ke dalam air menurun, peningkatan suhu perairan dapat disebabkan
oleh berkurangnya tutupan vegetasi di sekitar perairan dan pembuangan
limbah panas (Kasasiah et.al., 2009).Suhu perairan dipengaruhi oleh
intensitas cahaya yang masuk kedalam air.Suhu selain berpengaruh terhadap
berat jenis, viskositas dan densitas air, juga

berpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur – unsur dalam air,


sedangkan perubahan suhu dalam kolom air akan menimbulkan arus secara
vertikal, secara langsung maupun tidak langsung, suhu berperan dalam
ekologi dan distribusi plankton baik fitoplankton maupun zooplankton
(Subarijanti, 1990).Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan laju
evaporasi, volatilitas gas dan reaksi – reaksi kimia di perairan. Kenaikan
suhu perairan dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas di dalam air,
termasuk gas O2, CO2, NH3, dan H2S (Effendi, 2003).

2.3.3 Derajat Keasaman (pH)


Menurut Amri dan Khairuman (2008), derajat keasaman atau lebih
popular disebut dengan pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang
menunjukan suasana asam atau basa suatu perairan. Faktor yang
mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang
bersifat asam. Kisaran pH yaitu antara 1–14, pH yang normal yaitu pada
angka 7.Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang dapat
menentukan produktivitas suatu perairan. Kehidupan makhluk hidup
fitoplanktondi perairan adalah 6,5 – 8,0 (Asriyana dan Yuliana, 2012).
Nielsen (1995) dalamPrihantini et al., (2005), menyatakan bahwa pH yang
sesuai untuk pertumbuhan Chlorella berkisar antara 4,5 – 9,3.

2.3.4 Oksigen Terlarut


Oksigen terlarut (DO) merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam suatu ekosistem air, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi
Sebagian besar organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat
terbatas dibanding kadar oksigen di udara (Barus, 2002 dalam Fitra,
2013).Oksigen masuk ke dalam air melalui difusi atau persinggungan air
dengan udara. Oksigen di alam bersumber atau berasal dari tanaman
berwarna hijau, baik

tanaman tingkat tinggi maupun tanaman tingkat rendah seperti lumut


dan alga (ganggang). Dengan bantuan sinar matahari, tanaman hijau
memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis (Lesmana, 2005). Menurut
Indriyani (2000), kelarutan oksigen 2mg/l sudah cukup untuk mendukung
kehidupan fitoplankton selama perairan tersebut tidak mengandung bahan–
bahan yang bersifat toksik.Di perairan danau, oksigen lebih banyak
dihasilkan oleh fotosintesis algayang banyak terdapat pada zona epilimnion,
sedangkan pada perairan tergenang yang dangkal banyak dihasilkan oleh
aktivitas fotosintesis tumbuhan air.Keberadaan oksigen terlarut dipengaruhi
oleh suhu, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang
dengan semakin meningkatnya suhu,ketinggian, dan berkurangnya tekanan
atmosfer (Sitorus, 2009).
Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air
disebabkan karena adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen.
Zat pencemar tesebut terdiri dari bahan organik dan non organik yang
berasal dari berbagai sumber seperti kotoran (hewan dan manusia), sampah
organik, limbah industri dan limbah rumah tangga (Marojahan, 2007).

2.3.5 Karbondioksida (CO2)


Menurut Kordi dan Tancung (2007), karbondioksida (CO2)
merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuhan – tumbuhan air renik
maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis akan
mengambil karbondioksida pada siang hari. Karbondioksida berbanding
terbalik dengan oksigen, bila terjadi peningkatan karbondioksida, maka
kadar oksigen didalam air menurun. Gas karbondioksida yang juga disebut
asam arang (CO2) merupakan hasil buangan oleh semua makhluk hidup
melalui proses pernafasan. Karbondioksida ini didalam air dapat berada
dalam bentuk CO2 bebas dan karbonat terikat. CO2 dari udara masuk
kedalam air melalui difusi dan senyawa yang masuk bersama

air hujan (Lesmana, 2005). Menurut Effendi (2003), perairan yang


diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar
karbondioksida bebas < 5 mg/l. Kadar karbondioksida bebas sebesar 10
mg/liter masih dapat ditoleriroleh organisme akuatik, asal disertai dengan
kadar oksigen yang cukup.

2.3.6 Nitrat
Fiksasi molekular nitrogen (N2) dari atmosfer secara biologi,
meteorologi atau proses–proses industri merupakan sumber utama dari
nitrogen organik (Andayani,2005). Nitrat (NO3) adalah bentuk utama
nitrogen di perairan alami dan merupakan nitrien utama bagi pertumbuhan
tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat
stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa
nitrogen di perairan (Effendi, 2003).
Nitrogen merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh organisme
terutama fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang (Riyono, 2007).
Menurut (Odum, 1971dalam Susana, 2004), nitrogen yang terdapat dalam
molekul – molekul protein dalam organisme yang telah mati diuraikan oleh
organisme pengurai (bakteri) menjadi bentuk–bentuk nitrogen anorganik,
hasilnya berupa zat hara siap pakai (nitrat). Senyawa ini merupakan salah
satu senyawa sel nutrisi yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan
plankton dan algae, sehingga secara langsung dapat mengontrol produksi
primer. Menurut (Mackentum, 1969 dalam Asriyana dan Yuliana, 2012),
untuk pertumbuhan fitoplankton memerlukan kandungan nitrat pada kisaran
0,9–3,5 mg/L.Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat
kesuburan perairan.Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0–1
mg/liter, perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1–5 mg/liter, dan
perairan eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5–50 mg/liter
(Effendi,2003).

2.3.7 Ortofosfat
Menurut Effendi (2003), fosfat merupakan bentuk fosfor yang
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Keberadaan fosfor pada kerak bumi relative
sedikit dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan unsur esensial bagi
tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor
pembatas bagi tumbuhan dan alga akuatik serta sangat mempengaruhi
tingkat produktivitas perairan. Fosfor berperandalam transfer energi dalam
sel, misalnya terdapat pada ATP (Adenoise Triphosphate) dan ADP
(Adenoise Diphosphate). Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari
asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana di
perairan.Ortofosfat merupakan salah satu bentuk persenyawaan fosfor yang
terlarutdalam air yang dapat digunakan secara langsung oleh tumbuhan air
danfitoplankton tanpa pemecahan lebih lanjut (Tjahjo dan Sri, 2010).
Suryanto (2006) juga mengatakan bahwa dalam perairan fosfor terdapat
dalam tiga bentuk yaitu ortofosfat, metafosfat, dan polifosfat. Tetapi dari
tiga bentuk itu yang dimanfaatkan oleh fitoplankton dan alga adalah
ortofosfat. Menurut (Mackentum,1969 dalam Asriyana dan Yuliana, 2012),
untuk pertumbuhan fitoplankton memerlukan kandungan ortofosfat pada
kisaran 0,09–1,80 mg/L. Tumbuhan juga menbutuhkanunsur N dan P dalam
pembuatan lemak dan protein tubuh. Unsur N dan P sering menjadi faktor
pembatas dalam produktivitas primer.

2.4 Fitoplankton
plankton adalah organisme renik yang umumnya melayang dalam air,
mempunyai kemampuan renang yang lemah dan distribusinya selalu
dipengaruhioleh gerakan masa air (Odum, 1971). Plankton dibedakan
menjadi 2 yaitufitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton
hewani). Keberadaan di suatu perairan dapat memberikan informasi
mengenai kondisi perairan.

Fitoplankton adalah organisme yang bersel tunggal dan memiliki


ukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 μm (1 μm = 0,001 mm).
Fitoplankton umumnyaberupa individu bersel tunggal, tetapi ada juga yang
berbentuk rantai. Fitoplanktonmerupakan organisme autotrof utama dalam
perairan dan bisa melakukan proses fotosintesis. Melalui proses fotosintesis
yang dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energi bagi seluruh
biota dalam suatu perairan lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun
memiliki ukuran yang kecil namun memiliki jumlah yang tinggi sehingga
mampu menjadi pondasi dalam piramida makanan (Sunarto, 2008 dalam
Yulianto et al., 2014).
Fitoplankton adalah jasad-jasad renik yang bersifat nabati yang
hidupnya melayang-layang di dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit
sekali dan mengikuti arus (Sachlan, 1982). Fitoplankton yang hidup di air
tawar terdiri dari empat kelompok phylum besar yaitu Chlorophyta,
Cyanophyta, Phyrophyta dan Euglenophyta. Masing – masing organisme
tersebut memiliki respon yang berbeda terhadap kondisi perairan. Di daerah
tropis biasanya akan tumbuh dengan cepat bila cahaya meningkat dan
kebutuhan nutrien terpenuhi (Subarijanti,1990). Kehidupan fitoplankton
diperairan dipengaruhi oleh adanya unsur hara N dan P yang ada diperairan.
Unsur tersebut didapatkan dari limbah aktivitas manusia,sehingga dapat
meningkatkan unsur hara N dan P di perairan. Peningkatan unsur hara
tersebut akan mempengaruhi kelimpahan dan komposisi fitoplankton
(Maizar,2011). Pertumbuhan suatu jenis fitoplankton sangat erat kaitannya
dengan ketersediaan hara mikro dan makro serta dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah
danau mempunyai keanekaragaman spesies dan komunitas didalamnya.
Danau menjadi suatu ekosistem yang dapat terbentuk secara alami maupun
buatan, serta danau itu sendiri dapat rusak atau punah secara alami dan
disengaja. Banyak faktor yang mempengaruhi ekosistem pada danau
tersebut dari faktor air, perilaku manusia, lingkungan dan lain lain.
Daftar Pustaka
Augusta, T.S. 2015. Inventarisasi Ikan dan Kondisi Habitat di Danau
Hanjalutung Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Hewani Tropikal. 4(2) : 45-48
Barus, T.A. (2002).
Pengantar Limnologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Cahyono,E,K.2007.Pengaruh Hujan Asam pada Biotik dan Abiotik. Jurnal
Lapan. 8(3):48-51 Wulandari,D.2009.
Keterikatan Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisika
Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong) Jawa Timur.[Skripsi].Bogor
Sittadewi,E.H.2008.
Fungsi Strategis Danau Tondano, Perubahan Ekosistem dan Masalah
yang Terjadi. Jurnal Teknik Lingkungan. 9(1) : 59-66 Soeprobowati, T.R dan
Sri Widodo. Status Trofik Danau Rawapening dan Solusi Pengolahannya. 2010.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal
Sain & Matematika (JSM). (18) : 4 Oktober 2010.
Soprobowati, T.R.2012. Peta Batimertri Danau Rawapening. Bioma.
14(2) : 78-84 Sudarmadji. (1988).
Dampak Perubahan Penggunan Lahan Terhadap Limpasan. Paper
Disampaikan Pada Seminar Pengamanan Lingkungan Dalam Menunjang
Pembangunan. Kerjasama Hagi – Upn Veteran Yogyakarta. 14 April 1988.
Sugianti,B.,E.H.Hidayat,N.Japet,Y.Anggraeni.2014.Daftar Picses
yang Berpotensi Sebagai Spesies Asing Invasif di Indonesia Edisi
Revisi.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai