Anda di halaman 1dari 6

Potensi Sumberdaya Air Bawah Tanah Kawasan Karst Gunungsewu, Daerah

Istimewa Yogyakarta

Nur Amrina Rosidhah


Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Email: nuramrina23@gmail.com

INTISARI

Kawasan Karst Gunungsewu merupakan sebuah kawasan yang unik, terbentuk


akibat proses pelarutan batugamping murni. Pembentukannya dipengaruhi oleh curah
hujan, suhu, dan vegetasi. Karst memiliki potensi yang sangat kaya dibidang sumberdaya
alam baik hanyati maupun non hayati. Salah satu sumberdaya alam yang terdapat di
kawasan karst adalah sumberdaya air. Keunikan kawasan karst terdapat pada sistem
hidrologinya. Kawasan karst memiliki sistem hidrologi yang tidak dimiliki di kawasan
lainnya yaitu sistem conduit dan diffuse. Proses pembentukan karst yang menghasilkan
lubang-lubang menyebabkan di kawasan karst terdapat banyak goa dan sistem sungai
bawah tanah.
Selama ini kawasan karst Gunungsewu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dianggap sebagai daerah yang gersang, kering, dan kurang subur. Bahkan kawasan yang
berada di Kabupaten Gunungkidul ini merupakan daerah miskin yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Namun terdapat potensi tersembunyi di kawasan ini yaitu
sumberdaya air bawah tanah. sistem goa dan dan sungai bawah tanah yang terbentuk
akibat proses karstifikasi menyimpan banyak air. Faktor lainnya banyaknya sumberdaya
air di kawasan ini adalah curah hujannya yang tinggi. Dikenalnya kawasan karst
gunungsewu sebagai daerah yang kesulitan air dikarenakan keberadaan sumberdaya
airnya yang berda di bawah permukaan. Hal itu menyebabkan sulitnya pengelolaan dan
pemanfaatannya.
Pengeloaan dan pemanfaatan sumberdaya air bawah tanah kawasan karst
menjadikan kawasan ini menjadi maju. Pemanfaatan yang dapat dilakukan di kawasan
karst gunungsewu ialah pemanfaatan air bawah tanah untu memenuhi kebutuhan air
masyarakat, pariwisata, dan pembangkit listrik. Sejauh ini pemanfaatan terhadap
sumberdaya air bawah tanah telah di lakukan di Goa Seropan dan Goa Bribin.
Pengelolaan yang maksimal ini akan menjadikan kawasan karst tidak dianggap sebagai
kawasan miskin lagi.
Akhirnya makalah ini mengungkapkan pentingnya pengelolaan dan
pemanfaatan potensi sumberdaya air bawah tanah di Kawasa Karst Gunungsewu Daerah
Istimewa Yogyakarta. Hal itu beryujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
dan pemerintah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci : kawasan karst, sistem hidrologi karst, potensi dan pemanfaatan hidrologi karst

PENDAHULUAN

[1]
Karst merupakan satuan geomorfologi yang memiliki karakteristik topografi dan
hidrologi yang unik, terbentuk pada batuan yang mudah larut dan memiliki porositas
sekunder yang dapat berkembang dengan baik seperti batuan karbonat (Ford dan Williams,
1989). Karst tidak hanya dapat terbentuk di daerah berbatuan karbonat, namun juga batuan
yang mudah larut lainnya seperti gipsum dan batu garam. Kawasan karst terbentuk karena
proses karstifikasi. Salah satu kawasan karst yang ada di Indonesia adalah kawasan karst
Gunungsewu yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Karst Gunungsewu berada di
bagian timur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selama ini kawasan karst Gunungsewu dianggap sebagai kawasan yang gersang,
kering, dan kurang subur. Namun, sebenarnya kawasan ini memiliki banyak sumberdaya
alam yang tersembunyi salah satunya sumberdaya air. Kawasan karst merupakan
penampung dan pemasok air yang cukup besar. Menurut PBB pemenuhan kebutuhan air 25
% penduduk di dunia berasal dari kawasan karst (Ko, 1997). Sumberdaya air yang melimpah
di kawasan karst Gunungsewu tidak banyak diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Hal itu karena keberadaannya yang berada di bawah permukaan tanah, sehingga sulit
dijangkau. Apabila pemanfaatan air bawah tanah di kawasan karst dilakukan secara optimal,
masyarakat tidak akan mengalami kekeringan dan kesulitan air. Pemanfaatan sumberdaya
air di kawasan karst secara optimal dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga kawasan karst Gunungsewu tidak dikenal lagi sebagai daerah yang
miskin.
Tujuan dari tulisan ini ialah untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan
pihak-pihak terkait mengenai kemelimpahan sumberdaya air di Kawasan Karst
Gunungsewu. Melalui informasi ini diharapkan pemerintah serta pihak-pihak terkait dapat
mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya air di Kawasan Karst Gunungsewu
secara optimal sehingga kebutuhan air masyarakat Gunungsewu dapat terpenuhi secara
maksimal.

ISI
A. KARST GUNUNGSEWU
Karst merupakan daerah batugamping yang memiliki ciri drainase permukaan
langka, solum tanah tipis dan hanya dibeberapa tempat, terdapat dolin, dan sistem
sungai bawah tanah (Summerfield, 1991). Kawasan karst terbentuk melalui proses
karstifikasi yang didominasi oleh proses pelarutan. Karstifikasi secara umum
dipengaruhi oleh kondisi geologi, kondisi hidrologi, iklim, dan vegetasi (Daoxian, 2013).
Sementara faktor dominan yag mempengaruhi karstifikasi ialah curah hujan, suhu, dan
vegetasi (Nguyet, 2006).
Kawasan Karst Gunungsewu terbentuk akibat proses solusional yaitu pelarutan
batugamping akibat curah hujan yang tinggi dan berlangsung sangat lama. Karst
Gunungwesu terbentuk dari batugamping murni terumbu yang sangat tebal dan sangat
mudah larut (Santosa, 2014). Akibat dari proses pelarutan ini terbentuk dome, lembah,

[2]
sistem gua, dan sistem sungai bawah tanah. Curah hujan dianggap sebagai media
utama dalam pelarutan batuan. Kawasan Karst Gunungsewu memiliki curah hujan yang
tinggi, sehingga tingkat pelarutan batugamping di kawasan ini sangat besar. Kawasan
ini memiliki suhu yang hangat, sehingga mendorong berkembangnya organisme untuk
menghasilkan CO2 yang berperan dalam proses karstifikasi. Kawasan karst
Gunungsewu yang berada di Kabupaten Gunungkidul, DIY memiliki vegetasi yang lebat
berupa hutan jati, banyaknya vegetasi ini akan menyuplai CO 2 yang diperlukan dalam
proses karstifikasi dan mempercepat proses pelarutan batugamping.
Berdasarkan klasifikasi tipologi karst Cvijik (1924-1926) Karst Gunungsewu
termasuk dalam Holokarst. Holokarst merupakan karst yang terbentuk paling sempurna
dari sudut pandang hidrologi permukaan dan hidrologi bawah tanah (Haryono dan Adji,
2004). Karst Gunungsewu termasuk dalam jenis Holokarst karena terbentuk pada
batugamping murni dengan proses karstifikasi di bawah muka airtanah. Secara lebih
rinci Karst Gunungsewu diklasifikasikan menjadi 3 yaitu polygonal, labyrint, dan towe-
cone karst (Haryono, 2000).
B. SISTEM HIDROLOGI BAWAH TANAH KARST
Menurut Jankowski (2001) sistem hidrologi karst dibagi menjadi tiga komponen
yaitu, akuifer, sistem hidrologi permukaan, dan sistem hidrologi bawah permukaan.
Satuan kajian hidrologi bawah tanah pada kawasan karst dapat menggunakan istilah
akuifer. Akuifer merupakan formasi geologi yang dapat menyimpan dan menyalurkan
airtanah dalam jumlah cukup (Acworth, 2001). Akuifer pada kawasan karst dapat
diketahui dengan mencari hubungan antara sungai yang masuk ke dalam ponor (sungai
bawah tanah) dan mata air. Akuifer pada kawasan karst yang tergolong unik ini
menyebabkan sumberdaya air yang ada terdapat sebagai sungai bawah tanah, danau
dolin, mataair, dan muara sungai bawah tanah (resugence) (Adji dkk, 1999).
Menurut White (1988) terdapat sistem pengaliran air yang hanya terdapat di
kawasan karst yaitu sistem conduit dan sistem difuse. Sistem conduit terjadi apabila
aliran sungai yang langsung masuk ke ponor atau gua bawah tanah. Sedangkan sistem
diffuse terjadi apabila air mengalir ke bawah melalui rekahan-rekahan. Sistem
pengaliran air tersebut hanya terdapat di kawasan karst saja. Tingkat perkembangan
karstifikasi akan mempengaruhi karakteristik input airtanah, kapasistas simpanan dan
pelepasan air. Akuifer karst dengan karstifikasi tinggi memiliki kapasitas simpanan air
yang rendah dan pelepasan air yang cepat. Sementara pada akuifer dengan karstifikasi
rendah akan didominasi tipe aliran diffuse dengan kapasitas penyimpanan tinggi dan
pelepasan rendah (Adji, 2014).
Kawasan karst memiliki sumberdaya air yang melimpah. Hal itu disebabkan karena
kawasan karst memiliki curah hujan yang tinggi. Namun, sumberdaya air tersebut sulit
dijumpai dipermukaan. Hal itu karena kawasan karst membentuk sebuah lubang-lubang
atau ponor yang menyebabkan sebagian besar aliran air akan masuk ke dalam lubang
tersebut dan menjadi aliran bawah tanah. Sehingga sumberdaya air terbasar di

[3]
kawasan karst berada di bawah permukaan atau lebih sering disebut sebagai sungai
bawah tanah.
C. POTENSI HIDROLOGI BAWAH TANAH KARST GUNUNGSEWU DAN
PEMANFAATANNYA
Seperti pada kawasan karst yang lainnya, pada Kawasan Karst Gunungsewu di
Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sistem hidrologi bawah tanah (sungai bawah
tanah). Hidrologi bawah tanah tersebut memiliki potensi yang lebih besar dibanding
dengan hidrologi permukaan. Kawasan Karst Gunungsewu memiliki banyak goa dan
sungai bawah tanah. Terdapat kurang lebih 60 gua berair dan 25 sungai bawah tanah.
Salah satu sistem sungai bawah tanah di Kawasan Karst Gunungsewu ialah sistem
sungai bawah tanah Baron yang terdiri dari Kali Teguan, Kali Suci, Kali Serpeng, dan
Kali Petung (MacDonald, 1984). Selain itu terdapat pula sungai bawah tanah Seropan.
Sungai bawah tanah di Goa Bribin dan Goa Seropan merupakan sungai bawah
tanah yang telah dimanfaatkan potensi sumberdaya airnya. Pemanfaatan tersebut
dilakukan dengan membendung dan memompa air ke atas permukaan melalui pipa-
pipa dari dalam gua. Goa seropan merupakan salah satu pintu masuk menuju sungai
bawah tanah dengan debit yang cukup besar yaitu rata-rata 400 liter/detik (Haryono,
2017). Air dari sungai bawah tanah ini berasal dari zona sesar di hulu yang berkembang
menjadi jaringan saluran kecil dan sebagian memiliki sistem air fretik yang bersifat
terbuka (Adji, 2014). Airtanah di Goa Seropan ini telah dikelola oleh Perusahaan Air
Minum Daerah (PDAM) Kabupaten Gunungkidul yang memasok air di 134 dusun.
Pemanfaatan sungai bawah tanah di Kawasan karst Gunungsewu belum dilakukan
secara maksimal. Hal itu terbukti dengan hanya dua sungai bawah tanah yang berhasil
dimanfaatkan. Sementara masih terdapat banyak sungai bawah tanah yang memiliki
potensi sumberdaya air yang lebih besar namun belum terkelola dan termanfaatkan.
Pemanfaatan yang belum maksimal ini terkendala oleh teknologi dan biaya.
Pemanfaatan sungai bawah tanah memerlukan teknologi untuk menaikkan air dari
sumber sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (BBWS Serayu-Opak, 2010).
Biaya menjadi faktor utama penghambat pemanfaatan potensi sumberdaya air
bawah tanah di Kawasan Karst Gunungsewu. Biaya yang besar diperlukan karena cara
yang dilakukan untuk memanfaatkan air menggunakan energi listrik. Wibawa (2015)
berpendapat bahwa salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya
pengangkatan air adalah dengan teknologi hydropower. Teknologi tersebut perlu
diterapkan dan dikembangkan di Kawasan Karst Gunungsewu. Selain untuk memenuhi
kebutuhan air masyarakat. Sumberdaya air bawah tanah di Kawasan Karst
Gunungsewu dapat dimanfaatkan sebagai daerah pariwisata. Keunikan dari sistem
hidrologi bawah tanah Kawasan Karst Gunungsewu akan menarik minat banya
masyarakat untuk berwisata alam. Salah satu sungai bawah tanah yang telah
dimanfaatkan dibidang pariwisata ialah Kali Suci.

[4]
Melimpahnya sumberdaya air bawah tanah dengan debit yang cukup besar dapat
dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik. Akan tetapi dibutuhkan teknologi maju
dan biaya yang cukup besar untuk mengubah energy air menjadi energy listrik. Namun,
apanila hal tersebut dapat diwujudkan maka perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat di Kawasan Karst Gunungsewu akan meningkat. Tidak hanya itu,
pendapatan daerah akan menigkat pula

PENUTUP/KESIMPULAN
Kawasan Karst Gunungsewu merupakan kawasan yang unik dari sudut pandang
hidrologi. Berbeda dengan kawasan-kawasan lainnya, kawasan karst memiliki sistem
hidrologi yang unik yaitu sistem aliran sungai bawah tanah. Kawasan Karst Gunungsewu
yang dikenal kering, gersang, dan kurang subur sebenarnya menyimpan kekayaan
sumberdaya air yang melimpah. Hanya saja letaknya yang berada di bawah tanah sehingga
sulit untuk dikelola dan dimanfaatkan. Sejauh ini pemanfaatan sungai bawah tanah telah
dilakukan di Goa Seropan dan Goa Bribin. Potensi air bawah tanah tersebut digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Perlu dilakukan pengembangan teknologi yang
hemat biaya untuk pengelolaan dan pemanfaatan sungai bawah tanah di Kawasan Karst
Gunungsewu aga semua potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Selain itu pemanfaatan potensi sumberdaya air di Kawasan Karst Gunungsewu dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat dan pendapatan pemerintah sehingga
kesejahteraan meningkat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan potensi
sumberdaya air bawah tanah yang melimpah adalah dikembangkan sebagai daerah wisata,
pembangkit listrik, dan pemompaan air ke permukaan untuk memenuhi kebutuhan air
masyarakat di Kawasan Karst Gunungsewu.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih sebesar besarnya kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
geohidrologi, asisten praktikum, teman-teman Geografi Lingkungan 2016, serta semua pihak
yang terlibat dalam penyelesaian tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arcworth, R.I. 2001. A Electrical Method in Groundwater Studies. Short Course Note.
Sydney: School of Civil and Environmental Enginering University of New South
Wales.
Adji, T.N., Haryono, E., Suprojo, S.W. 1999. Prospek Kawasan Karst dan Prospek
Pengembangannya di Indonesia. Prosiding Seminar PIT IGI, 26-27 Oktober 1999.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Adji, T.N., M. Asyroful M, Hendy F, dan Igor Y.B. 2014. Analisis Tingkat Perkembangan
Akuifer Karst di Kawasan Karst Gunung Sewu, Daerah Istimewa Yogyakarta dan

[5]
Karst Rengel, Tuban, Jawa Timur Berdasarkan Analisis Hidrograf. Prosidung
Seminar PIT IGI, 15 November 2014. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Daoxian, Y. 2013. Variations of Karst Geomorphology Over Geoclimate Gradients . dalam
Shroder, J. (Editor in Chief), Frumkin,A.(Ed.), Treatise on Geomorphology. San
Diego, CA: Academic Press. Vol. 6, Karst Geomorphology, pp 319-326.
Ford, D. dan Williams, P. 1989. Karst Geomorphology and Hydrology. London: Chapman
and Hall.
Haryono, E. 2000. Some Properties of Epikarst Drainage System. The Indonesia Journal of
Geography. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Haryono, E, Didit H.B, dan Ahmad Cahyadi. 2017. Petunjuk Kegiatan Lapangan Hidrogeologi
Kawasan Karst Gunungsewu. Yogyakarta: Perhimpuanan Ahli Airtanah Indonesia
Jankowski, J. 2001. Hydrogeochemistry. Short Course Note. Sydney: School of Geology
University of New South Wales.
Ko, R.K.T., MD. DV., 1984. Peranan Ilmu Speleologi Dalam Penyelidikan Fenomena Karstik
dan Sumberdaya Tanah dan Air – Sebuah Informasi Soal Speleologi, Ceramah Pada
Pusat Penelitian Tanah –Bogor, Bogor.
Nguyet, Vu Thi Minh. 2006. Hydrogeological Characterisation and Groundwater Protection of
Tropical Mountainous Karst areas in NW Vietnam. VUB-Hydrology series Nr 48.
Brussel: Departement of Hydrology and Hydraulic engineering.
Pusat Litbang Sumber Daya Air. 2010. Pengembangan Teknologi Reservoir Bawah Tanah.
Bandung: Pusat Litbang SDA
Santosa, L.W. 2014. Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang Geomorfologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Summerfield, M.A. 1991. Global Geomorphology. New York: John Wiley and Sons.
White, W.B. 1988. Geomorphology and Hydrology of Karst Terrain . New York: Oxford
University Press
Wibawa, Yanto. 2005. Studi Potensi Penerapan Mikrohidro Untuk Penyediaan Air Baku Dan
Tenaga Listrik Di Saluran Irigasi Tumiyang, Grumbul, Jurangmangu, Desa Tumiyang
Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Bandung:
Puslitbang SDA

[6]

Anda mungkin juga menyukai