Anda di halaman 1dari 26

MODUL MATA KULIAH

INSTALASI LISTRIK

PROGRAM D-III
D III ELEKTROMEDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEMARANG
Kata Pengantar

Modul mata kuliah instalasi listrik merupakan bahan ajar untuk mahasiswa D-3 Teknik
Elektromedik STIKES Semarang. Modul ini membahas tentang komponen pokok yang
digunakan dalam instalasi listrik sederhana. Selain itu modul ini juga membahas mengenai
perencanaan instalasi listrik mulai dari penentuan beban, penentuan kWH terpasang, hingga
diagram pengawatan untuk instalasi listrik rumah tinggal.
Dengan menguasai modul ini mahasiswa mampu memahami jenis komponen dan cara
kerja instalasi listrik, dapat merencanakan dan terampil memasang instalasi listrik sederhana.

Semarang, Agustus 2022


Penyusun

Pramesti K.

ii
Daftar Isi

Halaman Judul ....................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................................................. iii
Tata Tertib Praktikum ............................................................................................. iv
Modul 1 : Jenis Penghantar dan Sambungan ......................................................... 1
Modul 2 : Instalasi Listrik – Sakelar dan Kotak Kontak ........................................ 7
Modul 3 : Instalasi Listrik – Sakelar Tukar ............................................................ 10
Modul 4 : Peralatan Pengukuran dan Pengaman .................................................... 12
Modul 5 : Perencanaan Instalasi Listrik.................................................................. 17
Modul 6 : Diagram Pengawatan ............................................................................. 18
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 19

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Selama praktikum berlangsung peserta praktikum haru mengikuti tata tertib secara
umum di fakultas D-III elektro medik STIKES Semarang.
2. Periksa alat-alat yang akan digunakan sebelum melakukan praktikum, tanyakan pada
pembimbing hal-hal yang kurang jelas mengenai alat-alat tersebut dan tidak
diperkenankan menghubungkan peralatan praktikum dengan sumber tegangan listrik
tanpa seijin pembimbing.
3. Praktikan datang 5 menit sebelum praktikum dimulai dan apabila datang terlambat 15
menit setelah praktikum dimulai, maka praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum tanpa menunjukan alasan yang sah.
4. Praktikan yang berhalangan mengikuti kegiatan praktikum harus ada surat ijin atau
surat keterangan dari dokter bila sakit, yang ditunjukan kepada pembiming praktikum
paling lambat 1 minggu sejak tidak masuk.
5. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikum selama praktikum
berlangsung kecuali seijin pembimbing.
6. Waktu pelaksanaan praktikum harus tepat dan sesuai dengan jadwal.
7. Setelah pelaksanaan praktikum, alat dan bahan dikembalikan ketempat semula dalam
keadaan bersih dan rapi. Apabila ada praktikan yang merusakkan alat praktikum,
maka harus mengganti paling lambat 1 minggu setelah acara praktikum tersebut
selesai.

iv
Modul 1 : Jenis Penghantar dan Sambungan

1. Tujuan percobaan :
a. Memahami jenis penghantar dan jenis sambungan penghantar
b. Mampu memasang instalasi listrik dengan benar dan sesuai PUIL 2000

2. Dasar Teori :
Komponen penghantar merupakan komponen utama dalam instalasi listrik yang
menghubungkan antara beban listrik dan sumber daya listrik. Jenis kabel disesuaikan
dengan tempat pemasangan instalasi, sedang ukuran kabel disesuaikan dengan jenis
dan besar beban yang ada pada instalasi tersebut.
Penghantar merupakan benda yang bersifat konduktor, berfungsi untuk dapat
mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Berdasarkan kosntruksinya,
penghantar diklasifikasikan sebagai berikut:
 Pengantar pejal (solid) yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal yang
berukuran sampai 10mm2. Tidak dibuat lebih besar lagi untuk memudahkan
penggulungan.
 Penghantar berlilit (stranded) yaitu penghantar terdiri dari beberapa urat kawat
yang berlilit dengan ukuran 1mm2-500mm2.
 Penghantar serabut (fleksible) yaitu penghantar yang terdiri dari serabut kawat
dan bersifat fleksibel (lentur, tidak mudah patah). Penghantar jenis ini banyak
digunakan untuk tempat yang sulit dan sempit, alat-alat portable, alat ukur listrik
dan pada instalalsi listrik kendaraan bermotor. Ukuran kabel ini antara 0,5mm2 -
400mm2.
 Penghantar persegi (busbar) yaitu penghantar dengan penampang berbentuk
persegi empat, digunakan pada peralatan hubung bagi (PHB) sebagai rel pembagi
atau rel penghubung. Penghantar ini tidak berisolasi.

Dalam instalasi listrik, dikenal juga istilah kabel dan kawat. Pada acuan internasional,
kabel (cable) merupakan penghantar berisolasi dengan ukuran no.8 AWG (American
Wire Gauge) diameter 3,26 mm atau dengan diameter yang lebih kecil. Contohnya
adalah kabel NGA, NYA atau NYM. Sedangkan kawat (wire) mengacu pada

1
penghantar single dengan ukuran No.8 AWG atau dengan diameter yang lebih besar.
Contohnya kawat BC (bareconductor), BCC (penghantar udara tembaga telanjang),
dan ACC (penghantar udara alumunium telanjang). Jenis penghantar yang banyak
digunakan pada instalasi bangunan gedung ialah kabel NYA dan NYM.

a b
Gambar 1. (a) Kabel NYA (b) Kabel NYM

Berikut nomenklatur kode-kode kabel di Indonesia :


N : Kabel standar dengan inti tembaga
NA : Kabel dengan inti aluminium
Y : Isolasi PVC
G : Isolasi karet

: Kawat berisolasi
A
: Selubung PVC untuk kabel luar
Y
: Selubung PVC untuk kabel luar
M
: Kawat baja bulat (perisai)
R
: Kawat pipa baja (perisai)
Gb
: Pipa Baja
B
: Untuk isolaso tetap diluar jangkauan tangan
I
: Penghantar padat bulat
re
: Panghantar bulat berkawat banyak
rm
: Penghantar berbentuk pejal (padat)
Se
: Penghantar dipilin bentuk sektor
Sm
: Penghantar halus dipintal bulat
f
: Penghantar sangat fleksibel
ff
: penghantar Z
Z
: Penghantar 3 jalur yang ditengah sebagai pelindung
D

2
Dalam menentukan jenis kabel yang dipakai, terdapat beberapa hal yang menjadi
bahan pertimbangan antara lain sebegai berikut :
 Kemampuan hantar arus (ampacity)
Kemampuan hantar arus adalah nilai arus maksimum yang mengalir pada
konduktor secara terus menerus tanpa melebihi rating suhunya. Nilai ampacity
meningkat dengan menambah ukuran konduktor dan nilai maksimum
temperature isolasi yang diperbolehkan. Kemampuan hantar arus penghantar
nilainya 1,25 kali dari arus nominal yang melewati penghantar tersebut.
 Drop Tegangan
Drop tegangan atau susut tegangan adalah perbedaan antara tegangan sumber
dengan tegangan di beban akibat impedansi saluran. Besar susut tegangan dari
jala-jala ke KWH meter yang diperbolehkan adalah 0,5%, sedangkan dari
KWH meter ke rangkaian penerangan adalah 1,5% dan ke rangkaian daya
adalah 3%.
Drop tegangan dihitung dengan persamaan :
(%) = ( − )/ × %
Dengan ΔV adalah drop tegangan, Vr adalah tegangan sisi penerima (volt),
dan Vs adalah tegangan sisi pengirim (volt).
 Kondisi Suhu
Setiap penghantar memiliki nilai resistansi yang nilainya berbanding lurus
dengan panjang penghantar dan berbanding terbalik dengan luas penampang
penghantar. Apabila penghantar tersebut dialiri arus, maka akan timbul rugi-
rugi dalam bentuk energi panas. Semakin besar arus yang lewat, maka akan
semakin besar pula rugi yang berubah menjadi panas. Pada kondisi penghantar
yang dialiri arus yang besar, panas yang dihasilkan dapat mencapai level
tertentu dimana akan berakibat kerusakan pada penghantar maupun isolasi
penghantar. Sebagai mitigasi dipilih penghantar dengan luas penampang yang
sesuai dengan rating arusnya.
 Kondisi Lingkungan
Pertimbangan berikutnya dalam memilih jenis penghantar adalah kondisi
lingkungan. Penghantar/kabel yang kita pilih disesuaikan dengan kebutuhan
medan pemasangannya, apakah itu penghantar akan ditanam ditanah, dipasang

3
dengan kabel tray, dibenam pada dinding beton atau di udara.
 Kekuatan Mekanis
Penghantar yang baik memiliki kekuatan mekanis yang baik, tidak mudah
putus dan isolasi tidak mudah rusak/mengelupas akibat adanya kemungkinan
tekanan mekanik ditempat pemasangan kabel tersebut.
 Kemungkinan Perluasan
Pada proses pemilihan kabel biasanya dipilih yang lebih besar minimal satu
tingkat diatas luas penampang yang seharusnya. Hal ini untuk mengantisipasi
adanya penambahan beban pada masa yang akan datang. Disamping itu, luas
penampang yang makin besar membuat drop tegangan dan rugi saluran
menjadi lebih kecil.
Sistem pemasangan kabel (wiring) dalam interior bangunan diklasifikasikan menjadi
4 yaitu :
 Exposed Insulated cable, merupakan instalasi terbuka dengan jenis kabel yang
memiliki isolasi dan perlindungan mekanik sendiri, seperti kabel romex dan
kabel BX.
 Insulated cabels in open receways, merupakan instalasi dengan kabel dan
kabel tray sebagai pengamannya. Instalasi ini biasanya digunakan pada
industri.
 Insulated cables in closed raceways, merupakan instalasi dengan jalur tertutup.
Biasanya jalur tertutup disediakan terlebih dahulu, kemudian kabel akan
ditarik dan dipasang sesuai jalurnya. Jalur tersebut dapat ditanam pada
dinding/lantai/atap bangunan atau ditempel dipermukaan. Sistem ini banyak
digunakan hampir pada semua bangunan/fasilitas.
 Combined conductor and enclosure, sistem ini mencakup penghantar pabrikan
lainnya sepertikabel flat untuk instalasi under-carpet, kabel flat dan lighting
track untuk instalasi penerangan, busway dan kabel bus.

3. Alat percobaan :
 Kabel NYA  Tang kombinasi
 Kabel NYM  Isolasi tape
 Tang lancip

4
4. Prosedur percobaan :
Mahasiswa membuat berbagai jenis sambungan dari kabel sesuai petunjuk gambar
yang diberikan.
a. Sambungan ekor babi (pig tail) : merupakan jenis sambungan yang paling
sederhana dibanding dengan sambungan yang lain. Pertama, kupas terlebih
dahulu ujung lapisan isolator sepanjang 2cm hingga 5 cm. Kemudian
gabungkan ujung kabel, lalu lilitkan ke kanan sebanyak 6 kali. Jika sudah,
potong bagian yang tidak terpakai. Jangan lupa beri isolasi. Sambungan ini
lebih mudah dan cepat, namun rentan lepas apa lagi saat ditarik.

b. Sambungan Bell Hangers : sambungan ini lebih kuat daripada sambungan


pig tail karena kedua kawat dililit. Cara menyambungnya pertama kupas
bagian isolator kabel sekitar 7 cm. Kemudian gabungkan dan bengkokan
kuranglebih 1,5cm seperti huruf L. Setelah itu pelintir ujung kabel ke arang
yang berlawanan satu sama lain hingga terikat kuat.

2
c. Sambungan Westermn Union. Pertama kupas terlebih dahulu lapisan isolasi
sepanjang 7cm. Kemudian jepit kabel pada pangkal kupasan.tempelkan ujung
kabel lainnya, lalu pelintir. Lanjutkan dengan memuntir ujung kabel yang
satunya searah dengan jarum jam hingga terikat sempurna.

d. Sambungan bolak balik – britania : sambungan britania cocok untuk


diterapkan pada kabel yang memiliki ukuran cukup besar yang sulit dipuntir
dengan tangan. Sambungan ini memerlukan kabel bantu dengan ukuran lebih
kecil untuk mengikat sambungan. Sambungan ini didapat dengan
membengkokan sedikit kabel besar yang akan disambung kemudian melilitkan
kabel kecil dibadian kabel besar seperti pada gambar.

3
e. Sambungan bolak balik –Scraf : Sambungan kabel jenis scraf tidak jauh
berbeda dengan sambungan jenis britania, bedanya sambungan scraf
digunakan pada kabel yang lebih besar dengan lilitan yang lebih kecl dan
banyak. Cara menyambungkan kabel besar dengan dipipihkan terlebih dahulu.

f. Sambungan percabangan
Sambungan percabangan biasanya digunakan untuk menyambung lebih dari 2
kabel.
Tabel 1 : Teknik penyambungan sambungan percabangan

Nama Skema Penyambungan Keterangan


Sambungan

Sambungan Kupas terlebih dahulu


datar single isolasi kabel utama yang
plant joint ingin disambungkan dan
ujung kabel yang ingin
ditempelkan. Kemudian
pelintir kabel yang ingin
ditempelkan ke kabel
utama hingga menempel
sempurna.

Sambungan Hampir sama seperti


datar knotted sambungan datar single
tab joint plant joint, hanya kabel
ketiga memiliki ikatan
simpul pada kabel utama.

4
Sambungan datar Sambungan kabel jenis
percabangan ini cocok untuk
ganda satu nadi diterapkan pada
percabangan kabel. Cara
menyambungkan dengan
melilitkan kedua kabel
yang ingin disambung ke
kabel utama secara
bersamaan dengan sangat
kuat.

Sambungan Sambungan ini


single wrapped merupakan sambungan
cable slice yang paling rumit. Kita
harus meyambungkan
banyak kabel satu per satu
dengan arah sambungan
bell hangers kemudian
disatukan hingga rapi.

g. Teknik mata itik : merupakan bentuk yang dibuat khusus untuk menempatkan
sekrup ataupun baut agar kabel melekat sempurna pada komponen. Hal ini
penting untuk pemasangan kabel pada fitting, kotak kontak, dan saklar.
Caranya dengan membentuk lingkaran kecil pada ujung kabel dengan tang
lancip setelah kabel dikupas isolasinya. Ketika pemasangan, usahakan posisi
arahnya searah dengan jarum jam, sehingga ketika baut diputar maka
sambungan akan ikut mengencang.

5
5. Pertanyaan :
a. Perhatikan kode pada penghantar yang disediakan oleh dosen, jelaskan apa
maksud dari kode pada pengjantar tersebut.
b. Sebutkan kelemahan, kelebihan dan kegunaan masing-masing sambungan.

6
Modul 2 : Instalasi Listrik – Sakelar dan Kotak Kontak

1. Tujuan percobaan :
a. Memahami instalasi listrik sederhana
se dengan komponen saklar tunggal dan kotak
kontak.
b. Mampu memasang instalasi listrik dengan benar dan sesuai PUIL 2000

2. Dasar Teori :
Selain sistem pengawatan, terdapat juga komponen sakelar yang berfungsi untuk
memutus atau menghubungkan rangakain listrik
listrik sehingga arus dapat berhenti atau
mengalir. Sakelar dibedakan menjadi 4 berdasarkan prinsip kerjanya yaitu sakelar
putar, sakelar togel, sakelar tekan dan sakelar tarik.
Tabel 2.. Hubungan sakelar dalam pemakaian

Pandangan Secara
Nama Lambang Konstruksi Pelaksanaan
Bagan

Penghubung
Berkutub
Satu

Penghubung
Berkutub
Ganda

Penghubung
Berkutub
Tiga

Penghubung
Kelompok

Penghubung
Deret (Seri)

7
Pandangan Secara
Nama Lambang Konstruksi Pelaksanaan
Bagan

Penghubung
Tukar

Penghubung
Silang

3. Alat percobaan :
 Papan praktikum  Tang kupas
 Kabel NYA 1,5 mm2  Obeng (+) dan (-)
 1 saklar tunggal  Tespen
 1 kotak kontak  Palu
 1 fitting lampu  Pemotong pipa
 1 lampu  Isolasi tape
 2 T-dust, 2 knee, 2 embodust  sekrup
 Pipa PVC  Multimeter
 Tang kombinasi  MCB

4. Prosedur percobaan :
a. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan sesuai percobaan 2.
b. Memasang pipa pvc, T-dust, embodust dan knie sesuai petunjuk.
c. Pasang instalasi pengawatannya sesuai gambar.

Gambar 2. Diagram pengawatan percobaan modul 2

8
d. Setelah selesai merangkai periksakan rangkaian pada dosen pengampu
e. Setelah disetujui dosen, hubungkan rangkaian ke sumber tegangan.
f. Hubungkan MCB 1 phasa ke sumber tegangan
g. Tekan saklar 1
h. Lepaskan hubungan MCB ke sumber tegangan
i. Ulang langkah (f)
j. Selesai melakukan percobaan, putuskan hubungan dari sumber tegangan
k. Rapihkan peralatan dan kembalikan ke tempat semula.
l. Selesaikan laporan

5. Hasil Percobaan :
Tabel 3. Hasil percobaan modul 2 (sakelar dan kotak kontak)

No Posisi MCB Posisi saklar Tegangan L1 Arus L1 Tegangan SC Arus SC


1 on on
2 on off
3 off on
4 off off
6. Pertanyaan :
a. Berapa luas penampang kabel yang digunakan?
b. Berapa daya yang diserap lampu?
c. Jenis sambungan kabel apa yang anda pakai? Mengapa?
d. Jelaskan prinsip kerja saklar tunggal.
e. Apakah saklar dan lampu dapat digunakan pada sistem DC? Jelaskan
alasannya

9
Modul 3 : Instalasi Listrik (Saklar Tukar)

1. Tujuan percobaan :
a. Memahami instalasi listrik sederhana dengan saklar tukar
b. Mampu memasang instalasi listrik dengan benar dan sesuai PUIL 2000

2. Dasar Teori :
Saklar tukar merupakan instalasi yang mengontrol beban (lampu) dengan dua saklar
dari tempat berbeda. Penggunaan saklar tukar ini biasa digunakan pada instalasi
gedung bertingkat dan lorong.

3. Alat percobaan :
 Papan praktikum  Tang kupas
 Kabel NYA 1,5 mm2  Palu
 Sepasang saklar tukar  Pemotong pipa
 1 fitting lampu  Tespen
 1 lampu  Multimeter
 2 knie, 2 T-dust, 2 embodust  Isolasi tape
 Pipa PVC  MCB
 Tang kombinasi

4. Prosedur percobaan :
a. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan sesuai percobaan 3
b. Memasang pipa pvc, T-dust, embodust dan knie sesuai petunjuk.
c. Pasang instalasi pengawatan sesuai gambar.

Gambar 3. Diagram pengawatan percobaan modul 3

10
d. Setelah selesai merangkai periksakan rangkaian pada dosen pengampu.
e. Setelah disetujui dosen, hubungkan rangkaian ke sumber tegangan.
f. Hubungkan MCB 1 phasa ke sumber tegangan.
g. Operasikan saklar 1 dan 2 sesuai tabel, dan ukur tegangan dan arusnya.
h. Selesai melakukan percobaan, putuskan hubungan dari sumber tegangan.
i. Rapihkan peralatan dan kembalikan ke tempat semula.
j. Selesaikan laporan.

5. Hasil percobaan :
Tabel 4. Hasil percobaan modul 3 (sakelar tukar)

No Posisi saklar 1 Posisi saklar 2 Tegangan L1 Arus L1 keterangan


1 on on
2 on off
3 off on
4 off off

6. Pertanyaan :
Jelaskan cara kerja saklar tukar!

11
Modul 4 : Peralatan Pengukur dan Pengaman

1. Tujuan percobaan :
a. Memahami komponen dan cara kerja alat ukur dan pengaman pada instalasi listrik
b. Mampu memasang instalasi listrik dengan benar dan sesuai PUIL 2000

2. Dasar Teori :
Beberapa komponen instalasi listrik terkait peralatan pengukuran dan pengaman
antara lain :
a. kWH meter : merupakan alat yang digunakan untuk mengukur total energi
listrik yang digunakan. Terdapat 2 jenis kWH meter yaitu jenis analog dan
jenis digital.

Gambar 4. Skema komponen dan rangkaian pada kWH meter analog

12
Gambar 5. Skema pemasangan kWH meter digital

b. MCB (mini circuit breaker) : merupakan alat pengaman dari arus terlalu
tinggi. Pengaman ini dilengkapi dengan komponen termis (bimetal) untuk
pengaman beban lebih dan komponen elektromagnetis untuk pengaman
hubung singkat. Komponen ini memiliki ambang batas tertentu sehingga jika
arus yang lewat melebihi ambang batas, maka MCB akan trip.
Kelebihan penggunaan MCB yaitu dapat memutuskan rangkaian 3 fasa
walaupun beban lebih hanya pada 1 fasanya saja, dapat digunakan kembali
setelah diperbaiki, dan memiliki respon yang cepat.

Gambar 6. Skema bagian mini circuit breaker

13
c. Kotak sekering dan Sekering : komponen ini memiliki fungsi untuk memutus
arus listrik berlebihan. Jika arus yang melewati sekering melebihi ratingnya,
maka sekering akan terputus untuk memutus rangkaian agar tidak terjadi
potensi bahaya/kerugian yang lebih besar.

Gambar 7. Skema pemasangan rumah sekering

3. Alat percobaan :
 Papan praktikum  2 fitting lampu
 kWH Meter  2 lampu
 MCB 1 phasa  2 T-dust, 2 knie, 1 embodust
 Kotak sekerting + sekering  Pipa PVC
 Kabel NYA 1,5 mm2  Tang jepit
 1 Saklar seri  Tang potong/kombinasi
14
 Palu  sekrup
 Multimeter  Isolasi tape
 Tespen  MCB
 Obeng (+) dan obeng (-)

4. rosedur percobaan :
a. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan sesuai percobaan 3
b. Pasang instalasi pada MCB dan kotak sekering sesuai petunjuk.
c. Memasang pipa pvc, T-dust, embodust dan knie sesuai petunjuk.
d. Pasang instalasi pada MCB dan kotak sekering sesuai petunjuk.
e. Pasang instalasi pengawatan sesuai gambar.

Gambar 8. Diagram pengawatan percobaan modul 4

f. Setelah selesai merangkai periksakan rangkaian pada dosen pengampu.


g. Setelah disetujui dosen, hubungkan rangkaian ke sumber tegangan.
h. Hubungkan MCB 1 phasa ke sumber tegangan.
i. Operasikan saklar 1 dan 2 sesuai tabel, dan ukur tegangan dan arusnya.
j. Selesai melakukan percobaan, putuskan hubungan dari sumber tegangan.
k. Rapihkan peralatan dan kembalikan ke tempat semula.
l. Selesaikan laporan.

15
5. Hasil Percobaan:

No Saklar 1 Saklar 2 Lampu 1 lampu 2

1 on on

2 on off

3 off on

4 off off

6. Pertanyaan :
a. Bagaimana cara kerja dari kWH meter digital dan analog?
b. Bagaimana cara kerja dari MCB dan Sekering?
c. Bagaimana cara kerja dari saklar seri?

16
Modul 5 : Perencanaan Instalasi Listrik

1. Tujuan percobaan :
a. Mahasiswa mampu merencanakan instalasi listrik pada rumah 1 lantai
b. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan beban dan daya terpasang pada
instalasi rumah sederhana
2. Dasar Teori :
Tahapan perancangan instalasi rumah tinggal :
a. Denah rumah : untuk merancang sebuah instalasi rumah, yang diperlukan
pertama kali adalah denah rumah. Denah rumah dilengkapi jumlah lantai,
ukuran ruang, peruntukan dan letak pintu/jendela ruangan.
b. Peletakan peralatan instalasi : tapah berikutnya adalah peletakan komponen
instalasi listrik seperti fitting, sakelar, dan kotak kontak yang sesuai dengan
kondisi dan peruntukannya.
c. Diagram pengawatan : pada tahap ini semua kabel yang diperlukan pada
jaringan digambar sehingga terlihat jalurnya. Hal ini memudahkan saat
pemipaan.
d. Penggambaran rangkaian PHB : untuk menentukan ukuran peralatan
pengaman, perlu dilakukan perhitungan daya untuk masing-masing kelompok
beban. Setelah diketahui daya tiap kelompok beban kemudian dibuat diagram
rangkaian PHB untuk memperjelas skema pembagian kelompok beban.
e. Perhitungan biaya : Biaya yang dimaksud termasuk biaya pengadaan
komponen/alat dan biaya jasa pemasangan.
3. Alat praktek : Kertas A3, Penggaris, Alat tulis
4. Prosedur percobaan :
a. Buat denah rumah tinggal sedehana dengan ketentuan sedikitnya terdapat
teras, carport, 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 ruang keluarga, 1
dapur, 1 teras belakang.
b. Alokasikan kebutuhan beban SC dan sistem penerangan.
5. Tugas : Hitung estimasi kWH terpasang pada rumah tersebut. Konsultasikan dengan
dosen pengampu jika perlu

17
Modul 6 : Diagram Pengawatan dan Diagram Single Line

1. Tujuan percobaan :
a. Mahasiswa mampu menggambar diagram pengawatan instalasi listrik rumah
b. Mahasiswa mampu menggambar diagram single line instalasi listrik rumah

2. Dasar Teori :
Setelah semua peralatan dan beban ditentukan posisinya, tahapan selanjutnya
menentukan model distribusi daya. Model distribusi daya digambarkan dengan
diagram instalasi listrik. Terdapat 2 macam cara penggambaran diagram instalasi
listrik yaitu dengan single line diagram dan dengan diagram pengawatan.

Gambar 9. Diagram single line

Gambar 10. Diagram multi line

3. Alat praktek : Kertas A3, Penggaris, Alat tulis


4. Tugas : Buat diagram pengawatan dan diagram single line dari instalasi listrik rumah
tinggal yang telah dibuat pada modul 5. Konsultasikan dengan dosen jika perlu.

18
Daftar Referensi :

 PUIL 2011
 Priyo Handoko, 2004, Pemasangan Instalasi Listrik Dasar, Yogyakarta : Kanisius

19

Anda mungkin juga menyukai