Anda di halaman 1dari 22

LOGBOOK DISKUSI PEMICU 1

MODUL PATOMEKANISME PENYAKIT DAN


GANGGUAN METABOLIK ENDOKRIN

Nama : Yobel Amanda Putra


NIM : 213020801076
Fasilitator :dr. Austin Bertilova Carmelita, M.Imun

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022/2023
Diskusi Kelompok 1

Tidak bisa berjalan karena otot terasa lemas?

Seorang pasien perempuan berumur 35 tahun dibawa ke UGD


RS dengan keluhan tidak bisa berjalan karena otot terasa
lemas setiap mau berdiri. Pasien sudah 2 hari mual dan
muntah. Pasien diketahui mengkonsumsi obat diet selama
kurang lebih 1 minggu yang membuat pasien tidak nafsu
makan, sering mengalami perut kembung, dan sering BAB
cair.

Kata Sulit
1. Obat Diet : jenis obat yang mengandung bahan tertentu
untuk membantu menurunkan berat badan
2. Kembung : kondisi membesar (tentang perut) karena berisi
gas hasil fermentasi yang tidak dapat dikeluarkan melalui
mulut.

Kata Kunci
1. Otot terasa lemas
2. Konsumsi obat diet
3. Bab cair
4. Perut kembung
5. Mual dan muntah

Data Tambahan
Anamnesis
Nama : - ( Prempuan )
Umur : 35 thn
Pekerjaan : -
Keluhan Utama : Tidak bisa berjalan karena otot terasa lemas
Keluhan penyerta : Mual dan muntah ,tidak nafsu makan, perut
kembung , BAB cair
Riwayat Penyakit Dahulu : -

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Somnolen
BB/TB : 70 kg/155 cm IMT : 29,1
BP : 140/90 mmHg HR : 100x/menit
RR : 22x/menit
Tax : 36,5
Status Generalis
Kepala leher : dbn
Thorax : Paru dan Jantung : dbn
Abdomen : bising usus lemah, turgor >2 detik
Ekstermitas : Akral dingin
Pemeriksaan Penunjang
Kadar kalium plasma : 2,7 mEq/L

Identifikasi Masalah
1. Apa diagnosis pasien berdasarkan keluhan disertai dengan
pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang?
2. Bagaimana hubungan penggunaan obat diet, dengan
keluhan yang dialami
pasien?
3. Bagaimana lemas berkaitan dengan asupan gizi pasien?
4. Mengapa pasien mengalami mual dan muntah selama 2
hari?
5. Apa kondisi yang dapat menyebabkan otot terasa lemas
ketika mau berdiri
dan bagaimana mekanismenya?
6. Apa yang sebaiknya dilakukan pasien untuk mengatasi
keluhan yang
Dialaminya?

Analisis Masalah
1. Berdasarkan anamesis pada Nn. X (35 thn), pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dapat dianalisis pasien
mengalami hipokalemia sesuai dengan gejala hipokalemia
seperti mual dan muntah, tidak nafsu makan dan otot
yang terasa lemas. Serta didukung dengan pemeriksaan
penunjang menunjukkan kadar kalium plasma dibawah
batas normal.
2. Obat diet mengandung orlistat yang akan menyebabkan
penggunanya terlalu sering BAB. Kandungan ini
merangsang kontraksi usus besar yang mana jika
dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan
diare berkelanjutan dan tubuh mengalami dehidrasi dan
lemas. Obat diet juga mengandung jenis diuretik
sebagai obat diet yang dimana, obat diuretik yang
seharusnya digunakan sebagai obat hipertensi yang
memiliki mekanisme kerja mengurangi kadar cairan yang
ada di tubuh penderita, sehingga tekanan darah pun akan
menurun. Namun apabila dikonsumsi secara berlebih
dapat mengakibatkan penurunan berat badan tidak
normal, penurunan berat badan ini diakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan elektrolit seperti kalium,
natrium, dan klorida. Hal ini mengakibatkan terjadinya
Hipokalemia Periodik Paralisis.
3. Lemas bisa terjadi karena banyak faktor dan salah
satunya adalah karena kurangnya kadar elektrolit dalam
tubuh. Seperti yang telah diketahui dari pemeriksaan
penunjang, dimana kadar kalium pasien berada di bawah
batas normal (hanya berkisar diangka 2,7 mEg/L), hal
tersebut memicu munculnya rasa lemas dan kesulitan
untuk berdiri apalagi berjalan.
4. Karena tidak nafsu makan dan terjadi vomitus
menyebabkan rendahnya intake glukosa ke dalam tubuh,
Glukosa melalui serangkaian proses kimiawi bersama
oksigen dapat menghasilkan ATP, yang mana ATP
merupakan sumber energi untuk kontraksi otot, tak hanya
itu namun ditemukannya gejala berupa BAB cair dapat
menjadi indikasi terganggunya distribusi elektrolit dalam
tubuh salah satunya yaitu terbuangya elektrolit berupa
kalium yaitu ion yang berperan dalam potensial aksi sel,
dimana saat kekurangan kalium dalam darah maka
memicu terjadinya Hiperpolarisasi menyebabkan
konsentrasi ion kalium dalam sel berkurang sehingga
membuat potensial istirahat lebih elektronegatif dan
menjauhi batas ambang atau threshold sehingga sel tidak
responsif dalam menerima rangsangan/ impuls dan
menyebabkan lemah otot hingga nyeri pada otot otot
ekstremitas bawah.
5. Karena keadaan konsentrasi kalium darah yang
disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh
atau adanya gangguan perpindahan ion kalium ke dalam
sel. Hal itu terjadi karena kurangnya kadar kalium darah
dan mengakibatkan otot melemah dan tubuh menjadi
lemas. Kalium merupakan komponen utama elektrolit
yang menentukan keseimbangan kerja dalam tubuh,
kadar kalium yang rendah dalam darah dapat
mengganggu komunikasi antara otak dan otot.
6. Upaya yang harusnya dilakukan pasien untuk mengurangi
keluhannya :
• Menghentikan atau mengurangi dosis obat apa pun
yang dapat menyebabkan gejala (pil diet)
• mengonsumsi suplemen kalium
• makan lebih banyak makanan yang kaya potasium,
seperti buah-buahan dan sayuran serta minum air
yang cukup
• Orang dengan hipokalemia berat memerlukan
perawatan segera, dan dokter dapat
merekomendasikan kalium intravena.

Hipotesis

Berdasarkan anamnesis, keluhan, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksan penunjang, pasien dapat dianalisis mengalami
hipokalemia sesuai dengan gejala hipokalemia seperti otot
terasa lemas, mual dan muntah akibat mengkonsumsi obat
diet yang membuat tidak nafsu makan, perut kembung, dan
BAB cair.

Problem Tree
Diskusi Kelompok 2

Learning Objective

1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mengenai


interpretasi dari data tambahan !
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
Hipokalemia berdasarkan :
a) Definisi
b) Pencegahan
c) Etiologi
d) Epidemiologi
e) Prognosis
f) Patofisio
g) Klasifikasi
h) Faktor Resiko
i) Tanda dan Gejala
j) Komplikasi
k) Diagnosis
l) Tata Laksana

Interpretasi Data
Kesadaran : Somnolen(menurunnya kesadaran) BP : 140/90
(hipertensi derajat 1)
HR : 100/menit (normal) RR : 22/menit (normal) Tax : 36,5
©(normal)
BB : 70KG TB : 155 cm
IMT: 29,16 (obese 1)
a. Abdomen
Tidak tampak pembesaran (normal)
Tidak tampak pelebaran pembuluh darah(normal) bising usus
lemah( normalnya 5-30x permenit)
b. Extemites
Refleks Patologis (normal) Refleks Fisiologis (Normal)
Tenaga Inferior & superior (3/3) (Normalnya batasan 5)
Pemeriksaan Penunjang Kadar Kalium 2,7 mEg/L
(Normal batasan di atas 3,5 mEq/L)

Definisi
Hipokalemia terjadi apabila kadar kalium serum < 3,5 mEq/L
atau < 3,5 mmol/L. Hipokalemia sedang apabila kadar kalium
serum antara 2,5 – 3,0 mEq/L dan hipokalemia berat apabila
kadar kalium serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia dapat
diakibatkan oleh asupan kalium yang tidak adekuat,
peningkatan ekskresi kalium atau terjadinya pergeseran kalium
ekstrasel menuju ruang intrasel. Peningkatan eksresi kalium
merupakan penyebab yang paling sering menjadi penyebab
hipokalemia.

Sumber; Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, et al.


Hypokalemia: A Clinical Update. Endocrinology Connections.
2018:7(4):R135-46.

Pencegahan
1.Menjaga asupan kalium
Hipokalemia didefinisikan sebagai kalium plasma kurang dari
3,5 mEq/L. Hipokalemia dapat terjadi akibat asupan yang
kurang. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalium yaitu
seperti pisang, jeruk, sayuran hijau, kacang-kacangan dll.
2. Menghindari makanan/ obat yang mengandung diuretic
Diuretik akan memicu hipokalemia yang akan menyebabkan
penurunan sekresi insulin. Dengan begitu, menurunnya kalium
menyebabkan intoleransi glukosa yang berkaitan dengan
kegagalan sekresi insulin. Sebaliknya, infus kalium dan
hiperkalemia meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan
kadar glukosa plasma melalui modulasi potensial membran di
sel B.
3. Menghindari senyawa Barium
Senyawa barium yang terhirup dapat meyebabkan hipokalemia
melalui hambatan pengeluaran kalium dari sel dan pada
kondisi berat dapat menyebabkan kelemahan otot, paralisis
dan rhabdomiolisis. Barium juga menyebabkan muntah dan
diare.
4.Pemberian spironolakton, triamteren dan acetazolamid.
(khusus untuk hipokalemia turunan)
Familial hipokalemiperiodik paralisis merupakan kelainan
genetika outosom dominan, berkaitan dengan mutasi gen
encoding reseptor dehidroperidin, voltage-gated calcium
channel, ditandai dengan serangan kelemahan otot mendadak
akibat penurunan kalium serum < 2,5 mmol/L, dicetuskan oleh
asupan makanan kaya akan karbohidrat atau natrium, latihan
berlebihan dan umunya timbul spontan dalam waktu 24 jam
sumber: Sasmita, et.al. 2021. Peran Diet Kalium sebagai
Pencegahan Resistensi Insulin. Medula. 11(4): 357-361

Etiologi
Etiologi hipokalemia dapat dibedakan menjadi kurangnya
asupan kalium, peningkatan ekskresi kalium, pergeseran
kalium ke intraseluler, penggunaan obat maupun kondisi
pseudohipokalemia.
Sumber ; Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, et al.
Hypokalemia: A Clinical Update. Endocrinology Connections.
2018:7(4):R135-46.

Epidemiologi
Epidemiologi hipokalemia baik secara global maupun di
Indonesia masih belum ada data tertulis secara pasti, walaupun
secara klinis sering dijumpai pada praktik sehari-hari.
Global
Frekuensi penderita hipokalemia dalam populasi secara global
sulit di estimasi. Hampir 21% pasien yang dirawat di rumah
sakit memiliki kadar kalium < 3,5 mEq/L dimana 5%
diantaranya < 3 mEq/L selain itu, sekitar 24% pasien yang
dirawat tidak memperoleh penanganan hipokalemia yang
adekuat.

Hipokalemia ditemukan pada 7–17% populasi pasien yang


mengalami kelainan kardiovaskular dan 40% pada pasien yang
memperoleh terapi diuretik. Pada pasien lansia, sekitar 5%
memiliki kadar kalium < 3 mEq/L.

Indonesia
Hingga saat ini, masih belum ada data mengenai prevalensi
penderita hipokalemia di Indonesia. Berdasarkan penelitian
potong lintang yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta antara Desember 2005 hingga Juni
2006 didapatkan 23% pasien yang dirawat akibat penyakit
infeksi sebesar 23%.

Mortalitas
Mortalitas pada hipokalemia berkaitan dengan kejadian aritmia
dan kematian mendadak yang meningkat hingga 10 kali lipat.
Di sisi lain, pasien dengan hipokalemia seringkali memiliki
berbagai gangguan medis bersamaan sehingga sulit ditentukan
penyebab independen hipokalemia dan morbiditas maupun
mortalitasnya.

Sumber ; 1. Lederer E, Alsauskas ZC, Mackelaite L, et al.


Hypokalemia. Medscape. 2018. Retrieved from
https://emedicine.medscape.com/article/242008-overview.
2. Widodo D, Setiawan B, Chen K, et al. The Prevalence of
Hypokalemia in Hospitalized Patients with Infectious Diseases
Problem at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Acta
Medica Indonesiana. 2006:38(4):202-5.

Prognosis
Prognosis dan komplikasi dari hipokalemia bergantung dari
penyebab yang mendasari kondisi tersebut serta derajat
hipokalemia. Pada hipokalemia berat, komplikasi yang dapat
mengancam nyawa antara lain aritmia dan gagal nafas akut.
Sumber; Lederer E, Alsauskas ZC, Mackelaite L, et al.
Hypokalemia. Medscape. 2018. Retrieved from
https://emedicine.medscape.com/article/242008-overview.

Patofisiologi
Patofisiologi kondisi hipokalemia berkaitan dengan peran
utama kalium dalam tubuh. Kalium merupakan kation
intraseluler yang terbanyak dan esensial dalam kehidupan
karena berkaitan dengan regulasi sel dan beberapa proses
seluler. Kadar kalium total dan distribusi kalium melalui sel
membran berkaitan dengan fungsi sel secara normal, terutama
saraf dan sel otot.

Keseimbangan kadar kalium normal diregulasi oleh pompa ion


spesifik, secara primer oleh seluler, membrane-bound, dan
pompa ATPase Natrium Kalium; serta kadarnya dipertahankan
dalam rentang yang sempit yakni antara 3,5 – 5,3 mEq/L.
Kadar kalium dalam darah dicapai dengan keseimbangan
antara asupan dan ekskresi serta distribusi antara
kompartemen intraseluler dan ekstraseluler.

Keseimbangan kalium dipertahankan terutama melalui regulasi


ekskresi duktus pengumpul renal. Ekskresi kalium akan
meningkat akibat beberapa faktor seperti aldosteron, aliran
tinggi sodium akibat penggunaan diuretik (sebagai contoh
furosemide), aliran urine yang tinggi akibat penggunaan diuretik
osmotik, kadar kalium serum yang tinggi dan adanya ion
negatif pada duktus pengumpul akibat bikarbonat. Ekskresi
kalium akan menurun akibat beberapa faktor seperti defisiensi
aldosteron absolut atau resistensi terhadap aldosteron,
rendahkan kadar natrium pada duktus pengumpul, rendahnya
aliran urine, kadar kalium serum yang rendah dan gagal ginjal.
Sumber; Lederer E, Alsauskas ZC, Mackelaite L, et al.
Hypokalemia. Medscape. 2018. Retrieved from
https://emedicine.medscape.com/article/242008-overview.

Klasifikasi
Nilai rujukan K+ pada:
- Serum bayi : 3,6 – 5,8 mmol/L
- Serum anak : 3,5 – 5,5 mmol/L
- Serum dewasa : 3,5 – 5,3 mmol/L
- Urine anak : 17 – 57 mmol/ 24 jam
- Urine dewasa : 40 – 80 mmol/ 24jam
- Cairan lambung : 10 mmol/L
Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60
per kilogram berat badan. Jumlah K+ ini dipengaruhi oleh
umur dan jenis kelamin. Jumlah K+ pada wanita 25% lebih
kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang
dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak
SUMBER : Jurnal.Unhas, PENGARUH HEMODIALISA
TERHADAP KOMPOSISI ELEKTROLIT PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK,2013

Faktor Resiko
1. Obat obat Yang menginduksi perpindahan kalium
abnormal
• Diuretik Tiazid dan loop diuretik
• Kombinasi furosemid atau bumetanid dengan metolazon
• Penggunaan acetazolamid
• Mineralkortikoid atau glukokortikoid Fludrocortison,
prednison dan hidrokortison Gossypol , carbenoxolone
dan licirice
• Antibiotik:Penicillin dan derivat sintetis yang diberikan
secara intravena dengan dosis besar
• Laksansia dosis besar
2. Mengidap penyakit berkepanjangan yang menyebabkan
muntah atau diare. 3.Mengidap penyakit jantung,
Desi Salwani, Diagnosis Dan Tata Laksana Hipokalemia
,Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
Nugroho P, Hipokalemia dalam EIMED : Kegawat Daruratan
Penyakit Dalam, editor : Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A,
Soeroto, Abdullah M. Buku I, Pusat Penerbitan Ilmu penyakit
Dalam, 2012. 279

Tanda dan Gejala


Tingkat keparahan klinis hipokalemia cenderung sebanding
dengan derajat dan durasi deplesi serum kalium. Gejala
umumnya muncul apabila serum kalium di bawah 3,0 mEq/L,
kecuali jika penurunan kadar kalium mendadak atau pasien
memiliki faktor komorbid, contohnya kecenderungan aritmia.
Gejala biasanya membaik dengan koreksi hipokalemia.
Nathania, 2019

Komplikasi
Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab paling
signifikan untuk morbiditas dan mortalitas karena hipokalemia.
meskipun hipokalemia telah diimplikasikan pada terjadinya
beberapa aritmia ventrikel dan atrial, yang paling banyak
mendapatkan perhatian adalah aritmia ventrikel.
Kelemahan otot, penekanan refleks tendon dalam dan bahkan
paralisis flasid dapat menjadi komplikasi hipokalemia.
rabdomiolisis dapat diprovokasi, terutama pada keadaan
olahraga berat. Meskipund demikian rabdomiolisis juga sering
dilihat sebagai komplikasi hipokalemia berat, pada
hiperaldosteronisme primer walaupun tanpa olahraga.
Gangguan fungsi ginjal seringkali terjadi pada hipokalemia akut
atau kronik, termasuk diabetes insipidus nefrogenik, alkalosis
metabolik oleh karena gangguan ekskresi bikarbonat dan
peningkatan pembentukan amonia, dan juga degenerasi kistik
serta
jaringan ikat interstisial

Hipokalemia juga mempunyai banyak peranan di dalam sistem


organ yang beragam, yang
pada akhirnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular,
seperti:
Defisiensi kalium berperanan dalam kejadian hipertensi.
Gangguan dalam metabolisme glukosa oleh karena gangguan
pelepasan kalium dan sensitivitas perifer meyebabkan
gangguan metabolisme lipid dan disfungsi endotel, sehingga
meningkatkan risiko aterosklerosis.
Kombinasi disfungsi endotel dan sel otot polos vaskular
meningkatkan vasokonstriksi, sehingga meningkatkan
kemungkinan iskemia organ target.
Terapi hipertensi dengan diuretik tanpa memperhatikan
homeostasis kalium dapat mengekakserbasi terjadinya
kerusakan organ target dengan mengakibatkan kelainan
metabolik.
Pasien-pasien ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk
hipokalemia letal pada keadaan- keadaan penuh stres seperti
infark miokardial, syok septik atau ketoasidosis diabetikum.
SUMBER : Jurnla Internist ,Dr. Stevent Sumantri,FK UI
/Pendekatan diagnostik hipokalemia

Diagnosis
Diagnosis hipokalemia dapat ditegakkan melalui anamnesis
mengenai perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, dan
beberapa pemeriksaan penunjang.
Anamnesis harus berfokus pada obat-obatan, diet, kebiasaan
makan, dan/atau gejala yang
mengarah pada etiologi tertentu (misalnya muntah, dan diare).
Pemeriksaan fisik harus memberi perhatian khusus pada
tekanan darah dan tanda-tanda tertentu.
Gambaran klinis deplesi kalium sangat bervariasi, dan berat
ringannya tergantung derajat hipokalemia. Gejala jarang terjadi
kecuali kalium kurang dari 3 mEq/L. Mialgia, kelemahan atau
kram otot ektremitas bawah merupakan keluhan yang sering.
Hipokalemia yang lebih berat dapat menyebabkan kelemahan
progresif, hipoventilasi dan paralisis komplit.
Deplesi kalium yang berat dapat meningkatkan resiko aritmia
dan rabdomiolisis.Pada
hipokalemia berat terdapat keluhan lemas dan konstipasi.
Sumber: Diagnosis dan Tatalaksana Hipokalemia Desi Salwani
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh

Tatalaksana
Koreksi penyebab dari hipokalemia merupakan bagian dari
terapi hipokalemia.Indikasi koreksi kalium dibagi dalam :
- Indikasi mutlak : pemberian kalium mutlak segera
diberikan yaitu pada keadaan pasien sedang dalam
pengobatan digitalis, pasien dengan ketosidosis diabetik,
pasien dengan kelemahan otot pernafasan dan pasien
dengan hipokalemia berat (<2 mEq/L)
- Indikasi kuat : kalium harus diberikan dalam waktu tidak
terlalu lama yaitu pada keadaan insufisensi coroner/
iskemia otot jantung, ensefalopati hepatik dan pasien
menggunakan obat yangdapat menyebabkan perpindahan
kalium dari ekstra ke intrasel.
- Indikasi sedang : pemberian kalium tidak perlu segera,
seperti pada hipokalemia ringan ( K 3-3,5 mEq/L).
- Kalium dapat diberikan secara oral atau intravena. Kalium
intrvena diberikan pada
- pasien yang tidak mampu minum obat.
Pemerian kalium oral :
- Pemberian Kalium 40-60 mEq dapat meningkatkan kadar
kalium 1-1,5 mEq/L dan
- pemberian 135-60 mEq dapat meningkakan kadar kalium
2,5-3,5 mEq/L
Pemerian kalium oral :
- Pemberian Kalium 40-60 mEq dapat meningkatkan kadar
kalium 1-1,5 mEq/L dan pemberian 135-60 mEq dapat
meningkakan kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L. Pemberian
kalium intravena :
- Kecepatan pemberian KCL melalui vena perifer 10 mEq
per jam, atau melalui vena
sentral 20 mEq per jam atau lebih pada keadaan tertentu.
- Konsentrasi cairan infus KCL bila melalui vena perifer,
KCL maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonis
1000 ml karena bila melebihi dapat menimbulkan rasa
nyeri dan menyebabkan sclerosis vena.
- Konsentrasi cairan infus kalium bila melalui vena central,
KCL maksimal 40 mEq
dilarukan dalam NaCl isotonis 100 ml.
- Pada keadaan arimia yang berbahaya atau adanya
kelumpuhan otot pernafasan, KCL dapat diberikan
dengan kecepatan 40-100 meq/jam. KCL sebanyak 20
meq dilarutkan dalam 100 ml NaCl isotonik.
68.
Sediaan yang dipilih adalah kalium khlorida karena
meningkatkan kalium plasma lebih cepat dibandingkan
kalium kalium bikarbonat, kalium fosfat atau kalium sitrat.
Konsumsi makanan yangmengandung banyak kalium
diantaranya :
1. Kandungan kalium >1000 mg [25 mmol]/100 daun ara
kering, sirup gula, rumput laut
2. Kandungan kalium >500 mg [12.5 mmol]/1 seperti buah
kering diantaranya
kacang-kacangan, Alpukat, sereal, Gandum, kacang kapri
3. Kandungan kalium >250 mg [6.2 mmol]/100 g) adalah
sayur- sayuran, bayam, tomat, brokoli, labu, bit, wortel,
kembang kol, kentang, buah-buahan,pisang, blewah,
kiwi, jeruk, mangga, daging sapi, babi, daging sapi muda,
kambing.

Kesimpulan
Hipotesis diterima, berdasarkan anamnesis didapatkan
keluhan utama kelemahan otot disertai mual, muntah,
dan diare. pemeriksaan fisik didapatkan bising usus
yang lemah serta pemeriksaan penunjang yang dilihat
dari kadar kalium serum sebesar 2,7mEq/L bahwa
pasien mengalami hipokalemia. Hal ini dapat terjadi
karena konsumsi obat diet sehingga tubuh kekurangan
asupan kalium untuk menjaga otot, saraf, dan jantung
agar bekerja dengan baik. Ditambah konsumsi obat diet
dilakukan selama kurang lebih satu minggu yang
membuat pasien mual dan muntah dan mengakibatkan
deplesi volume kalium darah sehingga kekuatan otot
melemah.

Catatan Pleno
Narasumber : dr.Septi Handayani
Kelompok Presentator : 4
CTT
1. Hipokalemia pada pemicu disebabkan oleh pasien
muntah dan diare bukan
karena efek mengkonsumsi obat diet
2. Pemberian terapi kalium harus bertahap dan dengan
dosis yang sesuai
( tidak bisa langsung dengan dosis besar ) karena
beresiko memunculkan
hiperkalemia pada pasien
3. Pemberian obat diuretic untuk tujuan diet sangat tidak
dianjurkan karena
hanya menyebabkan pasien mengalami kekurangan
cairan dan elektrolit
Narasumber : dr.Septi Handayani
Kelompok Presentator : 4
CTT
1. Hipokalemia pada pemicu disebabkan oleh pasien
muntah dan diare bukan
karena efek mengkonsumsi obat diet
2. Pemberian terapi kalium harus bertahap dan
dengan dosis yang sesuai
( tidak bisa langsung dengan dosis besar ) karena
beresiko memunculkan
hiperkalemia pada pasien
3. Pemberian obat diuretic untuk tujuan diet sangat
tidak dianjurkan karena
hanya menyebabkan pasien mengalami kekurangan
cairan dan elektrolitSumber
Nathania, M. (2019). Hipokalemia–Diagnosis dan Tatalaksana.
Cermin Dunia Kedokteran, 46(2), 103-108.
Lederer E, Alsauskas ZC, Mackelaite L, et al. Hypokalemia.
Medscape. 2018. Retrieved from
https://emedicine.medscape.com/article/242008- overview
Kjeldsen K. Hypokalemia and Sudden Cardiac Death.
Experimental and Clinical Cardiology. 2010:15(4):e96-
e99.Davies HG, Bowman C, Luby SP. Cholera – Management
and Prevention. Journal of Infection. 2017:74(1):66-73.
Widodo D, Setiawan B, Chen K, et al. The Prevalence of
Hypokalemia in Hospitalized Patients with Infectious Diseases
Problem at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Acta
Medica Indonesiana. 2006:38(4):202-5
Kardalas, E., Paschou, S. A., Anagnostis, P., Muscogiuri, G.,
Siasos, G., & Vryonidou, A. (2018). Hypokalemia: a clinical
update. Endocrine connections, 7(4), R135–R146.
https://doi.org/10.1530/EC-18-0109
Castro D, Sharma S. Hypokalemia. [Diperbarui 2022 Juli 18].
Di: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan
StatPearls; 2022 Jan-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482465/
Bartel B, Gau E. Fluid and electrolyte management. In:
Johnson TJ. Critical care pharmacotherapeutics. 1st ed.
Burlington (MA): Jones & Bartlett Learning, LLC; 2015. p. 11 –
13.
Desi Salwani, Diagnosis Dan Tata Laksana Hipokalemia
,Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
Sasmita, et.al. 2021. Peran Diet Kalium sebagai Pencegahan
Resistensi Insulin. Medula. 11(4): 357-361
Nugroho P, Hipokalemia dalam EIMED : Kegawat Daruratan
Penyakit Dalam, editor : Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A,
Soeroto, Abdullah M. Buku I, Pusat Penerbitan Ilmu penyakit
Dalam, 2012. 279

Anda mungkin juga menyukai