Anda di halaman 1dari 148

Ergonomi

• HARI LAHIR ERGONOMI:

•12 JULI 1949


(THE HUMAN RESEARCH GROUP,
INTERDISCIPLINARY)
PENGERTIAN

• Ergon = kerja
• Nomos = aturan
• Ergonomi = aturan/tatacara dalam
bekerja (secara harfiah)
• Ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dalam hubungan
dengan pekerjaan, dengan segala
aspek dan ruang lingkupnya
Konsep dasar ergonomi

• What is ergonomic ?
- Berasal dari bahasa Yunani,”ergon =
kerja,”nomos = aturan
-Biotechnology >>>> Scandinavia
-Personal research >>>> Amerika Utara
-Human engineering >>>> Inggris & USA
. Why is ergonomic ?
-Pekerjaan yg tidak ergonomis menyebabkan
ketidak nyamanan, biaya tinggi,penurunan
performa,efisiensi,daya kerja dan kecelakaan
Konsep dasar ergonomi

• Where is ergonomi applied ?


- Diterapkan dimana saja: di rumah, di tempat
kerja, di perjalanan dll.
. When is ergonomic ?
- Diterapkan kapan saja selama 24 jam
. Who must apply ergonomics ?
- Setiap individu maupun kelompok dari usia
bayi sampai dewasa
. How is ergonomics applied ?
- Semua disiplin ilmu
❑Ergonomi sebagai applied sciences

• Enginering & Physical sciences (mekanika,


matematika,fisika dan kimia)

• Biological sciences ( anatomi dan fisiologi)

• Social & behavioral sciences (sosiologi, psikologi,


antropologi
BIOLOGICAL SCIENCES : ANATOMI, FAAL

ERGONOMI ENGINEERING & PHYSICAL SCIENCES :


MEKANIK, MATHEMATIK, FISIKA

SOCIAL & BEHAVIOUR SCIENCES :


SOSIOLOGI, PSIKOLOGI
FISIOLOGI

ANATOMI PSIKOLOGI

ERGONOMI
ENGINEERING MANAJEMEN

PERANCANGAN
Tujuan Ergonomi
• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan
beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja

• Meningkatkan kesejahtaran sosial melalui peningkatan


kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja
secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik
selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif

• Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek :


teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem
kerja yang dilakukan, sehingga tercipta kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi
Konsep Keseimbangan Ergonomi

1. Work capacity : personal capacity, fisiological


capacity, psicological capacity, biomechanical
capacity
2. Task demand : material characteristics,
task/work place characteristics, organizational
characteristics, Environmental characteristics
3. Performance ditentukan oleh kapasitas
kerja/kemampuan kerja dan tuntutan tugas
Konsep keseimbangan ergonomi

❖ Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja


=> over stress, discomfort, lelah,
cidera,celaka, sakit, produktivitas
❖ Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja
=> under stress, bosan, lesu, tidak
produktif
❖ Harapannya adalah antara tuntutan tugas
= kemampuan tugas => performa optimal
JENIS2 MASALAH2 ERGONOMI:

ANTHROPOMETRI
KOGNISI
MUSKULOSKELETAL
CARDIOVASCULER
PSIKOMOTOR
MENGAPA STANDARD DIBUTUHKAN:

1. HEMAT DALAM USAHA MANUSIA


2. MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN
MANUSIA
3. KESELAMATAN KERJA
4. KESEHATAN PEKERJA
5. KENYAMANAN BEKERJA
6. PROTEKSI LINGKUNGAN
7. MENGATASI HAMBATAN BUDAYA
8. KEUNTUNGAN EKONOMIS
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
• Ergonomi sebagai ilmu yang terus berkembang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam
meningkatkan produktivitas kerja di Perusahaan.

• Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi


yang perlu diperhatikan, antara lain :
Faktor Manusia

• Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human


Centered Design (HCD) atau Perancangan berpusat
pada manusia.
• Menurut Sutalaksana (1999), perancangan demikian
merupakan perancangan produk ergonomi yang
sesungguhnya, yaitu merancang (mengupayakan)
agar produk menjadi ergonomis atau memiliki
beberapa sifat keergonomisan ketika produk itu
telah selesai dirancang segala-galanya.
• Perancangan dengan prinsip HCD, berdasarkan
pada karakter - karakter manusia yang akan
berinteraksi dengan produknya.
• Sebagai titik sentral maka unsur keterbatasan
manusia haruslah menjadi patokan dalam penataan
suatu produk yang ergonomis.
• Ada beberapa faktor yang berlaku sebagai faktor
pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat
bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu :
1. Faktor dari dalam (internal factors)
Tergolong dalam faktor ini adalah yang berasal
dari dalam diri manusia, seperti : umur, jenis
kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh
lainnya.

2. Faktor dari luar (external factors)


Banyak faktor dari luar yang dapat
mempengaruhi kerja atau berasal dari luar
manusia, seperti : penyakit, gizi, lingkungan kerja,
sosial ekonomi, adat istiadat, dan lain sebagainya.
Anthropometri

• Anthropometri merupakan suatu pengukuran yang


sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk
beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh
manusia.
• Anthropometri yang merupakan ukuran tubuh
digunakan untuk merancang atau menciptakan
suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran
tubuh pengguna sarana kerja tersebut.
• Oleh para ahli rancang bangun, anthropometri
digunakan untuk mendapatkan suatu bentuk
rancang bangun yang disebut sebagai suatu rancang
bangun yang ergonomik, karena menggunakan
ukuran tubuh pengguna rancang bangun sebagai
dasar perancangan sarana kerja.
• ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan
posisi kerja tenaga kerja, dengan demikian
penerapan anthropometri mutlak diperlukan untuk
menjamin adanya system kerja yang baik.
• Dalam pelaksanaan pengukuran anthropometri,
dikenal 2 macam pengukuran :
1. Anthropometri statis
2. Antrhopometri dinamis
• Alat yang digunakan untuk pengukuran
antrhopometri adalah anthropometer.
• Jika alat-alat kerja tersebut tidak sesuai ukurannya
dengan ukuran tubuh tenaga kerja sebagai pelaku
produksi, maka tenaga kerja tersebut akan merasa
tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam
bekerja, yang pada akhirnya akan timbul suatu
kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain
akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang
tidak alamiah.
Sikap Tubuh Dalam Bekerja

• Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan


interaksinya terhadap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja, selain SOP (Standard Operating
Procedures) yang terdapat pada setiap jenis
pekerjaan.
• Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku
oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang
lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil
kerjanya.
• Tanpa disadari tenaga kerja tersebut akan sedikit
membungkuk saat melakukan pekerjaannya.
• Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan
lokal didaerah pinggang dan bahu.
• Namun karena penderitanya tidak mencolok maka
biasanya keluhan tersebut dianggap “bukan
masalah”, tetapi kerugian yang ditimbulkannya bisa
berwujud hilangnya jam kerja, terhambatnya
produksi dan lainnya.
• Pada waktu bekerja diusahakan agar bersikap
secara alamiah dan bergerak optimal.
• Dalam system kerja angkat dan angkut, sering
dijumpai nyeri pinggang sebagai akibat kesalahan
dalam mengangkat maupun mengangkut, baik itu
mengenai teknik maupun berat/ukuran beban.
• Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai sikap paksa
yang disebabkan karena penggunaan sarana kerja
yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya.
• Kondisi demikian menggambarkan tidak adanya
keserasian antara ukuran tubuh pekerja dengan
bentuk dan ukuran sarana kerja, sehingga terjadi
pembebanan setempat yang berlebihan didaerah
pinggang dan inilah yang menyebabkan nyeri
pinggang akibat kerja.
• Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka
beban maksimum yang diperkenankan, agar tidak
menimbulkan kecelakaan kerja, sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No.Per.01/MEN/1978 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Penebangan dan Pengangkutan Kayu.
DEWASA TENAGA KERJA MUDA
JENIS
PRIA (Kg) WANITA (Kg) PRIA (Kg) WANITA (Kg)

Sekali-sekali 40 15 15 10 – 11

Terus Menerus 15 - 18 10 10 - 15 6-9


• Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara
ergonomik adalah yang memberikan rasa
nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja,
yang dapat dilakukan antara lain dengan cara :
a. Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam
bekerja.
b. Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya.
c. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran
baku tentang peralatan kerja yang sesuai dengan
ukuran anthropometri tenaga kerja penggunanya.
d. Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan
berdiri secara bergantian.
Mesin - Manusia
• Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi
akan menimbulkan suatu hubungan timbal balik
antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai
sarana kerjanya.
• Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi
sangat erat sehingga merupakan satu kesatuan.
Secara ergonomis, hubungan antara manusia
dengan mesin haruslah merupakan suatu hubungan
yang selaras, serasi dan sesuai.
• Fungsi manusia dalam hubungan manusia – mesin
dalam rangkaian produksi ini adalah sebagai
pengarah atau pengendali jalannya mesin tersebut.
• Manusia menerima informasi dari mesin melalui
indera mata untuk membuat keputusan untuk
menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui
alat kendali yang ada pada mesin itu.
• Pada umumnya setiap mesin sudah mempunyai
prosedur standar pengoperasiannya.
• Kemudian mesin menerima perintah tersebut untuk
kemudian untuk menjalankan tugasnya.
• Jelas disini bahwa bekerjanya mesin sangat
tergantung pada manusia sebagai pengendaliannya.
• Disain alat kendali yang baik pada mesin
merupakan salah satu faktor yang penting yang
akan mempengaruhi manusia sebagai operatornya.
Pengorganisasian Kerja
• Pengorganisasian kerja terutama menyangkut
waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur dan
lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan
dan efisiensi tenaga kerja.
• Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang
berat.
• Jam kerja selama 8 jam/hari diusahakan sedapat
mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat
dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru
atau perbanyakan kerja shift.
• Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan,
karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja serta meningkatnya angka
kecelakaan kerja dan sakit.
• Disamping itu kerja lembur yang melebihi 25 % dari
jam kerja tidak akan melindungi tenaga kerja dari
pengaruh buruk bahaya dari lingkungan kerja dan
beban tambahan lainnya.
Pengendalian Lingkungan Kerja
• Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi
merupakan faktor pendorong bagi kegairahan dan
efisiensi kerja.
• Sedangkan lingkungan kerja yang buruk
(melampaui Nilai Ambang Batas yang telah
ditetapkan), yang melebihi toleransi manusia untuk
menghadapinya, tidak hanya akan menurunkan
produktivitas kerja tetapi juga akan menyebabkan
penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, pencemaran
lingkungan sehingga tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya tidak mendapat rasa
aman, nyaman, sehat dan selamat.
• Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang
berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan dan
efisiensi serta produktivitas kerja, yaitu faktor fisik
seperti : pengaruh kebisigan, penerangan, iklim
kerja, getaran ; faktor kimia seperti : pengaruh bahan
kimia, gas, uap, debu ; faktor fisiologis seperti : sikap
dan cara kerja, penentuan jam kerja dan istirahat,
kerja gilir, kerja lembur ; faktor psikologis seperti :
suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan
faktor biologis seperti : infeksi karena bakteri, jamur
virus, cacing.
• Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat
dilakukan melalui beberapa tahapan/cara, yaitu
pengendalian secara teknik, pengendalian secara
administratif dan pengendalian dengan pemberian
Alat Pelindung Diri (APD).
• Banyak dijumpai adanya tenaga kerja yang enggan
menggunakan alat pelindunga diri, meskipun
ditempat kerjanya terjadi pencemaran bahan kimia
di udara tempat kerja.
• 49 ºC Suhu yang dapat ditolerir selama ± 1 jam.
Kemampuan Fisik dan Mental jauh
menurun.
• 29,5 ºC Aktifitas mental dan daya tangkap menurun
dan tenaga kerja dapat melakukan kesala –
lahan dalam melakukan kesalahan. Timbul
Kelelahan Fisik.
• 24 ºC Kondisi Optimum
• 10 ºC Kekakuan mulai terjadi
Kelelahan Kerja
• Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya
kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja
merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau
rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja.
• Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi
lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah
sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja.
• Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai
akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara
lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang
monoton dan kondisi tempat kerja yang tidak
menggairahkan.
• Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi yang
telah dikenali dalam kehidupan sehari-hari. Istilah
kelelahan pada umumnya mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu
kegiatan, walaupun ini bukan merupakan satu-
satunya gejala.
• Kelelahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
yaitu :
a. Kelelahan otot (muscular fatigue)
b. Kelelahan umum (general fatigue)
• Kedua bentuk kelelahan ini muncul dari proses
fisiologik yang berbeda sama sekali.
• Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit
nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit disekitar
sendi, sedangkan kelelahan umum dapat terlihat
pada munculnya sejumlah keluhan yang berupa
perasaan lamban dan keengganan beraktivitas.
• Menurut para ahli, terdapat keterkaitan antara
kelelahan dengan tingkat stress.
• Hal ini dapat ditunjukkan melalui reaksi tubuh
terhadap jenis stress yang berbeda-beda.
• Untuk itu perlu dilakukan pengukuran untuk
mendapatkan solusi bagi kecenderungan
implikasi kelelahan yang diderita oleh tenaga
kerja terhadap kinerja perusahaan.
• Kesulitan terbesar dalam pengukuran kelelahan
adalah karena tidak adanya cara yang langsung
dapat mengukur sumber penyebab kelelahan itu
sendiri.
• Belum ada satupun ukuran yang mutlak dalam
pengukuran kelelahan.
• Pengukuran kelelahan hanya mampu mengukur
“indikator” kelelahan saja.
CTD (CULMULATIVE TRAUMA DISORDER)
• CTD dapat diterjemahkan sebagai Kerusakan
Trauma Kumulative.
• Penyakit ini timbul Karena terkumpulnya
kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang
yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan
menimbulkan rasa sakit.
• Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil
yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka
waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama,
tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari,
yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan,
pembengkakan dan gejala lainnya.
• Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan
yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah,
penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi
kemampuannya.
• Biasanya gejala yang muncul dianggap sepele
atau dianggap Over Exertion.
1. Over Stretching
2. Over Compressor
• CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat
kerja, apabila dapat dibuktikan terdapat
pemaparan dari dua atau lebih faktor resiko
ergonomi di tempat kerja.
• Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD,
yaitu :
a. Terdapat Posture atau sikap tubuh yang janggal.
b. Gayanya yang melebihi kemampuan jaringan.
c. Lamanya waktu pada saat melakukan posisi
janggal.
d. Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal
per-menit.
• Beberapa contoh CTD :
➢ TENDINITIS
Tendon yang meradang, gejala :
o sakit, bengkak
o nyeri tekan
o lemah ditempat yang terpapar (siku, bahu)

➢ ROTATOR CUFF TENDINITIS


Satu atau lebih dari empat rotator cuff tendon pada
bahu meradang, gejala :
o Sakit
o Gerakan terbatas pada bahu
➢ TENOSYNOVITIS
Pembengkakan pada tendon & sarung yang menutupi
tendon, gejala :
o pembengkakan
o nyeri tekan
o sakit pada tempat yang terpapar (siku, tangan, lengan,
dll)
➢ CARPAL TUNNEL SYNDROME
Penyebab :
o Tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang
melalui pergelangan tangan.
Gejala :
o mati rasa
o kesemutan, pegal
o sakit pada pergelangan tangan
➢ EPICONDYLITIS (TENNIS ELBOW)
Peradangan pada tendon di siku, gejala :
o sakit
o sedikit bengkak
o lemah

➢ WHITE FINGER
Pembuluh darah di jari-jari rusak, gejala :
o pucat di jari-jari
o mati rasa
o perasaan seakan jari terbakar
Kesegaran Jasmani dan Musik
• Untuk dapat melaksanakan pekerjaannya, seorang
tenaga kerja tidak hanya memerlukan makanan
yang sehat dan bergizi dengan nilai kalori cukup
sesuai dengan jenis pekerjaannya, tetapi juga
membutuhkan kesegaran jasmani yang baik pula.
• Meskipun secara fisik tenaga kerja dalam keadaan
sehat, dengan asupan gizi yang cukup, tetapi
apabila tidak segar dan bugar maka tenaga kerja
tersebut dalam melakukan pekerjaannya akan cepat
menjadi lelah.
• Pekerja yang sehat, segar dan bugar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan.
• Mengingat kondisi masing-masing tidak sama,
maka sebaiknya kegiatan kesegaran jasmani perlu
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan masing-masing perusahaan.
• Pengadaan musik ditempat kerja sebaiknya
dilakukan untuk jenis pekerjaan yang monoton
dan pekerjaan tangan (manual work) yang berulang
serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas
mental.
• Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghindari kebosanan dan kejenuhan dalam
bekerja.
Ergonomi
Tujuan Ergonomi
• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban
kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja

• Meningkatkan kesejahtaran sosial melalui peningkatan kualitas


kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna
dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif

• Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek : teknis,


ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan, sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi
Konsep Keseimbangan Ergonomi

1. Work capacity : personal capacity, fisiological


capacity, psicological capacity, biomechanical
capacity
2. Task demand : material characteristics,
task/work place characteristics, organizational
characteristics, Environmental characteristics
3. Performance ditentukan oleh kapasitas
kerja/kemampuan kerja dan tuntutan tugas
Konsep keseimbangan ergonomi

❖ Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja => over stress, discomfort,
lelah, cidera,celaka, sakit, produktivitas
❖ Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja => under stress, bosan, lesu,
tidak produktif
❖ Harapannya adalah antara tuntutan tugas = kemampuan tugas =>
performa optimal
JENIS2 MASALAH2 ERGONOMI:

ANTHROPOMETRI
KOGNISI
MUSKULOSKELETAL
CARDIOVASCULER
PSIKOMOTOR
MENGAPA STANDARD DIBUTUHKAN:

1. HEMAT DALAM USAHA MANUSIA


2. MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN
MANUSIA
3. KESELAMATAN KERJA
4. KESEHATAN PEKERJA
5. KENYAMANAN BEKERJA
6. PROTEKSI LINGKUNGAN
7. MENGATASI HAMBATAN BUDAYA
8. KEUNTUNGAN EKONOMIS
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
• Ergonomi sebagai ilmu yang terus berkembang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam
meningkatkan produktivitas kerja di Perusahaan.

• Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi


yang perlu diperhatikan, antara lain :
Faktor Manusia

• Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human


Centered Design (HCD) atau Perancangan berpusat
pada manusia.
• Menurut Sutalaksana (1999), perancangan demikian
merupakan perancangan produk ergonomi yang
sesungguhnya, yaitu merancang (mengupayakan)
agar produk menjadi ergonomis atau memiliki
beberapa sifat keergonomisan ketika produk itu telah
selesai dirancang segala-galanya.
• Perancangan dengan prinsip HCD, berdasarkan pada
karakter - karakter manusia yang akan berinteraksi
dengan produknya.
• Sebagai titik sentral maka unsur keterbatasan
manusia haruslah menjadi patokan dalam penataan
suatu produk yang ergonomis.
• Ada beberapa faktor yang berlaku sebagai faktor
pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat
bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu :
1. Faktor dari dalam (internal factors)
Tergolong dalam faktor ini adalah yang berasal
dari dalam diri manusia, seperti : umur, jenis
kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh
lainnya.

2. Faktor dari luar (external factors)


Banyak faktor dari luar yang dapat
mempengaruhi kerja atau berasal dari luar
manusia, seperti : penyakit, gizi, lingkungan kerja,
sosial ekonomi, adat istiadat, dan lain sebagainya.
Ergonomi
Anthropometri

• Anthropometri merupakan suatu pengukuran yang


sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk
beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh
manusia.
• Anthropometri yang merupakan ukuran tubuh
digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu
sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh
pengguna sarana kerja tersebut.
• Oleh para ahli rancang bangun, anthropometri
digunakan untuk mendapatkan suatu bentuk
rancang bangun yang disebut sebagai suatu rancang
bangun yang ergonomik, karena menggunakan
ukuran tubuh pengguna rancang bangun sebagai
dasar perancangan sarana kerja.
• ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi
kerja tenaga kerja, dengan demikian penerapan
anthropometri mutlak diperlukan untuk menjamin
adanya system kerja yang baik.
• Dalam pelaksanaan pengukuran anthropometri,
dikenal 2 macam pengukuran :
1. Anthropometri statis
2. Antrhopometri dinamis
• Alat yang digunakan untuk pengukuran
antrhopometri adalah anthropometer.
• Jika alat-alat kerja tersebut tidak sesuai ukurannya
dengan ukuran tubuh tenaga kerja sebagai pelaku
produksi, maka tenaga kerja tersebut akan merasa
tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam
bekerja, yang pada akhirnya akan timbul suatu
kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain
akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang
tidak alamiah.
Sikap Tubuh Dalam Bekerja

• Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan


interaksinya terhadap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas
kerja, selain SOP (Standard Operating Procedures)
yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
• Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh
orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih
tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.
• Tanpa disadari tenaga kerja tersebut akan sedikit
membungkuk saat melakukan pekerjaannya.
• Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan lokal
didaerah pinggang dan bahu.
• Namun karena penderitanya tidak mencolok maka
biasanya keluhan tersebut dianggap “bukan
masalah”, tetapi kerugian yang ditimbulkannya bisa
berwujud hilangnya jam kerja, terhambatnya
produksi dan lainnya.
• Pada waktu bekerja diusahakan agar bersikap secara
alamiah dan bergerak optimal.
• Dalam system kerja angkat dan angkut, sering dijumpai
nyeri pinggang sebagai akibat kesalahan dalam
mengangkat maupun mengangkut, baik itu mengenai
teknik maupun berat/ukuran beban.
• Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai sikap paksa
yang disebabkan karena penggunaan sarana kerja yang
tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya.
• Kondisi demikian menggambarkan tidak adanya
keserasian antara ukuran tubuh pekerja dengan bentuk
dan ukuran sarana kerja, sehingga terjadi pembebanan
setempat yang berlebihan didaerah pinggang dan
inilah yang menyebabkan nyeri pinggang akibat kerja.
• Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka
beban maksimum yang diperkenankan, agar tidak
menimbulkan kecelakaan kerja, sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No.Per.01/MEN/1978 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan
Pengangkutan Kayu.

DEWASA TENAGA KERJA MUDA


JENIS
PRIA (Kg) WANITA (Kg) PRIA (Kg) WANITA (Kg)

Sekali-sekali 40 15 15 10 – 11

Terus Menerus 15 - 18 10 10 - 15 6-9


• Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara
ergonomik adalah yang memberikan rasa
nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja,
yang dapat dilakukan antara lain dengan cara :
a. Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam
bekerja.
b. Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya.
c. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran
baku tentang peralatan kerja yang sesuai dengan
ukuran anthropometri tenaga kerja penggunanya.
d. Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan
berdiri secara bergantian.
Mesin - Manusia
• Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi
akan menimbulkan suatu hubungan timbal balik
antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai
sarana kerjanya.
• Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat
erat sehingga merupakan satu kesatuan. Secara
ergonomis, hubungan antara manusia dengan mesin
haruslah merupakan suatu hubungan yang selaras,
serasi dan sesuai.
• Fungsi manusia dalam hubungan manusia – mesin
dalam rangkaian produksi ini adalah sebagai
pengarah atau pengendali jalannya mesin tersebut.
• Manusia menerima informasi dari mesin melalui
indera mata untuk membuat keputusan untuk
menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui alat
kendali yang ada pada mesin itu.
• Pada umumnya setiap mesin sudah mempunyai
prosedur standar pengoperasiannya.
• Kemudian mesin menerima perintah tersebut untuk
kemudian untuk menjalankan tugasnya.
• Jelas disini bahwa bekerjanya mesin sangat
tergantung pada manusia sebagai pengendaliannya.
• Disain alat kendali yang baik pada mesin merupakan
salah satu faktor yang penting yang akan
mempengaruhi manusia sebagai operatornya.
Ergonomi
Pengorganisasian Kerja
• Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu
kerja, waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya yang
dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi
tenaga kerja.
• Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang
berat.
• Jam kerja selama 8 jam/hari diusahakan sedapat
mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat
dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru atau
perbanyakan kerja shift.
• Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan,
karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja serta meningkatnya angka
kecelakaan kerja dan sakit.
• Disamping itu kerja lembur yang melebihi 25 % dari
jam kerja tidak akan melindungi tenaga kerja dari
pengaruh buruk bahaya dari lingkungan kerja dan
beban tambahan lainnya.
Pengendalian Lingkungan Kerja
• Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi
merupakan faktor pendorong bagi kegairahan dan
efisiensi kerja.
• Sedangkan lingkungan kerja yang buruk (melampaui
Nilai Ambang Batas yang telah ditetapkan), yang
melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya,
tidak hanya akan menurunkan produktivitas kerja
tetapi juga akan menyebabkan penyakit akibat kerja,
kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan sehingga
tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak
mendapat rasa aman, nyaman, sehat dan selamat.
• Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang
berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan dan
efisiensi serta produktivitas kerja, yaitu faktor fisik
seperti : pengaruh kebisigan, penerangan, iklim kerja,
getaran ; faktor kimia seperti : pengaruh bahan kimia,
gas, uap, debu ; faktor fisiologis seperti : sikap dan cara
kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir,
kerja lembur ; faktor psikologis seperti : suasana tempat
kerja, hubungan antar pekerja dan faktor biologis
seperti : infeksi karena bakteri, jamur virus, cacing.
• Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat
dilakukan melalui beberapa tahapan/cara, yaitu
pengendalian secara teknik, pengendalian secara
administratif dan pengendalian dengan pemberian
Alat Pelindung Diri (APD).
• Banyak dijumpai adanya tenaga kerja yang enggan
menggunakan alat pelindunga diri, meskipun
ditempat kerjanya terjadi pencemaran bahan kimia di
udara tempat kerja.
• 49 ºC Suhu yang dapat ditolerir selama ± 1 jam.
Kemampuan Fisik dan Mental jauh
menurun.
• 29,5 ºC Aktifitas mental dan daya tangkap menurun
dan tenaga kerja dapat melakukan kesala –
lahan dalam melakukan kesalahan. Timbul
Kelelahan Fisik.
• 24 ºC Kondisi Optimum
• 10 ºC Kekakuan mulai terjadi
Kelelahan Kerja
• Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya
kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja
merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau
rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja.
• Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi
lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah
sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja.
• Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat
pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama
kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan
kondisi tempat kerja yang tidak menggairahkan.
• Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi yang
telah dikenali dalam kehidupan sehari-hari. Istilah
kelelahan pada umumnya mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu
kegiatan, walaupun ini bukan merupakan satu-
satunya gejala.
• Kelelahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
yaitu :
a. Kelelahan otot (muscular fatigue)
b. Kelelahan umum (general fatigue)
• Kedua bentuk kelelahan ini muncul dari proses
fisiologik yang berbeda sama sekali.
• Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit
nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit disekitar
sendi, sedangkan kelelahan umum dapat terlihat
pada munculnya sejumlah keluhan yang berupa
perasaan lamban dan keengganan beraktivitas.
• Menurut para ahli, terdapat keterkaitan antara
kelelahan dengan tingkat stress.
• Hal ini dapat ditunjukkan melalui reaksi tubuh
terhadap jenis stress yang berbeda-beda.
• Untuk itu perlu dilakukan pengukuran untuk
mendapatkan solusi bagi kecenderungan
implikasi kelelahan yang diderita oleh tenaga
kerja terhadap kinerja perusahaan.
• Kesulitan terbesar dalam pengukuran kelelahan
adalah karena tidak adanya cara yang langsung
dapat mengukur sumber penyebab kelelahan itu
sendiri.
• Belum ada satupun ukuran yang mutlak dalam
pengukuran kelelahan.
• Pengukuran kelelahan hanya mampu mengukur
“indikator” kelelahan saja.
Ergonomi
CTD (CULMULATIVE TRAUMA DISORDER)
• CTD dapat diterjemahkan sebagai Kerusakan
Trauma Kumulative.
• Penyakit ini timbul Karena terkumpulnya kerusakan-
kerusakan kecil akibat trauma berulang yang
membentuk kerusakan yang cukup besar dan
menimbulkan rasa sakit.
• Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang
setiap kali tidak sembuh total dalam jangka waktu
tertentu yang bisa pendek dan bisa lama, tergantung
dari berat ringannya trauma setiap hari, yang
diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan,
pembengkakan dan gejala lainnya.
• Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan
yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah,
penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi
kemampuannya.
• Biasanya gejala yang muncul dianggap sepele
atau dianggap Over Exertion.
1. Over Stretching
2. Over Compressor
• CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat
kerja, apabila dapat dibuktikan terdapat
pemaparan dari dua atau lebih faktor resiko
ergonomi di tempat kerja.
• Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD,
yaitu :
a. Terdapat Posture atau sikap tubuh yang janggal.
b. Gayanya yang melebihi kemampuan jaringan.
c. Lamanya waktu pada saat melakukan posisi
janggal.
d. Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal
per-menit.
• Beberapa contoh CTD :
➢ TENDINITIS
Tendon yang meradang, gejala :
o sakit, bengkak
o nyeri tekan
o lemah ditempat yang terpapar (siku, bahu)

➢ ROTATOR CUFF TENDINITIS


Satu atau lebih dari empat rotator cuff tendon pada
bahu meradang, gejala :
o Sakit
o Gerakan terbatas pada bahu
➢ TENOSYNOVITIS
Pembengkakan pada tendon & sarung yang menutupi
tendon, gejala :
o pembengkakan
o nyeri tekan
o sakit pada tempat yang terpapar (siku, tangan, lengan,
dll)
➢ CARPAL TUNNEL SYNDROME
Penyebab :
o Tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang
melalui pergelangan tangan.
Gejala :
o mati rasa
o kesemutan, pegal
o sakit pada pergelangan tangan
➢ EPICONDYLITIS (TENNIS ELBOW)
Peradangan pada tendon di siku, gejala :
o sakit
o sedikit bengkak
o lemah

➢ WHITE FINGER
Pembuluh darah di jari-jari rusak, gejala :
o pucat di jari-jari
o mati rasa
o perasaan seakan jari terbakar
Kesegaran Jasmani dan Musik
• Untuk dapat melaksanakan pekerjaannya, seorang
tenaga kerja tidak hanya memerlukan makanan yang
sehat dan bergizi dengan nilai kalori cukup sesuai
dengan jenis pekerjaannya, tetapi juga membutuhkan
kesegaran jasmani yang baik pula.
• Meskipun secara fisik tenaga kerja dalam keadaan
sehat, dengan asupan gizi yang cukup, tetapi apabila
tidak segar dan bugar maka tenaga kerja tersebut
dalam melakukan pekerjaannya akan cepat menjadi
lelah.
• Pekerja yang sehat, segar dan bugar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan.
• Mengingat kondisi masing-masing tidak sama,
maka sebaiknya kegiatan kesegaran jasmani perlu
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan masing-masing perusahaan.
• Pengadaan musik ditempat kerja sebaiknya
dilakukan untuk jenis pekerjaan yang monoton
dan pekerjaan tangan (manual work) yang berulang
serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas
mental.
• Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghindari kebosanan dan kejenuhan dalam
bekerja.
“Kenyamanan Suhu dan Faktor Iklim pada Ruang Kerja”
Kenyamanan Suhu dan Faktor Iklim pada Ruang
Kerja
Indoor Climate (Faktor Iklim dalam Ruangan)

(Menurut Grandjean, 1986) Suatu kondisi fisik sekeliling dimana kita


melakukan suatu aktivitas tertentu yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Temperatur udara

2. Temperatur permukaan sekeliling

3. Kelembaban udara

4. Aliran perpindahan udara

Analisa keteraturan panas dalam tubuh manusia meliputi:

1. Temperatur badan 5. Gerakan otot yang cepat

2. Pengendalian proses panas 6. Pertukaran Panas

3. Transportasi panas oleh aliran darah a. Konduksi c. Evaporasi

4. Berkeringat b. Konveksi d. Radiasi


Pertukaran Panas Total
a. Temperatur udara (untuk pertukaran panas melalui konveksi)
b. Aliran udara (juga untuk konveksi)
c. Temperatur yang berdekatan dengan tubuh manusia dinding plafon
(ceiling) dan floor (untuk pertukaran panas secara radiasi)
d. Kelembaban udara relatif (untuk hilangnya panas karena evaporasi
keringat)

Kenyamanan Suhu
• Dasar fisiologi suatu kenyamanan
• Efek sampingan dari suatu ketidaknyamanan
• Daerah temperatur secara fisiologi
• Rentang temperatur yang nyaman
• Empat faktor klimatik dan kenyamanan
a) Temperatur udara c) Kelembaban udara
b) Temperatur permukaan dinding yang berdekatan d) Aliran udara
Keseimbangan Panas dalam Tubuh
Rumus keseimbangan panas dalam tubuh manusia
Menurut (Sanders, 1987)

S = M – E ± R ± C – W ………....…..(1)

Dimana:
S = Kondisi keseimbangan tubuh manusia
M = Metabolisme tubuh
E = Panas yang hilang karena proses evaporasi
R = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses radiasi
C = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses konveksi
W = Aktivitas Kerja
(Jika tubuh dalam keseimbangan maka S = nol)
Rumusan diatas untuk menghitung panas yang hilang karena proses
evaporasi (E) berubah menjadi (jika S=0):

E = M ± R ± C – W………...………...(2)

Dimana:

M = Dapat ditentukan dari pengukuran konsumsi oksigen atau dari data


yang di ketahui dari tabel

R = Dipengaruhi oleh temperatur dari medium yang berdekatan

C = Dipengaruhi oleh temperatur udara sekeliling dan aliran udara

E = Dipengaruhi oleh kelembaban relatif dan aliran udara

W = Ditentukan dari beban kerja


Suatu pengukuran termal ruangan dengan suatu indeks tertentu yaitu
dengan menggunakan WBGT (Wet Globe Temperatur).

Metode pengukuran ini menurut stevenson (1989).

Untuk suatu “indoor work” hanya akan ada dua macam pengukuran
yang dibutuhkan yaitu :

1. Natural wet bulb temperature, diukur dengan termometer merkuri


sederhana (simple mercury thermometer) dengan “bulb”nya dibungkus
dalam suatu pembungkus transparan basah, yang di pengaruhi oleh
temperatur, kelembaban dan pergerakan udara.

2. Globe temperature, diukur dengan menggunakan simple mercury


thermometer dengan bulbnya dibungkus di dalam bola terbuat dari copper
(copper sphere) dengan diameter 150mm, dengan berwarna hitam.
Model Komputasi Ergonomi Secara Grafis

Metode perancangan dengan menggunakan CAD (Computer Aided Design)


cukup dikenal oleh para insinyur karena sumbangsihnya terhadap faktor
fleksibilitas rancang bangun jika dibandingkan dengan metode yang
konvensional.
Sistem CAD yang telah ada menurut Porter (1980) antara lain
adalah sebagai berikut :
BOEMAN dikembangkan oleh Boeing Corporation,washington pada tahun 1969 yang
dipakai untuk evaluasi stasiun kerja pilot.
BUFORD dikembangkan oleh Rockwell International, calofornia. Menggambarkan
model sederhana dari astronot dengan atau tanpa pakaian ruang angkasa.
COMBIMAN dipakai untuk angkatan udara amerika serikat pada tahun 1973 untuk
membantu dalam rancang bangun dan evaluasi stasiun kerja awak pesawat terbang.
CYBERMAN digunakan untuk stasiun kerja interior alat transportasi darat misalnya
mobil fungsi permodelannya adalah untuk evaluasi ergonomi terhadap bentuk
kemiringan segmen dan posisi sambungan tubuh dari operatornya.
SAMMIE Tujuan dari sistem permodelan ini adalah untuk penerapan yang lebih luas
dari permodelan-permodelan yang disebutkan diatas. Sistem ini juga dapat
memberikan sumbangan fungsional antara komponen-komponen yang terdapat
dalam keseluruhan sistem
Shift Kerja
Management Shift Kerja
Seseorang akan berbicara mengenai shift kerja bila dua atau lebih
pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi kerja yang sama

Alasan adanya shift kerja…?

Adanya kebutuhan sosial di lingkungan kerja misalnya

➢ Pekerjaan di rumah sakit


➢ Kepolisian
➢ Perhotelan
➢ perusahaan tranportasi
➢ Restoran
➢ Tempat hiburan
➢ dan lain lain
Aturan jam kerja dalam perputaran waktu

3 shift
• Note : biasanya dengan
beda satu atau 24 jam panjang
dua jam lebih waktu
yang
dulu ditiap shift
sama
sesuai ketentuan
yang berlaku

Shift malam Shift sore Shift pagi


20.00-06.00 14.00-20.00 06.00-14.00
Karakteristik dan kriteria shift kerja

➢ Rotation (berputar)

➢ Permanent (tetap)

Lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam shift kerja

• Jenis shift

• Panjang waktu tiap shift

• Waktu dimulai dan diakhirinya satu shift.

• Distribusi waktu istirahat.

• Arah transisi shift.


Kriteria dalam mendesain suatu shift kerja
• Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan

• Seseorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari 7 hari berturut-turut. Harus ada
waktu libur

• Rotasi shift harus mengikuti matahari

• Buat jadwal yang sederhana dan mudah diingat

Pengaruh shift kerja terhadap kesehatan fisik


umum
➢Gangguan tidur
nya
Mengalami ➢Kelelahan
Para pekerja permasalahan ➢Penyakit jantung
shift malam kesehatan ➢ Tekanan darah
tinggi
➢ Gastrointestinal
Sistem Shift Kerja
Ada beberapa jenis sistem shift kerja yang dikenal perusahaan. Kogi (1985) mencatat empat hal
penting dari sebuah sistem shift, yaitu:
1. Apakah shift kerja tersebut dilakukan pada waktu tidur seseorang yang normal?
2. Apakah kerja dilakukan pada seminggu penuh atau pemasukan hari istirahat diantaranya?
3. Bagaimana pembagian shift yang dilakukan dalam satu hari kerja?
4. Apakah pekerja melakukan shift yang sama setiap hari atau mengalami rotasi dengan shift
lain?
Memilih sistem shift kerja yang sesuai
1. Kesehatan dan Keselamatan kerja
penjadwalan kerja seharusnya diatur sehingga tidak mengganggusistem syaraf secara
berlebihan
2. Performansi kerja
pada beberapa pekerjaan, interaksi yang terjadi pada kesenjangan kebutuhan kerja-kondisi
tubuh dengan kesulitan tidur dapat menimbulkan penurunan secara signifikan pada performansi
dan keselamatan pekerja malam
3. Interaksi Sosial
permasalahan pokok yang berhubungan dengan shift kerja adalah terkadang pekerja tidur saat
kegiatan sosial berlangsung, hal ini menyebabkan pekerja sulit memberikan waktunya kepada
keluarga, berkumpul dengan teman atau berinteraksi pada masyarakat untuk mendapatkan nilai
sosial yang besar
Dari peninjauan psikologis, fisiologis, performansi dan tingkah
laku sosial, rekomendasi berikut patut dijadikan acuan bagi
perencanaan shift kerja, yaitu:
1. Aktivitas kerja harus mengikuti pola kebiasaan tubuh.

2. Pelaksanaan kerja di siang hari lebih disukai.

3. Shift sore harus lebih disukai dari pada shift malam.

4. Bila pembagian shift diperlukan terdapat dua aturan yang berlawanan: (1). Pekerja
hanya melakukan satu shift malam atau sore dalam satu minggu kerja. (2). Secara
permanen melakukan shift malam.

5. Waktu kerja cukup dilakukan 8 jam selama satu shift, tetapi bagi pekerjaan yang
membutuhkan perhatian mental atau fisik tinggi, sebaiknya waktu kerjantya
dipersingkat.

6. Jam kerja minggu yang terkonmpresi sebaiknya dilakukan pada pekerjaan yang rutin.
Contohnya 10 jam pada 4 hari kerja.
Strees
Dari peninjauan psikologis, fisiologis, performansi dan tingkah
laku sosial, rekomendasi berikut patut dijadikan acuan bagi
perencanaan shift kerja, yaitu:
1. Aktivitas kerja harus mengikuti pola kebiasaan tubuh.

2. Pelaksanaan kerja di siang hari lebih disukai.

3. Shift sore harus lebih disukai dari pada shift malam.

4. Bila pembagian shift diperlukan terdapat dua aturan yang berlawanan: (1). Pekerja
hanya melakukan satu shift malam atau sore dalam satu minggu kerja. (2). Secara
permanen melakukan shift malam.

5. Waktu kerja cukup dilakukan 8 jam selama satu shift, tetapi bagi pekerjaan yang
membutuhkan perhatian mental atau fisik tinggi, sebaiknya waktu kerjantya
dipersingkat.

6. Jam kerja minggu yang terkonmpresi sebaiknya dilakukan pada pekerjaan yang rutin.
Contohnya 10 jam pada 4 hari kerja.
Circadian Rhythm

Bermacam-macam fungsi tubuh manusia dan hewan berfluktuasi dalam


siklus 24 jam, dinamakan circadian rhythm (circa dies = kira-kira 1 hari).
Fungsi tubuh ditandai dengan circadian adalah tidur, kesiapan untuk
bekerja, dan banyak proses otonom, vegetatif seperti metabolisme,
temperatur tubuh, detak jantung dan tekanan darah.
Tabel standar internasional bagi pekerja malam
STRESS
Stress bukanlah hanya hal-hal yang membuat cemas melainkan meliputi semua keadaan, baik

sedih maupun bahagia, alergi, sakit fisik, keadaan yang tidak diharapkan, dan sebagainya.

Sehingga hal ini menyebabkan banyak orang yang terus-menerus membawa stress

dipundaknya tanpa pernah menyadarinya. Banyak orang menganggap stress sebagai kondisi

psikologis yang muncul ketika ada persepsi dari ketidakseimbangan antara keinginan

seseorang dan kemampuannya dalam memenuhi keinginan tersebut.

BEBERAPA MACAM STRESS


• 1. Stress Emosional
• 2. Stress Fisik
• 3. Stress Lingkungan
• 4. Stress Asap Rokok
• 5. Stress Hormonal
• 6. Stress Tanggung Jawab
• 7. Stress Alergi
MODEL LIMA TAHAP SEDERHANA DARI STRESS
KELELAHAN
Kelelahan merupakan konsekuensi kehabisan persediaan energi tubuh, baik
secara fisik maupun mental. Misalnya kelelahan ini akibat dari kebanyakan
tugas pekerjaan dengan proses psikologis yang lebih halus.

Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan


peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil untuk
menyelesaikan suatu siklus aktivitas.
KONDISI DALAM
LINGKUNGAN KERJA DAN
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
1. PENCAHAYAAN
1. PENCAHAYAAN
A. Definisi Cahaya

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Pencahayaan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan merupakan salah satu faktor penting dalam
meningkatkan kenyamanan dalam bekerja. Pencahayaan yang kurang baik dapat menyebabkan berbagai
keluhan kesehatan khususnya pada kesehatan mata. Beberapa keluhan yang terkait dengan pencahayaan yang
kurang baik di tempat kerja adalah sakit kepala, kelelahan mata, mata kering, mata perih, serta keluhan pada
leher dan bahu.

Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik.
Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya, tetapi juga dari kualitasnya.

Kuantitas dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio
pencahayaan pada ruangan. Selain aspek kuantitas dan kualitas pencahayaan, perlu juga memperhatikan
aspek efisiensi konsumsi energi dengan memanfaatkan cahaya alam untuk mendapatkan keuntungan yang
besar

Cahaya alam yang masuk melalui jendela dapat dipakai sebagai sumber pencahayaan di dalam bangunan,
sekaligus upaya untuk menghemat energi. Oleh karena itu perlu strategi desain pencahayaan dengan
memanfaatkan cahaya alam secara optimal. Desain pencahayaan yang optimal meliputi: optimasi kuantitas
cahaya langit, menjaga kenyamanan visual, dan menjaga kesejukan, serta menghemat energi(Harten P.Van,
B. SYARAT PENCAHAYAAN YANG BAIK UNTUK BEKERJA

Instalasi Pencahayaan
Pencahayaan dimaksudkan untuk :
• Melihat obyek dengan jelas
• Memudahkan pekerjaan
• Menghindari kecelakaan kerja
• Meningkatkan kesan menyegarkan
• Membantu menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman

C. SUMBER CAHAYA :
• Penerangan alami: Berapa banyak cahaya matahari mencapai di dalam sebuah ruangan, tergantung pada jumlah
dan arah sinar matahari, awan, dataran lokal, dan musim. Selain itu, ukuran, orientasi dan kebersihan dari
jendela adalah penting. Jumlah cahaya matahari memasuki tempat kerja dapat dikendalikan dengan kaca
berwarna, fentilasi, dan tirai sehingga tidak menyebabkan silau atau membuat area kerja terlalu terang.
• Penerangan buatan (lampu) : Jumlah cahaya, warna cahaya itu sendiri, dan warna yang bervariasi dengan objek
yang tampil harus sesuai dengan tempat kerja dan tugas
D. KEGUNAAN PENCAHAYAAN DITEMPAT KERJA

Untuk melihat dengan mudah pekerjaan-pekerjaan yang bersifat visual, dapat memberikan lingkungan
kerja yang aman dan menjaga/mempertahankan efesiensi kerja

E. JENIS PENCAHAYAAN
❑ Cahaya (Penerangan) Alami berasal dari matahari
❑ Cahaya (Penerangan) Buatan berasal dari lampu

Penerangan Alami yang baik


❑ Jarak antara gedung-gedung atau bangunan-banguna harus sedemikian rupa tidak menganggu masuknya
cahaya kedalam ruangan
❑ Setiap tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk melakukan pekerjaan

F. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Mata


❑ Kelelahan Mata
❑ Kelelahan Mental
❑ Keluhan Pegal di Daerah Mata
❑ Kerusakan Indera Mata
❑ Meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja
G. AKIBAT YANG DITIMBULKAN DARI PENCAHAYAN TERHADAP PERSEPSI
➢ Kualitas pencahayaan yang memadai merupakan salah satu aspek yang mendukung terlaksananya suatu
aktivitas. Aktivitas seperti membaca, menulis atau mengerjakan tugas akan membutuhkan standar
tingkat kualitas pencahayaan yang berbeda. Untuk mengukur terpenuhinya standar tingkat kualitas
pencahayaan masing-masing pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
pengukuran langsung menggunakan lux meter atau dengan mengetahui persepsi pengguna terhadap
cahaya.
➢ Menurut Siderus, persepsi pengguna terhadap pencahayaan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni kontras
antara detail pekerjaan dengan tempat pekerjaan itu dilakukan, intensitas pencahayaan, jenis
pekerjaan dan lama waktu pekerjaan (Achsani,2015)
➢ Achsani (2015) dalam penelitiannya menunjukkan adanya karakteristik penggunaan pencahayaan alami
yang terletak disamping meja kerja, penggunaan pencahayaan alami berupa lampu ruangan dan
penggunaan kedua pencahayaan dengan karakteristik diatas akan memberikan kualitas pencahayaan
yang memadai
➢ Berdasarkan persepsi pengguna, kualitas pencahayaan yang memadai adalah yang memberikan intensitas
pencahayaan sesuai standar
➢ Konsep kualitas pencahayaan pada masingmasing pekerjaan menyimpulkan bahwa pelajar/ mahasiswa
merumuskan kualitas pencahayaan ideal dengan adanya sebuah konsep integrasi antara pencahayaan
alami, buatan dan interior. Desainer masih akan melakukan pilihan antara pencahayaan alami dan
buatan yang dirasa akan memenuhi kualitas pencahayaan yang dibutuhkannya. Karyawan swasta lebih
melihat dari segi kualitas seperti intensitas dan efek yang dihasilkannya.
➢ Dosen memilih bahwa adanya sistem bangunan yakni terkait kontroling akan
membuat kualitas pencahayaan yang memadai. Penelitian terhadap persepesi
pengguna atas tingkat pencahayaan di sekelilingnya merupakan hal yang penting
untuk dibahas. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah subjek dari arsitektur,
desain yang dibuat haruslah mem-buat pengguna merasa nyaman untuk tinggal
didalamnya. Penelitian ini mengambil responden dengan jenis pekerjaan yang
berbeda-beda dan jumlah responden yang sedikit, sehingga kesimpulan hanya
dapat sebatas eksploratorif dan kurang dapat digeneralisasi. Konsep pencahayaan
ideal diatas masih perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat bagaimana konsep
tersebut akan mendukung pengguna melaksanakan aktivitasnya secara nyata.

H. ALAT PELINDUNG DARI CAHAYA


Alat – alat pelindung mata ( Eyes Protection ) dan muka
Fungsi alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya , paparan partikel-
partikel yang melayang di udara dan di badan air. Percikan benda-benda kecil panas, atau
uap panas,radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion ,
pancaran cahaya , benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman ( spectacles )
goggles, tameng muka ( face shield ). Masker selam , tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan ( full face masker )
http://medansafety.com/fungsi-jenis-alat-pelindungan-diri/
I. DAMPAK FISIK DAN PSIKOLOGIS YANG DITIMBULKAN
DARI PENCAHAYAAN

DAMPAK FISIK :
1. Kelelahan Mata
Dulhadi (1994), mengatakan penerangan yang kurang dari cukup intensitasnya akan
menyebabkan kelelahan pada mata yang sangat membahaya karyawan. Sistem
pencahayaan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan (Tarwaka dkk., 2004). Kelelahan
adalah fungsi mekansime perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan serius yang
berdampak menurunnya effisiensi kerja dan kapasitas kerja serta ketahanan
tubuh. Menurut Dessler (1997) bahwa kelelahan pada individu dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja.
2. Keluhan Pegal di daerah mata
Pencahayaan yang tidak memadai akan menyebabkan kelelahan pada otot dan saraf mata
yang berlanjut pada kelelahan lokal mata dan akhirnya kelelahan keseluruhan fisiologis
pada seorang pekerja. Kelelahan yang timbul kemudian akan mengakibatkan turunnya
konsentrasi kerja, meningkatkan tingkat kesalahan dalam bekerja yang berujung pada
tingginya cacat produksi.
3. Kerusakan Indera mata
4. Meningkatnya kecelakaan kerja
Menurut Lianto & Kurniawan (2002), penerangan yang terlalu besar membuat rasa panas
dan menimbulkan kegelisahan, sebaliknya penerangan yang kurang dapat mempengaruhi
DAMPAK PSIKOLOGIS
1. Kelalahan Mental
Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara
jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik,
akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan
ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram mengakibatkan mata
pekerja makin cepat lelah karena mata akan berusaha untuk melihat, dimana lelahnya
mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa
menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan.

Keuntungan pencahayaan yang baik :


a. Meningkatkan semangat kerja.
b. Produktivitas.
c. Mengurangi kesalahan.
d. Meningkatkan housekeeping.
e. Kenyamanan lingkungan kerja.
f. Mengurangi kecelakaan kerja.
Cara Pengendalian Terhadap Penerangan
Pengendalian terhadap penerangan buruk dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengendalian secara teknis
• Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dengan menggunakan
kaca pembesar dan kaca pembesar dan layer monitor.
• Memperbesar intensitas penerangan.
• Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.
• Bila menggunakan penerangan alami, harus diperhatikan agar jalan
masuknya sinar tidak terhalang.

b. Pengendalian secara administrative


Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian tinggi,
memperkerjakan tenaga kerja yang berusia relatif masih muda dan tidak
menggunakan kacamata adalah lebih baik.
Menjaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu dan perangkatnya
penting untuk diperhatikan. Perawatan tersebut sebaiknya dilakukan
minimal 2 kali dalam 1 tahun, karena kotoran atau debu yang ada
ternyata dapat mengurangi intensitas penerangan.
Berikut ini adalah jenis umum dari lampu.
Tabel
Light Bulbs *

Jenis Aplikasi Umum Efisiensi Warna Rendering **

Pijar rumah miskin baik

Berpendar kantor baik adil baik

Air raksa pabrik, kantor adil adil moderat

Sodium tekanan rendah jalan raya baik miskin

Natrium tekanan tinggi pabrik, komersial baik adil baik

Halida logam pabrik, komersial baik baik

*yang sering disebut sebagai lampu dalam publikasi teknis banyak. Ada tiga jenis dasar
** Warna render efek cahaya pada warna objek.
pencahayaan:
• umum,
• lokal-umum, dan
J. KONDISI DAN TATA LETAK
MATA TERHADAP CAHAYA Lokal-penerangan umum menggunakan perlengkapan
Penerangan umum menyediakan ‘overhead’, selain perlengkapan langit-langit untuk
pencahayaan yang cukup meningkatkan tingkat pencahayaan untuk penggunaan
seragam. Sebuah contoh : perlengkapan tertentu.
langit-langit yang menyala di area yang
luas

Lokal (atau tugas) pencahayaan meningkatkan tingkat


cahaya di atas pekerjaan dan lingkungan
sekitarnya. Pencahayaan setempat sering memungkinkan
pengguna untuk menyesuaikan dan kontrol pencahayaan
dan menyediakan fleksibilitas untuk setiap pengguna.
Berbagai jenis lampu dirancang untuk mendistribusikan cahaya dalam cara yang berbeda. Perlengkapan ini
dikenal sebagai:
• langsung,
• langsung-tidak langsung,
• tidak langsung, dan
• terlindung (berbagai jenis).

Langsung : 90 sampai 100 persen dari cahaya mereka ke bawah menuju area kerja. Pencahayaan langsung
cenderung untuk menciptakan bayangan.

Langsung-tidak langsung : mendistribusikan cahaya lampu yang sama ke atas dan ke bawah. Mereka
memantulkan cahaya dari langit-langit dan permukaan ruangan lainnya. Sedikit cahaya dipancarkan
horizontal, berarti dapat mengurangi silau.
Tidak langsung : mendistribusikan 90 sampai 100 persen dari cahaya ke atas. Dinding langit-langit dan bagian
atas harus bersih dan sangat reflektif untuk memungkinkan cahaya untuk mencapai area kerja. Mereka
menyediakan penerangan yang paling baik dari semua jenis, dan paling sedikit silau. Jenis ini biasa digunakan di
kantor.

Terlindung : menggunakan diffusers, lensa, dan tirai untuk menutupi lampu dari pandangan langsung, sehingga
membantu untuk mencegah silau dan mendistribusikan cahaya. Diffusers yang tembus atau semi-transparan
(tembus) mencakup dibuat biasanya dari kaca atau plastik. Mereka digunakan pada bagian bawah atau sisi
lampu untuk mengontrol kecerahan.
Macam Instalasi Pencahayaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
dan Industri, standar pencahayaan di tempat kerja (perkantoran) minimal adalah 100 lux.
Pencahayaan yang baik di tempat kerja bermanfaat untuk:
1. Mampu mengurangi risiko kecelakaan kerja dan masalah kesehatan
2. Konsentrasi dan ketelitian yang lebih baik di tempat kerja
3. Tempat kerja yang lebih terang, lebih bersih sehingga menghasilkan lingkungan yang aktif
dan bersemangat
4. Hasil kerja yang baik
5. Visibilitas dan ketelitian yang lebih baik serta meningkatkan kecepatan kerja dalam
menghasilkan produk
Sistem manusia-mesin adalah suatu proses yang
dinamis dari suatu presentasi visual indera penglihatan.
Kebanyakan desain tersebut lebih mengutamakan
faktor kesan (impression) dari pada faktor
fungsionalnya, sehingga tidak sedikit jumlah
kecelakaan kerja (operartor industri).
Display berfungsi sebagai suatu “sistem
komunikasi” yang menghubungkan antara fasilitas
kerja maupun mesin kepada manusia. Yang bertindak
sebagai mesin dalam hal ini adalah stasiun kerja dengan
perantaraan alat peraga sedangkan manusia disini
berfungsi sebagai operator yang dapat diharapkan
untuk melakukan suatu respon yang diinginkan.
Tujuannya adalah untuk memberikan informasi tentang
nilai kuantitatif dari suatu variabel. Contoh : temperatur

 Perancangan dasar untuk alat peraga kuantitatif


- skala tetap dengan jarum penunjuk berputar
- skala berputar dengan jarum penunjuk tetap
- alat peraga numerik
Pada alat ini operator biasanya lebih tertarik pada
nilai approksimasi dari variabel komtinyu.
Ada 3 macam cara untuk pembacaan kualitatif :
1. Untuk menentukan status variabel
2. Untuk menjaga suatu kondisi nilai tertentu
3. Mengamati kecenderungan perubahan, kecepatan
perubahan dan lain-lain
Check Reading merupakan aktivitas pengontrolan
apakah sesuatunya berjalan normal atau abnormal.
Check reading terjadi juga dalam kasus untuk
pembacaan kualitatif.
Status Indicator merupakan suatu instrumen kualitatif
yang digunakan check reading atau identifikasi status
tertentu, instrumen tersebut dapat dirubah menjadi
indikator penunjuk.
contoh status indikator berupa lampu seperti Traffic
Lights dengan banyak warna (merah, kuning, hijau).
Heglin (1973) memberikan beberapa alternatif pertimbangan untuk
pemilihan alat peraga sebagai berikut:
a. Secara umum, dipilih jarum penunjuk bergerak dengan skala tetap
(moving pointer, fixed scale).
b. Jika nilai dari variabel numerik lebih ditonjolkan seperti: “lebih-kurang”
atau “atas-bawah”
c. Tidak dicampur-adukan berbagai macam penggunaan indikator skala dan
jarum penunjukanya, untuk menghindari kesalahan baca yang diakibatkan
informasi yang bersifat anagonis.
d. Agar didapat kompatibilita yang tinggi, maka arah gerakan dari kontrol/
pengendali dan alat peraga harus jelas.
e. Perubahan pergerakan/perubahan variebel kuantitas
f. Adanya nilai numerik jika diinginkan.
Sistem kontrol adalah suatu sistem
yang membahas tindakan manusia untuk
merubah keadaan mesin.
Sebagian dari sistem teknologi,
sistem kontrol seringkali dirancang
untuk membuat mesin menjadi lebih
canggih dibandingkan dari manusianya.
• Fungsi kontrol tidak jelas.
• Membutuhkan terlalu banyak cara pengoperasian.

• Petunjuk pengoperasian yang tidak standard atau tidak layak.

• Lokasi yang tidak semestinya agar pengontrolan mesin mudah


diamati.
• Dapat dioperasikan dengan kurang hati-hati

• Tidak ada umpan balik atas respon pengoperasian kontrol.

• Dalam posisi yang tidak standard.


 Definisi fungsi kontrol yaitu apakah yang akan dilakukan terhadap
mesin dan jenis masukan mana yang diperlukan.
 Ketentuan pada bagian tubuh digunakan untuk mengoperasikan
kontrol dan rancangannya
 Menempatkan tempat kontrol dengan tepat dalam sudut pandang
bagian-bagian tubuh yang akan digunakan
 Jarak atau ruang kontrol untuk menghadapi kecelakaan atau
gangguan dalam pengoperasian di tempat kerja
 Lindungi kontrol dimana kecelakaan pada waktu pengoperasian
akan membahayakan
 Tempat kontrol agar dioperasikan dengan nyaman ketika operator
mempunyai pandangan yang penuh terhadap situasi mesin yang
sedang di kontrol
 Penentuan tempat dan pengenalan kontrol membuat pergerakan-pergerakan
mereka dapat digabungkan dengan gerakan mesin yang sedang dikontrol
 Dimana tata letak yang standar untuk kontrol yang ada akan ditempatkan
menurut posisi yang sesuai
 Mempertimbangkan apakah ada popoulasi dengan bentuk yang tetap yang
akan mempengaruhi cara manusia yang akan mencoba lebih alami untuk
mengoperasikan kontrol
 Menggunakan kontrol penyesuian yang terpisah (bunyi berhenti) atau
susuna tombol-tekan lebih baik daripada kontrol yang berkesinambungan
ketika suatu nilai terpisah harus selalu di tempatkan
 Menggunakan kontrol yang berkesinambungan hanya ketika menyesuaikan
ketepatan
 Membuat kontrol lebih mudah diidentifikasikan
 Dalam suatu panel pengontrol, secara fungsional kombinasi
kontrol-kontrol harus dioperasikan dalam suatu susunan
 Melengkapi beberapa umpan balik pada operator karena
gerakan kontrol sudah cukup dan telah terdaftar pada mesin
 Membangun beberapa ketahanan pada kontrol dengan cara
lain juga memelihara ditempat yang terang dan keras
BAB 14
Kecakapan dan keputusan manusia tertentu
tidak selalu dapat diasumsikan sehingga
menimbulkan masalah:
1. Kesulitan menjaga kecakapan dalam jangka
waktu yang cukup lama
2. Keputusan yang disertai dengan tanggung
jawab yang besar
3. Kurangnya komunikasi antar manusia
4. Pengaruh kelelahan,obat-obatan,dan alkohol.
Kinerja dari suatu sistem sering dibatasi oleh
karakteristik manusia yang meliputi:
1. Waktu respon manusia
2. Waktu respon sebagai fungsi jumlah alternatif
keputusanya
3. Daya Ingat jangka pendek
4. Kewaspadaan
5. Kelelahan kerja
6. Kelelahan Otot
7. Batasan Untuk pembebasan otot statis
secara umum ditandai dengan :
Kelelahan visual (indera penglihatan), kelelahan
seluruh tubuh, Kelelahan mental, kelelahan urat
syaraf , stress, rasa malas bekerja, dan
mengantuk.
EVALUASI Terhadap kelelahan secara umum
Beberapa pendekatan:

1. Kuantitas dan kualitas output


2. Frekuensi dari flicker –fusion
3. Tes psychomotor
Rasa bosan dapat dikategorikan sebagai
kelelahan. Rasa bosan ini merupakan
manifestasi dari reaksi adanya suasana
monoton dalam pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai