Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan teori keagenanan

(agency theory), Jensen dan Meckling (1976) memperkenalkan agency

theory sebagai sebuah kontrak antara agent yang berperan sebagai

manajemen dan principal yang berperan sebagai pemilik. Agency theory

menggambarkan suatu hubungan perwakilan (agency) yang terjadi akibat

adanya perjanjian antara satu pemilik (principal) menggunakan wakilnya

yaitu perusahaan dan manajer (agent) dalam melakukan kegiatan untuk

kepentingan pemilik. Teori ini mengasumsikan bahwa pemilik dan manajer

mempunyai kepentingan sendiri sehingga terjadi konflik kepentingan (Darya

& Puspitasari, 2017). Principal mempunyai kepentingan untuk mendapatkan

dan memaksimalkan keuntungan sedangkan pihak manajemen sebagai agent

memiliki tugas untuk memenuhi kepentingan principal. Prinsipal merupakan

pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama

prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal

untuk menjalankan perusahaandan melaporkan informasi keuangan

perusahaan berupa laporan keuangan. Karena kepentingan kedua pihak tidak

selalu sejalan, maka sering terjadi benturan kepentingan antara prinsipal

dengan agen kondisi ini yang dikenal sebagai moral hazard dan menimbulkan
asimetri informasi. Adanya asimetri informasi dapat menciptakan

kebutuhan akan adanya pihak ketiga yang independen yaitu auditor untuk

memeriksa dan memberikan assurancepada laporan keuangan yang dibuat

oleh manajemen (Wau et al., 2020)

Hubungan antara Teori Keagenan (Agency Theory) terhadap

kualitas audit sangatlah erat, karena Teori Keagenan dapat membantu auditor

sebagai pihak ketiga dalam memahami adanya konflik kepentingan dan

memecahkan masalah asimetri informasi antara principal (pemegang saham)

dengan agent (manajemen). Hubungan keagenan yang ada antara pemilik

(pemegang saham) dan manajer perusahaan mengharuskan jasa auditor yang

mengeluarkan pendapat pada laporan keuangan harus menjadi pandangan

yang tidak bias dan tidak memihak terhadap aktivitas keuangan perusahaan

yang lain agar bermanfaat bagi pengguna (Andriani, 2018)

Daya tarik teori keagenan terletak pada kenyataan bahwa teori ini

mengaitkan peran akuntansi sebagai bagian dari mekanisme pengawasan dan

pengikatan yang berhubungan erat dengan peran pengelolaan akuntansi

tradisional. Perhatian diarahkan pada hubungan agen tertentu, terutama yang

telah dipertimbangkan secara rutin oleh teori akuntansi positif (Andriani,

2018). Teori keagenan memiliki hubungan dengan profesi akuntan publik

dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan entitas serta meninjau

kinerja manajemen dalam memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai oleh

pemilik perusahaan. Keterkaitan antara teori keagenan dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah penelitian ini akan meneliti kualitas audit yang

dihasilkan oleh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Jakarta dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Seperti yang telah diuraikan

diatas, kepentingan antara prinsipal dan agen sering kali berbeda, auditor

sebagai pihak eksternal menjadi perantara dalam mengatasi konflik

kepentingan untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi.

Hubungan antara auditor dengan klien seharusnya mampu

mengakomodasi kualitas audit yang optimal. Masa perikatan yang terlalu

singkat waktunya dapat menyebabkan pengetahuan spesifik tentang klien

masih sedikit sehingga kualitas audit rendah. Jika terlampau panjang bisa

menyebabkan turunnya independensi dan obyektivitas akibat keakraban

berlebihan antara kedua pihak (Permana, 2019). Mgbame, et al.(2017)

dalam penelitian yang dilakukan di Nigeria membuktikan secara empiris

bahwa adanya hubungan negatif antara masa perikatan (audit tenure)dengan

kualitas audit. Jadi, untuk masa perikatan audit yang berhubungan dengan

hasil audit yang berkualitas masih diperdebatkan sebagai temuan

yang dapat menunjukan pengaruhnya terhadap kualitas audit.

2.2 Audit

2.2.1 Pengertian Audit

Akuntansi Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) atau bisa disebut

Auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan

sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang

telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-

bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan opini mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.


Auditing merupakan akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi

untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi serta

kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang

kompeten dan independen (Jasmadeti et al., 2018)

Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat

kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan, ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, audit adalah

pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau

organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.

Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan

mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang

tindakantindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk

menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. (Listiya & Aulia, 2019)


2.2.2 Jenis-Jenis Audit

a. Audit Keuangan

Audit keuangan adalah audit atas laporan keuangan suatu

entitas (perusahaan atau organisasi) yang akan menghasilkan

pendapat (opini) pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi dan

kelengkapan laporan-laporan ini.

b. Audit Operasional

Audit operasional adalah review dari setiap bagian dari

prosedur operasi standar organisasi dan metode yang diterapkan

suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi,

efektivitas dan ekonomi.

c. Audit ketaatan

Audit ketaatan adalah proses bekerja untuk menentukan

apakah auditee telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan-

aturan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas.

d. Audit Investigastif

Investigasi Audit adalah: “Serangkaian kegiatan untuk

mengenali, mengidentifikasi dan uji secara rinci informasi dan

fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya

dalam rangka pembuktian untuk memdukung penuntutan dengan

penyimpangan yang dapat merugikan keuangan entitas

(perusahaan / organisasi / negara / wilayah).”

2.2.3 Tujuan Dilakukannya Audit


a. Kelengkapan, untuk memastikan bahwa semua transaksi telah

dicatat atau dalam jurnal yang sebenarnya telah disertakan.

b. Akurasi, untuk memastikan transaksi dan saldo memperkirakan

bahwa ada telah dicatat oleh jumlah yang benar, perhitungan yang

benar, dilkasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.

c. Keberadaan, untuk memastikan bahwa semua asset dan kewajiban

yang tercatat memiliki keberadaan atau terjadinya tanggal tertentu,

sehingga transaksi dicatat harus benar-benar terjadi dan bukan

fiktif.

d. Penilaian, untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum telah diterapkan dengan benar.

e. Klasifikasi, untuk memastikan bahwa transaksi yang tercantum

dalam jurnal dikalsifikasikan dengan tepat. Jika keseimbangan ini

terkait dengan sosok termasuk klien yang terdaftar telah

diklasifikasikan dengan tepat.

f. Akurasi, untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada

tanggal yang benar, rincian saldo rekening sesuai dengan jumlah

buku. Serta jumlah saldo telah dilakukan dengan benar.

g. Batas split, untuk memastikan bahwa transaksi dekat dengan

tanggal neraca dicatat pada periode yang tepat. Transaksi ini akan

mencatat transaksi dengan cepat mendekati akhir periode

akuntansi.
h. Pengungkapan, untuk memastikan bahwa rekening dan persyaratan

pengungkapan berkaitan dengan adil telah disajikan dalam laporan

keuangan dan menjelaskan isi dan catatan dalam laporan.

2.3 Ukuran Perusahaan Klien

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala di mana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang dihubungan dengan

financial perusahaan. Di mana perusahaan yang besar dipercayai dapat

menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya

daripada perusahaan kecil. Seiring dengan pertumbuhan ukuran perusahaan,

akan membuat prinsipal semakin sulit dalam memonitor tindakan agen, yang

kemungkinan cenderung memaksimalkan keuntungan pribadinya daripada

keuntungan prinsipal (Wau et al., 2020)

Perusahaan yang lebih besar umumnya akan mendapatkan lebih

banyak perhatian dari pihak eksternal, seperti investor, analisis, maupun

pemerintah. Oleh sebab itu perusahaan akan menghindari fluktuasi laba yang

terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan

pertambahan kewajiban seperti pajak. Perusahaan yang besar akan cenderung

berusaha untuk melaporkan perolehan laba yang stabil setiap tahunnya

(Yatulhusna, 2019).

Ukuran Perusahaan juga menjadi salah satu faktor pengaruh dari

kualitas audit. Ukuran perusahaan besar memiliki sistem pengendalian

internal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini membuktikan

bahwa dengan pengendalian internal yang baik akan meningkatkan kualitas


audit, seiring dengan mudahnya auditor untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkannya. Begitu pula sebaliknya dengan pengendalian internal yang

lemah, maka kualitas audit akan menurun, karena auditor harus bekerja

dengan lebih keras (Sinaga, 2017). Sehingga hasil ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Indikator ukuran perusahaan klien yang dihitung menggunakan

logaritma natural atas total asset perusahaan klien.

2.4 Rotasi Audit

Rotasi audit merupakan pergantian akuntan publik dimana akuntan

publik di Indonesia hanya dapat mengaudit laporan keuangan perusahaan

maksimal 3 tahun berturut-turut (Andriani dan Nursiam, 2018). Peraturan

mengenai rotasi Audit diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Nomor 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik yang berisi;

pemberian jasa audit atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh

KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang

Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Menurut Sulthon dan Cahyonowati (2015:1) Kementrian keuangan

mengeluarkan peraturan ini dikarenakan berkurangnya kepercayaan para

pengguna laporan keuangan atas independesi dari auditor. Menurut Nadia

(2015:113) peraturan mengenai rotasi auditor dibuat dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas audit berdasarkan pada asumsi bahwa semakin lama

hubungan antara auditor (baik partner audit (AP) maupun Kantor Akuntan

Publik (KAP)) dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor.

Rotasi wajib KAP diterapkan sebagai upaya dalam meningkatkan


independensi auditor melalui pembatasan tenur, sehingga dapat mengurangi

ancaman “keakraban” auditor dengan klien. (Ryken dkk, 2007 dan GAO,

2003) dalam (Nadia, 2015:117).

Rotasi audit diukur dengan variabel dummy yaitu nilai 1 jika terjadi

rotasi auditor, nilai 0 jika tidak terjadi rotasi auditor.

2.5 Audit Tenure

Myers et al. menyatakan bahwa audit tenure adalah jumlah tahun

auditor tinggal bekerja dalam sebuah perusahaan (klien). Tenure (masa

penugasan) suatu KAP ditentukan oleh manajemen dari klien. Klien dapat

melakukan rotasi KAP baik secara sukarela (voluntary) ataupun disebabkan

karena ada sesuatu yang mewajibkan (mandatory).

Audit tenure adalah lamanya hubungan auditor dengan klien yang

diatur dengan jumlah tahun (Juniadi dan Jugiyanto, 2019). Audit tenure

dikaitkan dengan dua kontrak yakni keahlian auditor dan insentif ekonomi.

Audit tenure dikaitkan dengan keahlian auditor yang dimiliki. Auditor dapat

memperoleh pemahaman yang lebih baik dari proses bisnis klien dan risiko.

Selain itu audit tenure terkait dengan kewaspadaan terhadap keakraban

auditor dengan klien. Semakin tinggi kualitas auditor maka perikatan akan

diperpanjang. Kedua, audit tenure dapat menciptakan insentif ekonomi bagi

auditor sehingga menjadi kurang mandiri. Adanya hubungan antara auditor

dengan klien dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan akan

menimbulkan hilangnya independensi auditor. Hilangnya independensi dapat

dilihat dari semakin sulitnya auditor untuk memberikan opini audit going

concern.
Dengan ditetapkannya peraturan yang mewajibkan rotasi audit,

banyak KAP yang melakukan perubahan komposisi partner audit untuk

mensiasati kewajiban melakukan rotasi. Sebagian besar rotasi yang terjadi

setelah tahun 2003 adalah rotasi semu. Rotasi semu terjadi jika perubahan

nama KAP dengan cara mengubah komposisi partner audit seolah-olah telah

terjadi rotasi, padahal KAP-nya tidak berubah. Sedangkan rotasi riil terjadi

jika pergantian KAP yang mengaudit suatu perusahaan bukan hanya

perubahan komposisi partner tetapi perubahan nama KAP. Hal ini membuat

tenure KAP terbagi menjadi tenure semu dan tenure riil.

Menurut Deis dan Giroux menjelaskan bahwa probabilitas untuk

menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan

probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor.

Maka dengan meningkatnya kompetensi audit maka dengan semakin

lamanya penugasan audit maka kualitas audit semakin meningkat.

Di ukur dengan menghitung jumlah tahun sebuah KAP mengaudit

laporan keuangan sebuah perusahaan secara berurutan.

2.6 Kualitas Audit

2.6.1 Pengertian Kualitas Audit

Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu

pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Berdasarkan Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor

dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan.

Standar pengauditan mencakup mutu professional, auditor independen,


pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan

penyusunan laporan audit.

Hubungan antara Teori Keagenan (Agency Theory) terhadap kualitas

audit sangatlah erat, karena Teori Keagenan dapat membantu auditor sebagai

pihak ketiga dalam memahami adanya konflik kepentingan dan memecahkan

masalah asimetri informasi antara principal (pemegang saham) dengan agent

(manajemen). Hubungan keagenan yang ada antara pemilik (pemegang

saham) dan manajer perusahaan mengharuskan jasa auditor yang

mengeluarkan pendapat pada laporan keuangan harus menjadi pandangan

yang tidak bias dan tidak memihak terhadap aktivitas keuangan perusahaan

yang lain agar bermanfaat bagi pengguna.

Audit sebagai suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan

menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan

keuangan.

Audit sendiri dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu proses

sistimatis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk

menetapkan tingkat kesesuaian antara asersiasersi tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasil kepada para pengguna

yang berkepentingan (Taylor dan Glezen) dalam Simanjuntak (2008).

2.6.2 Pengukuran Kualitas Audit


Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik

Indonesia No. 01 Tahun 2007 mengenai Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN), pengukuran kualitas audit didasarkan pada hal-hal berikut

ini, diantaranya yaitu:

a. Kualitas Proses (keakuratan temuan audit, sikap skeptisme)

Besarnya manfaat yang dipatahkan dari pekerjaan

pemeriksaan tidak terletak pada temuan yang dilaporkan atau

rekomendasi yang dibuat, namun terletak pada efektifitas

penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa selain itu,

audit harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur sembari terus

mempertahankan sikap skeptisme.

b. Kualitas Hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat

audit)

Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk

menindaklanjuti rekomendasi dan juga menciptakan serta memelihara

suatu proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak lanjut

atas rekomendasi pemeriksa.

c. Kualitas tindak lanjut hasil audit

Pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen

memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Perhatian

secara terus menerus terhadap temuan hasil pemeriksaan yang

material serta rekomendasinya bisa membantu pemeriksa untuk

menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.


Di ukur dengan variabel dummy, yaitu kualitas audit yang

dihasilkan dari KAP Big Four yang bernilai = 1, dan KAP Non Big Four

yang bernilai = 0.

2.7 Penelitian Terdahulu

Variabel
No. Nama Peneliti Judul Penelitian yang Hasil Penelitian
Digunakan
1 Ahmad Buchori PENGARUH Ukuran Ukuran perusahaan

dan Harry UKURAN Perusahaan klien secara parsial

Budiantoro PERUSAHAAN Klien, berpengaruh

(2019). KLIEN, AUDIT Audit positif dan

Jurnal Pajak, TENURE, DAN Tenure, signifikan terhadap

Akuntansi, SPESIALISASI Spesialisasi kualitas audit,

Sistem AUDITOR Audidor yakni audit tenure

Informasi, dan TERHADAP dan secara parsial

Auditing KUALITAS Kualitas berpengaruh

Vol. 1, No. 1 AUDIT Audit negative dan

signifikan terhadap

kualitas audit,

spesialisasi auditor

secara parsial

berpengaruh

positif dan
signifikan terhadap

kualitas audit.

2 Dian Sisca PENGARUH Rotasi Rotasi Audit

Lesmanawati ROTASI AUDIT Audit, Kantor Akuntan

dan Sumarni DAN AUDIT Audit Publik, Audit

(2017) TENURE Tenure dan Tenure Kantor

Jurnal Akuntansi TERHADAP Kualitas Akuntan Publik

ISSN.2087-9261 KUALITAS Audit berpengaruh

Vol.11 No.2 AUDIT terhadap kualitas

DENGAN audit dengan

METODE menggunakan

AKRUAL pengukuran akrual

DISKRESIONER diskresioner, Audit

PADA Tenure Kantor

PERUSAHAAN Akuntan Publik

MANUFAKTUR berpengaruh

YANG terhadap kualitas

TERDAFTAR DI audit dengan

BURSA EFEK menggunakan

INDONESIA pengukuran akrual

diskresioner.

3 Andreas PENGARUH Ukuran Ukuran

Berikang, Lintje UKURAN Perusahaan Perusahaan Klien

PERUSAHAAN Klien, mempengaruhi


Kalangi dan KLIEN DAN Rotasi kualitas audit

Heince Wokas ROTASI AUDIT Audit dan secara positif pada

(2018) TERHADAP Kualitas perusahaan

Jurnal Riset KUALITAS Audit manufaktur di BEI.

Akuntansi AUDIT PADA Rotasi tidak

Going Concern PERUSAHAAN berpengaruh

Vol.13 No.13 MANUFAKTUR terhadap kualitas

YANG audit pada

TERDAFTAR DI perusahaan

BURSA EFEK manufaktur di BEI.

INDONESIA

TAHUN 2012-

2015

4 LISTIYA IKE PENGARUH Fee Audit, Semakin besar fee

PURNOMO, FEE AUDIT, Audit audit yang

JIHAN AULIA AUDIT Tenure, dibayarkan oleh

(2019) TENURE, Rotasi perusahaan maka

Eko Preneur ROTASI AUDIT Audit, akan semakin baik

Vol.1 No.1 DAN REPUTASI Reputasi pula pekerjaan

E-ISSN: 2716- AUDITOR Auditor, seorang auditor

2869 TERHADAP Kualitas dalam pemeriksaan

P-ISSN: 2716- KUALITAS Audit. laporan

2850 AUDIT keuangannnya

sehingga dapat
mempengaruhi

kualitas dari hasil

auditnya. a masa

perikatan audit

atau audit tenure

yang semakin lama

dapat

memungkinkan

seorang auditor

untuk lebih

memahami kondisi

didalam suatu

entitas sehingga

dapat menambah

pengalaman dan

kompetensi yang

dimiliki auditor.

Rotasi Audit tidak

berpengaruh

terhadap Kualitas

Audit.

5 Ade Nahdiatul PENGARUH Ukuran Audit tenure

Hasanah (2018) UKURAN Perusahaan,

PERUSAHAAN, Audit
JAK (Jurnal AUDIT Tenure, berdampak besar

Akuntansi) TENURE Kualitas terhadap kualitas

Kajian Ilmiah TERHADAP Audit. audit,

Akuntansi KUALITAS Ukuran

Vol.5 No.1 AUDIT Perusahaan tidak

P-ISSN: 2339- berpengaruh

2436 signifikan karena

E-ISSN: 2549- data yang

5968 digunakan oleh

peneliti adalah data

perusahaan

yang memiliki total

asset yang tinggi

sehingga apabila

total asset yang

tinggi dapat

menunjukan

bahwa perusahaan

tersebut memiliki

manajemen yang

baik dalam

mengelola

dan pengendalian

intern dan tidak


menjadikan ukuran

perusahaan salah

satu unsur yang

berdampak buruk

terhadap kualitas

audit.

audit tenure

berpeluang

mempengaruhi

terhadap kualitas

audit

2.8 Kerangka Pemikiran

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2017), mengemukakan bahwa

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang

penting.

Sedangkan menurut Suriasumantri dalam Sugiyono (2017), kerangka

pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi

objek permasalahan.
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independent atau

variabel bebas atau merupakan ukuran perusahaan klien, rotasi audit dan audit

tenure. Sedangkan variabel dependent atau variabel terikatnya yaitu kualitas audit.

Variabel Independen
(X)

Ukuran Variabel Dependen


Perusahaan Klien H1 (Y)
a

Rotasi Audit Kualitas Audit


H2

Audit Tenure H3

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yaitu pernyataan yang merupakan dugaan sementara mengenai apa

yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. kemudian pengujian dilakukan

untuk mengetahui pengaruh antar variabelnya. Terdapat tiga hipotesis yang akan

diuji dalam penelitian ini. Berikut akan disajikan dasar yang digunakan dalam

merumuskan hipotesis.
2.9.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Kualitas Audit

Perusahaan yang lebih besar umumnya akan mendapatkan lebih banyak

perhatian dari pihak eksternal, seperti investor, analisis, maupun pemerintah.

Oleh sebab itu perusahaan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu

drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan pertambahan

kewajiban seperti pajak. Perusahaan yang besar akan cenderung berusaha

untuk melaporkan perolehan laba yang stabil setiap tahunnya (Andreas et al.,

2018)

Ukuran Perusahaan juga menjadi salah satu faktor pengaruh dari

kualitas audit. Ukuran perusahaan besar memiliki sistem pengendalian

internal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini membuktikan

bahwa dengan pengendalian internal yang baik akan meningkatkan kualitas

audit, seiring dengan mudahnya auditor untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkannya. Begitu pula sebaliknya dengan pengendalian internal yang

lemah, maka kualitas audit akan menurun, karena auditor harus bekerja

dengan lebih keras. Sehingga hasil ukuran perusahaan berpengaruh positif

terhadap kualitas audit.

Penelitian yang dilakukan Feriy Keterkaitan Teori Keagenan (Agency

Theory) dengan ukuran perusahaan klien yaitu Auditee yang lebih besar,

karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara

manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat

mengurangi agency cost. Seiring dengan ukuran perusahaan mengalami

peningkatan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan

ini mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas


auditor. Berdasarakan hal tersebut, perusahaan besar pastinya akan lebih

memilih menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional

untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang

positif.

anti dan Mertha (2017) membuktikan bahwa ukuran perusahaan klien

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Sama halnya

dengan penelitian yang dilakukan Sinaga (2017) bahwa variabel ukuran

perusahaan klien berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan klien berpengaruh terhadap kualitas audit

2.9.2 Pengaruh Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit

Peraturan Mentri Keuangan (PMK) Nomor 17/PMK.01/2008, tertuang

pengaturan masa kerjasama antara KAP dan Auditor terhadap Auditee

(Suparlan dan Andayani, 2010:2). PMK ini mengatur pembatasan perikatan

dengan mewajibkan adanya rotasi KAP maupun rotasi akutan publik yakni

enam tahun buku berturut-turut untuk KAP dan tiga tahun buku berturut-turut

untuk Akuntan Publik. Jangka waktu pelaksanaan audit oleh auditor

independen pada klien yang sama akan berpotensi menciptakan kedekatan

antara auditor dengan manajemen audite. Kedekatan ini diyakini akan

berdampak terhadap independensi, serta dapat mengurangi keandalan dan

kualitas audit sehingga berkontribusi bagi terjadinya skandal-skandal


keuangan yang melibatkan auditor (Gates, et al., 20017 dalam Novianti,

2017).

Hubungan antara Teori Keagenan (Agency Theory) terhadap rotasi

audit sangatlah erat karena perbedaaan kepentingan yang mungkin terjadi

antara prinsipal dengan agen ini dapat mengakibatkan masalah keagenan

(agency problem), di mana setiap pihak mendahulukan kepentingannya.

Rotasi wajib KAP diterapkan sebagai upaya dalam meningkatkan

independensi auditor melalui pembatasan tenur, sehingga dapat mengurangi

ancaman “keakraban” auditor dengan klien.

Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan investor maupun pengguna

laporan keuangan, perusahaan berusaha meningkatkan laporan keuangan

auditan yang berkualitas pula (Andreas et al., 2018). Oleh karena itu,

perusahaan melakukan rotation audit partner untuk mendapatkan

kepercayaan dari pengguna laporan keuangan. Hasil penelitian yang

mendukung adanya rotasi KAP berpendapat bahwa peraturan ini akan

mencegah terbentuknya hubungan jangka panjang antara klien dan auditor

yang dapat menurunkan independensi (Catanach dan Walker, 1999) dalam

(Febriyanti & Mertha, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2017), menemukan bahwa

rotasi KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini

mengindikasikan semakin lama kantor akuntan publik mengaudit perusahaan

selama 6 (enam) tahun buku berturut-turut maka tidak selalu menghasilkan

kualitas audit yang baik. Hal ini dikarenakan hubungan dalam waktu yang
lama dengan manajer perusahaan akan mengakibat kualitas audit menurun

karena independensi auditor menjadi goyah.

Sedangkan Nadia (2019) menunjukkan bukti bahwa rotasi KAP

berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis kedua dapat dirumuskan

sebagai berikut.

H2: Rotasi Audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit

2.9.3 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit

Di Indonesia masalah kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20/2015 Pasal 11. Peraturan ini

menjelaskan bahwa tidak ada pembatasan lagi untuk KAP. Pembatasan hanya

berlaku untuk Akuntan Publik yaitu selama 5 (lima) tahun buku berturut-

turut. Auditor dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut

setelah 2 (dua) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan

keuangan entitas. Pembatasan ini agar jarak antara auditor dengan klien tidak

terlalu dekat sehingga tidak akan menimbulkan skandal akuntansi yang akan

mempengaruhi sikap independensi.

Pergantian auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan teori

keagenan (Agency Theory). Hubungan keagenan muncul ketika satu atau

lebih prinsipal melakukan perikatan dengan orang lain sebagai agen untuk

melakukan suatu jasa. Dalam konsep agensi, principal akan memberikan

kewenangan kepada agen untuk mengambil keputusan karena agen lebih

mengetahui dan memahami informasi mengenai kinerja perusahaan


dibandingkan dengan principal. Manajemen perusahaan akan melakukan

berbagai tindakan untuk mempertahankan kinerja perusahaan yang baik agar

pemegang saham tetap mempercayai kredibilitas laporan keuangan yang

disajikan oleh perusahaan sebagai gambaran aktivitas kinerja perusahaan

secara keseluruhan. Kemungkinan besar manajemen akan menggunakan jasa

akuntan publik yang sesuai dengan kepentingan manajemen.

Hubungan yang lama antara klien dengan auditor akan dapat

menimbulkan persepsi bahwa auditor sulit untuk bersikap independen

(Ardianingsih, 2018). Jika waktu perikatan yang terjadi antara auditor dengan

klien terlalu pendek, pengetahuan spesifik tentang klien masih sedikit

sehingga kualitas audit rendah. Semakin lama perikatan auditor dengan klien,

maka peningkatan pengetahuan spesifik tentang klien akan meningkatan

sehingga kualitas auditnya pun meningkat.

Semakin panjang audit tenure, dapat mempengaruhi dua faktor yang

akhirnya juga memberikan pengaruh pada tingkat kualitas audit, yaitu faktor

independensi dan kompetensi (DeAngelo, 1981). Ditinjau dari faktor

independensi, dengan semakin lama audit tenure dapat membentuk hubungan

secara emosional terhadap klien dan mengakibatkan independensi menjadi

menurun sehingga akan tercermin pada pembuatan asumsi oleh auditor yang

kurang objektif (Dinuka& Zulaikha, 2014). Selain itu, masa perikatan audit

yang panjang akan menimbulkan adanya potensi untuk membangun ikatan

dari segi ekonomi, dan auditor menjadi akan menyetujui upaya klien dalam

melakukan rekayasa pada laporan keuangan melalui teknik akuntansi

(Nasser, Wahid, Nazri & Hudaib,2006). Dari sisi auditor, jika klien yang
diaudit sudah memiliki kontrol pada laporan keuangan yang baik dan

manajemen klien tersebut memiliki integritas dan kompetensi yang baik,

terdapat kecenderungan auditor memiliki ekspektasi bahwa klien akan terus

memiliki atribut tersebut, dan hal tersebut membuat sikap skeptis dari auditor

menjadi semakin berkurang (Carcello & Nagy, 2004).

Penelitian Panjaitan & Chariri (2014) menyatakan bahwa semakin lama

audit tenure akan semakin menurunkan kualitas audit. Hal ini disebabkan

karena kedekatan yang muncul oleh karena hubungan klien yang cukup lama

akan mempengaruhi integritas dan independensi auditor.

Penelitian Kurniasih (2014) dan Yanti (2018) juga berpendapat yang

sama bahwa audit tenure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

Lamanya hubungan ini menyebabkan auditor menjadi lebih familiar dengan

opersional klien dan menyesuaikan dengan keinginan dari pihak klien dimana

hal ini mengurangi obyektivitas KAP dengan klien. Turunnya independensi

akan berpengaruh dengan turunnya kualitas audit sehingga dapat

menyebabkan kegagalan audit.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dirumuskan hipotesis ketiga:

H3 : Audit Tenure berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Anda mungkin juga menyukai