Week 2
Essay
1. Apakah yang dimaksud dengan agency issue dan bagaimana cara penyelesaiannya?
2. Sebut dan jelaskan tentang rasio untuk jenis rasio dibawah ini
Quick Ratio
Cash Ratio
Inventory Turnover
1. Calculator Company mempunyai laba sebelum pajak 1,2 juta rupiah di tahun 2018. Tarif pajak
sebesar 25%. Jika dividen saham preferen sebesar 300 ribu pada akhir tahun 2018 dan jumlah
saham biasa sebesar 300 ribu lembar, maka Hitunglah EPS pada Calculator Company.
2. Berikut ini adalah financial highlight dari PT ABC pada akhir bulan Desember 2018:
Asset lancar 4,000
Penjualan 12,000
Persediaan 2,460
Utang lancar 1240
Hitunglah rasio-rasio yang terdapat pada rasio likuiditas dan rasio aktivitas
3. PT XYZ mempunyai laba bersih sebesar 2 Miliar Rupiah. Total Aset sebesar 10 Miliar Rupiah
dan Total Utang sebesar 5 Miliar Rupiah dan 5 Miliar Rupiah Total Ekuitas, Hitunglah ROE
dan ROA serta jelaskan kegunaan dari rasio tersebut.
JAWAB:
Pemisahan ini selain memberikan berbagai manfaat, juga menimbulkan beberapa permasalahan.
Permasalahan mengenai asumsi dasar economic entity ini dibahas dalam teori agensi (agency
theory). Teori agensi mengasumsikan bahwa masing-masing dari owner dan manajemen
pempunyai kepentingan masing-masing terhadap perusahaan. Manajemen sebagai pihak yang
melaksanakan kegiatan operasional perusahaan mempunyai kewajiban untuk memenuhi
kepentingan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Namun di sisi lain pihak manajemen
juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Perbedaan
kepentingan antara pihak pengelola perusahaan (manajemen) sebagai agen dengan pihak
pemegang saham (prinsipal) akan menyebabkan konflik kepentingan yang biasa disebut sebagai
masalah keagenan atau agency problem.
Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu (baik
prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The
belief revision role). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna
mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak
kerja (The performance evaluation role).
Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu positive agency
research dan principal agent research.[2] Positve agent research memfokuskan pada identifikasi
situasi di mana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme
pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. Secara ekslusif, kelompok
ini hanya memperhatikan konflik tujuan antara pemilik (stockholder) dengan manajer. Sementara
itu principal agent research memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya,
secara garis besar penekanan pada hubungan principal dan agent. Principal-agent
research mengungkapkan bahwa hubungan agent-principal dapat diaplikasikan secara lebih luas,
misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer dengan
kliennya, auditor dengan auditee.
Agency theory tidak dapat dilepaskan dari kedua belah pihak di atas, baik prinsipal maupun agen
merupakan pelaku utama dan keduanya mempunyai bargaining position masing-masing dalam
menempatkan posisi, peran dan kedudukannya. Prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses
pada informasi internal perusahaan sedangkan agen sebagai pelaku dalam praktek operasional
perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan
menyeluruh. Posisi, fungsi, situasi, tujuan, kepentingan dan latar belakang prinsipal dan agen
yang berbeda dan saling bertolak belakang tersebut akan menimbulkan pertentangan dengan
saling tarik menarik kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama lain.
Permasalahan yang muncul dari agency problem mampu diatasi melalui salah satu
mekanisme pengawasan yang dinamakan audit. Watts et al. (1986) berargumen bahwa
pengauditan memainkan peranan penting dalam memonitor kontrak dan mengurangi risiko
informasi. Selain itu, Wallace (1985) juga menyatakan bahwa audit merupakan cara yang
Berkaitan dengan auditing, baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang yang
memiliki rasionalitas ekonomi, di mana setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh
kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi
kepentingan orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses
pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut diatas.
Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya yang tercermin dalam laporan
keuangan.
Auditing merupakan suatu proses sistematik yang terdiri atas langkah-langkah yang berurutan
termasuk (1) evaluasi internal control accounting, (2) tes terhadap subtansi transaksi-transaksi
dan saldo. Sistem akuntansi, mencakup pengendalian internal yang diperlukan, dan menghailkan
data yang tercantum dalam laporan keuangan. Karena itu auditor mempelajari dan mengevaluasi
pengendalian inteern seebelum melakukan tes substansi dari transaksi-transaksi dan saldo-saldo
perkiraan (substantive testing). Pengendalian intern yang kuat meningkatkan tingkat kepercayaan
auitor dan mengurangi jumlah tes atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo perkiraan. Auditor
harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit yang sufficient (cukup) dan competent.
Adanya masalah agensi yang disebabkan karena konflik kepetingan atau asimetri informasi
ini, menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya keagenan. Jensen dan Meckling
membagi biaya keagenan menjadi tiga yaitu monitoring cost, bonding cost, dan residual
loss. Monitoring cost yaitu biaya yang timbul dan ditanggung prinsipal untuk mengawasi
perilaku agen. Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen menempatkan dan
mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan
prinsipal. Residual loss adalah nilai kerugian yang dialami prinsipal akibat keputusan yang
diambil oleh agen yang menyimpang dari keputusan yang dibuat oleh prinsipal.[5]
2. A. Current Ratio
Pada Sleekr Accounting rasio dari kelompok ini yang sudah terimplementasikan Current
Ratio , Quick Ratio atau Acid Test Ratio.
Adapun jenis rasio lain yang masih tergabung dalam kelompok ini
antara lain :
C. Cash Ratio
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang
tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.
Adapun jenis rasio lain yang masih tergabung dalam kelompok ini
antara lain :
H. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners
Tapi harus dipahami juga bahwa angka rasio yang terlalu tinggi bisa
mengindikasikan terlalu banyak menyimpan uang tunai yang menganggur atau
tidak dimanfaatkan.
Selain itu, terlalu tingginya quick ratio ini bisa juga menunjukkan kalau
perusahaan punya terlalu banyak piutang, dan bisa jadi sedang mengalami
kesulitan dalam menagih piutang tersebut.
Tapi hal di atas juga tidak bisa serta merta dijadikan sebagai penilaian buruk. Ada
baiknya bandingkan dengan perusahaan sejenis yang masih dalam sektor yang
serupa.
Jika perusahaan yang sedang dianalisa saat ini ternyata batas waktu pembayaran
piutang yang ia tetapkan pada pelanggannya ternyata hanya maksimal 30 hari,
Dan analisis rasio cepat yang lebih dalam lagi soal di atas, bilamana perusahaan
memberi batas waktu pembayaran piutang dari pelanggannya selama 60 hari, tapi
terhadap supplier atau pemasok bahan baku untuk usahanya berhasil ia bujuk
untuk dibayar maksimal sampai 90 hari, maka kondisi likuiditas tersebut masih
bisa dikatakan masuk akal.
Dan masih banyak lagi yang bisa dianalisa lebih dalam soal total piutang
tersebut, termasuk diskon kepada pelanggan yang membayar lebih cepat.
Tentunya itu akan mengurangi lagi jumlah piutang yang seharusnya tercatat di
laporan keuangan.
Mengenai berapa nilai rasio quick ratio yang baik, setelah membaca pemaparan
di atas, mungkin anda sudah bisa bilang kalau nilainya relatif. Tergantung analisis
lanjutan yang kita lakukan.
Sebagian pakar juga ada yang membandingkan antara rasio lancar dan cepat
sekaligus untuk menilai baik tidaknya rasio cepat suatu emiten.
Jika antara keduanya masing-masing angkanya di atas 1 kali maka itu bagus.
Tapi bila rasio lancar di atas 1 sedangkan rasio cepat dibawahnya, atau malah
jauh terpaut dengan rasio lancar, maka itu bisa jadi indikasi kalau persediaannya
terlalu banyak dan kurang efektif pengolahan asetnya karena terlalu banyak kas
cadangan.
KASUS: