Anda di halaman 1dari 84

Tembung Lamaran.

#Prolog

Sebait kata, Dimana huruf-huruf saling bertautan hadirkan jalinan.

Hingga dapat terbaca jelas maksud dan tujuan.

Entah itu kata beradu rasa atau hanya sebait kata tanpa rasa yang berakhir
hampa.

Kata itu terucap. Sedangkan rasa hanya terdekap. Hadir tanpa tanda siap. Dan
bisa saja lenyap tanpa sebab.

Aku tak suka bermain kata. Apalagi rasa. Sebab apa? Sebab keduanya
tinggalkan goresan. Entah bagi sang pelaku ataupun korban.

Manusia bebas menentukan pilihan. Namun tak ada jaminan. Jika pilihanmu
ikrarkan penolakan.

Aku tak bermaksud mengadu atau membela salah satu. Aku hanya ingin
menunjukkan padamu. Bahwa hikmah disetiap temu. Ada ilmu yang tertinggal
lalu.

...

[ Anda telah bergabung menggunakan tautan undangan grup ini ]


Untuk kesekian kalinya tulisan itu hadir menyapa. Karena puluhan grup
Whatsapp yang berhasil menerimaku sebagai salah satu anggotanya. Entah,
Grup Guyonan santri, Ngaji bareng, atau sekedar ikhtiar nyari jodoh. Bukan
maksud yang jelas aku bergabung menjadi anggota. Tapi karena rasa gabut dan
godaan rebahan yang terus mendera.

Dari sini aku mendapat banyak kawan. Bisa berbagi pengalaman juga candaan.
Tukar informasi dan keilmuan. Namun tak bisa dinafikkan juga banyak
Garangan yang berkeliaran. Siap mendekap mangsanya selagi ada kesempatan.

Lambat laun, grup tersebut seakan mati suri dan akhirnya mati tanpa penghuni.
Tak ada canda dan tawa lagi. Karena semua anggotanya memilih angkat kaki
dan berpindah kelain hati. Ambyarrr... Bubar...

...

Drettt... Hp ku bergetar. Ada pesan Whatsapp yang baru saja masuk. Kulirik
sejenak dan jariku menyentuh tanda hijau itu.

12.29

[ Assalamualaikum,] Diikuti emot tawa ngakaknya.


Dari nomor baru yang tak kukenal. Kuamati profil yang terpampang jelas di
lingkaran kiri atas. Hatiku terheran. Ternyata dia, Batinku.

Aku mulai mengetik

Terkirim

[ Wa'alaikumussalam ]

...

Dia, Seseorang yang kukenal dari salah satu grup yang ku ikuti. Siang itu aku
memang sedang meramaikan grup dengan candaan receh yang tak jelas. Ia ikut
nimbrung dan curhat bahwa ia baru saja diselingkuhi pacarnya.

Siapa yang tak sakit hati. Ditinggal libur pondok dilut ae ternyata...

Sang pujaan pindah kelain hati. Lagi jalan sama doi barunya dan kog yo pas
papasan nek dalan... Ambyar wes... Ngelu ngelu...

...

Ruang semu.

Banyak manusia terpaku padamu.


Candu akan Indah akan hasratmu.

Bergeming mesra padahal belum pernah bertemu.

Saling melempar perhatian.

Padahal belum ada kepastian.

Bilikmu itu hanya tipuan.

Namun cahyamu tlah menyilaukan pandangan.

#Tembung lamaran 1📌

Cinta itu teka teki ilahi. Yang hadirnya tanpa permisi. Datang seenaknya tak
mengenal kondisi.

Cinta itu unik. Yang dekat belum tentu akad. Yang asing malah dapat
bersanding. Yakin bisa menjadi ragu. Yang tak ditunggu malah ditakdirkan
bersatu.

Sungguh semua atas kuasamu tuhan. Menyatukan dua insan dalam satu
dekapan.

Namun perlu diingat pula. Bahwa luka adalah konsekuensi mencinta.

Menorehkan trauma untuk menerima Cinta yang datang menyapa. Karna takut
luka lama kembali menganga.

...
Sudut ternyamanku, Yah itulah kamar tidurku. Kurebahakan badan setelah
semua tugas terselesaikan. Sejurus kemudian ku Aktifkan data Handphone Ku
yang sedari siang ku Non Aktifkan.

Drett...

Sederet Pesan dari Whatsapp yang baru masuk lima menit yang lalu.

19:47

[ Assalamualaikum, Dek ?]

[ Asmane Sinten ? ]

[ Asli Tiang pundi ?]

Aku menarik nafas panjang, hmm... Dia lagi-_

Kubalas setiap pertanyaan yang ada. Bukan karena suka tapi lagi gabut aja :)

[ Wa'alaikumussalam. Kulo, Ana. Lare Blitar Jatim ] Balasku.


[ Njenengan ? ] Sambungku.

Aku masih takut menyebut nama asliku. Entah apa alasannya. Apalagi pada
orang yang baru dikenal.

...

Kurasa hatiku tlah membatu.

Sekeras karang ditengah muaramu.

Aku meresponmu.

Bukan karena suka atau terpukau.

Tapi karena sepi yang menderaku.

Kau lemparkan rayuan.

Tapi Aku Hanya terdiam.

Karna tahu itu hanya perkataan.

Bukan curahan hati yang terdalam.

Hatiku sulit diyakinkan.

Karna trauma pada gombalan.

#Tembung Lamaran 2📌
Hasrat mencinta semakin membara. Desakan rasa mengusik jiwa. Aku terlanjur
hanyut pada rasa nyaman. Padahal kepastian saja belum kudapatkan.

Rasa nyaman tlah mencapai Puncak peraduan. Padahal hadirku hanya kau
anggap teman. Sosokmu seakan Ingin pergi namun ada rasa tak enak hati.

Ia hanya butuh tempat melepas letih. Bukan seorang kekasih. Ia hanya kasihan
bukan memberimu harapan.

Jangan mudah menerka. Yang terlihat belum tentu nyata. Ia berlagak seakan
suka. Padahal sikapnya begitu terhadap siapa saja.

...

Banyak rahasia yang kau dekap. Lembar demi lembar mulai tersingkap.

Kang Ahmad, Nama dari sosok itu. Lahir di ranah kota Bengkulu. Namun fasih
berbahasa Jawa, karena ibu dan bapaknya keturunan asli kota Demak. Umurnya
hampir menyamaiku hanya terpaut 10 hari lebih muda dariku.

Ia adalah salah satu santri di Pesantren Tahfizdul Qur'an kota Kediri. 5 tahun
sudah ia nyantri diiringi ngabdi ngalap barokah yai.

...
Tlah banyak teman kudapatkan dari Grup Whatsapp. Berbincang sehari, lalu
jadi penonton story. Paling lama hanya seminggu atau mungkin sebulan.
Akhirnya hanya nama yang kutanggalkan.

Grup Editor Santri Nusantara, Itulah pintu masuk pertemuan kita.

12:21

[ Ternyata jatuh Cinta itu menyakitkan. Opo yo mungkin santri kuwi ora oleh
jatuh Cinta ?] Bunyi pesanmu saat itu.

[ Kecewa dan luka yang kau dapat, Jika jatuh Cinta sebelum waktunya ]
Balasku.

Entahlah saat itu moodku sedang Bagus. Jadi sedikit bijak gitu :)

[ Tapi umurku wes cukup ,Gus ] Balasnya lagi.

[ Mesti ngono. Kulo setri, Kang -_ ] balasku kesal.

Aku memang tak memasang foto di profil Whatsapp ku. Yah mungkin karena itu
aku sering disangka laki laki. Entah dipanggil Gus, Kang, Mas dan sebagainya.
...

Sapamu enyahkan sepiku.

Hadirmu ramaikan notif whatsappku.

Aku suka suasana itu.

Bukan karena rasaku padamu.

Tapi hanya bahagia tak hampa lagi.

Mungkin aku yang tak tahu diri.

Aku tak merasa mencintai.

Namun enggan melepasmu pergi.

Kau hanya temanku dalam sunyi.

Tapi nyatanya kau berharap lebih.

Dan bodohnya aku memanfaatkan situasi ini.

Maaf aku hanya sepi.

Bukan membuka hati.

Tembung Lamaran 3📌

Pernahkah kau sulit percaya, Sebab terlalu banyak dusta yang kau terima.
Ia mengungkapkan Cinta, Namun hanya kau anggap canda. Saat ia tunjukkan
keseriusannya, kau malah tertawa. Mengganggap itu hanya omong kosong
belaka.

Pernahkah kau berfikir. Bagaimana seseorang bisa jatuh Cinta dalam sehari. Dan
ikrarkan janji kan meminangmu satu bulan lagi. Akan kau anggap canda atau
bagaimana.

Media sosial sebagai jalan. Pesan itulah penyampai perasaan. Ia katakan


keseriusan. Dan bagaimana tanggapan ku. Aku malah seakan menantang. Ingin
sebuah pembuktian. Karena tak bisa dipungkiri bukan. Banyak dusta didunia
Maya.

Ia tlah menjanjikan. Dan aku semakin penasaran. Bukan karena perasaan.


Namun hanya pembuktian. Bahwa ikrarnya bukan hanya sekedar perkataan.

...

Perbincangan kami belum terhenti. Terus berlanjut saling membuka diri. Saling
mengenal dari berbagai sisi.

20:11

[ Ealah, Blitar to ? Hm.. Celak kaleh pondokku riyen daerah Kediri ] Balasnya.
[ Tapi sakniki mpon boyong. Mpon kerjo Teng Tambak Udang daerah Rembang ]
Lanjutnya.

[ Kog teng Rembang ? Bukane griyone Bengkulu, ] Tanyaku penasaran.

[ Njih blajar mandiri. Lk mpon mantun Mondok kedah mandiri. Niku turene
Bapak ] Jelasnya.

[ Oalah,Njih ] Balasku singkat.

...

Pernahkah kau tergelak seakan mengelak. Tahu bahwa itu hanya dusta bukan
nyata. Itu hanya modus bukan serius.

20:50

[ Menurut e Sampeyan. Umpami ajenge Simah, Nopo mawon sing kedah


disiapne ?]

Aku mengernyit. Pertanyaan macam apa ini? Pacar ae raduwe iki malah takok
perkoro rabi-_
[ Njih Kesiapan Nafkah, Kaleh mental sing terpenting penguasaan Ilmu babakan
Simah tur Ati sing jembar]

[ Trus sing paling penting banget e niku .Calone sing ajenge di ajak simah .]
lanjutku diikuti emot ngakak :D

[ Oalah, Ngoten ] balasnya.

[ Njih ] balasku singkat.

Ia mengetik.

[ Hm.., Lk ngoten. Nikah hayu ?]

Hah... Sedikit kaget dan entahlah. Aku menatap balasan itu. Hm.. Wes garangan
garangan-_ . Dulu ada yang berkata demikian. Dan akhirnya lenyap.

...

Mengapa kau terus berdusta.

Padahal rancanganmu sudah terbaca.

Modusmu itu sudah usang.

Diterpa badai karang.


Kau tahu apa yang membuat trauma.

Sulit menerima dan juga percaya.

Itu karena bekas luka lama.

Yang ia ingat sebagai dusta.

Jika kau tak serius.

Jangan umbar modus.

Bukan dirimu yang akan hangus.

Tapi kepercayaannya terhadap Cinta semakin pupus.

Dear Garangan🌹

Tembung Lamaran 4📌

Pernahkah kau gundah . Karena hati tak tenang bagai diserbu ombak karang.
Pikiranku kacau padahal aku tlah berusaha menghalau.

Jantungku berdegup kencang. Menahan cemas Yang terus bertandang.


Menarikku pada hiruk pikuk kebingungan. Akan sebuah penantian Yang tak
diinginkan.

Pikiranku rancu. Apakah itu nyata atau palsu. Ia terlihat meyakinkan. Namun
aku belum sematkan kepercayaan.
Tenanglah, perkataannya hanya jebakan. Ingatlah tlah banyak Yang lontarkan
perjanjian. Namun berakhir dengan penghianatan.

Ia hadir karena sepi. Dihantui sunyi Yang belum bertepi. Namun lambat laun ia
pun akan pergi. Setelah hadirmu tak diingini lagi.

...

Sekian jam, pesanmu terus bertandang. Terus menemaniku pada lembah sepi
Yang tak henti menanti. Gurauanku pun semakin menjadi jadi. Karena
gombalanmu Yang tak pasti.

20:50

Ia mengetik.

[ hmm..., Lk ngoten Nikah hayu ?] Ajaknya.

Deg. Jantungku seakan berhenti berdetak. Candamu kelewatan ,Kang.


Gumamku. Namun aku tak lantas terpaku.

[ Guyone garing ] kutambah emot lirikan mata sinis itu.


[ Kulo mboten guyon, Dek ] Balasnya meyakinkan.

[ Alah...gombal ] Balasku sinis.

[ Mpon katah sing sanjang ngoten. Tapi bar ngoten ngilang ] lanjutku.

[ Kulo saetu ,Dek ] Balasnya lagi.

Aku mulai geram. Mengapa ia terus meyakinkan. Jikalau perkataannya tak lebih
dari sebuah kepalsuan.

[ Njenengan langkung sae damel, Kulo. Kulo niki tiang biasa sanes Santri ]
Terangku.

[ Mboten, Dek. Sampeyan sae kog ] balasnya.

Arrhg... Gemes aku, Wong kog ngengkel -_

[ Kulo mboten ayu, elek, buriq, ireng pisan ] Jujur aku iki :)

[ Tak ragati sampek ayu ] Balasnya.


Mosok to? , Gumamku.

[ Kulo mboten saget masak ] Balasku lagi.

[ Sok masak berdua, Ben tambah romantis ] Balasnya semakin menjadi jadi.

[ Kulo mboten saget ngaji Qur'an ]

[ Mulai saiki tak blajari ngaji sampek lancar ]

Ya Allah. Hambamu siji iki kog ngengkel tenan to -_

...

Perlu kau tahu.

Ucap bibirmu itu palsu.

Aku yakin itu hanya angin lalu.

Jika kau bosan padaku.

Akan kau cari pengganti sepimu.

Aku pernah terjatuh.

Saat genggamnya Mulai menjauh.


Awalnya memang gemuruh.

Lambat laun lukaku mulai luruh.

Dan diri ini semakin tangguh.

Canda mu terlalu dalam.

Tapi aku tak akan tenggelam.

Masa lalu tlah sematkan kalam.

Bahwa ucapmu itu hanya langgam.

Bukan sebuah kepastian.

GombalMu Palsu💌

Tembung lamaran 5📌

Usahamu belum terhenti. Terus membara meraih kunci hati .Kau berusaha
tanpa henti. Namun yakinku belum kau dapati. Kalbuku terkunci rapi.
Menyimpan sayatan belati Yang enggan terobati.

Pikirku masih sama. Masih terjeda Dan enggan bermuara. Egoku masih terus
memburu Dan kau belum berhasil menangkapku.

Ragamu ingin bertandang. Namun itu hanyalah bayangan. Tolonglah jangan


umbar rayuan. Karena aku takkan lunglai dalam buaian.
Aku keras, Karena pernah terhempas. Aku sinis, Karena kalbuku pernah teriris.
Aku sudah muak dengan janji janji manis. Yang akhirnya hanya menyisakan
tangis.

Sekarang aku menantangmu !

Buktikan semua omong kosongmu itu !

Jangan hanya membual !

Jangan hanya menggombal !

Hah..

Berani atau tidak?

Kau tahu ?

banyak hati tersakiti karna ulahmu !

Kau tahu ?

ia berharap lebih padamu.

Karena kau tlah tautkan harapan.

Dan tak disangka itu hanya jebakan.

Sekarang ia jadi sekeras batu.

Sulit untuk menerima cinta Yang baru.

...
Ponselku tak hentinya berbunyi. Saat pesannya tak enggan lekang menyapa diri.
Aku mulai geram, mengapa ia begitu ingin menggenggam.

21:10

[ Buktekno, Kang!. Lek mong ngomong cah Tk yo iso! ] Balasku geram.

[ Njih. Tak buktekne, Dek ]

[ Pundi alamat e ? ] Lanjutnya.

Aku sebenarnya ragu. Namun entahlah. Aku yakin ia tak akan datang. Dan
balasannya itu hanya penenang. Mana mungkin baru kenal beberapa jam sudah
berani bertandang. Bahkan jarakpun tlah jauh terbentang.

[ Wonodadi Blitar Jawa Timur ]

[ Lengkape tak sanjangi lk mpon ajenge dugi mriki ] Balasku yakin.

[ Njih, Dek. Satu bulan lagi tak dugi mriko ] Balasnya.

[ Saestu ? ] Tanyaku memastikan.


[ Njih, Dek ] Balasnya.

[ Janji Lo ya? ]

[ Njih, Kulo Janji ] Balasnya lagi.

...

Belum genap sehari.

Namun janjimu tlah terkunci.

Aku inginkan bukti.

Bukan omong kosong tak berarti.

Aku terus meyakini.

Bahwa kau tak mungkin berani.

Aku tak gentar.

Egoku terus menjalar.

Fikirku terus mengakar.

Saat janjimu tlah kau umbar.

Aku tak punya rasa.


Aku hanya ingin bukti nyata.

Aku takkan terjebak untuk kedua kalinya.

Pada gombalan lelaki dunia maya.

Bukti🌹

Tembung Lamaran 6📌

Selangkah Demi selangkah mulai terjamah. Tanpa menyisakan celah untuk


menyerah. Terus ku goreskan kisah. Pada lembar putih dengan sebait petuah.

Aku termangu dalam ragu. Menanti. Janjimu untuk bersua denganku. Wujudkan
nyata Yang kukira palsu. Benar itu hanya tipu dayamu, Gumamku.

Kau dan aku tersekat jarak. Namun janjimu terlanjur menyeruak. Kau tahu aku
muak. Dengan segala tipu daya Yang sering memekak.

Mengapa laki laki sering mengumbar janji. Namun diakhir kisah adanya hanya
menghianati. Torehkan perhatian. Namun tak lebih dari suatu kepalsuan.

Aku masih menunggu. Namun hatiku belum terpaku. Aku masih teguh dengan
pendirianku. Meyakini semua itu hanya tipu dayamu. Aku tak mencintaimu.
Rindupun belum menyapaku. Aku hanya menanti janji. Yang kau ucapkan tanpa
henti. Dan berkata kan bertandang satu bulan lagi.

...
Hari Demi hari pesanmu tak pernah absen menyapa ponselku. Sudah kuduga,
janjimu itu dusta. Sehari mengenal berani bertandang? Itu hanya kepalsuan.

10:05

[ Assalamualaikum, Dek ]

[ Nembe nopo ?] Tanyanya.

Seperti biasa pesan basa basinya tak henti menyapa.

[ Wa'alaikumussalam. Nembe mawon wasol Sekolah ] Balasku.

[ Tumben kog mpon wasol ? ] Tanyanya penasaran.

[ Niki wau Try Out ]

[ Ealah, Pripon soale susah mboten ? ]

[Alhamdulillah, Kedhik-kedhik saget ] Balasku.


Sejujurnya aku mulai bosan. Menanggapi setiap basa basinya. Aku juga malas
mengungkit tentang ikrarnya. Entahlah biarkan saja. Memang benar kataku itu
semua palsu.

...

Kini aku duduk dikelas 12 Di Salah satu Madrasah Aliyah di Kabupaten Blitar.
Seperti biasa deretan pelajaran dan tugas tak hentinya menyapa. Belum lagi
tumpukkan soal latihan Yang belum sempat kubaca. Hariku penuh dengan
Ujian, latihan, dan pendalaman. Dari pagi hingga sore hari. Senda gurauan
kawan menjadi pelipur rasa bosan.

Kringg...

Bel pulang pun berbunyi. Tryout sesi pertama tlah berakhir. Sesampainya
dirumah temanku. Ku parkirkan motor didepan pelataran. Kurebahkan badan
dan membuka bungkusan es krim Yang tadi tlah kami beli. Ku buka tasku,
Meraih ponsel Yang sedari tadi kumatikan saat ujian. Segera Ku aktifkan data
sesaat setelah mati suri.

Drett...

Kutatap Whatsappku. Ada pesan yang baru saja masuk.

10:40
[ Foto ]

Darinya lagi, Gumamku.

Tumben sekali ia mengirimiku foto.

Deg..

Kutatap lekat foto itu. Terlihat seperti suasana didalam Bis. Terlihat jalan Yang
lengang. Dan pak supir Yang sedang fokus mengemudi. Terlihat ia duduk persis
di kursi paling depan.

Apakah ia benar-benar menepati janjinya?

...

Pikiranku melayang.

Apakah ia akan bertandang.

Aku mulai tak tenang.

Aku Yang menantang.

Tapi bingungku bukan kepalang.


Ya tuhan.

Semoga itu hanya candaan.

Semoga itu bukan kenyataan.

Aku ketakutan.

Mulutku bisu.

Otakku pun tak mau tahu.

Lemas menjalar dibadanku.

Jangan percaya

Ini hanya tipuan.

Tenang.

Ia tak akan datang.

Kalut🥀

Tembung lamaran 7📌

Pernahkah kau merasa gundah. Ingin berjalan namun tak tahu arah. Hati
bergejolak ingin menyerah. Terbebani rasa bersalah Yang bertambah tambah.

Nafasku seakan berhenti. Menjurus sejenak tentang apa Yang akan terjadi. Aku
ingin terhempas pergi. Lari dari kenyataan Yang ku buat sendiri.
Aku diburu rasa cemas. Terpekik pikiran Yang mulai memanas. Akalku buntu.
Dan aku hanya bisa menunggu.

Aku berusaha menafik. Namun langkahnya tak mungkin berbalik. Tekadnya tlah
bulat. Niatnya pun sudah melekat kuat.

Sejujurnya tantanganku itu hanya candaan. Tanpa cinta ataupun kerinduan.


Kukira semua itu hanya kepalsuan. Ternyata benar benar keseriusan.

...

Aku terus menenangkan diri. Menghibur hati bahwa hal buruk tak akan terjadi.
Pesannya terus menepi. Tanpa balasan Yang berarti.

" Wes to, Rin. Tenango. Ora-ora lk wonge teko." Ucap temanku menenangkan.

" Tapi, Wa... " ucapku

Entahlah, Aku ingin menghilang. Menjauh saat ia datang. Aku tak tahu harus
apa ataupun bagaimana. Dasar bodoh, Ini semua ulahmu. Dan kau harus
bertanggung jawab atas itu. Pasrah-_

Kumatikan benda pipih itu. Biarlah dulu. Aku ingin mendinginkan fikiranku.
...

Matahari tlah pulang ke peraduan. Berganti tugas dengan sang rembulan.


Sejenak kuarahkan pandangan. Pada cahya rembulan Yang bersinar terang.

Aku penasaran. Apakah ia benar benar bertandang?

Ku raih benda pipih itu Yang sedari tadi tak kusentuh. Aku masih takut. Namun
rasa penasaranku semakin kalut.

Drettt...

Pesan masuk. Ternyata tlah terjajar rapi spam darinya. Aku mencoba tenang.
Tarik nafas dalam-dalam, Buang. OK aku siap.

20:06

[ Assalamualaikum, Dek ]

20:10

[ Adek ]
20:15

[ Kog ndak di Bales-bales ]

Deg. Jantungku berdegung kencang. Aku benar-benar terjebak. Gumamku.

21:30

[ Dek. Mas, Mpon dugi terminal Kediri. Niki Ajenge bidal Teng Terminal
Tulungagung ]

[ Nggak sabar pengen cethok Sampeyan ,Dek ]

[ Ojo kabur lho ya! ]

[ Awas ae lk nganti kabur ] Tambahnya dengan emot tertawa renyah.

...

Aku terpaku.

Pada nyata Yang tak kumau.


Ditambah desakan waktu Yang terus memburu.

Dan adanya seakan tak mau tahu.

Pikiranku keruh.

Inginku terhempas jauh.

Tinggalkan setumpuk gemuruh.

Tapi kakiku seakan lumpuh.

Enggan berjalan menjauh.

Tolonglah aku tuhan.

Aku tahu aku tlah lakukan kesalahan.

Namun aku tak pernah berniat mempermainkan.

Itu hanya candaan.

Aku kalut.

Pikirku penuh kemelut.

Ucapku pun semakin melembut.

Namun akalku tlah berkabut.

Buntu😫

Tembung Lamaran 8📌
Fikirku menelisik ruang tunggu. Namun Yang kutemui hanya jalan buntu. Aku
ingin melesat dan hilang sesaat. Namun langkahku terlanjur tersekat.

Ucapku terlanjur menguap. Tumbuhkan nyata Yang terpaksa kudekap. Netraku


hanya bisa menatap. Dan hatiku masih terus berharap.

Ragaku hanyut dalam nyata. Tlah menyerah tanpa kuasa. Mulutku bisu tak
bersuara. Menahan gejolak sendu dalam dada.

Pasrah, Aku tlah berserah. Jika ia datang sambutlah. Walaupun hati gundah.
Dan senyum enggan merekah. Jangan pergi. Kau harus tetap disini. Pertanggung
jawabkan apapun Yang terjadi.

Kini hanya tersisa setitik hikmah. Bahwa ucap lelaki tak seluruhnya dusta.
Apalagi tipu daya semata. Walau hanya lewat maya. Dan kau mungkin tak akan
menyangka.

Namun baiknya, menjauhlah selagi bisa. Bila hatimu tak dapat menerima. Dan
belum yakin akan dirinya.

...

Otakku mulai meracau. Tak tahu bagaimana caranya menghalau.


21:40

[ Kog cepet men ?. Niki dereng enten satu bulan lho ] Balasku Yang sedikit
gemetar. Meyakinkan diri bahwa ini bukan candaan.

[ Bukan e lebih cepat lebih baik, Dek. Pumpung nembe gajian, Saget ijin libur ]

[ Mas e, Dugine dalu kadose. Tak nginep Masjid celak mriki mawon. Mbenjing
enjing Otw daleme Sampeyan, Dek ]

[ Insyaallah jam 8 dugi. Sakniki Adek bubuk njih, Mas e aman kog ] Lanjutnya.

[ Njih,] Balasku.

Aku mengiyakan. Namun banyak deru Yang tak terungkapkan. Semua


kupendam dalam diam. Kini fikirku meyeruak. Bagaimana cara berkata pada
Bapak. Bahwa akan ada tamu Yang akan bertandang. Dengan niat akan
meminang.

...

Pagi itu aku bercerita semuanya pada Mbah. Hmm dan responnya baik. Seakan
menerima saja.
Dreett..

Panggilan masuk

Ia menelfonku pagi itu. Berkata akan segera datang dan meminang. Kuserahkan
ponselku pada Mbahku. Mereka berdua mulai berbincang. Ia seperti meminta
restu. Entahlah aku tak tahu. Kulajukan motorku secepat kilat. Menuju rumah
sederhana berhias hamparan padi Yang luas. Yah, Itu rumah Bapak dan Emak.
Aku memang berpisah rumah Dari kedua orang tuaku dan tinggal bersama
Mbah sejak 4 bulan lalu.

Kuketuk pintu dan mengucapkan salam. Hmm.. Sudah kuduga Bapak tlah
berangkat bekerja. Kuceritakan semuanya pada Emak. Agak gemetar namun
bagaimana lagi sudah terlanjur. Alhamdulillah responnya baik tanpa amarah
sedikitpun. Kusingsingkan lengan bersiap beberes dan memasak. Sekian waktu
semuanya selesai.

08:00

[ Wa, Aku Otw ]

Kukirimkan pada kawanku Yang sedari malam tlah kurencanakan untuk


menemaniku.

[ OK ] balasnya singkat.
...

Aku tlah pasrah. Entahlah, aku gundah dan berserah. Bagaimana respon Bapak
jika mengetahui hal ini ? Tapi aku tak boleh menyerah. Aku harus bertanggung
jawab bukan malah pergi.

08:10

Panggilan masuk.

"Assalamualaikum. "

"Wa'alaikumussalam. "

"Dek, Mas Mampir riyen teng toko emas njih. Ajenge tumbas Cincin pisan. "

Deg. Aku terpaku. Aku takut, Aku kalut. Aku hanya terdiam

"Dek, kog Mendel mawon? "

"Njih2." jawabku terkesiap.


"Ukuran Jarine pinten, Mas? " Terdengar suara bapak bapak. Hm, sepertinya
pemilik toko emas.

"Kedap, Pak. Tak tangkletne larene riyen. " balasnya pada bapak itu.

" Dek, ukuran jarine pinten? "

Aku ingin pergi. Apakah harus secepat ini. Tapi aku tak boleh pergi. Ingat ini
terjadi karena ulahmu sendiri-_

" Mboten ngertos, Kang." Jwabku polos. Aku memang tak tahu berapa ukuran
jari manisku.

"Njih, Mpon. Pap mawon jarine ".

Aku gemetar bagaimana ini. Ah sudahlah. Sudah terlanjur.

[ foto ] kukirimkan foto telapak tanganku.

"Niki ukuran 8, Mas. " Suara bapak bapak tadi.

"Oh, Njih2 pak. "


Dia berpamitan. Diakhir suara terdengar nominal berapa harga cincin itu. Wes
raiso mikir aku. Mboh wes-_

Pasrah.

Aku tlah kalah.

Pada ucapku yang berulah.

Kusangka ia hanya bedebah.

Ternyata nyata tlah merambah.

Bisakah kau berbalik.

Aku tak ingin membidik.

Semua tlah terjadi.

Tak bisa kuakhiri.

Aku hanya bisa menanti.

Semoga bapak tak marah.

Karena diriku yang berulah.

Aku terkulai lemah.


Entahlah.

Semoga semua baik baik saja.

Pasrah 😔

Bumi Bung karno, 24 November 2019.

~Author by Alfaqiir❣️

@ Mugo2 Bapak Mboten Duko 🤧

Lanjut nopo mboten?

Tembung lamaran 9📌

Link part
sebelumnya👇👇👇https://www.facebook.com/groups/1905406126437303/per
malink/2651640325147209/?app=fbl

Pak, Mutiara kecilmu ini telah beranjak dewasa. Tumbuh menjadi gadis manis
namun tak menanggalkan manjanya.

Pak, Masih tersimpan dalam benakku. Tangan kekarmu Setia


menimangku.mengajariku bermain sepeda kala itu. Luka adalah hal biasa.
Namun sabarmu tak pernah kulupa.
Pak, Tetesan keringatmu menjadi saksi bisu. Dimana keluhmu tak pernah
terdengar ditelingaku. Padahal aku tahu. Perjuanganmu tak mudah mencukupi
segala kebutuhanku.

Pak, Mulutmu tak banyak berkata. Namun kepekaanmu begitu nyata.

Aku tak pernah meminta. Namun tanpa kutahu. Semua tlah kau usahakan
untukku

Pak, Sayangmu tersatir bisu. Namun besarnya tak pernah kuragu. Aku ingin
menjadi sekuat hatimu. Menangkis segala masalah tanpa banyak keluh.

Pak, putrimu ini mulai mengenal Cinta. Mengenal sosok lelaki yang kan
menggantikan tugasmu dikala senja. Apakah kau akan merestuinya. Disaat ia
Merawat Putri kecilmu yang manja.

...

09:00

Semua tlah tersaji. Dan akupun telah memantapkan hati. Semoga semua
berjalan dengan baik.Aku mengirim alamat lengkapku. Dan sebentar lagi
sosoknya akan bersua denganku.

Terdengar suara motor mulai menepi di halaman rumah. Kutarik nafas dalam
dalam, Tenang. Kulihat sosok manis berbalut Hem santri Nusantara berpadu
dengan sarung coklat muda turun menggangsurkan ongkos perjalanan. Aku
menyambutnya dengan senyum yang kupaksakan. Bersalaman tanpa sentuhan.

Kini kami saling berhadapan. Saling menunduk dengan kikuk. Aku terpaksa
memulai kata.

" Pripon Kang, Perjalanane lancar?, " agak gemetar.

" Alhamdulillah, Dek. Lancar. "

Aku menyajikan kopi hitam dan pelengkapnya, beberapa gorengan dan


potongan buah yang sengaja ku siapkan.

" Monggo diunjuk, Kang. " kataku masih menunduk.

" Njih, Dek. Kok repot repot " ia pun tak kalah menunduk.

" Mboten repot kog, Kang. Tamu tebih njih kedah dihormati. "

Hening...

" Bapak dereng wasol, Dek? " Tanyanya.


" Dereng, Kang. Kadose jam 10 an. "

" Njih, Ditenggo mawon " Jawabnya.

Kami bertiga terdiam. Emak sedang "Rewang" untuk acara tahlilan di rumah
tetangga. Kami sibuk sendiri dengan ponsel masing-masing.

...

11.00

Suara motor terdengar nyaring. Aku sangat mengenalinya. Itu suara motor
bapak. Dadaku semakin bergemuruh. Apa yang akan ku katakan nanti?. Apakah
bapak akan marah padaku. Duh, Gusti.

Aku menghampiri bapak dengan gemetar.

"Pak, Enten tamu sing ajenge panggih. Njenengan. "

Bapak hanya terdiam seakan mengiyakan. Entah aku harus bahagia atau takut.

" Tak adus sek. Enteni sedilut. " Balasnya datar.


Aku kembali keruang tamu. Hanya terdiam tanpa kata.

...

Dadaku bergemuruh.

Akankah marahmu akan runtuh.

Maafkan semua ulahku.

Aku tak bermaksud begitu.

Tapi aku tak lari.

Aku bertanggung jawab atas ulahku sendiri.

Pak, boleh ku berkata.

Ia baik perangainya.

Ia tulus orangnya.

Ia tlah berjuang sejauh mata memandang.

Ia menepati janjinya tuk bertandang.

Pak, awalnya aku hanya bercanda.

Namun hadirnya malah nyata.

Aku belum mencintainya.

Aku hanya mencoba menghargai usahanya.


Pak🥀

Tembung Lamaran 10📌

Menikah?. Pikiranku mencoba merambah. Meniti setiap celah. Namun hanya


hampa. Aku tak mampu mencapainya. Aku belum siap merajai arusnya.

Menikah itu ikatan sah penuh pertanggung jawaban. Saling mengiringi menuju
jalan kebaikan. Bukan ajang pamer kemesraan atau hanya ikut ikutan.

Menyatukan dua keluarga. Penuh rasa lega bukan menyiksa. Hidup berdua
dalam satu atap. Saling mendukung dan mendekap. Namun aku belum siap.

Rancanganku masih panjang. Akankah kan kandas dan terpalang. Aku ingin
bersukaria dimasa muda. Tanpa tersekat ikatan yang mendera. Biarkan aku
bebas. Aku tak ingin semua ini kandas.

Ini semua salahku. Telah bermain hati yang kusangka palsu. Rasa bersalah terus
menderu. Dan aku tak tahu caranya sembuh selain menjauh.

...

Sosok itu muncul, menyambut tamu Agung yang sedari tadi menunggu. Ku tahu
bapak pasti bingung. Karena ulah anak perempuannya ini. Huh, Mengapa jadi
begini. Bualku dalam hati.
"Assalamualaikum, Pak. " Sapanya ta'dzim sambil mencium tangan Bapakku.

" Wa'alaikumussalam, Le. Wes suwi to? ." Tanya Bapak.

"Nembe mawon, Pak. "

Bapak duduk disamping Kang Ahmad. Berhadapan denganku dan kawanku.


Namun ia terus menunduk bahkan makin menunduk saat Bapak datang.

" Jenengmu sopo, Le?. " Tanya Bapak mengawali pembicaraan.

" Kulo Ahmad, Pak."

" Asale teko ngendi?." Tanya bapak menyelidik.

" Bengkulu, Pak. Tapi sakniki kerja teng Tambak udang Rembang. "

Sekian menit berbincang. Aku dan kawanku hanya menyimak. Rasa takut itu
hilang. Aku tak lagi gemetar. Karena lega melihat respon Bapak.

Hening
Sesekali kutatap wajahnya. Terlihat pucat pasi. Dan terus menunduk. Terlihat ia
sedang berfikir jauh. Mungkin bingung bagaimana caranya "Nembung". Kutahu
hatinya "Dredeg" bersitatap dengan Bapak. Kuakui ia memang berani. Datang
tanpa teman. Hanya sendirian.

Ia mulai membuka kata.

" Pak. "

" Hmm, Sepindah Kulo mriki ajenge silaturohim dateng Keluargane Mriki kalian
Dek Ana. Njih nyuwun ngapuntene mpon ganggu Istirahat e , Panjenengan. "
Ucapnya sedikit terbata bata. Mungkin saking Dredegnya ya :D

" Kaping kalih ipun, Kulo niat mriki Kulo... " ucapannya menggantung.

" Kulo... "

Ia menarik nafas sejenak.

" Kulo... " Jek Dredeg ges :D

" Wes tenang sek, Nggak usah Dredeg ngono. " Ucapa Bapak.
Bapak tlah paham maksud dan tujuannya datang kemari. Tapi Bapak ingin
mendengar langsung darinya sendiri.

Hening...

" Piye, Le?. "

Ia menarik nafas dalam dalam. Dan akhirnya...

" Kaping kalih ipun, Kulo mriki... " ia menarik nafas sejenak.

" Ajenge nglamar Putri Bapak dados Istri, Kulo. " sambungnya dengan suara
gugup dan semakin menunduk.

Bapak terdiam. Kami bertigapun ikut terdiam. Hanyut dalam suasana yang
entah apa namanya.

Hening...

" Sek yo, Le. " Ucap Bapak Meninggalkan ruang tamu.

Ia hanya terdiam terpaku pada ucap Bapak.


...

Seusai Bapak datang tadi. Dan mereka mulai berbincang.

Aku mengetik.

Terkirim.

[ Wa, Videonen ! Itung-itung Gawe dokumentasi 🤭 ] pesanku pada kawanku


yang berada tepat disampingku.

[ Peh, Wedi aku -_ ] Balasnya.

[ Nggak-nggak ,Wa ] Balasku meyakinkan.

[ Sek-sek. Peh, Melu Dredeg aku -_ ]

Dan akhirnya terekam Walau hanya sekian menit. Sayang, Suaranya tak
terdengar. Namun gerak geriknya terlihat jelas.

...
Kau tautkan harapan.

Namun itu hanya kebohongan

Kau lontarkan gombalan.

Namun Itu hanya omongan.

Kau katakan keseriusan.

Namun tanpa pembuktian.

Kini ada yang bertandang.

Berniat untuk meminang.

Sertakan cincin sebagai tanda ikatan.

Namun aku malah menafikkan.

Karena ia bukan yang aku inginkan.

Aku terjebak.

Ingin menolak.

Ingin mengelak.

Aku terseret rasa bersalah.

Akankah aku pasrah.

Atau katakan yang sejujurnya

walaupun akan membuatnya patah.


Entah🍁

Tembung lamaran 11📌

Bimbang. Fikiranku melayang tanpa haluan. Mengarungi arus tanpa sandaran.


Dermaga impian belum tentukan keputusan.

Apakah harus secepat ini ? Kuakui siapku belum matang. Mentalku tak cukup
kuat berjuang. Aku menghargai usahanya bertandang. Tapi untuk menerima
pinangan. Aku masih bimbang.

Ini bukan tentang kita. Namun tentang dua keluarga. Kita tersekat jarak yang
terlampau jauh. Keluargaku tak mampu menahan rindu. Jika akhirnya kita
bersatu.

Setumpuk misteri tertutup kabut. Dan mulutmu tak mampu menyebut.


Hadirmu memang ku sambut. Namun jujurmu belum ku rebut.

Bisakah kita bersaudara saja? . Tanpa ada rasa maupun Cinta. Tak perlu saling
membenci. Cukup saling mengerti dan memahami.

...

Hening, Tanpa kata maupun suara. Kami sibuk dengan ponsel masing-masing.
Kulirik sejenak, Ia berkali kali menghela nafas. Menenangkan diri setelah sosok
Bapak hilang tak berbekas. Kutahu debaran jantungnya pasti sangat kencang.
Tak teratur dan seakan ingin lepas dari tempatnya.

" Nduk, Reneo sek, " Suara Bapak memanggilku.

" Dalem, Pak. Njih ." Aku mulai melangkah meninggalkan keduanya.

Aku sedikit berdebar, Namun coba kutahan. Kini Aku, Bapak, dan Emak mulai
berbincang. Berdiskusi tentang Pinangan Kang Ahmad. Sebelum memanggilku.
Bapak tlah berdiskusi dengan Mbah, Paman, dan Bibiku. Dan hasilnya ? Mereka
Menolak dengan alasan terlalu banyak jarak.

Yah, memang masuk akal. Mana ada keluarga yang ingin anak gadisnya pergi
menjauh. Apalagi disana disebrang pulau. Aku pasrah tak banyak menyanggah.

"Piye, Nduk? , Keluarga kene nolak kabeh soale kadohen. Lk pomone enek opo
opo yo angel. " Tutur Bapak mewakili pendapat keluarga.

" Lek Bapak, Manut Awakmu. " sambungnya.

" Seduluran ae, Nduk. Lek golek bojo cedekan kene ae nggak usah Adoh-adoh. "
Emak mulai bicara.
Aku hanya bergeming. Pikiranku menelisik, Hatiku terusik. Sejak awal aku ingin
menolak, Namun ada rasa tak Enak. Ia sudah jauh jauh datang. Mana mungkin
aku tak menghargainya.

" Njih, Kulo. Dherek mawon, Pak. Sekecone pripon. Kulo njih dereng siap. Lulus
mawon dereng kog. Kulo njih salah soale mpon ngetes tiang." Jawabku.

...

Kami berdiskusi. Cukup lama, dan akhirnya.

" Le, Bapak nggak nolak yo nggak nompo. Soale Nduk e yo urung lulus sekolah "
Tutur Bapak.

" Kulo purun nenggo kog, Pak. Namung setengah tahun, Kan?. " Balasnya yakin.

" Tapi Keluarga kene nolak kabeh, soale jarak e kadohen. Trus Awakmu yo sek
cilik. "

" Kulo siap tanggung jawab, Pak, Masalah jarak Kulo purun pindah Mriki
kersane Dek Ana celak kaleh Keluargane." Jawabnya masih menyakinkan Bapak.

" Seduluran ae yo, Le " Tutur Emak Meyakinkan.


" Tapi, Buk. Kulo mpon remen banget kaleh putrine Njenengan." Peh ngengkel
men Kang e ki-_

Diusiaku yang masih 17 tahun. Aku belum siap untuk menikah. Masih banyak
rencana yang belum terealisasi. Sejak dulu prinsipku. Ingin menikah diusia 21
tahun. Setidaknya sudah mulai matang dan egoku sudah mulai dapat
dikendalikan.

Setelah negosiasi panjang, akhirnya bapak Menentukan keputusan.

...

Rencana.

Bisa terlaksana.

Atau juga hanya angan belaka.

Namun Harus diiringi usaha.

Juga ridlo kedua orang tua.

Akan tetapi tuhanlah penentunya.

Jodoh.

Yang dekat belum tentu akad.

Yang asing malah bisa bersanding.

Yang tak disangka malah bersama.


Yang didambakan belum tentu sampai pelaminan.

Menikah.

Bukan tentang muda atau dewasa.

Bukan tentang harta maupun nasab belaka.

Tapi tentang janji Setia.

Sehidup semati terus bersama.

Menerima segala kurangnya.

menahan ego tanpa terpaksa.

Dan kau yakin surga kan lebih dekat bila bersamanya.

Akad💕

Bumi Bungkarno, 24 November 2019

~Author by Alfaqiir❣️

@ Ditompo opo ditolak, yo?

Sabar Kang Ahmad 🤧

Lanjut nop mboten?

Tembung Lamaran 12📌


Link part
sebelumnya👇👇👇https://www.facebook.com/groups/1905406126437303/per
malink/2654271621550746/?app=fbl

Masih ingatkah kau, Nduk?

Peluk hangat Bapakmu saat kau berbuat salah?

Meminta di buatkan secangkir kopi setiap sore hari?

Mengajakmu membeli jajanan kesukaanmu saat baru gajian?

Mengantarkanmu saat keluar di malam hari?

Memberi tambahan uang saku tanpa diketahui ibumu?

Mengintip dibalik pintu kamarmu saat kau tlah terlelap?

Menggendongmu saat kau tertidur di depan TV?

Menghawatirkanmu dalam diam saat Sakit menderap tubuhmu?


Kau tahu, Nduk!

Sayangku teramat besar padamu. Cintaku menggebu gebu. Namun aku hanya
bisa membisu. Perhatianku hanya lewat sikap bukan ucap.Kini Putri kecil itu
mulai dewasa. Dan tlah ada lelaki baik yang meminangnya.

Jujur saja, Nduk. Bapak Belum siap kau tinggalkan!.

...

Keputusan ada di tanganmu, Pak. Kumohon tolak lamaran ini!, Aku belum siap.
Gumamku dalam hati.

" Le, Keputusan e Bapak..., " Bapak menggantung kalimatnya.

Semua terdiam. Fokus menatap Bapak dengan debar. Apalagi Kang Ahmad.
Entah ekspresi seperti apa, aku sulit menjelaskannya.

" Sepurane, Le... "

" Bapak ... " Masih menggantung kalimatnya.

Hening
Bapak masih berfikir panjang. Dan akhirnya ...

" Bapak... "

" Bapak Urung iso mutusne Saiki, Le. Sek iso kabar-kabaran kan?, Insyaallah, Iso
dibahas kapan-kapan eneh lewat telfon. "

" Rabi ki lek iso sekali seumur hidup. Perlu mikir berkali kali sampek yakin
tenan. Nggak iso instan ngeneiki!." Tutur Bapak.

Wajah tegang itu kini berubah lesu, Setelah mendengar keputusan Bapak. Aku
tahu ia kecewa, Karna perjuangnya Masih digantungkan.

Lega, itulah yang kini kurasa. "Matur suwun sanget, Pak." Tuturku dalam hati.

...

Adzan Dzuhur tlah berkumandang. Perbincangan penuh debar pun kami sudahi.
Kuantarkan ia menuju belakang rumah untuk berwudlu.

Kupandangi sejenak dari ambang pintu, Wajahnya berseri saat air wudlu
menetes dari dagunya. Ada rasa bersalah menjalar di hatiku, " Maafkan Aku,
Kang. " Gumamku.
Sholat Dzuhur tlah kami laksanakan. Kini kami berkumpul menikmati sajian
makanan yang dari pagi tlah ku siapkan.hanya bertiga karena Bapak dan Emak
memilih makan di ruang TV. Ia terlihat malu malu, Tapi ku tahu ia lapar. Karena
sedari pagi belum makan.

" Monggo, Kang. Di Sekeca aken." kataku mempersilahkan.

" Njih, Dek. " balasnya Tanpa berani menatapku.

Ia tak kunjung mengambil makanan. Ah, mungkin ia masih sungkan. Gumamku.


Aku berinisiatif mengambilkannya nasi. Tapi ia mencegahku. Ia terus terdiam.

" Mboten usah isin-isin, Kang. Nopo Kulo pendetne?. " Ucapku menawarkan.

" Mboten usah, Dek. Mas saget mendet piyambak kog. "

Ia terdiam.

" Selak adem lho, Kang!." Tanpa persetujuannya kuangsurkan nasi beserta lauk
pauknya ke piring dan kusodorkan padanya.

" Kog repot-repot to, Dek. Mas saget mendet piyambak kog. " Balasnya terpaksa
mengambil makanan yang sudah ku ambilkan tadi.
" Salah e kesuwen !." Gerutuku dalam hati.

Sehabis makan. Ia hanya terdiam tak banyak kata ia lontarkan. Ia pun


berpamitan untuk pulang. Bapak mengantarkannya mencari Ojek Online.
Setelah berhasil mendapatkannya , ia berlalu pergi menuju Terminal Gayatri
Tulungagung. Hatiku lega.

...

Lega.

Aku terlepas tanpa duga.

Walau masih ada duka.

Karena tumbuhkan kecewa.

Kepulangannya dengan tangan hampa.

Maafkan aku.

Aku belum siap menerimamu.

Maafkan kebodohanku.

Tlah mempermainkan hatimu.

Aku penuh cela.

sikapku hanya canda.

Tapi aku salah menempatkannya.


Jangan menungguku.

Aku tak ingin menggantungkanmu.

Temukan Bahagiamu.

Selain denganku.

Maaf🥀

Tembung lamaran 13📌

Pernahkah hatimu bimbang? Hilang arah dan memilih mengalah. Bukan


berhenti tetapi terus meniti. Kau tahu ia akan lebih tersakiti. Tapi kau takut
jujur akan hati.

Rasamu terus menyapa. Kurasakan ada cinta didalamnya. Aku terpekik rasa
Salah. Namun aku malah menyerah. Ingin rasanya berkilah. Namun hatimu
terlanjur terjamah.

Aku seakan bermuka dua. Sikapku terbuka dan menerima. Tapi hati menolak
mentah mentah. Aku menipumu. Cinta itu belum tumbuh dihatiku.

Kau menggelayut mesra. Kata sayang tlah menjadi bukti nyata. Aku
menghargainya. Tapi enggan membalasnya.

Aku ingin berkata jujur. Tapi cintamu sudah terlanjur. Andai waktu dapat kuatur
mundur. Mungkin kepercayaanmu tak akan hancur.
...

Kepulanganmu memang hadirkan lega. Namun tinggalkan rasa Salah Yang


terus mendera.

Tak terasa satu setengah bulan tlah berlalu. Banyak cerita mesra Yang kau ukir
untukku. Kurasa cinta itu semakin menggebu. Dan bagaimana denganku? Aku
biasa saja. Berusaha menipumu untuk terus percaya. Bahwa cintamu terbalas
juga.

[ Assalamualaikum, Sayang ] ditambah emoticon hati.

[ Wa'alaikumussalam ]

Pesan itu tak pernah absen menyapa. Berimbuh emoticon mesra


menggambarkan bahwa sang empunya semakin mencinta. Jujur saja aku lelah
berpura pura. Aku muak bermuka dua. Hatiku berontak, ingin berkata Yang
sebenarnya. Namun aku tak tahu caranya.

[ Mpon Sholat, Dek? ]

[ Mpon maem, ]
[ Taseh nopo, ]

[ Mas, Rindu! ]

Hatiku terenyuh. Ingin segera menjauh. Cintanya tulus tanpa dusta. Namun
kubalas kebohongan nyata.

[ Dek, Ngaji bareng yuk! Surah Al Waqiah. Mengke gantosan maos e ]

[ Njih, Kang. Kedap, Tak siap-siap! ]

Sesekali ia menelfonku untuk mengajakku ngaji berdua. Sambil menyemak


hafalan nya Yang terus bertambah. Ingin rasanya menolak, Tapi dalam hati ada
rasa tak enak.

...

[ Isi ulang pulsa Rp 20,000 telah berhasil. Terima Kasih]

Benar, Itu pasti darinya. Tadi aku berpamitan untuk berhenti mengirim pesan.
Karena kuota ku habis tak berbekas. Bukannya bahagia, tapi aku semakin
bersalah. Segera kubeli kuota dengan pulsa itu.
[ Kang, Kog report-repot to?, Mbenjing kulo ganti ,Njih ]

[ Mboten usah, Dek. Mas Ikhlas kog ]

[ Kulo mboten Sekeco kaleh, Njenengan ]

[ Itung- itung blajar nafkahi Sampeyan, Dek]

[ Pokok mbenjing kulo ganti! ]

[ Mboten usah ]

[ Pokok tak ganti! ]

[ Mboten usah ]

Aku terus saja memaksa menggantinya. Aku tidak enak hati. Aku belum jadi
siapa siapanya tapi sudah begini.

[ Terserah Sampeyan, Dek. Tapi lek mbenjing pulsane nambah 100k. Ampun
nyalahne, Mas]
[ lah, Pripon to?] Jawabku memelas.

Tapi akhirnya kau tak berani menggantinya. Aku takut ia membuktikan


perkataannya. Bimbang-_

...

Pernah juga ia menawariku mentranfer uang setiap bulan. Ia berkata uang itu
untuk perawatan diri dan memenuhi kebutuhanku. Tapi aku menolaknya.

...

Sapamu begitu manis.

Sikapmu tak pernah sinis.

Namun pikirku menolak Bengis.

Andai kau tahu semuanya.

Pasti hatimu kan teriris.

Candamu kan berakhir miris.

Hatiku bergejolak.

Kebenaran itu harus segera terkuak.

Aku tak ingin tipuan ini terus memekak.


Dan perhatian palsuku terus menyeruak.

Kuatkan hatimu.

Katakan kebenaran itu.

Jangan hanya membisu.

Kuatahu kepercayaannya akan hancur.

Tapi setidaknya kau tlah berkata jujur.

Walau waktunya telat dan tlah terlanjur.

Tipuan💐

Tembung lamaran 14 📌

Satir satir misteri mulai terbuka. Tunjukkan kebenaran Yang nyata. Aku tak
menyangka. Banyak rahasia Yang ditutupinya.

Mengapa tak jujur dari awal?

Aku ingin tahu semuanya. Tanpa ada satupun Yang tersisa. Walau hanya
seujung kata. Semua harus terbuka.

Kejujurannya tlah dalam dekapan. Aku tlah merangkul berpuluh alasan. Kurasa
penolakanku kan segera terucapkan. Dan kebebasan kan segera kudapatkan.
Aku memang Salah. Tapi aku tak akan menyerah. Akan segera kuakhiri kisah.
Sebelum dirinya dapat berkilah.

Maaf, Kang!. Tak seharusnya kita bersatu. Karena rasaku bukan untukmu.
Pergilah tanpa ragu. Dan temukan bahagiamu.

...

Semakin Lama perbincangan kami semakin dekat. Keingintahuanku semakin


lekat.

[ Kang, Dospundi kabar e Bapak kaleh ibuk? ]

[ Insyaallah sehat, Dek ]

[ Kog insyaallah?, Kadose mboten yakin ngoten,]

[ Mboten kog, Dek ]

[ Jujur, Kang! ] balasku penuh penekanan ia seperti menyembunyikan sesuatu.

[ Ceritane panjang, Dek ]


[ Kan lewat telfon saget ]

[ Mbenjing-Mbenjing mawon, Njih?]

[ Sakniki! ]

[ Dek, Mbenjing mawon, Njih?]

[ Yowes, Terserah ]

[ Kog nesu ngoten to? ]

[ Dek,]

[ Ampun nesu ta, ]

Aku malas menjawabnya. Dan akhirnya...

[ Njih Mpon, Telfon sakniki, Njih?] Ia menyerah.

[ Njih ] balasku singkat.


Panggilan masuk.

Aku segera mengangkatnya. Ia terdengar menarik nafas berat. Seakan banyak


tekanan Yang ingin ia jelaskan.

" Assalamualaikum, Dek" sapanya membuka kata

" Wa'alaikumussalam " Balasku datar.

" Ampun nesu, ta. Mas, Bingung ajenge sanjang pripon. "

" Kantun sanjang, Kan? " Balasku sinis.

" Emhh, Ngeten.., " ia menggantungkan kalimatnya.

" Sebenere... "

Ia terdengar tak yakin mengatakan Yang sebenarnya. Sangat terpaksa.

" Sebenere, Mas. Kabur saking griyo. " Ucapnya lirih.


Deg, inikah yang ia tutupi semua ini. " Aku harus tahu semuanya! " Gumamku
dalam hati.

" Kog saget? " tanyaku kepo.

" Emhh, Sebenere Mas e ken nerusne mondok maleh kaleh Bapak. Tapi Mas
mboten purun pengen blajar mandiri. Tapi Bapak mboten ridlo. "

" Njih, Mas kabur Bondo Nekat saking Bengkulu . Niat e Ziaroh setiap Wali sing
Mas lewati. Pas sampek Rembang alhamdulillah panggih Pak-pak nawari
kerjoan teng Tambak. Trus menetap teng mriki. Alhamdulillah mpon 6 Bulan
niki. " tuturnya panjang dengan nada pasrah.

Aku tercekat. Mengapa ia tak jujur dari awal? Bagaimana bila Bapak tahu
masalah ini?

" Ngapunten, Dek. Mas, Nembe jujur. Mas mboten pengen Adek ngedohi Mas. "
ia terisak.

"Mas berkali kali nelfon Bapak, tapi mboten diangkat. Sms njih mboten dibales.
Kadose Mas mpon mboten dianggep anak maleh." Terangnya semakin terisak.

Aku hanya terdiam. Merutuki diriku sendiri. Mengapa harus serumit ini.
Tekadku untuk jujur berangsur pupus.
" Njenengan Mboten nyobi wangsul mawon. Kang? "

" Danane dereng cekap, Dek. " isaknya mulai mereda.

" Sampeyan nggak bakalan ngedohi Mas kan, Dek? " Tanyanya dengan penuh
harap.

" ... " Aku hanya terdiam

" Dek, "

Aku terkesiap " Anu, Kang. Emhh, Berarti Bapak kaleh ibuk dereng ngertos
masalah lamaran niku? " Tanyaku mengalihkan.

" Dereng, Dek. "

Haruskah aku berbohong lagi? Aku tak tega melihat ini. Ya Tuhan, Berikan aku
jalan.

...

Setelah itu, seakan satu Demi satu satir itu terbuka. Ia mengaku bahwa
Bapaknya Seorang Kiyai Kampung Yang pastinya disegani masyarakat sekitar.
Kakaknya Alumni pondok ternama, penguasaannya tentang Kitab kuning tlah
digenggamnya. Ditambah lagi Semua anggota keluarganya adalah Penghafal
Alquran.

Siapa yag tak kagum. Dan mendambakannya. Tapi berbeda denganku. Aku
malah merasa tak pantas untuknya. Dimana aku hanya anak dari seorang buruh
tani dari keluarga sederhana. Bapakku seorang awam dan ibuku hanyalah santri
kalong. Sedangkan aku mondok saja tidak pernah.

Aku benar benar tak pantas untuknya. " Aku harus segera jujur! Jangan ditunda
lagi! " tuturku dalam hati.

Aku tak berani berbicara langsung. Kutuliskan semuanya dalam pesan.

Aku mengetik.

18:05

[ Assalamualaikum, Kang Ahmad ]

[ Ngapunten, Kang. Kulo ajenge jujur. Kulo ngertos niki bakalan nglarani manah
e Njenengan. Tapi Kulo mboten saget nahan maleh .Kulo mboten Pengen
masalah niki berlarut larut ]
[ Di akhiri mawon hubungan niki, Kulo mboten remen kaleh Njenengan. Kulo
njih dereng siap umpami ajenge simah. Njenengan berhak angsal sing langkung
sae saking Kulo]

[ Kulo nyuwun agung e pangapunten. Niki Salah kulo dari awal kulo mboten
bermaksud gawe dolanan manah e Njenengan.ngapunten ]

Aku sengaja Non Aktifkan data agar pesan ini tak langsung terkirim. Setelah
semua selesai segera ku Aktifkan data. Terlihat dua centang abu abu Yang tak
kunjung membiru.

Hatiku berkecamuk. Bagaimana responnya melihat kejujuranku ini.

...

Misteri mu tersingkap jua.

Satir satir rahasiapun sirna.

Sungguh hatiku berkecamuk lara.

Bimbang akan rasa.

Sungguh aku tak tega.

Namun aku lelah berpura pura.

Ku tahu kau berlumur duka.


Tapi pesanku harus kau baca.

Rasa dihatiku harus kau tahu juga.

Mengapa tak mencoba belajar mencintai?

Aku tak siap menerima hati.

Aku hanya bisa merutuki diri.

Mengapa aku bisa sebodoh ini.

Segeralah berlalu.

Aku tak ingin lebih menyakitimu.

Jangan menungguku.

Temukan bahagiamu.

Ikhlaskan aku.

Karena terlalu banyak jarak didepanku.

Ikhlaskan aku pergi🥀

Tembung Lamaran 15📌

Namun, berani mencintai juga harus berani menerima konsekuensi.

"Mencintai itu tidak cukup dengan tidak melukai orang yang dicinta, Namun
juga harus sabar ketika disakiti orang yang dicinta "
~Dawuh Gus baha'🥀

Kejujuran terkadang memang menyakitkan. Tapi jika terlalu Lama dipendam.


Akhirnya akan membinasakan.

Jujur itu kunci awal. Jangan sampai tertinggal walau hanya sejengkal. Jangan
sampai berlarut larut. Karena kan berakhir rumit nan kalut.

Aku tega? Iya aku tega, Aku jahat. Aku tlah mempermainkan rasamu. Hingga
kau terjebak dalam ranah cintaku.

Penolakanku pasti goreskan luka mendalam. Namun lebih baik dari pada
digantungkan bukan? Harapanmu kupatahkan. Dan cintamu tanpa balasan.
Coba ikhlaskan. Jangan coba memaksakan.

Kau berhak marah, itu wajar. Kau pantas benci, Anggap saja aku tak punya hati.
Bahkan ku persilahkan kau mencaci, Keluarkan semua itu tanpa henti. Berharap
lebam dalam hati dapat sedikit terobati.

Terimakasih, sikapmu yakinkan tekadku. Bahwa aku tak Salah memilih arah.
Temukan bahagiamu. Doaku selalu menyertaimu.

...
Hatiku berkecamuk. Menahan desakan sendu Yang mulai beradu. Sesak
memenuhi dadaku. Menanti pesan Yang tak kunjung membiru.Ku non Aktifkan
Data ponselku. Ku tarik nafas sejenak. Tenangkan dirimu, Yang kau lakukan
sudah benar. Walau terlambat, setidaknya masih terucap.

Ku Aktifkan kembali data ponselku. Dan tak Lama,

Drett..

2 pesan masuk

Jantungku tercekat. Akankah ia kan marah? Bagaimana responnya? Aku mulai


menerka nerka. Tanganku gemetar

[ Wa'alaikumussalam, Dek ]

[ Njih, Dek. Mas bakalan nenggo Adek ngantos siap. Masalah cinta kan saget
tumbuh nanti. Intine sakniki Adek fokus sekolah mawon. Mas tak fokus kerjo, ]

Balasannya masih penuh harap. Lembut tanpa kemarahan sedikitpun. Lega?


Tidak sama sekali.
Aku lupa bercerita. Ia lahir pada Sabtu pahing. Pasti orang Jawa tahu lah ya?
Orang Yang punya weton ini dikenal dengan sifatnya Yang ambisius dan tak
mudah menyerah dan Pekerja keras. Tapi juga mudah tersulut emosi.

Ia juga pecinta motor. Ia tlah mempunyai motor dari usahanya sendiri. Ya,
kalian tahu apa Yang dibenakku saat ini?

[ Ngapunten,Kang ] Balasku memelas.

[ Njih, Dek ]

[ Mas Ampun nekat, Njih? ]

[ Njih ]

[ Saestu lho? ]

[ Njih,]

[ Ampun nekat! ]

[ UDUK URUSANMU!! ] Balasnya mulai kasar.


Atiku mak tratap Iki, Ya Allah gusti-_

[ PERJUANGANKU SIO-SIO !!]

[ LEK RA PENGEN DIPERJUANGNE KI NGOMONG KET AWAL!!]

[ TAK BELANI ADOH ADOH KABEH KANDAS RA GUNO!!]

[ Ngapunten, Kang. Kulo mboten maksud ] Balasku pasrah.

[ ORA USAH KAKEAN CANGK*M!!]

[!@-+#(#]

[&%%#&#(]

[&@&@%#]

Kini hanya cacian dan makian Yang kuterima. Kata kasar dan umpatan
kemarahan kau lontarkan. Jujur, pertama kali "Dipisuhi" orang jawa
menyebutnya. Wajar sekali ia marah dan benci. Karena hatinya bagai tertusuk
belati berkali kali.
Namun tak bisa dipungkiri. Ada sedikit nyeri dihati. Hati perempuan itu
terlampau lembut. Tergores kata kasar sedikit saja sudah sangat terasa
sakitnya.

Tut.. Tut.. Tut..

Panggilan ditolak

Tut.. Tut.. Tut..

Panggilan ditolak

Berkali kali ku menelfonnya. Selalu ditolak. Ku beranikan diri mempertanggung


jawabkan ulahku sendiri. Biarlah ia marah di telfon tersambung . Hempaskan
segala amarahnya secara langsung. Tapi menjawab satu pangilan dariku saja
tidak.

[ Angkat telfon Kulo, Kang ]

[ RA SUDI!! NGALIHO ADOH ATIKU LORO C*K ]

Ia berhenti mengirim pesan. Akhiri perbincangan penuh amarah ini. biarlah ia


tenang. Kuhempas jauh benda pipih itu. Kurebahkan badan menatap langit
langit kamar.
" Mugo-mugo Kang Ahmad nggak nekat, Ya Allah" Gumamku dalam hati.

" Ngapunten, Kang. Kulo mboten maksud " pasrah-_

Sikap kasarnya itu wajar. Ia tersulut marah karena hatinya tergores parah.
Cintanya terlalu dalam. Tapi, Aku mulai berfikir mungkin ini nyatanya. Dan
baiknya.

" Saiki ae wes kasar koyo ngene, Opo meneh sok, " pikiranku mencoba
melangkah jauh.

...

Kecamuk rasa mendekap raga.

Menanti balasan atas rasanya.

Awalnya terlihat biasa saja.

Ternyata ada amarah Yang membara.

Gejolaknya kian menganga.

Itu semua karena cinta.

Terlalu dalam adanya.

Aku mulai menelisik.


Mungkin ini jalan terbaik.

Walau peraduan sedikit terusik.

Semoga berakhir baik.

Aku jujur.

Walau semua tlah terlanjur.

Ngapunten, Kang Ahmad😣🙏

Tembung Lamaran 16📌

Sukmaku terhempas. Hatiku nyeri menyergap nafas. Anganku seakan kandas.


Hilang pergi tak berbekas.

Aku belum mencinta. Tumbuh sayang pun tak ada. Hanya rasa iba menyentuh
rasa. Karna kurasa cintamu tulus adanya.

Sikap lembutmu dulu. Luluhkan peraduanku. Ada setitik harap dalam kalbu.
Namun semua lenyap karena sikapmu.

Aku ingin belajar menerima. Berangan bahagia hidup bersama. Namun semua
hanya sebatas angan. Tanpa ada nyata yang dapat diwujudkan.

Ku tahu sulit untuk rela. Tapi tolong coba sekali saja. Aku tak tega terus
menggores luka. Tolong ikhlaskan aku saja.
Izinkan aku berlalu. Dekaplah bahagiamu. Jangan usik aku lagi. Aku ingin
melangkah pergi.

Kang Ahmad, Pergilah!

...

Allahu Akbar.. Allahu akbar..

Adzan subuh kembali menyapa. Segera ku bangun dari tempat tidurku.


Mengambil air wudlu dan bersiap bersimpuh dihadapanmu, Rabb. Kejadian
semalam masih lekat kuingat. Rasa nyerinya kembali menyergap. Ku
menengadah, Kaulah sebaik-baik tempat pengaduan, Rabb.

"Ya Allah, Nyuwun ngapunten ingkang katah. Kulo mpon nglarani manah e salah
satu hambane, Njenengan, "

"Kulo mboten maksud, Ya Allah. Paringono roso lego lan manah sing jembar
kagem, Kang Ahmad, "

"Mugi keputusan Kulo niki mboten salah, Aamiin Ya Robbal 'Alamin. "
Bulir bening itu berjatuhan. Mengingat kebodohanku diawal kisah. Ku berdzikir
lirih. Sesak itu berangsur lega. Aku bersujud.

" Semoga ini yang terbaik. " Bisikku dalam hati

...

Senja, bolehkah aku bertanya? Mengapa urusan hati harus serumit ini? Ingin
pergi tapi takut menyakiti. Ingin tetap disini,tapi lelah menipu hati. Hem,
Entahlah.

Secangkir kopi, Cukup menenangkan hati. Berhenti sejenak, menghapus resah


dalam benak.

Drett..

Pesan masuk dari Aplikasi berwarna hijau itu. Nama Kang Ahmad terpanpang
jelas di layar ponsel ku. "Aku tak ingin diganggu, " Ucapku sambil mematikan
ponsel itu.

...

Amarahmu memang hanya sekejap. Namun nyerinya tak berhenti menyergap.


Keputusanku sudah bulat. Kisah ini tlah berakhir semalam.
Selepas sholat isya'. Coba kuraih benda pipih itu. Kubuka pesan yang sedari sore
kuanggurkan.

16:30

[ Assalamualaikum,Dek ]

Apakah ia sudah tak marah? Gumamku.

Aku tak ingin membalasnya. Namun pesan lain kembali menyapa.

21:11

[ Video ]

Sepintas ragu, Coba kubuka. Isinya sebuah kata kata yang intinya bahwa ia
merasa tak pantas bersanding dengan siapapun.

21: 12

[ Ngapunten, Dek. Mas wau dalu Kelepasan. Kulo ngertos, Adek langkung sae
damel Mas ]
[ Saget kita mulai dari awal, Dek? ] Pintanya.

[ Mas, Nyuwun ngapunten ]

Kau tahu Kang, sebernarnya aku mulai menerimamu. Namun karena sikapmu
semalam, Aku tlah mengurungkan niatku. Semua tlah berakhir. Jangan kau
ungkit lagi.

[ Njih, Kulo njih nyuwun ngapunten. Tapi untuk sarengan maleh, Kulo mboten
saget ] Balasku.

[ Lek mpon siap kabari ] Balasnya lagi.

[ Ngapunten, Kang. Pados o lintune mawon. Kulo pamit, Assalamualaikum.]

Sepintas ku pencet tombol Blokir. Kuanggap semuanya tlah berakhir. Biarlah


kisah kelam ini tenggelam. Tumbuhkanlah kisah baru tanpa kehadiranku.

Sebenarnya ini belum berakhir. Bahkan aku tlah memupuk bom waktu. Yang
suatu hari kan meledak tanpa ragu. Tapi biarlah. Aku sudah pasrah.

...
Kang Ahmad.

Cintamu tulus tanpa ragu.

Sayangmu lembut tanpa menuntut.

Perhatianmu tak pernah membiru.

Doamu tak hentinya menyertaiku.

Kita tersekat batas.

Aku merasa tak pantas.

Biarlah Cinta ini terhempas.

Dan hilang tanpa bekas.

Kan kuingat selalu.

Ragamu yang mampir bertamu.

Wajah kalutmu mengucap tembung lamaran itu.

Wajah cemasmu menanti restu.

Walau akhirnya hanya luka yang menyayat hatimu.

Pergilah tanpa ragu.

Ada bahagia yang menantimu.

Salam manis dari ku.


Seseorang yang berhasil menipumu.

Dek Ana Mu🌷

Bumi Bungkarno, 07 Januari 2020.

~Author by Alfaqiir❣️

TAMAT

__________________________

PESAN AUTHOR💕

Matur Nuwun Sanget kagem sedoyo pembaca. Semangat dari kalian sangat
berarti. Ngapunten, Saumpami enten salah kata saat menanggapi komen kalian,
Atau yang belum sempat tak bales. Ngapunten njih🙏🙏

Mungkin ada yang bertanya, Ini Kisah nyata ta Thor ? Iya, ini kisah nyatanya
Author. Tak ada maksud untuk menjelekkan siapapun. Author hanya ingin
berbagi kisah dan mungkin ada hikmah yang bisa diambil.

"Ojo ngomong tresno yen atimu urong iso nompo," Dunia Maya memang tak
menjanjikan apa-apa. Namun bijaklah dalam bermaya. Jangan umbar janji jika
hatimu masih ragu. Karena ada hati yang berharap dan yakin akan janjimu.
Kang Ahmad, Sosok berani dan ambisius. Matur nuwun, Kang. Hadirmu berikan
banyak pelajaran. Dia itu romantisnya nyundul langit.

Kenapa? Dulu dia bilang setiap hari ngirim alfatihah khusus untuk saya.
Walaupun berakhir kandas.

Sedikit bocoran ya, biasanya yang serius itu Kang-kang sing umurane 25 keatas.
Mpon niat temenan pados Istri.Dadi ngati-ngati ae. Lk niatmu guyonan yo ojo
terkesan nguwek i harapan. Ok😁

Ini cerbung kedua Author. Dan keduanya adalah kisah nyata saya. Maaf jika
masih perlu banyak perbaikan karena masih pemula.

Salam Cinta untuk semua pembaca 😍

~Alfaqiir

Anda mungkin juga menyukai