Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN HASIL PERTANIAN

ANALISA KADAR SIKLAMAT DAN NIKOTIN

Disusun oleh :
Karina Awitri Dewi
1321920006

Nama Kelompok NIM


1. Firda Yulihana 1321920005
2. Karina Awitri Dewi 1321920006
3. Muthia Amira 1321920007

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT


TEKNOLOGI INDONESIA
TANGERANG SELATAN
2021
I. TUJUAN
a. Mengetahui ada tidaknya Bahan Tambahan Pangan Siklamat dalam suatu
sampel minuman
b. Mengetahui kadar Bahan nikotin pada sampel rokok

II. DASAR T E O R I
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan
pengental. Peraturan Mentri Kesehatan R I No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan
juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam
makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan,
penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan


digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman
dan makanan kesehatan. Pemanis adalah bahan tambahan makanan yang
ditambahkan dalam makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis.
Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa, aroma, memperbaiki sifat-
sifat fisik, pengawet, memperbaiki sifat- sifat kimia sekaligus merupakan
sumber kalori bagi tubuh. Rasa manis dapat dirasakan pada ujung sebelah luar
lidah. Rasa manis dihasilkan oleh berbagai senyawa organik termasuk alkohol,
glikol, gula dan turunan gula. Dilihat dari sumber pemanis dapat
dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Pada
mulanya pemanis buatan diproduksi dengan tujuan komersil untuk memenuhi
ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita diabetes (kencing
manis) ataupun orang yang membutuhkan makanan berkalori rendah.
Pemanis (sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis
alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa
tersebut tidak berada di alam. Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk
membantu mempertajam rasa. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh
Permenkes adalah Asesulfam-K, Aspartam, Asam siklamat beserta garam kalsium
dan natriumnya, Sakarin beserta garam kalsium, kalium, dan natriumnya,
Sukralosa (triklorogalaktosukrosa),Neotam.

Siklamat adalah senyawa kimia yang sering digunakan sebagai


pemanis buatan. Kadar kemanisannya 30-50 kali lebih tinggi daripada
gula. Natrium siklamat seringkali digunakan bersamaan dengan pemanis
buatan lainnya, khususnya sakarin; campuran sepuluh bagian siklamat dengan
satu bagian sakarin dapat menyembunyikan rasa aneh yang dipicu oleh kedua
pemanis ini. Natrium siklamat tidak semahal pemanis lainnya dan tetap stabil jika
dipanaskan.Siklamat biasanya digunakan dalam bentuk garam seperti natrium
siklamat atau kalsium siklamat. Di kalangan pedagang pengecer, natrium
siklamat dikenal dengan nama dagang “sodium” atau “biang gula” .

Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksisulfat atau natrium


siklamat dengan nama dagang antara lain: assugrin, suracyl, atau sucrose.
Siklamat bersifat mudah larut dalam air dan tahan terhadap panas. Berbeda
dengan sakarin yang memiliki rasa manis dengan rasa pahit, siklamat hanya
berasa manis tanpa adanya rasa pahit. Siklamat memiliki tingkat kemanisan 30
kali dari sukrosa. Nilai kalori: 0 kkal/g atau setara dengan 0 kJ/g, dan ADI: 0-
11 mg/kgBB. Di Indonesia pemakaian siklamat sering disalahgunakan dan
penggunaanya melebihi batas yang diijinkan. Dalam standar pemanis
buatan (SK Kepala Badan POM No: HK.00.05.5.1.4547/2004) dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988, batas maksimum penambahan siklamat pada produk
minuman adalah 250-3000 ppm (Wibowotomo, 2008). Rokok adalah produk
yang mengandung zat-zat yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan),
dan jika dikonsumsi dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan
masyarakat. Karena dalam rokok terdapat kurang lebih 4000 macam zat kimia,
antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, penyakit jantung, impotensia,
penyakit darah, emfisema, bronkitis kronik, gangguan kehamilan dan janin
serta banyak lagi lainnya (Negoro, 2000). Menurut Cadwell (2001) bahwa
dalam sebatang rokok mengandung sekitar 20,9 mg nikotin, namun ha ya sekitar
2 mg nikotin yang terikut masuk ke dalam tubuh perokok.

Berdasarkan bahan dan ramuan, rokok digolongkan menjadi beberapa


jenis yaitu rokok kretek, yakni rokok yang memiliki ciri khas adanya
campuran cengkeh pada tembakau rajangan yang menghasilkan bunyi kretek-
kretek ketika dihisap (Anonymous, 2001) dan rokok putih, adalah rokok dengan
atau tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau laiinya
tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret dan boleh
menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan berdasarkan
ketentuan Pemerintah R I (Anonymous, 1999a) dan cerutu, adalah produk dari
tembakau tertentu berbentuk seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya berupa
lembaran daun tembakau dan bagaian isisnya campuran serpihan tembakau tanpa
penambahan bahan lainnya.

Nikotina merupakan suatu cairan alkaloid berwarna kuning pucat


hingga coklat tua yang ditemukan dalam tanaman Solanaceae. Kadar nikotin
merupakan kunci untuk menentukan kualitas tembakau. Banyak faktor yang
memengaruhi kadar nikotin ini, yaitu jenis tembakau, jenis tanah, kadar
nitrogen tanah, tingkat kematangan tembakau, dan masa penguningan (Tassew
2007). Senyawa ini terdapat sekitar 0.6-3 % dalam tembakau kering. Senyawa
ini dibentuk selama biosintesis yang berlangsung di akar dan terakumulasi di
daun (Chitra dan Sivaranjani 2012). Nikotina bersifat higroskopis, dapat
bercampur dengan air pada suhu di bawah 60 °C, sangat larut dalam alkohol,
kloroform, eter, kerosin, dan sejenisnya (Tassew 2007). Keberadaan nikotina
ini dapat diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi seperti pereaksi Mayer,
Dragendorf, dan Wagner
III. A LA T DAN BAHAN
Alat
1. Timbangan analitik
2. Erlenmeyer
3. Beaker Glass
4. Pipet ukur
5. Spatula
6. Corong Kaca
7. Batang Pengaduk
8. Bulp
9. Lumpang alu
10. Waterbath
11. Klem dan Statif
12. Buret

Bahan
1. Sample minuman Panther
2. Sample Rokok
3. BaCL
4. HCL
5. NaNO
6. Petroleum Eter
7. Indikator MM
8. HCL 0,01 N
9. NaOH 20 %
10. Aquadest

IV. CARA KERJA


Analisis Kadar Siklamat
1. Pipet 50 mL sample, masukan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 2 gram BaCL2
3. Diamkan selama 2 menit, saring larutan
4. Asamkan filtrat dengan 10 mL HCL 0,01 N
5. Tambahkan 0,2 gram NaNO2
6. Diamkan larutan hingga terbentuk endapan putih
Analisis Kadar Nikotin
1. Gerus sample nikotin, lalu timbang sebanyak 1 gram
2. Masukan kedalam Erlenmeyer 50 mL
3. Tambahkan 10 mL NaOH 20 % dan 20 mL Petroleum Eter
4. Tutup Erlenmeyer dengan alumimium foil selama 1 – 2 menit
5. Pipet 10 mL larutan, masukan kedalam Erlenmeyer
6. Uapkan larutan hingga volume larutan 2 mL
7. Tambahkan 10 mL aquadest dan 2 tetes indicator MM
8. Titrasi dengan HCL 0,01 N

V. DATA PENGAMATAN
a. Analisis Kadar Siklamat
Terdapat sedikit endapan putih pada larutan

b. Analisis Kadar Nikotin


Volume Sample Bobot Sample
1,9 mL 1 gram

v titrasi x N HCL X 1,62 mg nikotin


Kadar Nikotin=
1 mL HCL 0,01 N

1,9 mL x 0,01 X 1,62 mg nikotin


Kadar Nikotin=
1,6223 mg

Kadar Nikotin=0,02 %

VI. PEMBAHASAN
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran
bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap
rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Dalam praktikum kali ini
yang pertama adalah analisa secara kualitatif tentang adanya kandungan
siklamat pada suatu sampel minuman instant. Metode analisa yang
digunakan adalah dengan prinsip pengendapan. Pengendapan
dilakukan dengan cara menambahkan barium klorida kemudian
ditambah natrium nitrit dalam suasana asam, sehingga akan terbentuk
endapan barium sulfat. Reaksi antara siklamat dengan HCl akan terurai
menghasilkan amina alifatis primer. Adanya siklamat ditunjukan
dengan endapan Putih.

Selanjutnya pada tahap kedua, larutan disaring dengan kertas


saring agar filtrate dan residu endapan terpisah. Setelah itu adanya
penambahan larutan HCl untuk mengasamkan larutan agar reaksi
mudah bereaksi jika dalam keadaan asam dan penambahan larutan
NaNO2 menjadikan larutan akan timbul endapan yang jelas, karena
memutuskan ikatan amina pada amina alifatis primer sehingga dalam
sampel tersebut.

Pada percobaan selanjutnya adalah melakukan percobaan untuk


menentukan kadar nikotin pada tembakau, dalam percobaan kali ini
kami menggunakan rokok sebagai sample untuk memperoleh tembakau.
Pada dasarnya alkaloid merupakan senyawa yang mengandung substansi
dasar Nitrogen basa, dan Nikotin merupakan golongan dari alkaloid.
Hal ini juga terbukti karena pada percobaan yang telah dilakukan
terbentuk endapan berwarna cokelat diakhir percobaan. Endapan ini
terbentuk setelah melalui beberapa proses yaitu, penambahan 10 mL
NaOH 20% sebagai penambah sifat basa. Kemudian ditambahkan 20
mL Petroleum eter hasilnya diperoleh larutan berwarna cokelat.
Setelah itu residu disaring dan dipisahkan dengan kertas saring.

Untuk mentukan kadar nikotin dalam percobaan kali ini


digunakan metode Acidimetri . Acidimetri adalah salah satu metode
penetapan kadar dengan larutan standart asam sebagai titrannya. Dalam
percobaan kali ini digunakan HCl 0,01N sebagai titrannya. Sebelum
dilakukannya titrasi terlebih dahulu 1 gr tembakau ditambah 1 ml NaOH
20 % . sama seperti pengujian sebelumnya NaOH bertujuan untuk
memberikan sifat basa. Setelah itu di tambah dengan 20 mL
Petroleum Eter. Didiamkan sampai petrolrum terpisah dengan tembakau
kemudian 10 mL petroleum eter yang telah terpisah diuapkan di hot plate
hingga hanya tersisa 2mL saja. Petroleum yang telah diuapkan di
encerkan dengan 10 mL aquadest. Dan ditambah metil merah barulah
kemudian dititrasi dengan HCl. Prinsip penetapan kadar nikotin:
Prinsip penetapannya adalah reaksi penetralan asam basa, nikotin
(C10H14N2) yang merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah
bereaksi dengan HCl akan mengikat satu atom H+ dan melepaskan ion
Cl. Reaksi ini terjadi pada kisaran pH 6,0 - 6,2 sehingga dipakai
indikator methyl red,titik akhir titrasi diketahui dengan terbentuknya
warna merah yang konstan. Dimana pada pecobaan ini titik akhir terjadi
pada volume 1,9 mL karena setiap 1 mL HCl 0,01 N setara dengan 2
kandungan nikotin sebanyak 162 mg. Jadi dalam percobaan kali ini
sampel yang digunakan mengandung nikotin sebanyak 0,02%.

Dibandingkan dengan jumlah nikotin yang tertera dalam


informasi di label sampel Magnum Blue yaitu 18 mg, hasilnya tidak
sesuai dengan jumlah yang tertera dalam kemasan Magnum Blue.
Perbedaan jumlah nikoton tersebut dapat terjadi karena metode yang
digunakan untuk menganlisa berbeda dan spesifikasi nilai yang didapat
juga berbeda. Selain itu larutan dan cara kerja ( human error ) dapat
mempengaruhi hasil analisanya.

VII. KESIMPULAN
Pada Praktikum kali ini didapatkan hasil sebagai berikut
1. Terdapat sedikit endapan putih pada larutan yang menandakan adanya
siklamat dalam larutan wakau seidkit.
2. Kadar nikotin pada sample rokok sebesar 0,02 %

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Dube MF, Green CR. Methods of Collection of Smoke Analytical
Purposes. RecentAdvances in Tobacco Science 1992; 8: 42-102.
Alaunir N. Penentuan Kadar Nikotin dalam Berbagai Merk Rokok yang
Beredar di Sumatera Barat. Padang: IK IP Padang, 1992. Laporan
Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai